Anda di halaman 1dari 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBIDAIAN

DISUSUN OLEH

: KELOMPOK II

1. ADI BINTANG PRANA


2. AGUNG PRABOWO C.D.W
3. ANA
4. DINA APRILIA
5. DINDANIAR
6. ESTI RAHAYU
7. EVA PRATAMA
8. NURVIANSI AYULEDYA
9. PENI PUSPARINI
10. RUDI KURNIAWAN
11. SHERLYANA INDAH.A
12. YUANA

( 091.0004 )
( 091.0006 )
( 091.0008 )
( 091.0018 )
( 091.0020 )
( 091.0032 )
( 091.0034 )
( 091.0074 )
( 091.0076 )
( 091.0088 )
( 091.0090 )
( 091.0100 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


S1 KEPERAWATAN
2012 - 2013
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PEMBIDAIAN
A. PENGERTIAN
Pembidaian merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mempertahankan
posisi tubuh yang mengalami fraktur yang dapat diterapkan baik dalam bagian emergency
maupun pada tempat kejadian.
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan tulang yang
patah.
Alat penunjang berupa sepotong tongkat , bilah papan , tidak mudah bengkok ataupun
patah, bila digunakan akan berfungsi untuk mempertahankan , menjamin tidak mudah
bergerak, sehingga kondisi patah tulang tidak semakin parah.
Syarat syarat bidai :
1. Ukuran meliputi lebar dan panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan
2. Panjang bidai diusahakan melampaui dua sendi yang membatasi bagian

yang

mengalami patah tulang


3. Usahakan bidai dengan lapisan empuk agar tidak membuat sakit.
4. Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan dua sendi tulang yang patah
5. Bidai tidak boleh terlalu kencang atau kuat
Perhatian
1. Pada saat pemasangan bidai ingat nyeri dapat lebih menghambat, dapat menyebabkan
syok
2. Pada saat pemasangan bidai yang kurang hati hati dapat mengakibatkan patah
tulang makin parah
B. INDIKASI
Tindakan ini diindikasikan pada fraktur fraktur yang tidak bergeser, fraktur iga
yang stabil, falang, dan metacarpal atau fraktur klavikula pada anak. Indikasi lainya yaitu
fraktur kompresi tulang belakang, impaksi fraktur pada humerus, proksimal serta fraktur
yang sudah

mengalami union secara klinis, tetapi belum mencapai konsolidasi

radiologic.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Traksi
2. Mitella
3. Papan yang diberi kasa atau kapas
D. PROSEDUR
1. Ekstermitas Atas
Bahu dan lengan atas

a. Fleksikan siku yang akan dibidai


b. Luruskan jari jari tangan, dengan posisi ibu jari berada di atas
c. Seseorang memegang lengan penderita, dan seseorang lagi memegang jari
jari penderita dan tangan yang satu memegang tangan penderita sambil
sedikit diluruskan
d. Letakkan bidai mulai dari ujung siku sebelah luar kepunggung lengan bawah
terus ke punggung tangan sampai ke pangkal jari tangan
e. Balut dengan kain kasa. Sebaiknya membalut dimulai dari bagian yang fraktur.
Lalu hadapkan kea rah atas sampai bagian siku sebelah bawah.
f. Balut baik secara pucuk rebung (dolara repens) atau secara balut silang (spica
manus )
g. Kerjakan berulang ulang hingga maksud yang dituju.
h. Ikat dengan menggunakan mitella sebagai gendongannya.
Sendi siku
a. Jika sendi siku yang cidera dapat dilatakkan dengan mudah dengan posisi flexi
90 0
b. Jika sendi siku yang cidera berada pada posisi ekstensi

kita tidak boleh

menekuknya sampai terbentuk sudut 90 0


c. Balut lengan ke tubuh dengan posisi sendi siku seperti waktu ditemukan
dengan menggunakan bidai udara yang dapat ditiup mengembang
Lengan bawah dan pergelangan tangan.
a. Berikan bidai pada ekstermitas yang mengalami fraktur
b. Ikat dengan mitella
c. Berikan gendongan dengan sendi siku dalam posisi fleksi 90

untuk

menambah kenyamanan.
2. Ekstermitas Bawah
Sendi paha. Paha dan lutut
a. Gunakan bidai Thomas atau bidai berengsel setengah cincin
b. Diperlukan bantuan dua orang untuk menghasilkan traksi fiksasi dalam bidai
Thomas.
c. Salah seorang melakukan traksi manual dengan memegang kaki penderita dan
menariknya dengan sedikit elevasi pada sendi paha.
d. Orang yang lain memasang bidai Thomas dengan cincin penuh dengan
setengah cincin.
e. Tambahkan kain pengikat atau mitella dibelakang paha dan tungkai bawah\
f. Atur posisi alat penambat traksi dan ikat dengan tali pada ujung distal bidai
sambil menjaga agar terjadi cukup tarikan.

g. Bila ada juga bisa menggunakan bidai hare juga terdapat kain pengikat dengan
pegangan Velcro dan sebuah katrol khusus terpasang pada ujung distalbidai ini
sehingga besarnya traksi dapat di ukur.
Cara lain dengan menggunakan papan yang diberi kasa.
a. Pasang papan berkasa / bidai membentang bagian thoraks bagian bawah
dipasang pada sisi lateral .
b. Pasang yang lebih pendek pada sisi medial ekstermitas
c. Eratkan bidai dengan kain balut atau mitella pada ekstermitas dan papan
yang panjang pada thoraks bagian bawah serta daerah pelvis.
Tungkai bawah dan pergelangan kaki
a. Pasang bidai sampai bagian tengah paha
b. Untuk fraktur pergelangan kaki pemasangan bantal di ikat erat didaerah
bagian bawah tungkai
DAFTAR PUSTAKA
Muchtarudin.1993.Ilmu Balut.Jakarta:Balai pustaka.

Anda mungkin juga menyukai