Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

LAPORAN KASUS DENGAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN PADA TN.R
DI RUANG RIPD RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG

Oleh :
FEBRIYAN TEGUH A.W.

(013709)

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami bisa menyelesaikan makalah tentang Laporan kasus
dengan Resiko Perilaku Kekerasan pada Tn.S di Ruang Hudowo RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Praktik
Klinik Keperawatan Jiwa.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing klinik dan Pembimbing
akademik yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini sehingga dapat
selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan
makalah ini kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para
pembaca.
Semarang, 9 januari 2016

FEBRIYAN

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
ALatar Belakang....................................................................................
BTujuan.................................................................................................
BAB II LANDASAN TEORI
A Pengertian...........................................................................................
B Rentang Respon.................................................................................
C Faktor Presipitasi...............................................................................
D Faktor predisposisi.............................................................................
E Etiologi...............................................................................................
F Tanda dan Gejala................................................................................
G Masalah Keperawatan........................................................................
H Pohon Masalah...................................................................................
I Diagnosa Keperawatan........................................................................
J Rencana Tindakan Keperawatan.........................................................
K Strategi Pelaksanaan..........................................................................
BAB III LAPORAN KASUS
A Pengkajian..........................................................................................
B Analisa Data.......................................................................................
C Daftar Masalah...................................................................................
D Pohon Masalah...................................................................................
E Rencana Keperawatan........................................................................
F Implementasi dan Evaluasi.................................................................
BAB III PENUTUP
A Kesimpulan........................................................................................
B Kritik dan Saran.................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah
atau ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang

sebagai rentang dimana agresiv verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan
(violence) disisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan
frustasi, benci atau marah. Hal ini kan mempengaruhi perilaku seseorang
berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perillaku menjadi
agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus (Wati, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di ekspresikan
dengan melakukan ancaman mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan.
Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor.Respon ini dapat
menimbulkan

kerugian

baik

pada

diri

sendiri,

orang

lain,

maupun

lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan, maka penanganan


pasien dengan perilaku kekerasan perlu di lakukan secara cepat dan tepat oleh
tenaga-tenaga professional (Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa,
2012).
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain atau secara fisik maupun psikologis
( Berkowitz dalam Hernawati 1993.
Hasil riset WHO dan World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa
dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 %, saat ini
gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 %
(Dayly lost (1998) dalam Rasmun,2001).
WHO menyatakan satu dari empat orang di dunia mengalami masalah
mental atau jiwa.Who memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan kesehatan jiwa. Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat Depkes) mengatakan angka itu menunjukan jumlah
penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu
dari empat penduduk indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, setress,
depresi, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja, sampai skizofrenia (Yosep,
2007). Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara
verbal dan fisik ( Ketner et al., 1995 dalam Keliat, Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas, 2012).
Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien
dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenagatenaga profesional. Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa individu
yang sakit jiwa adalah aib dan memalukan, tidak bermoral bahkan tidak

beriman.Pada umumnya pasien gangguan jiwa di bawa keluarga ke rumah sakit


jiwa atau unit pelayanan kesehatan jiwa lainnya karena keluarga tidak mampu
merawat dan terganggu perilaku pasien.
Masalah tindakan kekerasan perilaku agresi merupakan kejadian kompleks
yang bukan hanya mencakup aspaek perilaku (behavior) tapi merupakan suatu
problema kesehatan jiwa yang dapat dialami oleh siapapun. Fenomena social yang
terjadi beberapa tahun belakangan ini seperti krisis berkepanjangan, adakan
penduduk yang tidak merata karena sulitnya mencari kehidupan layak sehingga
penduduk melakukan migrasi (urbanisasi) ke wilayah yang lebih menjanjikan
pendapatan layak secara ekonomi seperti di negara Indonesia banyak terjadi PHK,
antara lapangan pekerjaan yang sedikit .
Berdasarkan latar belakang di atas mengenai gangguan kesehatan jiwa
yang salah satunya merupakan perilaku kekerasan maka penulis tertarik untuk
menulis makalah dengan judul asuhan keperawatan dengan perilaku kekerasan,
guna membantu klien dan keluarga dalam menangani masalah kesehatan yang di
hadapi melalui penerapan asuhan keperawatan jiwa.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori dan memberikanAsuhan
Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan

pada pasien dengan perilaku

kekerasan.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian perilaku
kekerasan
b. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari Perilaku Kekerasan
c. Mahasiswa mampu mengetahui Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
d. Mahasiswa mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien dengan
perilaku kekerasan meliputi pengkajian, pohon masalah, diagnosa
keperawatan serta tindakan keperawatan

BAB II
LANDASAN TEORI
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
Agression is harsh physical or verbal action that reflects rage, hostility and
potential for psical or verbal destructiveness (Varcarolis, 2006: 490). Agresi adalah
sikap atau perilaku kasar atau kata-kata yang menggambarkan perilaku amuk,
permusuhan dan potensi untuk merusak secara fisik atau dengan kata-kata.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun
orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol
(Kusumawati dan hartono, 2010)
Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik. (Yosep, 2010)
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Damayanti,2010)
Perilaku kekerasan suatu bentuk perilaku yang melukai atau mencedarai diri
sendiri, oranglain, lingkungan, baik secara verbal maupun fisik. Perilaku kekerasan
berfuktuasi dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi yaitu dari memperlihatkan
permusuhan dari tingkat rendah sampai melukai pada tingkt yang serius dan
membahayakan pada lingkungan sekitarnya. ( Stuart, 2009)
B. Rentang Respon
Menurut Yosep (2010) :
Adaptif
Maladaptif
Asertif
Frustasi
Pasif
Agresif
Amuk/PK
Asertif :
Klien mampu mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan kelegaan
Frustasi :
Klien gagal mencapai tujuan kepuasan atau saat marah dan tidak dapat
menemukan alternatifnya
Pasif :
Klien marasa tidak dapat mengungkapkan perasaanya tidak berdaya dan menyerah
Agresif :
Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain
dengan ancaman
Kekerasan :
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat dan hilang kontrol, disertai amuk,
merusak lingkungan
C. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan
sering kali berkaian dengan :
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perklahian masal
dan sebagainya
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi

3. Kesulitan dalam mengasumsikan sesuatu dalam keluarga serta tidak


membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik
4. Adanya riwayat perilaku antisosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan keluarga.
D. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep(2010), factor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan
adalah :
1. Teori biologis
a. Neurologic factor
Beragam komponen dari system saraf seperti sinar, neurotrasmitter,
dendrite, akson terminalis mempunyai peran menfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan- pesan yang akan mempengaruhi
sifat agresif system limbik sangat terlibat timbulnya bermusuhan dan
respon agresif.
b. Genetic factor
Adanya gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi
perilaku agresif menurut riset kazuo murakami( 2007) dalam gen
manusia terdapat dormant ( potensi) agresif yang sedang tidur akan
bangun jika terstimulasi oleh factor eksternal. Menurut penelitian
genetic tipe karyotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni
pelaku tindak criminal, serta orang- orang yang tersangkut akibat
perilaku agresif .
c. Cycardian Rhytm
(irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu. Menurut
penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan
menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan 13. Pada jam
tertentu orang mudah terstimulasi untuk bersifat agresif.
d. Biochemistry factor
(factor biokimia tubuh)seperti neurotranmiter di otak (epineprin,
norepineprin, dopamine, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan
dalam penyampaian informasi melalui system persyarafan dalam
tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang di anggap mengancam

atau membahayakan akan di hantar melalui impuls neurotransmitter ke


otak dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan hormone
androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin dan GABA pada
cairan cerebrospinal vertebral dapat menjadi factor predisposisi
terjadinya perilaku agresif.
e. Brain area disorder
Gangguan pada system limbik can lonus temporal syndrome otak
organic, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsy
ditemukan sangat berpengaruh perilaku agresif dan tindak kekerasan
2. Teori psikologis
a. Teori psikoanalisa
Agresifitas dan kekerasan dapat di pengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang

seseorang.

Teori

ini

menjelaskan

bahwa

adanya

ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak
mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang utuh
cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah
dewasa

sebagai

kompensasi

adanya

ketidakpercayaan

pada

lingkungan. Tidak terpenuhi kepuasan dan rasa aman dapat


mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat kosep diri
yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan
rendahnya harga diri perilaku tindak kekerasan.
b. Imitation, modeling, and information processing teory
Menurut teori ini perilaku kerasan bisa berkembang dalam lingkungan
yang mentolerin kekerasan. Adanya contoh , model dan perilaku yang
ditiru dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu
meniru perilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak
dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada boneka
dengan reward positif pula (makin keras pukulannya akan diberi
coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihi dan mencium
boneka tersebut dengan rewerd positif pula (makin baik belaiannya
mendapat hadiah coklat).setelah anak- anak keluar dan diberi boneka
ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai tontonan yang pernah
dialaminya

c. Learning teori
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat
menerima kekecewaan dan mengamati respon ibu saat marah ia juga
belajar bahwa agresifitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya,
menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk
diperhitungkannya
E. Tanda dan gejala
Menurut Yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda
dan gejala perilaku kekerasan:
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot atau pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Jalan mondar mandir
F. Masalah Keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan, (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan
verbal)
b. Perilaku kekerasan
c. Harga diri rendah kronis

G. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, oranglain, lingkungan dan verbal)
Effect
Perilku kekerasan
Core problem
Harga diri rendah kronis
Causa
H.
a.
b.
c.

Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan,
Harga diri rendah kronik,
Resiko perilaku kekerasan ( diri sendiri, oranglain, lingkungan, dan verbal )

I. Intervensi keperawatan
1. Perilaku kekerasan
Setelah tindakan keperawatan x. hari pasien dapat mengontrol
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

perilaku kekerasan dengan kriteria :


Wajah cerah, senyum
Mau berkenalan & ada kontak mata
Bersedia menceritakan perasaan
Menceritakan penyebab perasaan kesal atau marah
Dapat mengidentifikasi tanda- tanda perilaku kekerasan
Dapat mengidentifikasi bentuk perilaku kekerasan yang dilakukan
Dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Mampu mempraktik cara mengontrol marah yang diajarkan
Mampu terlibat dalam terapi aktifitas kelompok konfersi energi, orientasi

realita dan stimulasi persepsi


10) Dapat minum obat dengan bantuan minimal
Intervensi pasien :
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Membina hubungan saling percaya


Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
Mengidentifikasi bentuk perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
Mengidentifikasi akibat perilaku kekersan
Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan antara lain :
a. Secara fisik (relaksasi, kegiatan olahraga)
b. Secara verbal (sharing/menceritakan pada orang lain )
c. Secara spiritual (berdoa/ sholat)
d. Secara farmakologis (minum obat)
7) Membantu pasien mempraktekan cara mengekspresikan cara sehat
mengontrol perilaku kekerasan yang telah diajarkan
8) Menganjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol perilaku kekerasan
yang sesuai
9) Memasukan cara mengontrol perilaku kekerasan yang telah dipilih kedalam
jadual kegiatan harian
10) Membantu pasien membuat rencana jadual kegiatan dirumah
11) Menjelaskan pada pasien tentang obat yang diminum (jenis, dosis, waktu
minum, manfaat dan efek samping obat)
12) Memberikan obat-obatan sesuai program pengobatan
13) Membantu keefektifan pengobatan dan efek sampingnya (vital sign dan
pemeriksaan fisik yang lain)
14) Melibatkan pasien dalam terapi kelompok dan kegiatan sehari-hari
15) Pertahankan agar lingkungan pasien pada tingkat stimulus yang rendah
(penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana dan tingkat
kebisingan yang rendah)

16) Observasi secara ketat perilaku dan tanda tanda pasien marah setiap 15
menit
17) Menyingkirkan benda-benda yang dapat membahayakan dari lingkungan
sekitar pasien
18) Bila perlu lakukan fiksasi atau restrain dan observasi setiap 15 menit
Intervensi keluarga :
1) Mendiskusikan masalah yang di rasakan keluarga dalam merawat pasien
perilaku kekerasan
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian perilaku kekerasan,
tanda dan gejala, serta proses terjadinya perilaku kekerasan
3) Menjelaskan cara merawat pasien dengan perilaku kekerasan
4) Mengajarkan dan melibatkan keluarga dalam mempraktekan cara merawat
pasien dengan perilaku kekerasan secara langsung di rumah sakit (cara
minum obat, sharing, relaksasi, menyalurkan dalam aktivitas yang
konstriktif, Follow up)

BAB III
LAPORAN KASUS
I.

PENGKAJIAN
Ruang rawat

:Ruang Hudowo RSJD Dr. Amino Gondohutomo

Semarang
Tanggal Pasien Masuk : 20 Desember 2015 jam 14.15 WIB
Tanggal Mulai di Rawat: 20 Desember 2015 jam 16.25 WIB
A. Identitas
1. Identitas klien
Nama
: Tn.S
Umur
: 33 tahun
Alamat
:Tegal
Status Perkawinan
: menikah
Agama
: Islam
Suku/ Bangsa
: Jawa/ Indonesia
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
:No CM
: RMJ 108202
Tanggal Pengkajian : 23 Desember 2015
2. Identitas Penanggung jawab
Nama
: Ny. R
Hubungan dengan klien
: ibu
Alamat
:Tegal
A. Alasan Masuk
Klien di bawa oleh keluarganya ke RSJD AMINO GONDOHUTOMO, karena
sering marah-marah tanpa sebab,pasien pernah memukul kaca hingga pecah dan
membanting barang-barang.
B. Faktor Predisposisi
Klien pernah dirawat di RSJ 2x sebelumnya dan pernah mengalami gangguan jiwa
di masa lalu. Klien tidak pernah mengalami trauma seperti aniaya fisik, aniaya
seksual, penolakan, dan kekerasan. Dalam anggota keluarga tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa seperti klien.
C. Fisik
1. Kesadaran : composmentis
2. TD
: 120/80 mmHg
N
: 77x/menit
RR
: 20x/menit
Suhu : 36,8 C
3. Ukur
Tb : 164 cm
Bb : 56 kg
4. Klien mengatakan tidak mempunyai keluhan fisik
D. Psikososial

1. Genogram
X

Keterangam :
: PEREMPUAN
: LAKI-LAKI
: GARIS KETURUNAN
: SATU RUMAH
X

: MENINGGAL
: PASIEN
Klien adalah anak ketiga yang mempunyai 2 orang saudara perempuan. Klien
berumur 33 tahun. Pasien tinggal bersama istri ,anak dan ibunya sedangkan
kakaknya tinggal di jakarta dan kalimantan karena ikut suaminya.
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan bahwa anggota tubuhnya normal, tidak ada bagian
tubuh yang kurang ataupun tidak disukai
b. Identitas Diri
Klien mengatakan didalam keluarganya adalah seorang kepala keluarga .
Klien adalah anak ketiga dari 3 bersaudara. Orang paling dekat adalah
ibunya
c. Peran Diri
Klien mengatakan saat di rumah dia berperan sebagai kepala di
keluarganya.klien mampu berhubungan sosial dengan baik dan pasien
bekerja sebagai nelayan.
d. Ideal Diri

Klien berharap segera sembuh kembali agar dapat kembali bekerja dan
bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.
e. Harga Diri
Klien berharap cepat sembuh karena ia malu dengan keadaannya saat ini.
Masalah keperawatan: harga diri rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang paling dekat
Klien mengatakan orang paling dekat dengannya adalah ibunya.
b. Saat dirumah klien jarang mengikuti kegiatan masyarakat seperti
bergotong royong.karena malu dengan keadaannya
Masalah keperawatan: gangguan interaksi sosial isolasi sosial : menarik
diri.
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam, klien berdoa sesuai kepercayaan yang
dimiliki.
b. Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan dirumah rajin melakukan ibadah. Selama dirumah sakit
klien jarang melaksanakan ibadah
5. Status Mental
a. Penampilan
Penampilan klien saat dirumah sakit tampak bersih, badan tidak kotor dan
tidak bau, pakaian sesuai, rambut bersih dan tidak beruban, keramas dan
menyisir rambut setiap hari.
b. Pembicaraan
Klien kooperatif, suaranya jelas, menatap lawan bicara.
c. Aktivitas motorik
Klien tampak tenang .sesekali mondar mandir dan agak curiga
d. Afek
Reaksi klien terhadap stimulus tumpul yaitu hingga berinteraksi saat diberi
rangsang kuat. Labil yaitu emosi klien berubah-ubah dan jika di tanya
mengenai hal yang menyedihkan, klien tampak sedih dan ketika di Tanya
hal yang menyenangkan, klien tampak senang, merespon dan kadang
apatis.
e. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara pasien kooperatif, mau menatap lawan bicara.aktif
menjawab pertanyaan.
f. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih karena kangen rumah dan orang tuanya. Klien
ingin cepat pulang karena merasa sudah sembuh dan merasa sudah bosen
di RSJ.

g. Persepsi
Klien sering mempunyai persepsi negatif terhadap orang lain
h. Proses pikir
Klien mampu untuk mengingat kejadian masa lampau dan kejadian
beberapa waktu lalu,pembicaraan jelas dan tidak loncat loncat, tujuan
pembicaraan tercapai karena pasien kooperatif.
i. Isi pikir
Klien tidak mengalami gangguan isi pikir
Pasien menyalahkan hal hal diluar dirinya kenapa dia masuk ke RSJ
j. Tingkat kesadarandan orientasi
Klien sadar penuh, klien dapat mengidentifikasi waktu, tempat dan orang
dengan baik
k. Memori
Klien mengingat memori jangka panjang dan pendek, pasien masih ingat
siapa saja yang membawa ke RSJ
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat diajak berinteraksi konsentrasi klien baik, klien juga mampu dalam
berhitung
m. Kemampuan penilaian
Kemampuan penilaian pasien yaitu mampu mengambil keputusan sesuai
prioritas.
n. Daya tilik diri
Klien menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa dan dibawa ke
RSJ untuk berobat
6. Kebutuhan perencanaan pulang
a. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien mengatakan untuk memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perawatan,
kesehatan,dan transportasi oleh keluarga
b. Kegiatan hidup sehari-hari
1) Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari dan gosok gigi 2x sehari
2) Kebersihan
Kulit klien tampak bersih, dan penampilan klien tampak rapi
3) BAK/BAB
Klien mampu mengontrol BAK/BAB. BAB/BAK pada tempatnya dan
mampu membersihkannya
4) Makan
Klien makan 3x sehari nafsu makan klien baik, klien mampu makan
secara mandiri
5) Ganti baju
Klien mengganti baju secara mandiri dan berpakaian sewajarnya
c. Nutrisi
Klien mengatakan makan 3x sehari
d. Istirahat tidur
Klien tidak mengalami gangguan istirahat tidur

e. Kemampuan klien
Klien masih perlu dibimbing dalam memenuhi kebutuhan ADL nya
7. Mekanisme koping
a. Adaptif
Klien mampu berbicara dengan orang lain
b Mal adaptif
Ketika klien marah klien berbicara dengan nada keras dan mata melotot
tangan mengepal dan akan memukul orang yang mengganggunya.
8. Masalah psikososial dan lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien merasa nyaman dengan keluarganya. Sebelum sakit klien jarang
bergaul di masyarakat
b. Masalah dengan lingkungan
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan lingkungan keluarga dan
lingkungan sekitar rumah
c. Masalah dengan ekonomi
Klien merasa tidak ada masalah ekonomi keluarga
9. Pengetahuan
Klien mengatakan belum paham dengan penyakitnya
10. Aspek medik
1. Diagnosa medik : 2. Terapi Obat :
a) Resperidon 1mg 2x1
b) Merlopam 2 mg 2x1
c) Diazepam 1x1 amp

ANALISA DATA
Nama : Tn.S
Usia
No
1

Ruangan : Hudowo

: 33 tahun

Hari/ Tgl/Jam Data


Selasa, 29
DS :

Masalah Keperawatan
Gangguan Konsep diri :

Desember

1. klien mengatakan minder dan malu

harga diri rendah

2015 jam

dengan kondisinya sekarang


2. mengatakan pernah keluar masuk

09.00

rumah sakit jiwa sehingga klien


merasa tidak pernah dilibatkan
dalam kegiatan masyarakat dan
dikucilkan oleh tetangga dan
temannya.
DO : - klien tampak kooperatif
- klien tampak menunduk saat
membicarakan rasa malunya
-kontak mata kurang

Rabu, 23
Desember
2015 jam

DS :

Resiko Perilaku

.
1. klien mengatakan masih sering

Kekerasan

muncul perasaan marah dan jengel

09.00

tanpa sebab
2. klien mengatakan mudah
tersinggung
DO :

Pasien tampak tegang


Emosi pasien cepat berubah
Pasien kooperatif

Selasa, 29

DS :

Resiko Mencederai diri

Desember

klien mengatakan jika marah memukul

sendiri, orang lain dan

2015 jam

yang ada di depannya

lingkungan

09.00

DO : pasien tampak sensitif, kontak mata

ada,pasien labil

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah
3. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
POHON MASALAH
Resiko Mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Resiko

Perilaku

Gangguan Konsep diri : harga diri rendah

Effect

Core Problem

Causa

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA


No
1

Diagnosa

Perencanaan

Tujuan
Keperawatan
Resiko PerilakuSetelah dilakukan tindakan
Kekerasan

keperawtaan 1x 5 hari
pasien dapat mengontrol
resiko perilaku
kekerasan dengan
kriteria:
1. Wajah cerah dan
tersenyum
2. Mau berkenalan
dan ada kontak
mata
3. Bersedian
menceritakan
perasaan
4. Menceritakan
penyebab
perasaan
kesal/marah
5. Dapat
mengidentifikasi
tanda-tanda
perilaku
kekerasan
6. Dapat
mengidentifikasi
bentuk perilaku
kekerasan yang
dilakukan
7. Dapat
mengidentifikasi
akibat perilaku
kekerasan
8. Mampu

Intervensi
Intervensi pasien :
1. Bina hubungan saling percaya
2. Identifikasi penyebab perilaku
kekerasan
3. Identifikasi tanda dan gelaja
perilaku kekerasan
4. Identifikasi bentuk perilaku
kekerasan yang sudah pernah
dilakukan
5. Identifikasi akibat perilaku
kekerasan
6. Ajarkan cara mengontrol perilaku
kekerasan antara lain :
a. Secara fisik ( nafas dalam,
kegiatan pukul bantal)
b. Secara verbal
( sharing/menceritakan pada
orang lain)
c. Secara spiritual ( berdoa dan
sholat)
d. Secara farmakologis ( minum
obat )
7. Membantu pasien menpraktikkan
cara mengekspresikan cara sehat
mengontrol perilaku kekerasan
yang telah diajarkan
8. Menganjurkan pasien untuk
memilih cara mengontrol perilaku
kekerasan yang sesuai
9. Memasukkan cara mengontrol
perilaku kekerasan yang telah
dipilh ke dalam jadwal kegiatan
harian
10. Membantu pasien membuat
rencara jadwal kegiatan di rumah
11. Menjelaskan pada pasien tentang

mempraktikkan

obat yang diminum ( jenis, dosis,

caramengontrol

waktu minum, manfaat dan efek

marah yang
diajarkan
9. Mempu terlibat
dalam terapi
aktivitas
kelompok
konversi energi,
orientasi realita
dan stimulasi
persepsi
10. Dapat minum
obat dengan
bantuan minimal

samping obat )
12. Memberikan obat-obatan sesuai
program pengobatan
13. Memantau keefektifan
pengobatan dan efek sampingnya
( vital sign dan emeriksaan fisik
yang lain)
14. Melibatkan pasien dalam terapi
kelompok dan kegiatan seharihari
15. Pertahankan agar lingkungan
pasien pada tingkat stimulus yang
rendah ( penyiaran rendah, sedikit
orang, dekorasi yang sederhana
dan tingkat kebisingan yang
rendah)
16. Observasi secara ketat perilaku
dan tanda-tanda pasien marah
setiap 15 menit
17. Menyingkirkan benda-benda yang
membahayakan dari lingkungan
sekitar pasien
18. Bila perlu lakukan fiksasi atau
restrain dan observasi setiap 15
menit.
Intervensi Keluarga :
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dala merawat
pasien dengan resiko perilaku
kekerasan
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang pengertian
resiko perilaku kekerasan,tanda
dan gejala, serta proses terjadinya

perilaku kekerasan
3. Menjelaskan cara merawat pasien
dengan perilaku kekerasan
4. Mengajarkan dan melibatkan
keluarga dalam mempraktikkan
cara merawat pasien dengan
perilaku kekerasan secara
langsung di rumah sakit ( cara
minum obat, sharing, relaksasi,
menyalurkan dalam aktivitas yang
konstruktif, Foow up )

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN


Nama : Tn.R
Usia : 33 tahun
IMPLEMENTASI TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari, tanggal, jam : rabu , 23 Desember 2015 jam
09.00 WIB
Data :
DS : klien mengatakan hari ini senang, perasaan
marahnya masih sering muncul tanpa sebab
DO : nada suara klien tinggi dan keras, mata
melotot saat bicara, muka klien tegang dan
mudah tersinggung.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab marah
3. Mengidentifikasi tanda-tanda marah
4. Mengidentifikasi perilaku marah yang biasa
dilakukan
5. Mendiskusikan akibat marah
6. Mengajarkan cara mengungkapkan marah yang

Ruangan : Hudowo
EVALUASI ( SOAP)
S : klien mengatakan tenang seteleh
berbincang-bincang, perasaan marah
tidak muncul
O : klien mampu mendemontrasikan cara
mengontrol marah dengan tarik nafas
dalam
A : SP 1 tercapai
Klien mampu mengidentifkasi penyebab
marah, tanda-tanda marah, perilaku
marah yang biasa dilakukan dan
akibat dari marah
P : jadwalkan klien untuk latihan nafas
dalam, lanjurkan SP 2 : latihan cara
mengontrol marah dengan cara
memukul bantal.

sehat dengan cara tarik nafas dalam


7. Membuatkan jadwal latihan mengungkapkan
marah dengan cara tarik nafas dalam
Rencana tindak lanjut :
Latih SP 2 ( cara mengontrol marah dengan
pukul bantal)
Hari, tanggal, jam : Jumat, 25 Desember 2015 jam
09.10 WIB
Data :
DS : klien mengatakan hari ini senang, perasaan
marahnya masih sering muncul tanpa sebab
DO : nada suara klien tinggi dan keras, mata
melotot saat bicara, muka klien tegang dan

Febriyan
S : klien mengatakan tenang seteleh
berbincang-bincang, perasaan marah
tidak muncul
O : klien mampu mendemontrasikan cara
mengontrol marah dengan pukul
bantal

mudah tersinggung.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Memvalidasi perilaku marah yang dilakukan
3. Memvalidasi latihan mengontrol marah dengn
cara tarik nafas dalam
4. Mengajarkan car mengontrol marah dengan

A : SP 1 tercapai
Klien mampu mendemonstrasikan cara
mengontrol marah dengan tarik nafas
dalam dan pukul bantal
P : lanjutkan SP 3 ( cara mengungkapkan
marah dengan verbal /
mrngungkapkan, meminta, menolak)

cara memukul bantal


5. Membuatkan jadwal kegiatan latihan
mengungkapkan marah dengan cara pukul
bantal
Rencana tindak lanjut :

Febriyan

Latih SP 3 (cara mengungkapkan marah dengan


bverbal)
Hari, tanggal, jam : sabtu, 26 januari 2015 jam
15.00 WIB
Data :
DS : klien mengatakan perasaan marah masih
sering muncul tanpa sebab
DO : nada suara tinggi dan keras, mata melotot,
saat bicara mudah tersinggung
Diagnosa Keperawatan :
Resiko Perilaku Kekerasan
Tindakan Keperawatan :
1. Membina hubungan saling percaya
6. Memvalidasi perilaku marah yang dilakukan
7. Memvalidasi latihan mengontrol marah dengn
cara tarik nafas dalam dan pukul bantal
8. Mengajarkan car mengontrol marah dengan
cara verbal
9. Membuatkan jadwal kegiatan latihan
mengungkapkan marah dengan cara verbal
Rencana tindak lanjut :

S : klien mengatakan lega dan tenang


setelah berbincang-bincang, klien
mengatakan senang hari ini
O : klien mampu mengungkapkan marah
secara verbal
A : SP 3 tercapai
P : Lanjutkan SP 4 ( cara
mengungkapkan marah secara
spiritual)

2. Latih SP 4 (cara mengungkapkan marah dengan


febriyan

cara spiritual)

`DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A. Dkk. 2007. Modul Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa
(MPKP Jiwa ). Jakarta : FIK-UI &WHO
Keliat, B. A. Dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2 . jakarta: EGC.
Kusumawati, farida dan Yudi hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika
Stuart, G.W.2009. Principle and Practive of Psychiatric nursing. Missouri : Mosby,
Inc.
Towsend. 2009. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman
Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan Edisi 3. Alih bahasa : novy helena CD.
Penerbit buku kedokteran EGC, jakarta.
Varcarolis, carson, shoemaker. 2006. Foundations Of Psychiatric Mental Helath
Nursing, A Clinical Approach
Yosep iyus. 2010. Keperawatan Jiwa . Edisi Revisi. Bandung: PT refika aditama
Yosep iyus. 2007.Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance Mental Health
Nursing . Edisi Revisi. Bandung: PT refika aditama

Anda mungkin juga menyukai