Anda di halaman 1dari 3

H Hubungan Tektonisme, Magmatisme, & Vulkanisme

denganProspek Geothermal

u Tektonisme adalah proses pematahan, perlipatan, perubahan-perubahan bentuk dari


lapisan batuan planet / bumi, disebabkan oleh gerakan-gerakan skala besar di
bawah lapisan batuan.Prosesnya terjadi dalam waktu yang sangat perlahan, yakni hanya
beberapa cm dan dalam kurun jutaan tahun.
Tektonik atau tektonisme dipicu oleh magmatisme,yakni pada zona rifting dimana

b
magma basalmenyebabkan pergerakkan antarantar lempeng, yang kemudian akan
menyebabkan zona-zona konvergen, yang akan memicu aktivitas magmatisme selanjutnya
akibat peleburan dan pelelehanlempeng samudera.Magma yang naik ke atas akibat gaya
tektonik yang bekerja mengakibatkan peristiwavulkanisme yang menghasilkan terbentuknya
gununggunung api.Aktivitas Gunung Api di Indonesia banyak menyebabkan terbentuknya
sistem panas bumi ataugeotermal yang dapat dimanfaatkan sebagai energi pembangkit
tenaga listrik

u
n
g
a Kecepatan pergerakan tubrukan antara satu lempeng dengan lempeng lainnya di
Busur Sunda rata-rata 60 mm/tahun dan di Busur Banda 75- 104 mm/tahun. Tubrukan ini
menyebabkan adanya proses magmatik di banyak daerah dan membentuk sekitar 500
gunung api muda yang 129 di antaranya merupakan gunung api aktif. Gunung api muda di

n
Indonesia, yang berusia Akhir Tersier atau Kuarter, kebanyakannya mengelompok sepanjang
busur gunung api di seluruh Indonesia, dan panjangnya sekitar 7.000 km.

Proses geologi regional dan struktur lokalnya menyebabkan adanya gugusan gunung api
muda di Indonesia yang banyak di antaranya melepaskan panas bumi dan manifestasi lainnya,
seperti Kerinci (Pulau Sumatra), Kamojang (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah), Mataloko (Pulau
Flores), Lahendong (Sulawesi Utara). Pulau Sumatra dan Jawa mewakili Busur Sunda,
sementara Pulau Ambon mewakili Busur Banda, dan Lahendong merepresentasikan Busur
Sulawesi Utara.

Berdasarkan hasil kajian Badan Geologi, status tahun 2012, diketahui sebanyak 299
lokasi panas bumi di Indonesia dengan total potensi energinya sebesar 28.835 MWe
(Megawatt electrical, atau 106 watt listrik). Meski sedikit sekali, kurang dari 5%, dari seluruh
potensi tersebut yang sudah dimanfaatkan menjadi energi listrik, namun potensi panas bumi
Indonesia adalah salah satu terbesar di dunia.

Tektonik dan kondisi geologi seperti kegunungapian, magmatisme, dan struktur


geologi adalah faktor yang sangat penting dalam proses pembentukan panas bumi. Di antara
ketiga kondisi geologi di atas, kegunungapian sangat menonjol dalam proses pembentukan
panas bumi di Indonesia.

Berdasarkan kajian Badan Geologi status Desember 2012, di Indonesia terdapat 299 lokasi
lapangan panas bumi. Hingga saat ini, sebanyak 189 lokasi (63,21%) lapangan panas bumi itu
terpaut dengan proses kegunung-apian. Ada pun sisanya, sebanyak 110 lokasi (36,79%),
berkaitan dengan magmatisme dan struktur atau di luar proses gunung api.Lokasi panas bumi
yang berkaitan dengan kegunung-apian, 189 lokasi (63,21% dari total lokasi panas bumi),
terserak di kebanyakan daerah jalur gunung api Indonesia, yaitu di Sumatra 79 lokasi, Jawa 61
lokasi, Bali 5 lokasi, NTB 6 lokasi, NTT 16 lokasi, Sulawesi 12 lokasi, dan Kepulauan Maluku 10
lokasi. Beberapa Contoh daerah yang sangat erat kaitannya dengan empat busur gunung api
di Indonesia dan melepaskan panas bumi serta manifestasinya adalah Kerinci (Sumatra
Selatan), Kamojang (Jawa Barat), Dieng (Jawa Tengah), Mataloko (Pulau Flores, NTT), dan
Lahendong (Sulawesi Utara).Sementara itu, wilayah panas bumi di Indonesia yang bersifat
non-gunung api, sebanyak 110 lokasi (37,79% dari total lokasi panas bumi), tersebar di pulau-
pulau besar seperti Sulawesi, Papua, Sumatra, dan Kalimantan. Rinciannya adalah: Pulau
Sumatra 11 lokasi, Pulau Jawa 10 lokasi, Pulau Bali 1 lokasi, Pulau Kalimantan 12 lokasi, Pulau
Sulawesi 53 lokasi, Kepulauan Maluku 20 lokasi, dan Papua 3 lokasi.

Mengacu kepada Standar Nasional Indonesia (SNI), panas bumi berdasarkan


temperaturnya, dikelompokkan menjadi temperatur rendah (Tipe A), temperatur sedang (Tipe
B), dan temperatur tinggi (Tipe C). Tipe A adalah panas bumi yang suhu fluidanya kurang dari
125 C, sedangkan Tipe B adalah panas bumi yang fluidanya memiliki temperatur antara 125
dan 225 C; dan Tipe C adalah panas bumi dengan temperatur fluidanya lebih besar dari 225
C.

Panas bumi yang kejadiannya berkaitan dengan kegunung-apian, memiliki temperatur


fluida yang tinggi, sedangkan panas bumi yang tidak berkaitan secara langsung dengan
kegunungapian fluidanya biasanya memiliki temperatur yang lebih rendah.Di lapangan,
umumnya manifestasi permukaan sistem panas bumi Indonesia ditemukan dalam bentuk
mata air panas, , geiser, travertine, solfatara, fumarola, endapan alterasi atau ubahan
hidrotermal, kawah lumpur panas, mineral ubahan, dan lain-lain.Secara garis besar,
manifestasi permukaan lapangan panas bumi mengindikasikan adanya potensi panas bumi di
dalamnya. Secara umum, potensi panas bumi pada pulau-pulau kecil kebanyakannya
mempunyai entalpi lebih rendah dibanding yang ditemukan di pulau-pulau besar. Dengan
demikian, pulau-pulau kecil memiliki sistem panas bumi yang lebih kecil dibanding pulau-
pulau besar.

Sumber :

https://www.scribd.com/doc/245682375/Hubungan-Tektonisme-Vulkanisme-dan-
Prospeksi-Geothermal

http://geomagz.geologi.esdm.go.id/hubungan-tektonik-dan-potensi-panas-bumi-
indonesia/

Anda mungkin juga menyukai