Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN HIV-AIDS PADA KELUARGA

OLEH :

REZA DWINOF 193310795

ZUL HUDA 193310808

MIFTAH IRFINA 193310785

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TINGKAT II

POLITEKNIK KESEHATAN PADANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data Departmen kesehatan (depkes) pada priode juli-september 2006 secara
kumulatif tercatat pengidap HIV positif di tananh air telah memcapai 4.617 orang dan
AIDS 6.987 orang ( Media Indonesia, 2006). HIV/AIDS merupakan penyakit yang tidak
dapat disembuhkan dan belum ditemukan obat yang dapat memulihkannya hingga saat
ini. Menderita HIV/AIDS di Indonesia diangap sebagai aib, sehingga dapat menyebabkan
tekanan psikologis terutama pada penderitanya maupun pada keluarga dan lingkungan
disekeliling penderita.
Secara fisiologis HIV menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya. JIka
ditambah dengan stress psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi
HIV, makan akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan kematian.
Menurus Ross (1997), jika stress mencapai tahap kelelahan (exhausted stage) , maka
dapat emnimbulkan kegagalan fungsi sistem inun yang memperparah keadaan pasien
serta mempercepat terjadinya AIDS.
Pada umumnya , penanganan pasien HIV memerlukan tindakan yang hampir
sama. Namun berdasarkan fakta klinis saat pasien kontrol kerumah sakit menunjukkan
adanya perbedaan respon imunitas (CD4). Hal tersebut menunjukkan terdapat faktor lain
yang berpengaruh , dan faktor yang diduga sangat berpengaruh adalah stress
Stress yang dialami pasien HIV menurut konsep psikoneuroimunologis,
stimulusnya akan melalui sel astrosit pada cortical dan amigdala pada sistem limbic
berefek pada ipotalamus, sedangkan hopofisis akan menghasilkan CRF.
Perawat merupakan faktor yang berperan penting dalam pengelolaan stress,
khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar
pasien dapat beradaptasi dengan skitarnya.selain itu perawat juga berperan dalam
pemberian dukungan social berupa dukungan emosional,informasi , dan material
(Batuman,1990,Bear 1996,Folkman dan Lazarus 1988)
Salah satu metode yang digunakan dalam penerapan tegnologi ini adalah model
asuhan keperawatan. Pendekatan yang digunakan adalah strategi koping dan dykungan
social yang bertujuan untuk mempercepat respons adaptif pada pasien terinfeksi HIV,
meliputi modulasi respons imun ( Ader 1991,Setyawan,1996,Putra 1999) , respon
psikologiis dan respon social (Steward,1997)
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan keluarga HIV/AIDS ?

C. TUJUAN
Agar mahasiswa paham tentang asuhan keperawatan keluarga HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI HIV
Human immunodeficiency virus yang selanjutnya disingkat HIV adalah virus yang
menyebabkan Acquired Immuno Deficiency (AIDS). Infeksi Human immunodeficiency
virus (HIV) dan AIDS merupakan suatau spectrum dari penyakit infeksi pada sistem
imun yang disebabkan oleh HIV sehinga menyebabkan imunodefisiensi. AIDS adalah
suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh
masuknya virus HIV dan AIDS yang selanjutnya disingkat ODHA adalah orang yang
telah teinfeksi virua HIV.

B. DATA TERKAIT HIV-AIDS


Dalam waktu tiap 25 menit di Indonesia terdapat satu orang baru terinfeksi HIV
(Unicef Indonesia, 2012). Estimasi Kementerian Kesehatan Indonesia
menyebutkan bahwa virus HIV & AIDS dipicu oleh penularan seksual dan
pengunaan narkoba suntik. Pada tahun 2011 berdasarkan Data Penduduk dari
Proyeksi Survei Antarsensus yang tercatat dalam, Laporan perkembangan situasi
HIV & AIDS di Indonesia pada tahun 2011 didapati bahwa, Provinsi Papua
menduduki peringkat teratas dengan jumlah kasus terbanyak sebesar 131 kasus,
disusul dengan Papua Barat sebanyak 46 kasus, kemudian Bali dengan 43 kasus,
lalu Jakarta menduduki posisi keempat dengan 43 kasus. Sementara itu, Provinsi
Kepulauan Riau berada pada posisi kelima dengan jumlah kasus sebanyak 41,
Maluku sebanyak 32 kasus, kemudian Kalimantan Timur sebanyak 13 kasus dan
Kalimantan Barat sebanyak 11 kasus, terakhir Sulawesi Utara dan Sumatera Utara
yang menduduki posisi dua terbawah dengan jumah kasus masing-masing
sebanyak 10 dan 9 kasus.

Orang hidup dengan HIV & AIDS (ODHA) merupakan mereka yang telah
terinfeksi HIV atau mengidap AIDS. Sejak tahun 2008 hingga 2016, Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP & PL)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) telah menghimpun
data fantastis mengenai jumlah infeksi HIV & AIDS di Indonesia yang
diklasifikasikan menurut jenis kelamin, sebagaimana berikut:

Banyak cara penyebaran virus HIV, bisa melalui jarum suntik bekas, transfusi
darah, donor organ, ASI (air susu ibu), seks bebas, dan sebagainya. Dari berbagai
hal yang menjadi faktor potensi penyebaran virus HIV, seks bebas merupakan hal
yang paling menarik dan sensitif terhadap perkembangan remaja Indonesia saat
ini. HIV & AIDS sebagai virus yang menyerang sel darah putih manusia dan
menyebabkan penurunan kekebalan tubuh penderitanya. Virus-virus tersebut
memanfaatkan kesempatan (opportunity) yang diberikan sistem kekebalan tubuh
yang rusak, sehingga menyebabkan infeksi oportunistik (Murni dkk, 2009, h.10).
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang
menyebabkan penyakit tertentu pada orang dengan sistem kekebalan tubuh tidak
normal dalam hal ini orang yang sudah terjangkit virus HIV & AIDS, namun
infeksi ini juga mampu menyerang orang dengan sistem kekebalan yang buruk.

C. ETIOLOGI DAN POTOGENESIS


HIV merupakan retrovirus human limfotropik, termasuk famili llentivirus , yang
ditularkan melalui hubungan seksual, pajanan darah yang terinfeksi , dan dari ibu kepada
anaknya selama kehamilan, kelahiran , atau menyusui . HIV-1 merupakan penyebab
umum infeksi HIV secara luas, sedangkan HIV-2 terutama dideteksi di Afrika Barat
Tahap interaksi HIV pada sel pejamu
- Ikatan HIV external envelope glycoprotein gp120 dan gp41 ke reseptor CD4
pada sel
- Glikoprotein gp120 mengikat koreseptor chemokine receptor 5 (CCR5) atau
CXCR4 tergantung tipe sel pejamu
- Terjadi fusi antara membrane virus (envelope) dan membrane sel
- Terjadi uncoating sehingga kapsid HIV masuk dalam sitoplasma sel.
- Enzim reverse transcriptase mengintegrasi materi genetic di dalam genom sel
pejamu dan melakukan kopi RNA virus menjadi DNA virus
- DNA virus masuk nucleus , terjadi splicing DNA virus ke dalam DNA sel T oleh
enzim integrase
- Nucleus sel menggunakan DNA virus sebagai template untuk membuat RNA
membentuk virus baru
- Materi genetic virus kemudian ditranskipsikan menjadi partikel virus baru yang
dipotong-potong oleh enzim protease dan keluar dari sel yang terinfeksi dan
menginfeksi sel yang lain.
HIV menginfeksi limfosit T CD4+ sehingga menyebabkan imunosupresi. Selain limfosit
T CD4+ , limfosit B, monosit makrofag, dan sel-sel yang mengekspreksikan reseptor
CD4 dan koreseptor tersebut dapat terinfeksi HIV.

D. GEJALA-GEJALA HIV/AIDS
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala
yang tampak setelah terjadi infeksi. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar
dengan efek seperti demam (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan
pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi antara enam minggu dan tiga bulan
setelah terjadinya infeksi. Kendati infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang
terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satusatunya
cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes
HIV.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes HIV terdiri dari beberapa macam
a. Pemeriksaan Antibodi HIV
- Enzyme immunasorbent assay (EIA). Tes ini digunakan untuk mendeteksi
antibody IgM dan IgG HIV-1 dan HIV-2
- Rapid / simple assay.tergantung jenisnya, tes ini dapat dilakukan dalam waktu
kurang dari 20 menit sampai 2 jam dan merupakan tes yang paling banyak
dugunakan dengan fasilitas yang terbatas
- Western Bloting (WB). WB merupakan pemeriksaan yang mahal dan perlu waktu
lama serta memerlukan keahlian khusus sehingga biasanya digunakan untuk
konfirmasi diagnostic
- ELISA ( enzim-linked immunoassay ). ELISA juga merupakan pemeriksaan yang
mahal dan memerlukan waktu lama.
b. Pemeriksaan untuk mendeteksi HIV
- Kultur
- Antigen p24 HIV
- Polymerase chain reaction (PCR)
- HIV-1 RNA quantitative assays
c. Pemeriksaan untuk monitor terapi
- HIV RNA plasma level (viral load)
- Viral resitance
- CD4 ( cluster of differentiaton 4) , suatu limfosit T helper yang merupakan
bagian dari sistem kekebalan imun.
Untuk pemeriksaan infeksi HIV, penting diperhatian window period (periode jendela) ,
yaitu antara didapatkan infeksi pertama tetapi antibody belum terdeteksi dengan
pemeriksaan yang ada.
Metode pemeriksaan HIV dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu pemeriksaan yang
mendeteksi adanya virus dalam tubuh penderita, seperti deteksi antigen dan deteksi
materi genetic dalam dara penderita, misalnya PCR dan pemeriksaan serologi yang
mendeteksi adanya antibody sebagai respons imun terhadap infeksi HIV dalam tubuh
penderita. Pemeriksaan serologi ini mendeteksi isotope antibody (IgG, IgM) yang
spesifik terhadap HIV-1 dan HIV-2 (read,2007)
Peneriksaan laboratorium HIV memiliki beberapa tahapan, yaitu pemeriksaan untuk
skrining dan konfirmasi. Individu yang termasuk dalam kategori berisiko terinfeksi HIV
disarankan untuk melakukan pemeriksaan skrining HIV dan bila hasilnya reaktif (positif)
atau indeterminate maka harus dilakukan pemeriksaan konfirmasi.

F. DEFENISI KELUARGA
Menurut Goode (2007:90) keluarga in terdiri dari suami, istri dan anak-anak mereka.
IStilah keluarga inti dalam ilmu Antropologi bisa disebut dengan keluarga batih,somah ,
umpi dan sebagainya. Keluarga batih atau keluarga inti ini di Negra-negara Barat disebut
dengan istilah nuclear family. BEbebrapa keluarga batih biasanya terdiri dari tiga atau
empat kelompok hidup bersama dan terkait dalam keluarga besar.
Kedudukan suami istri sebagai orang tua dari ana-anak mereka ditentukan oleh
kewajiban-kewajiban di dalam keluarg amaupun masyarakat luas. Dengan memnentukan
pekerjaan-pekerjaan tertentu pada para lelaki diluar rumah tangga, masyarakat juga ikut
menentukan pembagian kerja di dalam keluarga , sama halnya dengan apa yang
dikerjakan anak-anak dan orang tua di dalam keluarga membentuk tugas-tugas apa yang
akan diberikan kepada mereka diluar keluarga. Orang tua berkewajiban untuk pertama
sekali mensosialisir anak-anak mereka, tetapi dengan demikian pula mempertahankan
kontrol social ataas mereka jika mereka meninggalkan rumah ( Goode,2007:136).
Selanjutnya Goode menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses yang harus dilalui
manusia muda untuk memproleh nilai-nilai dan pengetahuan mengenai kelompoknya dan
belajar mengenai peran sosialnya yang cocok dengan kedudukannya di situ. Kontrol
social mengenai pemeliharaan anak-anak yang jga berarti atas unit sosisal yang
bertanggung jawab atas hal itu telah menjadi lebih penting, tematnya sedemikian jauh
sehingga makhluk manusia dalam evolusinya lebih bergantung kepada kebudayaan dan
bukan atas naluri atau insting.

G. TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN


Tugas pokok keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (2010), antara lain :
- Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahanperubahan yang dialami
anggota keluarga. Keluarga perlu mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.
- Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan
yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat
menfasilitasi keluarga dalam membuat keputusan.
- Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
Ketika memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus
mengetahui keadaan penyakitnya; sifat dan perkembangan perawatan yang
dibutuhkan; keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan; sumber-sumber
yang ada dalamkeluarga (keuangan atau financial, fasilitas fisik, psikososial) dan
bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.
- Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat dan keluarga mengetahui sumber dan manfaat pemeliharaan lingkungan serta
bagaimana upaya pencegahan terhadap penyakit.
- Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui
keuntungan dan keberadaan fasilitas kesehatan yang dapat terjangkau oleh keluarga.

H. PERAN PERAWAT KELUARGA


Adapun peran perawat keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah sebagai berikut :
- Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga,
terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
memiliki masalah kesehatan. Peran perawat keluarga dalam memberikan pendidikan
kesehatan yaitu memberikan penjelasan dan pengetahuan kepada klien dan keluarga
bagaimana perawatan dan penatalaksanaan HIV/AIDS kepada klien dan keluarga.
- Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.
Pelayan keperawatan yang bersinambungan diberikan untuk menghindari
kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan (Puskesmas dan Rumah
Sakit). Peran perawat sebagai koordinator yaitu memberikan motivasi kepada
keluarga agar membawa keluarga dengan HIV/AIDS ke pelayanan terdekat .
- Sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama
dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan. Dengan
demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.
- Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi atau pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan
rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.
Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.
- Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga utuk melindungi hak-hak keluarga
sebagai klien. Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta memodifikasi
sistem pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak dan kewajiban mereka
sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
- Sebagi fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat untuk
memecahkan masalah kesehatan di keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta
dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah HIV/AIDS
- Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalahmasalah
kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga. Masalah kesehatan yang muncul
didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang di praktikan
keluarga. Peran sebagai peneliti difokuskan kepada kemampuan keluarga untuk
mengidentifikasi penyebab, menanggulangi, dan melakukan promosi kepada anggota
keluarganya. Selain itu, perawat perlu mengembangkan asuhan keperawatan keluarga
terhadap binaanya. Peran perawat keluarga dalam asuhan keperawatan berpusat pada
keluarga sebagai unit fungsional terkecil dan bertujuan memenuhi kebutuhan dasar
manusia pada tingkat keluarga sehingga tercapai kesehatan yang optimal untuk setiap
anggota keluarga. Melalui asuhan keperawatab keluarga, fungsi keluarga menjadi
optimal. Bila keluarga dapat menjalankan fungsinya secara optimal, setiap individu
didalam keluarga tersebut memiliki karakter yang kuat, tidak mudah dipengaruhi oleh
hal-hal yang sifatnya negatif sehingga memiliki kemapuan berfikir yang cerdas, dan
pada akhirnya memiliki daya saing yang tinggi terutama di era kompetisi yang
semakin sengit (Sudiharto, 2012).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Nama KK :
2. Alamat :
3. Pekerjaan KK :
4. Pendidikan KK :
5. Komposisi Keluarga
No Nama J . Klm Hub dg Umur Pekerjaan Status
KK Kesehatan
1
2
3
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan mengenai
tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala-
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat penyakit keturunan,
riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian keluarga terhadap
pencegaha penyakit termasuk status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang bias
digunakan keluarga dan pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. Perlu dikaji
riwayat kesehatan keluarga karena HIV merupakan penyakit yang dapt tertular.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri untuk
mengetahui kemungkinan jika HIV yang terjadi pada pasien merupakan faktor turun
temurun dari keluarga sebelumnya.
III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah
ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan perabotan rumah tangga,
jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah (Friedman, 2010). Penataan lingkungan yang kurang pas dapat
menimbulkan suatu cidera, karena pada penderita HIV bila rentan terhadap penyakit
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan / kesepakatan penduduk setempat, budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan penderita HIV.
3. Mobilitas geografis keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah
tempat tinggal.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan
masyarakat. Misalnya perkumpulan keluarga inti saat malam hari, karena saat malam
hari orang tua sudah pulang bekerja dan anak-anak sudah pulang sekolah atau
perkumpulan keluarga besar saat ada perayaan seperti hari raya. Interaksi dengan
masyarakat bisa dilakukan dengan dilakukan kegiatan-kegiatan di lingkungan tempat
tinggal seperti gotong royong dan arisan RT/RW.
5. Sistem Pendukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasiltas yang dimilki keluarga untuk
menunjang kesehatan mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau pendukung dari
anggota keluarga dan fasilitas social atau dukungan dari masyarakat setempat terhadap
pasien dengan HIV/AIDS. Pengelolaan pasien yang menderita HIV/ AIDS dikeluarga
sangat membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan
kesehatan yang ada dimasyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi,
motivasi dan monitor atau mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga
yang menderita HIV/AIDS.
IV. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga. 2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. 3) Struktur
peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal. 4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai
nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.

V. FUNGSI KELUARGA
Menurut friedman terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :
- Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
mengajarkan segala sesutau untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial angota keluarga
- Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
- Fungsi reproduksi ( the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjada kelangsungan keuarga
- Fungsi ekonomi ( the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilaan untuk
memenuhi kebutuhankeluarga
- Fungsi perawat atau pemeliharaan kesehatan ( the healt care function ) adalah
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota kaluarga agar tetao memiliki
produktivitas yang tingi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga
dibidang kesehatan.

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA


- Stressor jangka pendek
Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang
dari enam bulan.
- Stressor jangka panjang
Stressor yang di alami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih
dari enam bulan.
- Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Stressor dikaji sejauhmana keluarga berespon terhadap stressor.
- Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila menhadapi permasalahan /
stress.
- Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan / stress.
- Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.
B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
- Resiko infeksi silang antar keluarga b.d ketidak adekuatan pertahanan tubuh sekunder
- Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif b.d ketidakmampuan keluarga merawat
dalam mengenal masalah anggota keluarga dengan hipertensi
- Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorsi nutrien
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosis Tujuan Intervensi
1 Resiko infeksi silang pada Tingkat infeksi (139) PENCEGAHAN INFEKSI (I.14539)
keluarga b.d ketidak Setelah dilakukan tindakan
adekuatan pertahanan tubuh selama 2 x 24 jam maka  Identifikasi kontraindikasi

sekunder diharapkan tingkat nyeri pemberian imunisasi

menurun dengan criteria hasil :  Identifikasi status imunisasi

 Demam menurun setiap kunjungan ke pelayanan

 Kemerahan menurun kesehatan


 Jelaskan tujuan, manfaat,
 Nyeri menurun
resiko yang terjadi, jadwal dan
efek samping
 Informasikan imunisasi yang
diwajibkan pemerintah
 Informasikan imunisasi yang
melindungiterhadap penyakit
namun saat ini tidak
diwajibkan pemerintah
 Informasikan vaksinasi untuk
kejadian khusus
 Informasikan penundaan
pemberian imunisasi tidak
berarti mengulang jadwal
imunisasi kembali
 Informasikan penyedia
layanan pekan imunisasi
nasional yang menyediakan
vaksin gratis

2 Manajemen kesehatan Menajemen Kesehatan Dukungan Koping Keluarga


keluarga tidak efektif b.d Keluarga (63) Observasi:
ketidakmampuan keluarga Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi respon emosional
merawat dalam mengenal selama 2 x 24 jam maka terhadap kondisi saat ini
masalah anggota keluarga diharapkan manajemen  Identifikasi beban prognosis
dengan HIV kesehatan keluarga meningkat secara psikologis
dengan criteria hasil :  Dengarkan masalah, perasaan
 Kemampuan dan pertanyaan keluarga
menjelaskan masalah  Terima nilai-nilai keluarga
kesehatan yang dialami dengan cara yang tidak
meningkat menghakimi
 Aktivitas keluarga  Diskusikan rencana medis dan
mengatasi masalah perawatan
kesehatan tepat  Fasilitasi memperoleh
meningkat pengetahuan, keterampilan dan
 Verbalisasi kesulitan peralatan yang diperlukan
menjalankan perawatan untuk mempertahankan
yang ditetapkan keputusan perawatan pasien
menurun  Hargai dan dukukng
mekanisme koping adaptif
yang digunakan
 Informasikan kemajuan pasien
secara berkala
 Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan yang
tersedia
 Dukungan Koping Keluarga

3 Deficit nutrisi b.d Status nutrisi (121) Manajemen nutrisi (200)


ketidakmampuan keluarga Setelah dilakukan tindakan  Identifikasi status nutrisi
dalam memenuhi selama 2x 24 jam maka keluarga
kebutuhan nutrisi diharapkan status nutrisi  Identifikasi alergi dan
membaik dengan criteria hasil : intoleransi makanan pada
keluarga
 Porsi makanan yang  Identifikasi kebutuhan kalori
dihabiskan meningkat dan jenis nutrient pada
 Nafsu makan membaik keluarga
 Berat badan membaik  Monitor asupan makanan
 Indeks massa tubuh  Monitor berat badan
(IMT) membaik  Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
 Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis. Piramida
makanan)
 Berikan suplemen makanan,
jika perlu
 Anjurkan makan dalam posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan keluarga tentang diet
yang diprogramkan bagi
pasien HIV

SUMBER REFERENSI
https://books.google.co.id/books?
id=LlTG5E64XC8C&printsec=frontcover&dq=ASKEP+KELUARGA+DENGAN+HIV&hl=id&sa=X&r
edir_esc=y#v=onepage&q=ASKEP%20KELUARGA%20DENGAN%20HIV&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=dfoEEAAAQBAJ&pg=PA83&dq=manifestasi+klinis+hiv&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi-
iMHJ06zuAhWPWX0KHTcbCdUQ6AEwAXoECAIQAg#v=onepage&q=manifestasi%20klinis
%20hiv&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=hhrIDwAAQBAJ&pg=PA835&dq=pemeriksaan+penunjang+hiv+aids&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEw
jhmbDh0azuAhXSR30KHYXzD-8Q6AEwAXoECAEQAg#v=onepage&q=pemeriksaan%20penunjang
%20hiv%20aids&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=_3flDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=PERAN+PERAWAT+KELAURGA&hl=jv&sa=X&redi
r_esc=y#v=onepage&q=PERAN%20PERAWAT%20KELAURGA&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=dpbPuogtmNkC&pg=PA37&dq=stress+dan+koping+keluarga&hl=jv&sa=X&ved=2ahUKEwjMx7Sv
os_uAhWzH7cAHYOWDmkQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=stress%20dan%20koping
%20keluarga&f=false

Alif, Yansa Mulya. 2016. Seks Bebas Duduki Peringkat Pertama Penyebaran HIV dan AIDS di
Indonesia.

KTI “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH UTAMA HIPERTENSI


PADA Tn. R DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA”

KTI “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN DIABETES MELITUS DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS ANDALAS KOTA PADANG”

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL, VOL 13 NO 1,2008


“PENCEGAHAN MASALAH HIV/AIDS MELALUI PENDEKATAN KELUARGA”

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai