OLEH :
TINGKAT II
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data Departmen kesehatan (depkes) pada priode juli-september 2006 secara
kumulatif tercatat pengidap HIV positif di tananh air telah memcapai 4.617 orang dan
AIDS 6.987 orang ( Media Indonesia, 2006). HIV/AIDS merupakan penyakit yang tidak
dapat disembuhkan dan belum ditemukan obat yang dapat memulihkannya hingga saat
ini. Menderita HIV/AIDS di Indonesia diangap sebagai aib, sehingga dapat menyebabkan
tekanan psikologis terutama pada penderitanya maupun pada keluarga dan lingkungan
disekeliling penderita.
Secara fisiologis HIV menyerang sistem kekebalan tubuh penderitanya. JIka
ditambah dengan stress psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasien terinfeksi
HIV, makan akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan kematian.
Menurus Ross (1997), jika stress mencapai tahap kelelahan (exhausted stage) , maka
dapat emnimbulkan kegagalan fungsi sistem inun yang memperparah keadaan pasien
serta mempercepat terjadinya AIDS.
Pada umumnya , penanganan pasien HIV memerlukan tindakan yang hampir
sama. Namun berdasarkan fakta klinis saat pasien kontrol kerumah sakit menunjukkan
adanya perbedaan respon imunitas (CD4). Hal tersebut menunjukkan terdapat faktor lain
yang berpengaruh , dan faktor yang diduga sangat berpengaruh adalah stress
Stress yang dialami pasien HIV menurut konsep psikoneuroimunologis,
stimulusnya akan melalui sel astrosit pada cortical dan amigdala pada sistem limbic
berefek pada ipotalamus, sedangkan hopofisis akan menghasilkan CRF.
Perawat merupakan faktor yang berperan penting dalam pengelolaan stress,
khususnya dalam memfasilitasi dan mengarahkan koping pasien yang konstruktif agar
pasien dapat beradaptasi dengan skitarnya.selain itu perawat juga berperan dalam
pemberian dukungan social berupa dukungan emosional,informasi , dan material
(Batuman,1990,Bear 1996,Folkman dan Lazarus 1988)
Salah satu metode yang digunakan dalam penerapan tegnologi ini adalah model
asuhan keperawatan. Pendekatan yang digunakan adalah strategi koping dan dykungan
social yang bertujuan untuk mempercepat respons adaptif pada pasien terinfeksi HIV,
meliputi modulasi respons imun ( Ader 1991,Setyawan,1996,Putra 1999) , respon
psikologiis dan respon social (Steward,1997)
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan keluarga HIV/AIDS ?
C. TUJUAN
Agar mahasiswa paham tentang asuhan keperawatan keluarga HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFENISI HIV
Human immunodeficiency virus yang selanjutnya disingkat HIV adalah virus yang
menyebabkan Acquired Immuno Deficiency (AIDS). Infeksi Human immunodeficiency
virus (HIV) dan AIDS merupakan suatau spectrum dari penyakit infeksi pada sistem
imun yang disebabkan oleh HIV sehinga menyebabkan imunodefisiensi. AIDS adalah
suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh
masuknya virus HIV dan AIDS yang selanjutnya disingkat ODHA adalah orang yang
telah teinfeksi virua HIV.
Orang hidup dengan HIV & AIDS (ODHA) merupakan mereka yang telah
terinfeksi HIV atau mengidap AIDS. Sejak tahun 2008 hingga 2016, Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan (Dirjen PP & PL)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) telah menghimpun
data fantastis mengenai jumlah infeksi HIV & AIDS di Indonesia yang
diklasifikasikan menurut jenis kelamin, sebagaimana berikut:
Banyak cara penyebaran virus HIV, bisa melalui jarum suntik bekas, transfusi
darah, donor organ, ASI (air susu ibu), seks bebas, dan sebagainya. Dari berbagai
hal yang menjadi faktor potensi penyebaran virus HIV, seks bebas merupakan hal
yang paling menarik dan sensitif terhadap perkembangan remaja Indonesia saat
ini. HIV & AIDS sebagai virus yang menyerang sel darah putih manusia dan
menyebabkan penurunan kekebalan tubuh penderitanya. Virus-virus tersebut
memanfaatkan kesempatan (opportunity) yang diberikan sistem kekebalan tubuh
yang rusak, sehingga menyebabkan infeksi oportunistik (Murni dkk, 2009, h.10).
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang
menyebabkan penyakit tertentu pada orang dengan sistem kekebalan tubuh tidak
normal dalam hal ini orang yang sudah terjangkit virus HIV & AIDS, namun
infeksi ini juga mampu menyerang orang dengan sistem kekebalan yang buruk.
D. GEJALA-GEJALA HIV/AIDS
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala
yang tampak setelah terjadi infeksi. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar
dengan efek seperti demam (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan
pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi antara enam minggu dan tiga bulan
setelah terjadinya infeksi. Kendati infeksi HIV tidak disertai gejala awal, seseorang yang
terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satusatunya
cara untuk menentukan apakah HIV ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes
HIV.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes HIV terdiri dari beberapa macam
a. Pemeriksaan Antibodi HIV
- Enzyme immunasorbent assay (EIA). Tes ini digunakan untuk mendeteksi
antibody IgM dan IgG HIV-1 dan HIV-2
- Rapid / simple assay.tergantung jenisnya, tes ini dapat dilakukan dalam waktu
kurang dari 20 menit sampai 2 jam dan merupakan tes yang paling banyak
dugunakan dengan fasilitas yang terbatas
- Western Bloting (WB). WB merupakan pemeriksaan yang mahal dan perlu waktu
lama serta memerlukan keahlian khusus sehingga biasanya digunakan untuk
konfirmasi diagnostic
- ELISA ( enzim-linked immunoassay ). ELISA juga merupakan pemeriksaan yang
mahal dan memerlukan waktu lama.
b. Pemeriksaan untuk mendeteksi HIV
- Kultur
- Antigen p24 HIV
- Polymerase chain reaction (PCR)
- HIV-1 RNA quantitative assays
c. Pemeriksaan untuk monitor terapi
- HIV RNA plasma level (viral load)
- Viral resitance
- CD4 ( cluster of differentiaton 4) , suatu limfosit T helper yang merupakan
bagian dari sistem kekebalan imun.
Untuk pemeriksaan infeksi HIV, penting diperhatian window period (periode jendela) ,
yaitu antara didapatkan infeksi pertama tetapi antibody belum terdeteksi dengan
pemeriksaan yang ada.
Metode pemeriksaan HIV dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu pemeriksaan yang
mendeteksi adanya virus dalam tubuh penderita, seperti deteksi antigen dan deteksi
materi genetic dalam dara penderita, misalnya PCR dan pemeriksaan serologi yang
mendeteksi adanya antibody sebagai respons imun terhadap infeksi HIV dalam tubuh
penderita. Pemeriksaan serologi ini mendeteksi isotope antibody (IgG, IgM) yang
spesifik terhadap HIV-1 dan HIV-2 (read,2007)
Peneriksaan laboratorium HIV memiliki beberapa tahapan, yaitu pemeriksaan untuk
skrining dan konfirmasi. Individu yang termasuk dalam kategori berisiko terinfeksi HIV
disarankan untuk melakukan pemeriksaan skrining HIV dan bila hasilnya reaktif (positif)
atau indeterminate maka harus dilakukan pemeriksaan konfirmasi.
F. DEFENISI KELUARGA
Menurut Goode (2007:90) keluarga in terdiri dari suami, istri dan anak-anak mereka.
IStilah keluarga inti dalam ilmu Antropologi bisa disebut dengan keluarga batih,somah ,
umpi dan sebagainya. Keluarga batih atau keluarga inti ini di Negra-negara Barat disebut
dengan istilah nuclear family. BEbebrapa keluarga batih biasanya terdiri dari tiga atau
empat kelompok hidup bersama dan terkait dalam keluarga besar.
Kedudukan suami istri sebagai orang tua dari ana-anak mereka ditentukan oleh
kewajiban-kewajiban di dalam keluarg amaupun masyarakat luas. Dengan memnentukan
pekerjaan-pekerjaan tertentu pada para lelaki diluar rumah tangga, masyarakat juga ikut
menentukan pembagian kerja di dalam keluarga , sama halnya dengan apa yang
dikerjakan anak-anak dan orang tua di dalam keluarga membentuk tugas-tugas apa yang
akan diberikan kepada mereka diluar keluarga. Orang tua berkewajiban untuk pertama
sekali mensosialisir anak-anak mereka, tetapi dengan demikian pula mempertahankan
kontrol social ataas mereka jika mereka meninggalkan rumah ( Goode,2007:136).
Selanjutnya Goode menyatakan bahwa sosialisasi adalah proses yang harus dilalui
manusia muda untuk memproleh nilai-nilai dan pengetahuan mengenai kelompoknya dan
belajar mengenai peran sosialnya yang cocok dengan kedudukannya di situ. Kontrol
social mengenai pemeliharaan anak-anak yang jga berarti atas unit sosisal yang
bertanggung jawab atas hal itu telah menjadi lebih penting, tematnya sedemikian jauh
sehingga makhluk manusia dalam evolusinya lebih bergantung kepada kebudayaan dan
bukan atas naluri atau insting.
V. FUNGSI KELUARGA
Menurut friedman terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :
- Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
mengajarkan segala sesutau untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial angota keluarga
- Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada anak,
membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
- Fungsi reproduksi ( the reproduction function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjada kelangsungan keuarga
- Fungsi ekonomi ( the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilaan untuk
memenuhi kebutuhankeluarga
- Fungsi perawat atau pemeliharaan kesehatan ( the healt care function ) adalah
untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota kaluarga agar tetao memiliki
produktivitas yang tingi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga
dibidang kesehatan.
SUMBER REFERENSI
https://books.google.co.id/books?
id=LlTG5E64XC8C&printsec=frontcover&dq=ASKEP+KELUARGA+DENGAN+HIV&hl=id&sa=X&r
edir_esc=y#v=onepage&q=ASKEP%20KELUARGA%20DENGAN%20HIV&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=dfoEEAAAQBAJ&pg=PA83&dq=manifestasi+klinis+hiv&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi-
iMHJ06zuAhWPWX0KHTcbCdUQ6AEwAXoECAIQAg#v=onepage&q=manifestasi%20klinis
%20hiv&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=hhrIDwAAQBAJ&pg=PA835&dq=pemeriksaan+penunjang+hiv+aids&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEw
jhmbDh0azuAhXSR30KHYXzD-8Q6AEwAXoECAEQAg#v=onepage&q=pemeriksaan%20penunjang
%20hiv%20aids&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=_3flDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=PERAN+PERAWAT+KELAURGA&hl=jv&sa=X&redi
r_esc=y#v=onepage&q=PERAN%20PERAWAT%20KELAURGA&f=false
https://books.google.co.id/books?
id=dpbPuogtmNkC&pg=PA37&dq=stress+dan+koping+keluarga&hl=jv&sa=X&ved=2ahUKEwjMx7Sv
os_uAhWzH7cAHYOWDmkQ6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=stress%20dan%20koping
%20keluarga&f=false
Alif, Yansa Mulya. 2016. Seks Bebas Duduki Peringkat Pertama Penyebaran HIV dan AIDS di
Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI