Anda di halaman 1dari 37

KATAPENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat,Inayah,Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan laporan Mitigasi Bencana Alam ini dalam bentuk maupun isinya yang
sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahui proses mitigsi bencana
alam dalam bidang Vulkanik (Gunung Berapi).
Harapan kami semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
laporan ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Laporan ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang sehingga masih banyak kesalahan yang terdapat dalam
pembuatan laporan ini. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
laporan ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis
pada 80 LU dan 110 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim
hujan dan musim kemarau.Wilayah Indonesia terutama Jawa dan Sumatera
merupakan daerah gunung berapi baik yang sudah tidak aktif maupun yang masih
aktif. Hal demikianlah yang membuat Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang
sangat subur dengan panorama yang indah. Sering kita mendengar terjadinya bencana
serta akibat yang ditimbulkan oleh bencana tersebut baik bencana banjir, gunung
berapi meletus, bahaya kekeringan, tanah longsor, banjir lahar, dan sebagainya.
Apabila kita pelajari secara seksama, sebagian besar bencana tersebut terjadi akibat
dari ulah manusia itu sendiri dan juga disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak
normal seperti bencana gunung berapi meletus yang merupakan bencana alam yang
tidak bisa di prediksi kapan akan terjadi.
Indonesia adalah salah satu negara yang berada pada jalur Ring of Fire, yaitu
daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang
mengelilingi cekungan Samudra Pasifik (Wikipedia,2012) sehingga Indonesia
memiliki banyak gunung api yang tersebar sepanjang pulau Sumatera sampai
Sulawesi. Posisi Indonesia yang berada pada Lingkaran Cincin Api Pasifik ini
menyebabkan Indonesia sering mengalami peristiwa gempa bumi dan gunung
meletus (erupsi).
Selama kurun waktu tahun 1970-2010 tercatat telah terjadi 5 peristiwa gunung
meletus yang tergolong besar, antara lain letusan Gunung Merapi tahun 2010, letusan
Gunung Kelut tahun 1990, letusan Gunung Colo tahun 1983, letusan Gunung
Galunggung tahun 1982, dan letusan Gunung Merapi pada tahun 1972. Berdasarkan
data tersebut, dapat diketahui Gunung Merapi telah mengalami dua kali erupsi besar
selama kurun waktu 40 tahun terakhir. Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam
rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung
ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang
bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di
sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi
vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Pada tahun 2010 Gunung Merapi telah
mengalami dua kali erupsi yaitu pada tanggal 26 Oktober 2010 dan 5 November
2010. Akibat erupsi tersebut, Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi mengalami
kerusakan parah, tercatat dampak bencana erupsi Gunung Merapi tersebut telah
menimbulkan total kerusakan dan kerugian sebesar Rp 3,557 triliun.
Gunung berapi merupakan gundukan atau kerucut yang tersusuun dari
batuan beku lelehan atau bahan yang berasal dari magma. Proses keluarnya
magma ke permukaan bumi pada umumnya disertai letusan gunung berapi.
Kekuatan magma berasal dari dapur magma yang memiliki daya yang besar,
sehingga dapat menembus lapisan bumi dan mengeluarkan material di
permukaan bumi.
Gunung berapi terbentuk dari proses intrusi dan ekstrusi magma lapisan
kulit bumi. Gunung berapi juga terbentuk pada zona penakaran lantai samudra.
Meletusnya gunung berapi merupakan sebab terjadinya gangguan lempeng
tektonik dalam bumi yang berada disekitar gunung berapi tersebut.
Letusan gunung berapi mengakibatkan kawah yang banyak mengeluarkan
uap air dalam jumlah yang sangat besar dan sangat panas degnan membawa
benda-benda seperti abu, lava, kerikil, batuan, pasir dan bahan lainnya. Benda
tersebut telah disemburkan yang terjadi dipuncak gunung berapi. Letusan
gunung berapi memiliki kekuatan yang sangat besar, sehingga gunung memecah
belah. Aliran deras lava encer dari hulu ke hilir menyebabkan masyarakat sekitar
gunung berapi menjadi korban dan dapat mengubur wilayah sekitar kaki gunung
berapi serta menimbulkan kesuburan bagi tanaman yang sangat diperlukan oleh
manusia.
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pembentukkan gunung api, gunung meletus, proses terjadinya gunung api,
mengetahui jenis dan tipe gunung berapi menurut letusannya, serta mengetahui lebih
dalam tentang gunung berapi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Letusan Gunung Api


Letusan gunung api terjadi karena gejala vulkanisme yaitu peristiwa yang
berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi, naiknya magma dari
dalam perut bumi kemudian bergerak mendekati permukaan bumi peristiwa tersebut
ditandai dengan gejala, Gaya endogen yang mampu menimbulkan bencana alam dari
letusan gunung berapi. Gaya endogen atau pun gempa ini terjadi saat sebelum dan
sesudah letusan. Adapun magma merupakan cairan yang terdapat di dalam lapisan
bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 C. Cairan
magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa
mencapai 700-1.200 C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat
menyembur sampai radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri
sampai radius 90 km. Namun tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung
berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.

2.2 Penyebab Letusan Gunung Api


Beberapa penyebab terjadinya Letusan Gunung Api antara lain:
2.2.1 Adanya Gempa Vulkanik
Kejadian ini merupakan awal dari peristiwa gunung meletus,
peningkatan gempa vulkanik dapat dirasakan serta dapat dilihat dalam
seismograf yang mencatat gempa tremor, saat gunung akan meletus
seismograf mencatat gempa tremor dengan frekuensi yang sangat tinggi dan
sangat sering, bakan bisa terjadi puluhan kali. Selain itupula terjadi
peningkatan aktivitas Seismik dan kejadian vulkanis lainnya yang disebabkan
oleh adanya pergerakan magma, hidrotermal yang berlangsung di dalam perut
bumi. Jika tanda-tanda seperti diatas muncul dan terus berlangsung dalam
beberapa waktu yang singkat serta pada waktu yang sudah ditentukan maka
status gunung berapi dapat ditingkatkan.

2.2.2 Peningkatan Suhu Kawah


Ketika magma telah naik dan hampir mencapai ke lapisan kawah
paling bawah maka secara tidak langsung akan mempengaruhi suhu
kawah. Naiknya magma tersebut bisa disebabkan oleh pergerakan tektonik
pada lapisan bumi dibawah gunung seperti gerakan lempeng sehingga
meningkatkan tekanan pada dapur magma yang pada akhirnya mendorong
magma ke atas hingga berada tepat dibawah kawah.

2.2.3 Terjadinya Deformasi pada Badan Gunung


Akibat peristiwa deformasi dapat mempengaruhi bagian dalam seperti
dapur magma yang volume-nya mengecil atau bisa juga saluran yang
menghubungkan kawah dengan dapur magma menjadi tersumbat. hal ini
disebabkan oleh adanya peningkatan gelombang magnetik yang menyebabkan
terjadinya perubahan struktur lapisan batuan gunung.

2.2.4 Lempengan Bumi Saling Berdesakan


Lempengan bumi adalah bagian dari kerak bumi yang terus bergerak setiap
saat, sedangkan daerah pengunungan merupakan tempat dimana kedua
lempeng saling bertemu, terjadinya desakan lempeng bisa penyebab
perubahan struktur dalam gunung berapi serta dapat membuat tekanan besar
yang mendorong pada permukaan bumi sehingga menimbulkan berbagai
gejala tektonik, vulkanik serta terjadinya peningkatan aktivitas geologi pada
gunung.
2.3 Tanda-Tanda Lerusan Gunung Api
Beberapa Tanda pada letusan gunung berapi, diantaranya sebagai berikut:
2.3.1 Gempa Vulkanik
Gempa vulkanik ini dapat dirasakan sebelum dan sesudah terjadinya
gunung meletus, hal ini disebabkan oleh adanya aktivitas magma yang
bergerak mendekati bumi.
2.3.2 Munculnya gas vulkanik
Pada saat gunung akan meletus dapat dilihat bahwa adanya semburan
gas vulkanik yang disebabkan aktivitas magma, gas vulkanik merupakan salah
satu tanda adanya magma dibawah permukaan yang keluar menuju atmosfer
melalui tanah, lubang vulkanik fumarol & system hidrotemal gas yang
umumnya dikeluarkan oleh magma dalam bentuk uap yang diikuti
oleh CO2, SO2, HCl serta campuran lainnya.
2.3.3 Adanya perubahan bentuk (Depormasi) gunung api.
Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan gelombang magnetik
yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur lapisan batuan
gunung. Aktivitas ini dapat diamati menggunakan global positioning
system (GPS).
2.3.4 Naiknya suhu sekitar kawah
Peningkatan pada suhu disekitar kawah karena adanya pergerakan
pada dapur magma yang mendekati lapisan kawah.
Selain tanda-tanda diatas, gunung berapi pun dapat dilihat dari tanda-tanda sebagai
berikut:
Adanya pengeringan pada beberapa sumber air.
Binatang yang ada dipuncak gunung banyak yang berpindah dan berlarian
mencari tempat yang dingin.
Sering terdengar suara gemuruh dari dalam gunung akibat aktivitas magma.
Tumbuhan di sekitar gunung
2.4 Akibat Letusan Gunung Api
Berikut merupakan akibat dari letusan gunung berapi, antara lain :

2.4.1 Gas vulkanik


Gas vulkanik adalah gas yang dikeluarkan pada saat gunung berapi
meletus. Gas ini sangat berbahaya bagi manusia karena pada gas tersebut
mengandung campuran senyawa Karbon monoksida (CO), Karbon dioksida
(CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (SO2), dan Nitrogen (NO2).

Gas vulkanik yang keluar dari gunung berapi

2.4.2 Lava dan aliran pasir serta batu panas


Lava merupakan cairan magma yang mengalir dari dalam bumi
melalui kawah. Lava yang berbentuk cair akan mengalir mengikuti aliran
sungai sedangkan lava kental akan membeku dekat disekitar sumbernya.

Lava yang keluar dari perut bumi


2.4.3 Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan
material lainnya.

Lahar yang mengalir mengikuti aliran sungai

2.4.4 Hujan Abu


Hujan abu terjadi pada saat terjadi letusan, material ini disemburkan
dari dalam gunung karena bentuknya halus abu ini dapat terbawa oleh angin.

Hujan abu akibat letusan gunung berapi


2.4.5 Awan panas
Gulungan asap yang terbentuk dari letusan gunung api yang mengalir
bergulung seperti awan. Dalam gulungan ini terdapat batuan pijar yang panas
dan material vulkanik padat dengan suhu tinggi.

Awan Panas yang yang keluar dari gunung berapi

Dampak Negatif dari terjadinya Gunung Meletus


Berikut ini hal negatif yang bisa terjadi saat terjadinya Letusan
Gunung Api:
Pencemaran pada udara dengan abu gunung berapi yang mengandung gas
seperti Sulfur Dioksida atau SO2, gas Hidrogen sulfide
atau H2S, NO2 atau Nitrogen Dioksida serta beberapa partikel lain yang
dapat meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
Terganggunya kegiatan pada perekonomian masyarakat sekitar gunung
meletus.
Rusaknya Infrastruktur dan pemukiman masyarakat sekitar karena material
berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas.
Rusaknya lahan pertanian sementara yang dilalui lahar panas dan kebakaran
hutan yang mengakibatkan rusaknya ekosistem.
Selain dari Gas beracun diatas material yang dikeluarkan oleh gunung
berapipun dapat menyebabkan sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
Hilangnya wisatawan pencinta alam pada tempat-tempat yang dianggap
salah satu destinasi wisata bagi wisatawan pecinta alam.

Dampak Positif dari Gunung meletus


Berikut ini hal positif yang terjadi setelah Letusan Gunung Api,
diantaranya sebagai berikut:
Secara alamiah struktur tanah pertanian yang disebabkan hasil vulkanis
gunung berapi sangat baik bagi kesuburan tanah pertanian sekitar gunung
berapi.
Material vulkanik berbentuk pasir dapat dimanfaatkan untuk pembangunan,
hal ini secara tidak langsung membuka mata pencaharian baru bagi
masyarakat sekitar gunung berapi yang telah meletus.
Selain material berbentuk pasir, hasil dari letusan gunung berapi pun ada
yang berbentuk bebatuan yang dapat digunakan untuk pembuatan
infrastruktur dan bangunan rumah bagi penduduk sekitar.
Adanya ekosistem baru yang hidup di hutan yang terkena dampak gunung
meletus.
Setelah gunung meletus, biasanya terdapat geyser atau sumber mata air
panas yang keluar dari dalam perut bumi.
Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi, sangat baik
didirikan pembangkit listrik.

2.5 Penanggulangan Letusan Gunung Api


2.5.1 Tindakan yang harus dilakukan individu :
Mengikuti sosialisasi tentang peristiwa letusan gunung berapi pada
masyarakat yang awam pada peristiwa alam seperti gempa karena gunung
berapi, dan terjadinya gunung meletus.
Mematuhi pengumuman dari instansi berwenang. Misalnya dalam
penetapan status gunung berapi.
Mengenali tanda-tanda terjadinya bencana gunung berapi. Misalnya
turunnya binatang dari puncak atau terciumnya bau belerang.
Mengetahui tempat yang aman dan jalur evakuasi.
2.5.2 Tindakan saat terjadi Gunung Meletus
Hindari daerah berbahaya, kawasan yang memungkinkan dialiri lahar.
Lindungi diri dari abu letusan dan awan panas.
Lakukan evakuasi dan pengungsian pada masyarakat sekitar gunung
meletus ke tempat yang lebih aman.
Mematuhi pedoman dan perintah dari instansi berwenang tentang upaya
penanggulangan bencana.
BAB III
KAJIAN TENTANG GUNUNG BERAPI

3.1 Pengertian Tentang Gunung Berapi


Gunung berapi adalah sebuah gunung yang memiliki kawah yang berisi
magma dari dalam perut bumi. Gunung berapi yang aktif dapat sewaktu-waktu
mengeluarkan magma yang terkandung di dalam perut bumi. Letusan tersebut dapat
membawa dampak yang positif maupun negative.Gunung berapi terjadi akibat
endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan
tinggi. Indonesia berada pada pertemuan antara 3 lempeng besar yang terdiri dari dari
2 lempeng benua dan 1 lempeng samudera.
Oleh karena itu, sangatlah wajar kalau tatanan tektonik Indonesia sangat
kompleks. Di bagian barat sampai selatan Indonesia merupakan daerah zona subduksi
yang juga merupakan jalur gunung api. Di Indonesia terdapat sekitar 129 buah
gunung berapi yang masih aktif dan merentang sepanjang 700 KM mulai dari Aceh
(Sumatra), Jawa, Sulawesi (bukit Barisan), Nusa Tenggara dan Maluku dengan luas
daerah yang terancam terkena dampak letusan sekitar 16.670 Km2.

Gunung Berapi yang meletus


Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah
sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi
ada kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal. Beberapa otoritas
mendefinisikan gunung dengan puncak lebih dari besaran tertentu; misalnya,
Encyclopdia Britannica membutuhkan ketinggian 2000 kaki (610 m) agar bisa
didefinisikan sebagai gunung. Sebuah gunung biasanya terbentuk Gaya Endogen
(Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari dalam
bumi yang berlangsung sangat lambat namun kekuatannya sangat hebat.
Terdiri dari gerakan tektonik lempeng, gerakan orogenik atau gerakan
epeirogenik. Gaya ini mengakibatkan perubahan muka bumi:

a. Orogenik (Orogenesis)
Proses pembentukan pegunungan akibat pengaruh gaya endogen berupa
tekanan/tumbukan (horisontal) dan pengangkatan (vertikal) sehingga
terbentuk pegunungan lipatan maupun pegunungan patahan.
b. Vulkanisma (Volcanism)
Proses penerobosan magma atau keluarnya magma dari dalam perut bumi
menuju ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan
gas yang tinggi sehingga terbentuk tubuh gunung
c. Tektonika (Tectonic)
Proses pergerakan/pergeseran pada kerak bumi (kerak batuan dan kerak
samudera) berupa tumbukan, pemekaran dan perpapasan yang menimbulkan
perubahan muka bumi dan terjadinya berbagai fenomena geologi seperti
gunung api, gempa bumi, tsunami, dll.

Gunung berapi atau gunung api secara umum dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke
permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada
saat meletus. Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai
fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau
gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim
dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu,
Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu. Gunung berapi terdapat
dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin
berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau
mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum
berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya
dari pada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan
istirahat atau telah mati.

3.2 Faktor Penyebab Terjadinya Gunung Berapi


Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal
dari teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempa bumi dan
gunung api. Planet bumi mempunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua
factor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi
dan kejadian gunung api. Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk
selama pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas
yang timbul dari unsure radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop terhadap
waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas,tetapi kemudian mendingin secara
berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya. Pendinginan tersebut terjadi
akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisma di permukaan. Perambatan panas
dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, dimana material-material yang
terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak
menyebar dan menyempit disekitarnya.
Pada bagian atas mantel, sekitar 7 35 km di bawah muka bumi, material-
material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagi ke dalam
aliran konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga kerak umumnya mempunyai
ketebalan 70-120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut
lempeng tektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah
konveksi mantel.Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel,
yang disebut juga astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat
suhu dimana mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir
melebur, walaupun sebagian besar masih padat. Kerak benua mempunyai tebal (lk. 35
km), berdensiti rendah dan berumur 12 miliartahun, sedangkan kerak samudera lebih
tipis (lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua
posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis, dan
keduanya mengapung di atas astenosfir.

Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda:


Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga
memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian
membentuk busur gunung api tengah samudera.
Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah
kerak benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan
batuan dan lelehan batuan ini bergerak kepermukaan melalui rekahan
kemudian membentuk busur gunung api di tepi benua.
Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga
menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut
menjadi jalan ke permukaan lelehan batuanatau magma sehingga
membentuk busur gunung api tengah benua atau banjir lavasepanjang
rekahan.
Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan
kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan
magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunungapi
perisai.
3.3 Proses Terjadinya Gunung Berapi
Gunung berapi terbentuk dari proses intrusi dan ekstrusi magma dari
lapisan kulit bumi. Selanjutnya permukaan magma pijar yang keluar membeku
dan membentuk timbunan. Gunung berapi terbentuk pada zona pemekaran
lantai samudra. Pada zona ini, gunung berapi muncul dan tersebar berderet
disepanjang puncak pegunungan-pegunungan yang mempunyai system rekahan
pada kerak samudra tempat keluarnya magma dari astenosfer yang bersifat
basaltis. Magma yang keluar menjadi lava bantal dan membentuk tepian kerak
samudra baru. Gunung berapi juga dapat muncul pada zona penunjaman atau
subduksi. Diantaranya gunung api dapat terbentuk bila kerak samudra
menunjam kebawah menuju kerak benua.
Pada kedalaman tertentu, kerak samudra tersebut meleleh menjadi magma
dan naik keatas menembus kerak benua. Kerak benua yang dilalui oleh magma
yang bersifat basaltic dari kerak samudra ikut meleleh sehingga terj adi
percampuran komposisi menjadi magma yang anderistik yang akhirnya keluar
di permukaan kerak benua menjadi gunun berapi. Gunung berapi yang
magmanya anderistik dapat meletus eksplosif, yaitu selain mengeluarkan lava
pijar, gunung berapi tersebut dapat meledak dahsyat dengan menerbangkannya
mulai dari bongkah batuan sampai yang berukuran abu. Apabila erupsi sering
terjadi di permukaan, magma akan membentuk lapisan-lapisan timbunan yang
menambah tinggi gunung. Magma merupakan batuan cair pijar didalam kulit
bumi yang terjadi atas mineral dan gas yang larut didalamnya dengan
temperature tinggi. Adapun pembagian magma yaitu:
3.3.1 Instrusi magma
Aktifitas magma sebelum mencapai pada permukaan bumi yang
menghasilkan berbagai bentuk sebagai berikut:
a. Batholit adalah magma yang membeku didalam dapur magma
b. Lakolit adalah batuan beku yang terbentuk dari resapan magma dan
membeku diantara dua lapisan batuan yang terbentuk seperti lensa
cembung
c. Sill atau keeping intrusi adalah batuan beku yang terbentuk diantara dua
lapisan batuan dengan bentuk pipih dan melebar.
d. Gang atau korok adalah batuan beku yang pipih dan melebar, sebagai
hasil intrusi magma yang memotong lapisan batuan dengan arah tegak
atau miring
e. Apofisia adalah batuan beku yang terbenuk di cabang-cabang gang
sehingga ukurannya relative kecil.
3.3.2 Ekstrusi magma
Ekstrusi magma adalah gerakan atau aliran magma yang mencapai
permukaan bumi, baik melalui terusan kepundan maupun celah-celah dan
retakan-retakan.
3.3.3 Erupsi
Berdasarkan bentuk lubang keluarnya magma, erupsi dibedakan
menjadi tiga macam yaitu:
a. Erupsi Linear
Keluarnya magma lewat rekahan yang memanjang sehinga membentuk
deretan gunung api, sedang hasil erupsi semacam ini adalah cair.
b. Erupsi Areal
Akibat letak magma dekat dengan permukaan bumi, maka permukaan
bumi terbakar dan magma meleleh ke permukaan bumi tersebut.
c. Erupsi Sentral
Peristiwa keluarnya magma ke permukaan kulit bumi melalui terusan
kepundan sehingga membentuk gunung api yang terpisah-pisah.
Erupsi sentral dibedakan menjadi tiga macam yakni:
a. Erupsi effusive, sebagian besar hasilnya adalah lava cair yang
membentuk tameng, sehingga disebut gunung api tameng atau perisai.
b. Erupsi eksplosif, sebagian besar hasilnya adalah bahan-bahan lepas.
c. Erupsi campuran atau mixed adalah sebuah erupsi eksplosif yang
diselingi (bergantian) dengan erupsi effusive. Sebagian besar hasilnya
berupa bahan-bahan lepas dan lava cair.

3.4 Dampak Gunung Berapi


Akibat meletusnya gunung berapi ditentukan dari kerugian dan
keuntungan yang dapat diketahui oleh manusia. Untuk itu diantara akibat
meletusnya gunung berapi secara umum adalah sebagai berikut:
3.4.1 Banjir Lahar
Banjir lahar dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
Lahar panas merupakan aliran panas dengan Lumpur yang terjadi
karena hujan yang dimuntahkan dari kepundan.
Lahar dingin merupakan aliran air dengan Lumpur yang terjadi
karena hujan lebat setelah gunung berapi meletus.
Dari kedua lahar tersebut akan mengakibatkan rusaknya tanah pertanian
sebab tanah bisa tertimbun dan tanah yang subur tertutup formasinya.
3.4.2 Banjir Lava
Lava dengan temperature yang tinggi mengalir dari puncak
gunung sehingga apa saja yang dilakukan menjadi hancur dengan
mengakibatkan banjir lava.
3.4.3 Awan Emulsi
Awan emulsi merupakan awan yang panas sekali, sehingga
mengakibatkan awan yang sangat panas dengan membahayakan warga
sekitarnya.

3.5 Proses Letusan Gunung Berapi


Meletusnya Gunung berapi diawali dengan kondisi panas didalam bumi
yang telah melebihi ambang batasnya. Sehingga dari kawah keluar uap air dalam
jumlah yang sangat besar dan sangat panas dengan membawa benda-benda
seperti abu, lava, kerikil, batuan, pasir dan bahan-bahan lainnya.
Tanah berguncang dengan sangat dahsyat dan terjadi suara gemuruh
sekali. Hingga jalur gas dan benda-benda padat yang keluar banyak dari puncak
gunung berapi secara tegak lurus dengan menyembur yang sangat tinggi keatas
kembali kebawah kemudian keatas dan seterusnya secara berulang-ulang.Adanya
magma yang mencapai bagian luar kerak bumi dan akhirnya mencari jalannya
kepermukaan bum yang lewat celah-celah retakan kerak. Bahan cair terlembar
keatas adanya kekuatan eksplosi dari dalam bumi. Dan apabila bahan tersebut
tidak keluar dari kawah maka celah-celah dalam bentuk lava yang lebih encer.
Gesekan benda-bendsa tersebut keluar dari celah-celah yang
menyebabkan terjadinya listrik statis. Listrik statis berupa petir yang kian
kemari terdengar suara gemuruh dari petir tersebut. Semburan timbul karena
disoroti oleh lava yang berpijar dalam kawah, sehingga lava pijar itu terlihat
tampak menyala seperti sinar yang memancar ke luar permukaan bumi.
Semburan yang keluar kawah begitu padat dan raptnya menghalangi dari sinar
atau cahaya matahari. Sehingga Gunung berapi itu terlihat gelap baik didaerah
sekitarnya.
Kondensasi uap air yang naik tinggi menimbulkan awan terisi air
sehingga terjadi hujan air. Hujan air yang lebat disebabkan oleh kondensasi
udara yang lembab yang ditarik keatas oleh gerakan udara keatas. Sehingga
gerakan dari udara itu terjadi kemuntahan gas di puncak Gunung berapi.
Ketika hujan lebat, sungai dan Lumpur serta lava yang sangat panass dan
encer itu akan mengalir dengan aliran yang deras dari hulu gunung berapi
sampai ke hilir Gunung berapi. Aliran yang deras itu dapat mengubur wilayah
disekitar kaki Gunung berapi dan juga menimbulkan kesuburan bagi tanaman
yang sangat diperlukan oleh manusia.

3.6 Bentuk Gunung Berapi


Pembentukan gunung berapi dipengaruhi oleh padat atau cairnya magma.
Menurut bentuk kerucutnya, gunung berapi di bagi menjadi tiga tipe yaitu:
3.6.1 Gunung Berapi Bentuk Kerucut
Bentuk kerucut biasanya ditemukan pada gunung berapi yang
masih aktif. Bentuk gunung berapi kerucut disebut juga gunung berapi
bentuk strato.Gunung berapi bentuk kerucut terjadi karena material yang
dikeluarkan melalui lubang kepundan pada saat meletus bentuknya kental
dengan letusan kuat, sehingga magma akan terlempar kelereng-lereng
gunung.Jadi, terbentuknya gunung berapi bentuk kerucut dipengaruhi
oleh letusan lemah yang terjadi berulang-ulang, sehingga magma
membentuk kerucut dan terlihat berlapis-lapis. Contoh gunung berapi
bentuk kerucut adalah Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa Yogyiakarta.

Gunung berapi yang berbentuk corong


3.6.2 Gunung Berapi Bentuk Prisma
Gunung berapi berbentuk prisma disebut juga gunung berapi
bentuk perisai. Cirri gunung berapi berbentuk prisma adalah mempunyai
puncak yang leba r atau berpuncak rata.
Gunung berapi bentuk prisma mempunyai lereng dengan tingkat
kemiringan antara 1-10 . Contoh gunung berapi bentuk prisma adalah
gunung berapi di Kepulauan Hawaii.

Gunung berbentuk prisma


3.6.3 Gunung Berapi Bentuk Corong
Gunung berapi benuk corong disebut juga Gunung berapi bentuk
maar. Cirri Gunung berapi bentuk corong adalah memiliki puncak yang
lubang kepundannya lebar, berbentuk corong, dan dikelilingi dinding
yang terjal. Gunung berapi bentuk corong terjadi karena yang sangat kuat
dan terjadi hanya satu kali.
Proses terjadinya gunung berapi corong yaitu pada saat gunung
meletus bagian puncak gunung terlempar dan membuat lubang kepundan
berbentuk corong yang besar. Contoh gunung berapi bentuk corong
adalah Gunung Lamongan di Jawa Timur.

Gunung berapi berbentuk corong


3.7 Bahan-Bahan Yang Dikeluarkan Gunung Berapi
Bahan yang dikeluarkan oleh gunung berapi dapat dikelompokkan
menjadi tiga golongan, yakni sebagai berikut:
3.7.1 Bahan-Bahan Cair
Bahan cair ini terjadi jika lava bersifat cair, posisi puncak kepundan tidak
terdapat sumbatan, dan erupsi secara effusive. Bahan cair dapat dibedakan
menjadi:
Lava adalah magma yang meleleh dipermukaan bumi
Lahar panas, lava panas yang bercampur dengan air dan merupakan
Lumpur panas yang mengalir.
Lahar dingin, terjadi karena efflata porus di puncak Gunung berapi
menjadi Lumpur pada waktu hujan lebat dan mengalir pada lereng
dan lembah-lembah.
Bahan-Bahan Gas atau Ekshalasi
3.7.2 Gas yang dikeluarkan gunung berapi berupa:
Gas belerang (HS) yang disebut sulfatara
Gas uap air (HO, N) yang disebut fumarol
Gas asam arang yang disebut mofet.
Uap air (HO)
Karbondioksida (CO)
Sulfur dioksida (SO)
Klorin (CI) dan Florin (F)
Bahan-Bahan Padat (Efflata)
3.7.3 Menurut ukuran besarnya, efflata dibagi menjadi berikut:
Bom, merupakan batu-batuan besar
Lapili, ukuran sebesar kerikil
Pasir
Abu atau Debu
Lumpur padat
3.8 Tanda-Tanda Gunung Berapi Akan Meletus
Di Indonesia memiliki beberapa Gunung berapi yang aktif yang dapat
meletus secara tiba-tiba, karena adanya gangguan lempeng tektonik disekitar
gunung berapi tersebut. Untuk menghindari adanya korban akibat letusan
gunung berapi tersebut. Kita perlu waspada dan hati-hati apabila akan terjadinya
Gunung berapi yang meletus itu, untuk baiknya kita perlu mengetahui tanda-
tandanya Gunung berapi yang akan meletus, diantaranya sebagai berikut:
1. Sering terjadi gempa vulkanik didaerah sekitarnya
2. Banyak binatang yang turun dan berpindah
3. Sering terdengar suara gemuruh
4. Banyak sumber air yang mengering
5. Terjadi kenaikan temperature didaerah sekitar kawah.
BAB IV
STUDI KASUS TENTANG GUNUNG COLO

4.1 Lokasi Gunung Colo


Sulawesi Tengah memiliki luas wilayah 68.059,71 km2, dengan angka
kepadatan penduduk mencapai 39 jiwa per km persegi27. Wilayah provinsi ini
meemmpunyai sekitar 25 gunung yang memiliki ketinggian lebih dari 2.000 meter.
Salah satunya adalah Gunung Colo yang terletak di Pulau Una-Una, Provinsi
Sulawesi Tengah dan mempunyai ketinggian sekitar 486 m. Gunung Colo yang juga
kadang disebut Bukit Sakora merupakan gunungapi tipe strato. Gunungapi Colo
berada pada koordinat 0o 10 LS dan 121o 36,5 BT. Gunung ini dipantau melalui pos
pengamatan yang terletak pada koordinat 00o 24 42,06 LS dan 121o 51 36,84 BT
dengan ketinggian sekitar 2 m dpl dan secara administratif termasuk dalam wilayah
Desa Wakai, Kecamatan Una-Una, Kabupaten Tojo, Provinsi Sulawesi Tengah.
Dalam bahasa daerah suku Bugis, Colo berarti korek api. Menurut
pengamatan, keberadaan Gunung Colo yang memiliki ketinggian 238 mdpl, agak
menyimpang dari rangkaian jalur Gunung Api di Indonesia. Pada awal 1900 terjadi
letusan dan meninggalkan sumbet lava yang kemudian di kenal sebagai Gunung
Colo.

4.2 Pembentukan Gunung Colo


Pulau Una-Una berbentuk hampir bulat dengan garis tengah 20 km dengan
puncak tertinggi Bukit Sakora (486,9 m) yang berada di bagian barat laut. Pada
aktifitas awal masa pra sejarah, terbentuk kaldera yang bergaris tengah 2 km dengan
danau kawah.Pada awal tahun 1900 terbentuk sumbat lava yang dikenal sebagai
Gunung Colo yang berdampingan dengan sebuah danau kawah yang dikenal sebagai
Danau Pokai.Sebelum Erupsi 1983, keberadaan Danau Pokai, menjadi tempat
pemeliharaan ikan tawar. Danau Pokai berukuran panjang 600 m, lebar 190 m
sedalam 1,5 m, berada pada tinggi 250 m dpl dengan suhu yang tidak pernah melebihi
suhu udara.
Gunung Colo merupakan gunungapi yang menyendiri di Teluk Tomini dan
berada jauh dari zona subduksi. Gunung Colo diperkirakan terbentuk akibat rifting by
subduction rollback. Rifting ini terjadi pada daerah Teluk Tomini yang merupakan
implikasi dari subduction rollback. Subduction rollback merupakan peregangan kerak
akibat perubahan sudut dari lempeng yang menunjam(subducting slab).
Subduksi ini terjadi di Laut Sulawesi, strike subduksi tersebut sejajar dengan
garis pantai Lengan Utara Sulawesi. Rifting ini terbentuk akibat kerak bumi yang
memiliki elastisitas rendah, sehingga bila ditarik maka akan meregang dan sedikit
mekar. Gunung Colo diprediksi terbentuk akibat hal tersebut, terjadi penipisan atau
peregangan kerak bumi pada wilayah Teluk Tomini lalu ada material magmatik yang
menerobos batuan pada kerak bumi lalu muncul ke permukaan membentuk tubuh
gunungapi diatas permukaan laut.

4.3 Sejarah Erupsi Gunung Colo

Gambar Sebaran kolom asap erupsi G. Colo antara Juli hingga awal Agustus 1983, direkam oleh
Satelit Meteorologi Jepang (Image, Dr. Sawada)
Colo adalah sebuah gunung berapi kerucut di Indonesia. Gunung ini berada di
sebuah pulau kecil di tengah Teluk Tomini, bagian utara Sulawesi.Pada 4 Juli 1983
terasa 10 kejadian dan meningkat 40 kejadian pada 14 Juli 1983. Tanggal 18 Juli
1983 untuk pertama kalinya terlihat kepulan asap putih di atas Colo. Jumlah gempa
semakin meningkat. Bau belerang menyengat keseluruh penjuru pulau. Penduduk
sebanyak 7000 jiwa segera diungsikan dengan kapal motor secara bergelombang ke
Pulau Togean 40 km dari Pulau Una-una dan Ampana yang terletak di daratan
Sulawesi.
Ibukota kecamatan Pulau Una-una dipindahkan ke Wakai di Pulau Batudaka.
Pada 23 Juli 1983 pukul 16.23 Wita, gunung api yang diam selama 83 tahun meletus.
Awan cendawan berwarna kuning berukuran raksasa memayungi Pulau Una-una.
Asap letusan dalam sekejap telah mencapai 5 km. Awan panas atau pyroclastic flow
tipe soufriere memusnahkan 2/3 pulau dari rerumputan hingga cengeh dan kelapa
dalam waktu singkat. Pemukiman dan sarana perkantoran rubuh, sebagian
diantaranya rata dengan tanah diterjang lahar. Abu letusan mencapai daerah
Kalimantanbagiantimur.
Salah satu prekursor dari letusan terakhir ini adalah terjadi gempa terasa
sebanyak 30 40 kejadian sejak 8 Juli 1983 hingga menjelang letusan. Abu setebal 1
cm menghujani kota Palu yang berjarak 180 km sebelah barat daya. Abu juga
menyebar hingga 300 km ke selatan menerpa Sulawesi Selatan.Asap erupsi
membumbung sangat cepat dan dalam waktu sekejap sudah mencapaitinggi 15 km.
Awanpanas (pyroclastic flow) tipe soufriere memusnahkan 2/3 pulau dalam waktu
singkat. Di pantai sekitar Pulau Una-Una ditemukan banyak ikan yang mati, diduga
keracunan atau terebus air laut yang mendidih.
Selang 4 jam kemudian abu menghujani Kota Palu, 180 km barat daya Colo
setebal 1 cm kemudian menyebar hingga ke selatan sejauh 300 km di Sulawesi
Selatan. Abu erupsi juga sampai ke Kalimantan bagian timur.Erupsi mulai mereda
pada Oktober 1983 dan berhenti dengan sempurna atau dinyatakan kegiatan G. Colo
sudah normal setelah aktif selama 6 (enam) bulan.Pada kejadian tersebut tidak
dilaporkan korban jiwa akibat erupsi karena seluruh penduduk sudah diungsikan
sebelumnya.

Gambar erupsi gunung colo

Gambar Peta Kawasan Bencana Sulawesi Tengah


4.4 Karakteristik bahaya Gunung Api Colo
Frekuensi
Gunung Colo sudah beberapa kali meletus namun memiliki tenggang
waktu yang cukup lama, letusan Gunung Colo ini bersifat tidak menentu
sehingga dapat saja terjadi secara tidak terduga. Aktifitas Gunung Colo yang
berada di daerah kepulauan sulit untuk dipantau secara langsung oleh petugas.
Intensitas
Intensitas dan jangkauan lahar masih dapat dinilai sebagai gempa
tektonik sedang namun tetap berpotensi meningkat seiring meningkatnya
aktifitas Gunung Api lainnya. Gempa ini berpotensi juga menimbulkan
bencana lainnya yaitu Gempa Tektonik dan Gelombang pasang (Tsunami).
Dampak
Hingga saat ini gunung colo masih tetap aktif namun aktifitas Gunung
ini masih tergolong normal, pemerintah belum mengeluarkan izin kepada
penduduk yang mengungsi kembali ke Pulau Una-Una. Walaupun ada yang
kembali, hanya sebagian kecil penduduk sehingga evakuasi dapat
dilaksanakan secara cepat. Belum ada pembangunan fasilitas pemerintah di
Pulau Una-Una sehingga jika terjadi bencana, korban baik jiwa maupun
materi tidak terlalu besar.
Keluasan
Letusan Gunung Api sebelumnya menghancurkan 2/3 Pulau Una-Una.
Namun dibanding dengan letusan gunung api di daerah lain, letusan ini masih
tergolong kecil apalai letaknya berada di perairan laut Teluk Tomini.
Jangkauan abu vulkanik yang mematikan menerpa lautan sehingga walaupun
luas namun tidak menjangkau daerah padat penduduk. Abu vulkanik dapat
saja mencapai daerah Sulawesi Selatan dan Balikpapan namun tidak
mengancam keselamatan jiwa secara langsung.
Tenggang waktu
Rekomendasi dari ahli vulkanologi menyebutkan bahwa posisi
geografis pulau gunungapi (Pulau Una-Una) yang letaknya terpencil dan yang
sewaktu -waktu dapat meletus kembali akan menimbulkan berbagai kendala
dalam upaya evakuasi penduduk. Letak yang jauh dari pusat pemerintahan
serta jalur sarana komunikasi belum ada menyebabkan penyampaian tentang
aktifitas gunung api tidak berjalan dengan baik. Pemantauan juga susah
dilaksanakan karena jalur transportasi yang tidak tersedia.

4.5 Kerawanan Gunung Colo


Fisik
Secara fisik kerawanan yang ditimbulkan oleh bencana meletusnya
Gunung Colo secara langsung tidak terlalu besar. Pemerintah belum
membangun kembali Pulau Una-Una, bahkan belum ada izin untuk kembali
bermukim di lokasi tersebut sejak meletus tahun 1983. Walaupun demikian
ada beberapa penduduk yang kembali bermukim tetapi sebagian besar hanya
mengunjungi pulau una-una pada saat panen perkebunan jangka panjanng
milik mereka. Sehingga walaupun jalur komunikasi belum ada serta jalur
transportasi juga sangat jarang tetap tidak memberukan dampak yang besar.
Sosial
Kerawanan yang ditimbulkan Secara sosial tidak besar. Namun dapat
saja terjadi kejaadian luarbiasa akibat ISPA oleh paparan abu fulkanik
terhadap Balita dan masyarakat yang rawan terutama di daerak Ampana
sebagai Ibu Kota kabupaten karena masih berada di dalam jangkauan abu
vulkanik.
Ekonomi
Secara Ekonomi juga tidak berdampak secara langsung.
4.6 Dampak Yang Terjadi
Pada tahun 1983, Gunung Colo meletus dan menyebabkan ribuan masyarakat,
administrasi desa maupun kecamatan juga berpindah ke lain tempat.Pada saat
pengungsian, penduduk satu desa dipindahkan dan dikumpulkan dalam satu wilayah
desa dengan masing-masing pemerintahan kembali ke asalnya.Di pulau Batudaka
berdiri desa Tanjung Pude, Una-una dan Lembanya.Sedangkan di pulau Togean
berdiri desa Beko, Langger dan Danda.Sebagian desa tersebut masih menggunakan
nama-nama desa yang berasal dari Una-una.
Secara administratif, Pulau Una-una masih termasuk dalam Kepulauan
Togean.Jumlah desa di kepulauan ini mencapai 47 desa dengan penduduk lebih dari
30.000 jiwa.Sejak UU No.22/1999 diterapkan, seluruh desa di kepulauan Togean
telah memiliki Badan Perwakilan Desa (BPD) yang anggotanya dipilih langsung oleh
masyarakat desa.Sejak tahun 2003, seluruh kawasan kepulauan Togean secara
administratif masuk ke dalam wilayah kabupaten Tojo Una-una yang baru terpisah
dari kabupaten Poso.
Pada tahun 2003, Kabupaten Tojo Una-una telah berdiri menjadi kabupaten
sendiri.Masyarakat begitu bersemangat untuk meningkatkan kualitas hidupnya
dengan kembali mengolah lahannya dengan tanaman jangka pendek (jagung, ubi,
sayur-sayuran maupun kacang-kacangan) dan jangka panjang (coklat dan
kelapa).Selain berkebun, sebagian masyarakat Pulau Una-una menjadi pelaut.

4.7 Aliran Lahar Apabila Terjadi Letusan


Apabila Gunungapi Colo meletus, lingkungan yang terpapar akibat aliran
awan panas, lava dan atau lahar terdapat dalam wilayah KRB 3, KRB 2 dan KRB
1.Untuk wilayah KRB 3, yang terpapar berupa hutan seluas 27 ha, dan lahan
pertanian berupa sawah, ladang dan tegalan seluas 146 ha.Untuk wilayah KRB 2,
lingkungan yang terpapar berupa hutan seluas 1.758 ha, perkebunan seluas 1.402 ha,
dan lahan pertanian berupa sawah, ladang dan tegalan seluas 1.363 ha.
Untuk wilayah KRB 1, lingkungan yang terpapar berupa hutan seluas 19 ha,
badan air seluas 11 ha, pemukiman dan bangunan seluas 1 ha, dan perkebunan seluas
2.266 ha. Untuk ancaman batu pijar dan abu vulkanik yang terletak pada wilayah
KRB 2 berupa hutan seluas 1.803 ha atau seluas 99.83% dari total hutan, perkebunan
seluas 3.053 ha atau sekitar 83.17%, kawasan pertanian berupa sawah, ladang dan
tegalan seluas 1.509 ha atau seluas 100% dari total lahan pertanian. Untuk wilayah
KRB 1, lingkungan yang terpapar berupa lingkungan badan air seluas 11 ha, hutan
seluas 3 ha, pemukiman dan bangunan seluas 1 ha dan perkebunan seluas 618 ha.
BAB V
PROSES MITIGASI BENCANA ALAM

5.1 Persiapan Menghadapi Letusan Gunung Berapi


Sebelum melakukan pengungsian kita terlebih dahulu mengenali daerah
setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk mengungsi
Membuat perencanaan penanganan bencana
Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan
Mempersiapkan kebutuhan dasar (pangan, pakaian alat perlindungan)
5.1.1 Jika terjadi Letusan gunung Berapi
Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah
aliran lahar
Di tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas
Persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan
Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju lengan
panjang, celana panjang, topi dan lainnya
Gunakan pelindung mata seperti kacamata renang atau lainnya
Jangan memakai lensa kontak
Pakai masker atau kain menutupi mulut dan hidung
Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua
belah tangan.
5.1.2 Setelah terjadinya Letusan Gunung Berapi
jauhi wilayah yang terkena hujan abu
Bersihkan atap dari timbunan Abu, karena beratnya bisa merusak ataun
meruntuhkan atap bangunan
Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa
merusak mesin motor, rem, persneling hingga pengapian
5.2 Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia

5.2.1 Status Awas

Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada
keadaan kritis yang menimbulkan bencana
Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap
Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam

Tindakan

Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan


Koordinasi dilakukan secara harian
Piket penuh

5.2.2 Status Siaga

Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau


menimbulkan bencana
Peningkatan intensif kegiatan seismik
Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke
letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana
Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2
minggu

Tindakan

Sosialisasi di wilayah terancam


Penyiapan sarana darurat
Koordinasi harian
Piket penuh
5.2.3 Status Waspada

Ada aktivitas apa pun bentuknya


Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal
Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya
Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma,
tektonik dan hidrotermal

Tindakan

Penyuluhan/sosialisasi
Penilaian bahaya
Pengecekan sarana
Pelaksanaan piket terbatas

5.2.4 Status Normal

Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma


Level aktivitas dasar

Tindakan

Pengamatan rutin
Survei dan penyelidikan

5.3 Tanda-Tanda Gunung Akan Meletus


1.munculnya asap putih tebal sekitar puncak gunung

2.gempa bumi tektonik (lindu)

3.hujan abu

4.suara gemuruh dipuncak gunung


DAFTAR PUSTAKA

Arzu Mahapati. (2011, 3 Juni ). Peta Sulawesi. Diakses pada tanggal 25 Oktober
2015,
BNPB. 2011. Indeks Rawan Bencana Indonesia. Jakarta. Deputi Bidang Pencegahan Dan
Kesiapsiagaan.
J.A. Katili, A. Sudradjat, 1984, The Devastating 1983 Eruption of Colo Volcano,
Una-Una Island, Central Sulawesi, Indonesia, Geol.Jb, Hannover
J.A. Katili, A. Sudradjat, 1989, Gunung Colo, Korekapi Teluk Tomini, Sulawesi
Tengah yang membumihanguskan Pulau Una-Una, tidak diterbitkan
SR. Wittiri, 1984, Laporan Pengamatan Gunung Colo, Direktorat Vulkanologi, tidak
diterbitkan
SR. Wittiri, A. Solihin, 1996, Laporan Kunjungan ke Gunung Colo, Pulau Una-Una,
Sulawesi Tengah, Direktorat Vulkanologi, tidak diterbitkan
S. Hamidi dkk, 1996, Laporan Pelaksanaan Bimbingan Gunungapi G. Colo di
Kecamatan Una-Una, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Direktorat
Vulkanologi, tidak diterbitkan
Wimpy S. Tjetjep, SR. Wittiri, 1996, 75 Tahun Penyelidikan Gunungapi Indonesia,
Direktorat Vulkanologi

Anda mungkin juga menyukai