Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIV/AIDS
DI PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN

OLEH:
ANAK AGUNG ISTRI SUKMA DEWI
(13C10971)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
2016

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIV/AIDS


DI PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN
Satuan Acara Pendidikan Kesehatan
Hari/Tanggal

: Jumat, 29 Oktober 2016

Waktu

08.30 wita - selesai

Tempat Pelaksanaan

Puskesmas IV Denpasar Selatan

Sasaran

: Pengunjung klinik VCT Puskesmas IV Densel

Topik Kegiatan

: HIV/AIDS

Sub Topik

Pencegahan penyakit HIV/AIDS

A. LATAR BELAKANG
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan
Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di
hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan.
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) pertama kali dikenal
pada tahun 1981 di Amerika Serikat dan disebabkan oleh human
immunodeficiency virus (HIV-1). AIDS adalah suatu kumpulan gejala penyakit
kerusakan system kekebalan tubuh; bukan penyakit bawaan tetapi diddapat dari
hasil penularan. penyakit ini merupakan persoalan kesehatan masyarakat yang
sangat penting di beberapa negara dan bahkan mempunyai implikasi yang bersifat
internasional dengan angka moralitas yang peresentasenya di atas 80 pada

penderita 3 tahun setelah timbulnya manifestasi klinik AIDS. Pada tahun 1985
Cherman dan Barre-Sinoussi melaporkan bahwa penderita AIDS di seluruh dunia
mencapai angka lebih dari 12.000 orang dengan perincian, lebih dari 10.000
kasus di Amerika Serikat, 400 kasus di Francis dan sisanya di negara Eropa
lainnya, Amerika Latin dan Afrika. Pada pertengahan tahun 1988, sebanyak lebih
dari 60.000 kasus yang ditegakkan diagnosisnya sebagai AIDS di Amerika
Serikat telah dilaporkan pada Communicable Disease Centre (CDC) dan lebih
dari setengahnya meninggal. Kasus-kasus AIDS baru terus-menerus di monitor
untuk ditetapkan secara pasti diagnosisnya. Ramalan baru-baru ini dari United
States Public Health Service menyatakan, bahwa pada akhir tahun 1991,
banyaknya kasus AIDS secara keseluruhan di Amerika Serikat doperkirakan akan
meningkat paling sedikit menjadi 270.000 dengan 179.000 kematian. Juga telah
diperkirakan, bahwa 74.000 kasus baru dapat di diagnosis dan 54.000 kematian
yang berhubungan dengan AIDS dapat terjadi selama tahun 1991 saja. Sebagai
perbandingan dapat dikemukakan, kematian pasukan Amerika selama masa
perang di Vietnam berjumlah 47.000 korban.
Selain itu, berdasarkan data Departemen kesehatan (Depkes) pada
periode Juli-September 2006 secara kumulatif tercatat pengidap HIV positif di
tanah air telah mencapai 4.617 orang dan AIDS 6.987 orang. Menderita
HIV/AIDS di Indonesia dianggap aib, sehingga dapat menyebabkan tekanan
psikologis terutama pada penderitanya maupun pada keluarga dan lingkungan
disekeliling penderita.
Secara fisiologis HIV menyerang sisitem kekebalan tubuh penderitanya.
Jika ditambah dengan stress psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada
pasien terinfeksi HIV, maka akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan
meningkatkan angka kematian. Menurut Ross (1997), jika stress mencapai tahap
kelelahan (exhausted stage), maka dapat menimbulkan kegagalan fungsi system
imun yang memperparah keadaan pasien serta mempercepat terjadinya AIDS.
Modulasi respon imun penderita HIV/AIDS akan menurun secara signifikan,
seperti aktivitas APC (makrofag); Thl (CD4); IFN ; IL-2; Imunoglobulin A, G, E
dan anti-HIV. Penurunan tersebut akan berdampak terhadap penurunan jumlah
CD4 hingga mencapai 180 sel/ l per tahun.

Pada umumnya, penanganan pasien HIV memerlukan tindakan yang


hampir sama. Namun berdasarkan fakta klinis saat pasien control ke rumah sakit
menunjukkan adanya perbedaan respon imunitas (CD4). Hal tersebut
menunjukkan terdapat factor lain yang berpengaruh, dan factor yang diduga
sangat berpengaruh adalah stress.
Stress yang dialami pasien HIV menurut konsep psikoneuroimunologis,
stimulusnya akan melalui sel astrosit pada cortical dan amigdala pada system
limbic berefek pada hipotalamus, sedangkan hipofisis akan menghasilkan CRF
(Corticotropin Releasing Factor). CRF memacu pengeluaran ACTH (Adrenal
corticotropic hormone) untuk memengaruhi kelenjar korteks adrenal agar
menghasilkan kortisol. Kortisol ini bersifat immunosuppressive terutama pada sel
zona fasikulata. Apabila stress yang dialami pasien sangat tinggi, maka kelenjar
adrenal akan menghasilkan kortisol dalam jumlah besar sehingga dapat menekan
system imun (Apasou dan Sitkorsky,1999), yamg meliputi aktivitas APC
(makrofag); Th-1 (CD4); sel plasma; IFN ; IL-2;IgM-IgG, dan Antibodi-HIV
(Ader,2001).
Perawat merupakan factor yang berperan penting dalam pengelolaan
stress, khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang
konstruktif agar pasien dapat beradaptasi dengan sakitnya. Selain itu perawat juga
berperan dalam pemberian dukungan social berupa dukungan emosional,
informasi, dan material (Batuman, 1990; Bear, 1996; Folkman Dan Lazarus,
1988).
Salah satu metode yang digunakan dalam penerapan teknologi ini adalah
model asuhan keperawatan. Pendekatan yang digunakan adalah strategi koping
dan dukungan social yang bertujuan untuk mempercepat respon adaptif pada
pasien terinfeksi HIV, meliputi modulasi respon imun (Ader, 1991 ; Setyawan,
1996; Putra, 1990), respon psikologis, dan respon social (Steward, 1997). Dengan
demikian, penelitian bidang imunologi memilki empat variable yakni, fisik,
kimia, psikis, dan social, dapat membuka nuansa baru untuk bidang ilmu
keperawatan dalam mengembangkan model pendekatan asuhan keperawatan
yang berdasarkan pada paradigm psikoneuroimunologi terhadap pasien HIV
(Nursalam, 2005).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapakan peserta
dapat mengerti dan memahami mengenai cara mencegah HIV/AIDS.
2. Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan peserta dapat:
1) Menjelaskan pengertian HIV/AIDS
2) Menjelaskan penyebab HIV/AIDS
3) Mampu menyebutkan gejala HIV/AIDS
4) Menjelaskan bagaimana penularan HIV/AIDS
5) Menjelaskan cara pencegahan HIV/AIDS
C. PESERTA PENYULUHAN
Masyarakat yang berkunjung di Puskesmas IV Densel.

D. PENYELENGGARA PENYULUHAN
Penyelenggara penyuluhan HIV/AISD adalah mahasiswa Keperawatan semester
VII di STIKES BALI.

E. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. STRATEGI PELAKSANAAN
Tahap

Waktu

Kegiatan

Pelaksana

Pembukaan

2 menit

Mengucapkan salam

Moderator

Melakukan

perkenalan

diri dan kelompok

Menyampaikan topik dan


tujuan penyuluhan

Mengadakan

kontrak

waktu
Kerja

15 menit

Menyampaikan

materi Penyaji

mengenai HIV/AIDS

Penutup

10 menit

Tanya jawab

3 menit

Menyimpulkan

Moderator
seluruh Moderator

materi yang diberikan dan


mengevaluasi

jalannya

ceramah.

Mengakhiri kontrak

Melakukan
kegiatan

Total

30 menit

G. MEDIA DAN ALAT


1. Leaflet / flyers
2. Lembar balik

Salam penutup

evaluasi

SETTING TEMPAT

Keterangan gambar:

Lantai 2 Puskesmas IV Densel

1. Penyuluh
2. Peserta
3. Fasilitator
4. Moderator
5. Observer

H. PENGORGANISASIAN
Penyaji

: Anak Agung Istri Sukma Dewi

I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Rencana kegiatan dipersiapkan 1 hari sebelum kegiatan dan informasi
kepengurusan 1 hari sebelum kegiatan.
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan berlangsung tepat waktu
b. 100% Peserta mengikuti kegiatan sampai selesai
c. 50% Peserta aktif bertanya selama kegiatan
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta 75% sasaran dapat menyebutkan kembali tentang Keluarga Sehat

J. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Materi
Leaflet / flyers

Lampiran Materi
MATERI PENYULUHAN KELUARGA SEHAT

DI PUSKESMAS IV DENPASAR SELATAN

Pengertian HIV/AIDS
HIV (Human ImmunoDevesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh
manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia.
AIDS (Acguired ImmunoDeviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya
gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
Faftor penyebab HIV/AIDS
Secara umum penyebab penyakit AIDS hanya dibagi dalam 4 kategori umum,
yaitu :
1. Penggunaan Jarum Suntik yang tidak Steril
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril sangat mampu mendorong seseorang
terkena penyakit AIDS, para pengguna Narkoba yang terkadang saling bertukar
jarum suntik sangat rentan tertular penyakit ini, karena penularan HIV AIDS
sangat besar presentasenya terjadi karena cairan pada tubuh penderita yang
terkena HIV AIDS berpindah ke tubuh normal (sehat).
2. Seks Bebas serta seks yang kurang sehat dan aman
Berhubungan intim yang tidak sehat dan tidak menggunakan pengaman adalah
peringkat pertama terbesar penyebab menularnya virus HIV AIDS, transmisi
atau penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dalam hubungan
seksual peluang terjadinya sangat besar, karena pada saat terjadi kontak antara
sekresi pada cairan vagina pada alat kelamin.Hubungan seksual kurang aman
dan tanpa dilengkapi pelindung (Kondom) akan lebih sangat berisiko
dibandingkan hubungan seksual yang tanpa dilengkapi pelindung (Kondom)
dan risiko hubungan seks anal lebih besar dibanding hubungan seks biasa dan
oral seks, meskipun tidak berarti bahwa kedua jenis seks tersebut tidak
beresiko.
3. Penyakit Menurun
Seseorang ibu yang terkena AIDS akan dapat menurunkan penyakitnya pada
janin yang dikandungnya, transmisi atau penularan HIV melalui rahim pada
masa parinatal terjadi pada saat minggu terakhir pada kehamilan dan pada saat
kehamilan, tingkat penularan virus ini pada saat kehamilan dan persalinan yaitu

sebesar 25%. Penyakit ini tergolong penyakit yang dapat dirutunkan oleh sang
ibu terhadap anaknya, menyusui juga dapat meningkatkan resiku penulaan HIV
AIDS sebesar 4%.
4. Tranfusi darah yang tidak steril
Cairan didalam tubuh penderita AIDS sangat rentan menular sehingga
dibutuhkan pemeriksaan yang teliti dalam hal transfusi darah pemilihan dan
penyeleksian donor merupakan tahap awal untuk mencegah penularan penyakit
AIDS, Resiko penularan HIV AIDS di sangat kecil presentasenya di negaranegara maju, hal ini disebabkan karena dinegara maju keamanan dalam tranfusi
darah lebih terjamin karena proses seleksi yang lebih ketat.
Manifestasi klinis HIV/AIDS
Tanda-tanda gejala-gejala secara klinis pada seseorang penderita AIDS adalah
diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada umumnya adalah bermula
dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada berbagai penderita penyakit lain.
Menurut namun secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Rasa lelah dan lesu
2. Berat badan menurun secara drastis
3. Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
4. Mencret dan kurang nafsu makan
5. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut
6. Pembengkakan leher dan lipatan paha
7. Radang paru-paru
8. Kanker kulit
Pencegahan HIV/AIDS
Cara pencegahan penularan penyakit ini tidaklah sulit, hindari kontaminasi dengan
cairan tubuh penderita yang mengalami infeksi HIV. dIlihat dari cara penularan
penyakit ini maka hindarilah:
1. Hubungan seksual dengan pasangan yang menderita penyakit HIV/AIDS
2. Hindari Penggunaan jarum suntik / narkoba dan alat lain yang tercemar oleh
virus HIV
3. Pastikan ranfusi darah yang diperoleh tidak terinfeksi virus HIV.

4. Bila seorang wanita hamil yang mengidap HIV, periksakan diri ke dokter dan
mintalah nasihat bagaimana caranya agar bayi yang kelak dilahirkan tidak
terkena infeksi HIV. (di AS 75 % bayi lahir dari ibu yang mengidap virus
HIV,dapat hidu
Cara pencegahan HIV/AIDS
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan
dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus
dijamin sterilisasinya.

Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk


mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan
atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur
atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan
diberbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan
atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan,
kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang
bisa menimbulkan virus AIDS.
Pengobatan Penyakit AIDS

Kendatipun dari berbagai negara terus melakukan researchnya dalam mengatasi


HIV AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk
serum maupun vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV
penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan pemberian obat-obatan pada penderita
AIDS adalah untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan
kualitas hidup bagi meraka yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya
mengurangi angka kelahiran dan kematian.
Kita semua diharapkan untuk tidak mengucilkan dan menjauhi penderita HIV
karena mereka membutuhkan bantuan dan dukungan agar bisa melanjutkan hidup
tanpa banyak beban dan berpulang ke rahmatullah dengan ikhlas.

HIV (Human ImmunoDevesiensi) adalah


virus yang hanya hidup dalam tubuh
manusia, yang dapat merusak daya
kekebalan tubuh manusia.
AIDS (Acguired ImmunoDeviensi
Syndromer) adalah kumpulan gejala
menurunnya gejala kekebalan tubuh

4.

Memberantas jentik nyamuk

5.

Menggunakan jamban sehat

6.

Menggunakan air bersih

7.

Mencuci tangan dengan air bersih


dan sabun

8.

Makan buah dan sayur setiap hari

9.

Melakukan aktifitas fisik setiap


hari

terhadap serangan penyakit dari luar.


10.

Tidak merokok di dalam rumah

10 PHBS di Rumah Tangga


1.

Persalinan ditolong oleh tenaga


kesehatan.

2.

Memberi bayi ASI ekslusif

3.

Menimbang bayi dan balita

12 Indikator Keluarga Sehat


1. Keluarga mengerti program KB
2. Ibu hamil memeriksa kehamilannya
sesuai standar
3. Balita mendapatkan imunisasi lengkap

4. Pemberian ASI Ekslusif 0-6 bulan


5. Pemantauan pertumbuhan balita
6. Penderita hipertensi yang berobat teratur
7. Penderita TB paru yang berobat sesuai
standar
8. Tidak adanya anggota keluarga yang
merokok
9. sekeluarga sudah menjadi anggota JKN
10. Mempunyai sarana air bersih
11. Menggunakan jamban keluarga
12. Akses dalam pelayanan kesehatan jiwa
anggota keluarga

Anda mungkin juga menyukai