Anda di halaman 1dari 20

PENGENALAN ALAT DAN AKUISISI DATA

MAGNETOTELLURIK
(Laporan Praktikum Metode Elektromagnetik)

Oleh

Annisa Vidia Agustin


2115051063

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
Judul Percobaan : Pengenalan Alat dan Akuisisi Data Magnetotellurik

Tanggal Percobaan : 17 Maret 2023

Tempat Percobaan : Rumah masing-masing

Nama : Annisa Vidia Agustin

NPM : 2115051063

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : II (Dua)

Bandar Lampung, 23 Maret 2023


Mengetahui
Asisten,

Rinda Ermana
NPM. 2015051003

ii
PENGENALAN ALAT DAN AKUISISI DATA MAGNETOTELLURIK

Oleh
Annisa Vidia Agustin

ABSTRAK

Telah dilaksanakan praktikum Metode Elektromagnetik pada tanggal 17 Maret


2023 di Rumah masing-masing secara online, Praktikum metode elektromagnetik
ini mengenai Pengenalan Alat dan Akuisisi Data Magnetotellurik, dimana bertujuan
agar mahasiswa dapat mengetahui fungsi alat magnetotellurik, dapat membedakan
system akuisisi menggunakan metode magnetotellurik, dapat menentukan system
akuisisi data magnetotellurik yang diterapkan pada area survei, dapat mendesain
system akuisisi menggunakan metode magnetottelurik, dan agar dapat
mengestimasi biaya akuisisi berdasarkan desain akuisisi yang ditentukan. Pada
akuisisi data magnetotellurik ini dapat dibagi berdasarkan posisi titik-titik
akuisisinya yaitu akuisisi dengan system grid, dengan system line, dan dengan
system random. Magnetotellurik (MT) adalah metode pasif yang mengukur arus
listrik alami dalam bumi, yang dihasilkan oleh induksi magnetik dari arus listrik di
ionosfer. Metode ini dapat digunakan untuk menentukan sifat listrik bahan pada
kedalaman yang relatif besar (termasuk mantel) di dalam bumi. Terdapat berbagai
jenis peralatan pada akuisisi data magnetottelurik, dan prosedur pengukuran data
magnetottelurik, yaitu instalasi prouspot, instalasi coil magnetik, instalasi MTU,
pengukuran dan penutup. Dari hasil praktikum kali ini terdapat tugas yang
membahas mengenai pencaharian berbagai jenis alat metode magnetotellurik
diantaranya yaitu terdapat alat Ground Penetrating Radar (GPR) Scudo, TES-1390
EMF, Magnetotellurik dan T-VLF BRGM.

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ..ii
ABSTRAK ........................................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan Praktikum .................................................................................... 1
II. TEORI DASAR
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan ........................................................................................ 4
B. Diagram Alir ........................................................................................... 5
IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Praktikum ....................................................................................... 6
B. Pembahasan ............................................................................................. 6
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Modul Praktikum ............................................................................. 3
Gambar 2. Alat Tulis ......................................................................................... 3
Gambar 3. Google Meet..................................................................................... 3
Gambar 4. Laptop .............................................................................................. 3
Gambar 5. Diagram Alir .................................................................................... 4

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode magnetotellurik merupakan metode geofisika pasif yang digunakan
untuk mencitrakan bawah permukaan berdasarkan perbedaan nilai tahanan-jenis
batuan. Metode magnetotellurik memanfaatkan arus alami, yaitu arus akibat
variasi medan listrik dan medan magnetik terhadap waktu. Gelombang
elektromagnetik yang masuk ke dalam bumi kemudian berinteraksi dengan
medium yang berbeda tahanan-jenis dan menghasilkan induksi yang akan
membentuk arus eddy dan medan magnetik sekunder. Perekam dari alat MT
akan menangkap medan total. Penjalaran gelombang elektromagnetik dan
interaksinya dengan medium bawah permukaan. Prinsip kerja metode
magnetotelurik didasarkan pada proses penjalaran gelombang dan induksi
elektromagnetik yang terjadi pada anomali bawah permukaan. Medan
elektromagnetik yang menembus bawah permukaan akan menghasilkan medan
listrik dan magnetik sekunder (arus eddy/arus telurik) dalam material konduktif
di dalam bumi, yang kemudian direkam oleh sensor (alat magnetotelurik)
menggunakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah
bahwa medan elektromagnetik merupakan gelombang bidang yang merambat
tegak lurus ke permukaan bumi.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini antara lain:
1. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi alat magnetotellurik.
2. Mahasiswa dapat membedakan system akuisisi menggunakan metode
magnetotellurik.
3. Mahasiswa dapat menentukan system akuisisi data magnetotellurik yang
diterapkan pada area survei.
4. Mahasiswa dapat mendesain system akuisisi menggunakan metode
magnetottelurik.
5. Mahasiswa dapat mengestimasi biaya akuisisi berdasarkan desain akuisisi
yang ditentukan.
II. TEORI DASAR

Salah satu metode yang banyak digunakan dalam prospek geofisika adalah metode
elektromagnetik (EM), biasanya digunakan untuk eksplorasi benda-benda
konduktif. Metode elektromagnetik merupakan metode geofisika yang
memanfaatkan gelombang elektromagnetik baik yang berasal dari alam (natural
source) maupun sumber buatan (artificial source). Pada metode EM, parameter
yang diukur merupakan respon terhadap radiasi elektromagnetik yang diterima oleh
sensor atau receiver. Perubahan komponen-komponen medan magnet akibat variasi
konduktivitas dimanfaatkan untuk menentukan struktur bawah permukaan. Konsep
penjalaran gelombang elektroagnetik di bumi dapat dipahami sebagai proses
induksi elektromagnetik (Vanderlinde, 1993).

Metoda magnetotellurik (MT) merupakan salah satu metoda eksplorasi geofisika


yang memanfaatkan medan EM alam. Medan EM tersebut ditimbulkan oleh
berbagai proses fisik yang cukup kompleks dengan spektrum frekuensi sangat lebar
(10-5 Hz - 104 Hz). Pada frekuensi yang cukup rendah (kurang dari 1 Hz), angin
matahari (solar wind) yang mengandung partikel-partikel bermuatan listrik
berinteraksi dengan medan magnet permanen bumi sehingga menyebabkan variasi
medan EM. Variasi pada frekuensi audio (di atas 1 Hz) terutama disebabkan oleh
aktivitas meteorologis berupa petir. Petir yang terjadi di suatu tempat menimbulkan
gelombang EM yang terperangkap antara ionosfer dan bumi dan menjalar mengitari
bumi (Vozzof, 1991).

Metode magnetotellurik (MT) merupakan metode elektromagnetik (EM) pasif yang


mengukur fluktasi medan listrik (E) dan medan magnet (H) alami pada arah yang
orthogonal dengan arah permukaan bumi dengan tujuan untuk menentukan
kondutivitas bawah permukaan bumi dari kedalaman puluhan meter hingga ribuan
meter. Cakupan rentang frekuensi dari elektromagnetik yang bisa direkam oleh
metode ini adalah 300 - 0.001 Hz (Simpson & Bahr, 2005).

Komponen-komponen yang digunakan pada pengukuran MT terdiri dari sensor-


sensor yang dapat digunakan untuk mengukur medan magnet dan medan listrik.
Sensor-sensor tersebut terdiri dari sensor magnetik (coil) dan sensor elektrik
3

(porospout). Sensor elektrik yang digunakan berjumlah 5 buah yang masing-


masing ditempatkan pada arah utara, selatan, timur, barat dan satu lagi pada bagian
tengah dari keempat tersebut. dan sensor magnetik berjumlah 3 buah dan diletakkan
sejajar dengan sumbu x, sejajar dengan sumbu y dan dikubur dengan arah vertikal.
Selain itu alat MT unit (Phoenix) yang dapat merekam data dan menyimpan data
dan ditambah dengan adanya GPS untuk sinkronisasi waktu pada saat pengukuran
(Agung, 2009).

Prinsip kerja metode magnetotellurik adalah proses induksi elektromagnetik yang


terjadi pada anomali bawah permukaan. Medan EM yang menembus bawah
permukaan akan menginduksi anomali konduktif bawah permukaan bumi yang
menghasilkan medan listrik E dan medan magnetik sekunder H (arus eddy) yang
nanti direkam oleh alat magnetotellurik. Informasi mengenai konduktivitas medium
yang terkandung dalam data MT dapat diperoleh dari penyelesaian persamaan
Maxwell. Medan elektromagnetik alami (medan elektromagnetik primer) sebagai
sumber metode MT sampai ke Bumi dengan memiliki variasi terhadap waktu.
Medan elektromagnetik tersebut menginduksi ore body di bawah permukaan Bumi
sehingga timbul eddy current (arus tellurik) yang men-generate medan
elektromagnetik sekunder. Lalu receiver (RX) yang berada di permukaan
menangkap total medan elektromagnetik sebagai penjumlahan dari medan
elektromagnetik primer dan medan elektromagnetik sekunder. Bumi memiliki
medan magnet yang konstan, namun yang dibutuhkan dalam metode MT bukanlah
medan magnet yang konstan, melainkan medan magnet yang berubah-ubah
terhadap waktu, karena medan magnet yang berubah-ubah terhadap waktu dapat
mengenerate medan listrik. Variasi medan elektromagnet dapat berasal dari petir
ataupun interaksi dari solar wind dengan lapisan magnetosphere Bumi. Medan
elektromagnetik dengan frekuensi lebih dari 1 Hz berasal dari aktivitas metereologi
seperti lightening discharge (cahaya petir). Signal petir oleh cahaya dikenal sebagai
sferics dan mencakup rentang frekuensi elektromagnetik. Sferic menjalar dalam
waveguide sebagai gelombang listrik transversal (TE), magnetik transversal (TM),
atau gelombang listrik dan magnetik transversal (TEM). Sedangkan interaksi antara
solar wind dengan lapisan Magnetosphere dan Ionosphere Bumi menghasilkan
gelombang elektromagnet dengan frekuensi kurang dari 1 Hz. Solar wind adalah
suatu aliran yang kontinu dari plasma, memancarkan sebagian besar proton dan
elektron dari Matahari. Pada saat solar wind mengenai medan magnet terrestrial
pada magnetopause, proton dan elektron akan berdefleksi ke arah yang berlawanan
sehingga menimbulkan medan listrik (Simpson & Bahr, 2005).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain:

Gambar 1. Modul Praktikum

Gambar 2. Alat Tulis

Gambar 3. Google Meet

Gambar 4. Laptop
5

B. Diagram Alir
Adapun diagram alir pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

Mulai

Penjelasan Magnetotellurik dan GPR


oleh asisten

Pengenalan komponen alat dan akuisisi


data

Mengerjakan postest

Mencari alat metode elektromagnetik


beserta prinsip kerjanya

Alat elektromagnetik
berupa GPR Scudo,
TES-1390 EMF, MT
dan T-VLF BRGM

Selesai

Gambar 5. Diagram Alir


IV. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
Adapun hasil data praktikum kali ini terdapat pada lampiran.

B. Pembahasan
Praktikum yang diadakan pada tanggal 17 Maret 2023 membahas mengenai
Pengenalan Alat dan Akuisisi Data Magnetotellurik yang dilaksanakan di
Rumah masing-masing secara online. Pada praktikum kali ini pertama-tama
diawali dengan asisten memaparkan prosedur alat GPR dan magnetotellurik dan
menjelaskan bahwa akuisisi data magnetotellurik berdasarkan posisi titik
akuisisinya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu akuisisi dengan sistem random,
line dan grid serta proses pemilihan sistem akuisisi data harus disesuaikan
dengan kondisi area penelitian, luas area, bentuk, sebaran dan luas objek target.
Selanjutnya, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab tentang materi praktikum, lalu
diakhiri dengan mengerjakan postest, dan pada akhir praktikum setiap praktikan
diberikan tugas untuk mencari serta menggambar alat eksplorasi metode
elektromagnetik beserta komponen dan prinsip kerja dari setiap alat tersebut.

Kelebihan dari metode magnetotellurik (MT) dibanding dengan metode


geofisika lainnya yaitu sumbernya yang tak terbatas, kemampuan penetrasi yang
dalam, dalam pengukuran tidak memerlukan tramsmitter gelombang, dapat
memberikan informasi pada area yang non-seismik, alat yang digunakan ringan,
produksi rata-rata baik, bisa di akses dimana saja, prosedur interpretasi 2D dan
1D berkembang dengan baik, memiliki resolusi yang baik dibanding metode
gaya berat dan penggunaan MT tidak merusak lingkungan sekitar saat
pengukuran. Sedangkan, kekurangan dari metode magnetotellurik (MT) yaitu
metode ini sensitif terhadap sumber noise (gangguan) elektromagnetik, noise
bisa berupa gangguan yang terjadi karena aktivitas alam (noise koheren) seperti
petir dan badai matahai, bisa juga berupa noise akibat aktivitas manusia (noise
non-koheren) di sekitar lokasi pengukuran. Kekurangan lainnya adalah resolusi
lebih kecil dari seismik, sinyal pada MT merupakan sinyal natural yang tidak
beraturan dan MT berhubungan dengan konduktror lateral.
7

Metode elektromagnetik adalah metode geofisika yang memanfaatkan


gelombang elektromagnetik alamiah maupun buatan manusia untuk mengetahui
sifat fisis (resistivitas) di bawah permukaan bumi. Pemanfataan metode
elektromagnetik disesuaikan dengan sumber daya manusia dan sumber daya
alam pada setiap negara. Metode ini dapat dimanfaatkan untuk eksplorasi
sumber daya geologi (seperti panas bumi, minyak dan gas bumi, serta bahan
tambang) maupun dimanfaatkan untuk penelitian kegempaan. Di Indonesia,
metode elektromagnetik sering dimanfaatkan untuk eksplorasi panas bumi.
Berdasarkan sumber gelombang elektromagnetik, metode elektromagnetik
dibagi menjadi dua, yakni pasif yaitu memanfaatkan gelombang
elektromagnetik alamiah seperti metode magnetotelurik, serta aktif yang
memanfaatkan gelombang elektromagnetik buatan seperti metode CSEM,
CSMT, TEM, VLF, GPR. Metode yang paling sering digunakan untuk
eksplorasi panas bumi adalah magnetotellurik.

Resume jurnal pada praktikum kali ini berjudul “Pemodelan 2D Sebaran


Tahanan Jenis Terhadap Kedalaman Daerah Panasbumi Garut Bagian Selatan
Menggunakan Metode Magnetotellurik”. Jurnal ini membahas mengenai daerah
panasbumi yang ada di wilayah Garut bagian selatan, Adapun penelitian ini
bertujuan untuk menginterpretasikan pemodelan 2D sebaran tahanan jenis
terhadap kedalaman daerah panasbumi Garut bagian Selatan dan untuk
mengetahui sistem panasbumi daerah tersebut dengan metode magnetotellurik
(MT). Metode ini digunakan karena mampu mendeteksi struktur bawah
permukaan hingga kedalaman ribuan meter. Pada penelitian ini data diambil
sebanyak 32 titik akuisisi. Data yang diperoleh dari proses akuisisi lapangan
selanjutnya diolah dengan menggunakan software SSMT 2000, MT Editor 90,
dan WinGLink. Penelitian ini didukung data geologi, geokimia serta peta
geologi daerah penelitian untuk menghasilkan pemodelan sebaran tahanan jenis
terhadap kedalaman daerah panasbumi Garut bagian Selatan. Aplikasi metode
magnetotellurik mampu menginterpretasikan pemodelan sistem panasbumi yang
terdiri atas batuan penudung, batuan reservoir dan batuan pemanas, serta jenis
batuan dan sesar dari perbedaan nilai tahanan jenis yang dihasilkan. Daerah
panasbumi Garut bagian Selatan disusun oleh batuan lunak alterasi, batuan tuf,
batu pasir, tuf batuan lempung, batuan lignit, batuan beku dan batuan
konglomerat. Sesar naik cenderung mewakili daerah penelitian bagian Barat
Daya (Cijayang), sedangkan sesar turun atau normal berada di daerah Timur
Laut daerah penelitian. Dan, Hasil penelitian menunjukkan adanya dua sistem
panasbumi di wilayah Ciarinem dan wilayah Gunung Papandayan yang terdiri
dari batuan penudung (clay cap), batuan reservoir, dan batuan pemanas (hot
rock). Batuan penudung (clay cap) yang bersifat konduktif berada pada
kedalaman dangkal dengan nilai tahanan jenis berkisar 10 – 30 ohm.m, batuan
8

reservoir dengan nilai tahanan jenis antara 40 – 600 ohm.m dan batuan pemanas
(hot rock) yang bersifat lebih resistif memiliki nilai tahanan jenis ≥700 ohm.m.

Ground Penetrating Radar menggunakan sinyal gelombang elektromagnetik.


Gelombang elektromagnetik akan dipancarkan ke dalam bumi dan direkam oleh
antena pada saat gelombang telah mencapai kepermukaan. Gelombang
elektromagnetik diteruskan, dipantulkan dan dihamburkan oleh struktur
permukaan dan anomali jika terdapat di bawah permukaan. Gelombang
elektromagnetik yang dipantulkan dan dihamburkan akan direkam oleh antena
di permukaan. Metoda ini dapat menghasilkan gambaran bawah permukaan
dengan resolusi yang tinggi, karena gelombang yang dipancarkan oleh GPR
memiliki frekuensi sekitar 10- 1000Mhz. Secara umum peralatan GPR terdiri
dari dua komponen utama yaitu peralatan pemancar gelombang radar
(transmitter) dan peralatan penerima pantulan/ refleksi gelombang radar
(tranceiver). Sistem yang digunakan adalah merupakan sistem aktif dimana
dilakukan ‘penembakan’ pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (pada interval
gelombang radar) untuk kemudian dilakukan perekaman intensitas gelombang
radar yang berhasil dipantulkan kembali ke permukaan. Prinsip kerja GPR
adalah, Transmitter yaitu membangkitkan pulsa gelombang elektromagnetik
pada frekuensi tertentu sesuai dengan karakteristik antena tersebut (10 Mhz-
4Ghz), lalu Receiver diset untuk melakukan scan yang secara normal mencapai
32-512 scan perdetik. Setiap hasil scan ditampilkan pada layar monitor sebagai
fungsi waktu two-way time travel time, yaitu waktu tempuh gelombang
elektromagnetik menjalar dari transmitter–target–receiver. Tampilan ini disebut
dengan radargram. Adapun peralatan dalam alat GPR diantaranya yaitu Probe
(transmitter dan receiver) yaitu Alat ini bekerja dengan dua antena. Satu
berfungsi sebagai Transmitte, yaitu bertugas memancarkan gelombang radar.
Lainnya sebagai Receiver, bertugas menerima gelombang radar yang
dipantulkan bahan di sekelilingnya kemudian pola pemantulan ditampilkan
dalam bentuk radargram. Selanjutnya, Gagang Probe berfungsi sebagai
penegang setting alat pada akuisisi GPR. Meteran berfungsi untuk mengukur dan
menentukan panjang line pada desain akuisisi. Kabel Konektor digunakan untuk
penghubung antara control unit (GPR OKM Future 2005) dengan powertank
atau control unit dengan probe. Bluetooth berfungsi sebagai alat transfer data
dari control unit menuju computer agar data dapat ditampilkan. GPS berfungsi
untuk tracking saat akuisisi. Dan, Laptop (Software Visual 3D) digunakan untuk
menampilkan desplay atau hasil dari pengambilan data pada alat GPR.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang di dapat dari praktikum ini antara lain sebagai berikut:
1. Metode magnetotellurik (MT) adalah metode elektromagnetik (EM) yang
dilakukan dengan mengukur fluktuasi medan magnetik dan merekam
fluktuasi medan listrik dipermukaan bumi. Fluktuasi medan EM ini
utamanya berasal dari aktifitas meteorologi dan aliran arus listrik di ionosfer.
Sumber lain yang menyumbang medan EM yang terukur biasanya berupa
sumber buatan yang dibangkitkan misalnya oleh jaraingan listrik atau
gelombang radio.
2. Akuisisi data magnetotellurik berdasarkan posisi titik akuisisinya dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu akuisisi dengan sistem random, line dan grid.
3. Proses pemilihan sistem akuisisi data harus disesuaikan dengan kondisi area
penelitian, luas area, bentuk, sebaran dan luas objek target sehingga dapat
menghindari lokasi-lokasi yang bisa menyebabkan noise.
4. Prinsip kerja metode magnetotellurik adalah proses induksi elektromagnetik
yang terjadi pada anomali bawah permukaan. Medan EM yang menembus
bawah permukaan akan menginduksi anomali konduktif bawah permukaan
bumi yang menghasilkan medan listrik E dan medan magnetik sekunder H
(arus eddy) yang nanti direkam oleh alat magnetotellurik.
5. Keuntungan penggunaan alat eksplorasi magnetottelurik adalah relatif
mudah dilakukan dan tidak merusak, antena tidak harus bersentuhan secara
langsung dengan permukaan tanah, dengan cara demikian dapat
mempermudah dan mempercepat pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, L. 2009. Pemodelan Sistem Geothermal Dengan Menggunakan Metode


Magnetotellurik di Daerah Tawu, Sabah, Malaysia. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Destyanti, D. Yulianto, T. Gaffar, E. Z. 2016. Pemodelan 2D Sebaran Tahanan Jenis


terhadap Kedalaman Daerah Panasbumi Garut Bagian Selatan Menggunakan
Metode Magnetotellurik. Youngster Physics Journal. 5(4).

Simpson, F. Bahr, K. 2005. Practical Magnetotellurics. Cambridge University


Press.

Vanderlinde, J. 1993. “Classical Elektromagnetic Theory 2nd Ed”, John Wiley &
Sons. Inc, US.

Vozzoff, K. 1991. The magnetotelluric method, in Electromagnetic Methods in


Applied Geophysics Application. SEG Publishing.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Postest

Gambar 6. Postest
Lampiran 2 : Tugas

Gambar 7.Tugas
Gambar 7.1. Tugas
Lampiran 3 : Cover Jurnal

Gambar 8. Cover Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai