Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS
AUTISME”

Dosen Pembimbing
Ns. Masyitah Wahab, S.Kep.,M.Kes

DISUSUN OLEH :
Riza Aryanti
P.18.013

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES Bina Generasi Polewali Mandar
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada anak berkebutuhan khusus Autisme”. Dalam
penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan, saran, dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Maka
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada dosen pembimbing. Keluargaku tercinta yang telah banyak
memberikan doa, motivasi dan dukungan. Rekan-rekan seangkatan dan
seperjuangan serta semua pihak yang telah memberikan masukan dan dukungan
dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i
STIKES Bina Generasi Polewali Mandar

Wonomulyo, 14 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG MASALAH .............................................. 1
B.RUMUSAN MASALAH ............................................................... 1
C.TUJUAN MASALAH .................................................................. 2
D.MANFAAT PENULISAN ............................................................ 2
BAB II KONSEP MEDIS
A.DEFENISI ...................................................................................... 3
B.KLASIFIKASI ............................................................................... 4
C.ETIOLOGI ..................................................................................... 5
D.PATOFISIOLOGI ......................................................................... 6
E.MANIFESTASI KLINIS ............................................................... 7
F.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK .................................................. 9
G.PENATALAKSANAAN ............................................................... 10
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN............................................................................... 12
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN ................................................... 13
C.INTERVENSI KEPERAWATAN ................................................. 14
BAB IV PENUTUP
A.KESIMPULAN .............................................................................. 17
B.SARAN .......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Dalam Pendidikan Luar Biasa kita banyak mengenal macam-macam
Anak Berkebutuhan Khusus. Salah satunya adalah anak Autisme. Anak
Autisme juga merupakan pribadi individu yang harus diberi pendidikan baik
itu keterampilan, maupun secara akademik. Permasalahan yang ada
dilapangan terkadang setiap orang tidak mengetahui tentang anak Autisme
tersebut. Oleh kerena itu kita harus kaji lebih dalam tentang anak Autisme.
Dalam pengkajian tersebut kita butuh banyak informasi mengenai siapa anak
Autisme, penyebabnya dan lainnya. Dengan adanya bantuan baik itu
pendidikan secara umum. Dalam masyarakat nantinya anak-anak tersebut
dapat lebih mandiri dan anak-anak tersebut dapat mengembangkan potensi
yang ada dan dimilikinya yang selama ini terpendam karena ia belum bisa
mandiri. Oleh karena itu, makalah ini nantinya dapat membantu kita
mengetahui anak Autisme tersebut.
Autisme didapatkan pada sekitar 20 per 10.000 penduduk, dan pria
lebih sering dari wanita dengan perbandingan 4:1, namun anak perempuan
yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Beberapa penyakit
sistemik, infeksi dan neurologis menunjukkan gejala-gejala seperti-austik
atau memberi kecenderungan penderita pada perkembangan gejala austik.
Juga ditemukan peningkatan yang berhubungan dengan kejang.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari data pada latar belakang masalah pada Anak Berkebutuhan
Khusus Autisme, maka rumusan masalah Anak Berkebutuhan Khusus
Autisme adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan anak Autisme ?
2. Apa yang menyebabkan anak Autisme ?
3. Bagimana patofisiologi anak yang Autisme ?
4. Apa saja manifestasi klinis anak Autisme ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak Autisme ?

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


1
6. Apa saja penatalaksanaan pada anak autis?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan pada klien anak dengan Berkebutuhan
Khusus “Autisme”?

C. TUJUAN MASALAH
Untuk memperoleh informasi tentang Konsep Medis dan Konsep
Keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus “Autisme”.
D. MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih
dan menambah pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus Autisme.
Dan diharapkan agar menjadi acuan mahasiswa/mahasiswi dalam membuat
asuhan keperawatan Anak Berkebutuhan Khusus Autisme. Disamping itu
juga sebagai syarat dari tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


2
BAB II

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme
(paham/aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki
gangguan perkembangan dalam dunianya sendiri. Beberapa pengartian autis
menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Autisme merupakan suatu jenis gangguan perkembangan pada anak,
mengalami kesendirian, kecenderungan menyendiri. (Leo kanker handojo,
2003)
b. Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM
IV, sadock dan sadock 2000)
c. Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang Interaksi sosial,
komunikasi, perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan
perkembangan terlambat atau tidak normal. Autisme mulai tampak sejak
lahir atau saat masi bayi (biasanya sebelum usia 3 tahun). “Sumber dari
Pedoman Penggolongan Diagnotik Gangguan Jiwa” (PPDGJ III)
d. Autisme adalah suatu kondisi yang mengenai seseorang sejak lahir
ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk
hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan
anak tersebut terisolasi dari anak yang lain. (Baron-Cohen, 1993).
Jadi Anak Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan
fungsi otak yang bersifat pervasive (inco) yaitu meliputi gangguan kognitif,
bahasa, perilaku, komunikasi, dan gangguan interaksi sosial, sehingga anak
autisme mempunyai dunianya sendiri.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


3
B. KLASIFIKASI
Autisme dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian berdasarkan
gejalanya. Sering kali pengklasifikasian disimpulkan setelah anak didiagnosa
autis. Klasifikasi ini dapat diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale
(CARS). Pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut:
1) Autis Ringan
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan adanya kontak mata
walaupun tidak berlangsung lama. Anak autis ini dapat memberikan sedikit
respon ketika dipanggil namanya, menunjukkan ekspresi-ekspresi muka, dan
dalam berkomunikasi dua arah meskipun terjadinya hanya sesekali.
2) Autis Sedang
Pada kondisi ini anak autis masih menunjukkan sedikit kontak mata namun
tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau
hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang stereopik
cenderung agak sulit untuk dikendalikan tetapi masih bisa dikendalikan.
3) Autis Berat
Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan
yang sangat tidak terkendali. Biasanya anak autis memukul-mukulkan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


4
kepalanya ke tembok secara berulang-ulang dan terus menerus tanpa henti.
Ketika orang tua berusaha mencegah, namun anak tidak memberikan respon
dan tetap melakukannya, bahkan dalam kondisi berada di pelukan orang
tuanya, anak autis tetap memukul-mukulkan kepalanya. Anak baru berhenti
setelah merasa kelelahan kemudian langsung tertidur (Mujiyanti, 2011).

C. ETIOLOGI
Penyebab Autisme diantaranya :
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)
terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak

Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh


Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak
tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata,
memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua
memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan
cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan
terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja,
anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak
takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat
terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara
memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan
bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


5
dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi
visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara
sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara
luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya.

Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita


perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan).
Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres.
Kelainann lain adalh destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat
menyelidiki kontak seksual pada orang asing.

D. Pathway

E. PATOFISIOLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


6
Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab utama dari autisme.
Tapi selain itu juga faktor lingkungan misal terinfeksi oleh bahan beracun
yang akan merusak struktur tubuh. Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat
menyebabkan autism, karena kita ketahui bahwa bila bahan tersebut masuk
dalam tubuh akan merusak pencernaan dan radang dinding usus karena alergi.
Bahan racun masuk melalui pembuluh darah yang bila tidak segera diatasi
bisa menuju ke otak kemudian bereaksi dengan endhorphin yang akan
mengakibatkan perubahan perilaku. Anak dengan autisme mengalami
gangguan pada otaknya yang terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh
jamur, logam berat, zat aditif, alergi berat,obat-obatan, kasein dan gluten.
Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam kandungan maupun setelah lahir.
Kelainan yang dialami anak autisme terjadi pada otak bagian lobus parietalis,
otak kecil (cerebellum) dan pada bagian sistem limbik. Kelainan ini
menyebabkan anak mengalami gangguan dalam berpikir, mengingat dan
belajar berbahasa serta dalam proses atensi. Sehingga anak dengan autisme
kurang berespon terhadap berbagai rangsang sensoris dan terjadilah kesulitan
dalam menyimpan informasi baru.

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun nonverbal
Meliputi kemampuan berbahasa dan mengalami keterlambatan atau
sama sekali tidak dapat bicara. Menggunakan kata-kata tanpa
menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam
waktu singkat. Kata-katanya tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Tidak
mengerti atau tidak menggunakan kata-kata dalam konteks yang sesuai.
Ekolalia (meniru atau membeo), meniru kata, kalimat atau lagu tanpa tahu
artinya. Bicara monoton seperti robot.
2. Gangguan dalam bidang interaksi social
Meliputi gangguan menolak atau menghindar untuk bertatap muka. Tidak
menoleh bila dipanggil, sehingga sering diduga tuli. Merasa tidak senang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


7
atau menolak dipeluk. Bila menginginkan sesuatu, menarik tangan orang
yang terdekat dan berharap orang tersebut melakukan sesuatu untuknnya.
Tidak berbagi kesenangan dengan orang lain. Saat bermain bila didekati
malah menjauh.

3. Gangguan dalam bermain


Diantaranya bermain sangat monoton dan aneh, misalnya menderetkan
sabun menjadi satu deretan yang panjang, memutar bola pada mobil dan
mengamati dengan seksama dalam jangka waktu lama. Ada kedekatan
dengan benda tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus
dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak
mau mainan lainnya. Tidak menyukai boneka, gelang karet, baterai atau
benda lainnya. Tidak spontan, reflaks dan tidak berimajinasi dalam
bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya dan tidak dapat memulai
permainan yang bersifat pura-pura. Sering memperhatikan jari-jarinya
sendiri, kipas angin yang berputar atau angin yang bergerak. Perilaku yang
ritualistik sering terjadi, sulit mengubah rutinitas sehari-hari, misalnya bila
bermain harus melakukan urut-urutan tertentu, bila bepergian harus
melalui rute yang sama.
4. Gangguan perilaku
Dilihat dari gejala sering dianggap sebagi anak yang senang kerapian harus
menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Anak dapat terlihat
hiperaktif misalnya bila masuk dalam rumah yang baru pertama kali ia
datangi, ia akan membuka semua pintu, berjalan kesana kemari dan
berlari-lari tentu arah. Mengulang suatu gerakan tertentu (menggerakkan
tangannya seperti burung terbang). Ia juga sering menyakiti dirinya sendiri
seperti memukul kepala di dinding. Dapat menjadi sangat hiperaktif atau
sangat pasif (pendiam), duduk diam bengong denagn tatap mata kosong.
Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat sangat menaruh perhatian
pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


8
akal sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri.
Gangguan kognitif tidur, gangguan makan dan gangguan perilaku lainnya.
5. Gangguan perasaan dan emosi
Dapat dilihat dari perilaku tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah
tanpa sebab nyata. Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum),
terutama bila tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkannya, bahkan bisa
menjadi agresif dan merusak. Tidak dapt berbagi perasaan (empati) dengan
anak lain.
6. Gangguan dalam persepsi sensori
Meliputi perasaan sensitif terhadap cahaya (penglihata), pendengaran,
sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai berat.
Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila
mendengar suara keras, menutup telinga. Menangis setiap kali dicuci
rambutnya. Merasakan tidak nyaman bila diberi pakaian tertentu. Tidak
menyukai pelukan, bila digendong sering merosot atau melepaskan diri
dari pelukan.
7. Intelegensi
Dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara
fungsional. Kecerdasan sering diukur melalui perkembangan nonverbal,
karena terdapat gangguan bahasa. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70%
penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun sekitar 5% mempunyai IQ
diatas 100. Anak autis sulit melakukan tugas yang melibatkan pemikiran
simbolis atau empati. Namun ada yang mempunyai kemampuan yang
menonjol di suatu bidang, misalnya matematika atau kemampuan memori.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat
menjadi bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes
secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya
autisme, maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang
dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:
         Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa
kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


9
didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15;
anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan
gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan
komunikasi verbal
         The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar
pemeriksaan autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi
anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal
tahun 1990-an.
         The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang
terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun
untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
         The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme
bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt
didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor
dan konsentrasi.

H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan
penatalaksanaan keperawatan.
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah
serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau
penghantar sinyal di sel-sel saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang autis
mempunyai kadar serotonin tinggi dalam darah. Kadar norepinefrin,
dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan
saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian pada penyandang autis.
Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau perjalanan
gangguan autistik, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri,
agresivitas dan gangguan tidur.
Sejumlah observasi menyatakan, manipulasi terhadap sistem dopamin dan
serotonin dapat bermanfaat bagi pasien autis. Antipsikotik generasi baru,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


10
yaitu antipsikotik atipikal, merupakan antagonis kuat terhadap reseptor
serotonin 5-HT dan dopamin tipe 2 (D2). Risperidone bisa digunakan
sebagai antagonis reseptor dopamin D2 dan serotonin 5-HT untuk
mengurangi agresivitas, hiperaktivitas, dan tingkah laku menyakiti diri
sendiri. Olanzapine, digunakan karena mampu menghambat secara luas
pelbagai reseptor, olanzapine bisa mengurangi hiperaktivitas, gangguan
bersosialisasi, gangguan reaksi afektual (alam perasaan), gangguan
respons sensori, gangguan penggunaan bahasa, perilaku menyakiti diri
sendiri, agresi, iritabilitas emosi atau kemarahan, serta keadaan cemas dan
depresi.
Untuk meningkatkan keterampilan sosial serta kegiatan sehari-hari,
penyandang autis perlu diterapi secara nonmedikamentosa yang
melibatkan pelbagai disiplin ilmu. Menurut dr Ika Widyawati SpKJ dari
Bagian Ilmu Penyakit Jiwa FKUI, antara lain terapi edukasi untuk
meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi, terapi perilaku untuk
mengendalikan perilaku yang mengganggu/membahayakan, terapi wicara,
terapi okupasi/fisik, sensori-integrasi yaitu pengorganisasian informasi
lewat semua indera, latihan integrasi pendengaran (AIT) untuk
mengurangi hipersensitivitas terhadap suara, intervensi keluarga, dan
sebagainya.
Untuk memperbaiki gangguan saluran pencernaan yang bisa memperburuk
kondisi dan gejala autis, dilakukan terapi biomedis. Terapi itu meliputi
pengaturan diet dengan menghindari zat-zat yang menimbulkan alergi
(kasein dan gluten), pemberian suplemen vitamin dan mineral, serta
pengobatan terhadap jamur dan bakteri yang berada di dinding usus.
Dengan pelbagai terapi itu, diharapkan penyandang autis bisa menjalani
hidup sebagaimana anak-anak lain dan tumbuh menjadi orang dewasa
yang mandiri dan berprestasi

2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


11
a. Terapi wicara : membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga
membantu anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku : anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-
temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit
mengekspresikan kebutuhannya, mereka banyak yang hipersensitif
terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Maka tak heran mereka sering
mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar
belakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut
untuk memperbaiki perilakunya.
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
b. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi
dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain
bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu
seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana
saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
Sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu
pada tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend
apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ
dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun
sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.
 Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


12
 Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
 Cidera otak
 Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau
keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
c. Status perkembangan anak.
 Anak kurang merespon orang lain.
 Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
 Keterbatasan kognitif.
d. Pemeriksaan fisik
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
 Terdapat ekolalia.
 Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
 Peka terhadap bau.
e. Psikososial
 Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
 Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotip
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Tantrum yang sering
 Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
 Kemampuan bertutur kata menurun
 Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
f. Neurologis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


13
 Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
 Refleks mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketika lapar

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi verbal Pengertian :
penurunan, keterlambatan, atau ketidakmampuan untuk menerima,
memproses, transmisi, dan menggunakn system symbol-simbol.
2. Risiko gangguan perkembangan
Pengertian: risiko keterlambatan dari 25% atau lebih dalam satu atau lebih
pada area social atau perilaku mengatur diri atau kognitif, bahasa,
keterampilan motorik kasar, atau motorik halus.

3. Perubahan proses keluarga


Pengertian : kondisi disfungsi yang dialami suatu keluarga dan biasanya
berfungsi efektif

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi verbal Tujuan/kriteria evaluasi : Menunjukkan
kemampuan komunikasi yang dibuktikan dengan indicator gangguan
(ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak)
a. Menggunakan bahasa tertulis, bicara, atau non verbal
b. Menggunakan bahasa isyarat
c. Menggunakan gambar dan menggambar
d. Pengakuan bahwa pesan diterima
e. Pertukaran pesan dengan orang lain
Batasan Karakteristik :
a. Tidak ada kontak mata atau kesulitan dalam mengikuti pilihan
b. Kesulitan dalam memahami dan menggali pola komunikasi yang biasanya
c. Kesulitan dalam dan menggali pola komunikasi yang biasanya
d. Kesulitan dalam mengekspresikan secara verbal
e. Keinginan menolak untuk bicara
Hasil yang disarankan NOC

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


14
a. kemampuan komunikasi : kemampuan untuk menerima, mengartikan, dan
mengungkapkan pesan yang dikatakan, ditulis dan nonverbal
b. komunikasi : kemampuan ekspresif : kemampuan untuk mengungkapkan
dan mengartikan pesan verbal atau nonverbal
c. munikasi : kemampuan resertif : kemampuan untuk menerima dan
mengartikan pesan verbal atau nonverbal

Intervensi prioritas NIC


a. Pendengar aktif : hadir secara dekat dengan dan terikat secara bermakna
terhadap pesan verbal atau nonverbal dari pasien.
b. Pencapaian komunikasi, deficit pendengaran : bantuan dalam menerima
dan belajar metode alternative untuk hidup dengan keterbatasan
pendengaran.
c. Pencapaian komunikasi, deficit wicara : bantuan dalam menerima dan
belajar metode alternatif untuk hidup dengan gangguan berbicara
Intervensi atau Aktivitas Keperawatan
a. Anjurkan pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan mengulangi
permintaan
b. Sering berikan pujian positif pada pasien yang berusaha untuk
berkomunikasi
c. Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain yang memberikan informasi pada
keluarga
d. Pelihara kontak satu-satunya dengan pasien
e. Bicara perlahan dengan jarak dan tenang, menghadap ke arah pasien
f. Berikan petunjuk dengan jelas dan sederhana: hindari banyak pilihan yang
dapat menambah konfusi pasien. Misalnya, sentuh lengan pasien dan
berkata, “berjalanlah bersama saya”
g. Libatkan pasien dan keluarga dalam mengembangkan rencana komunikasi
h. Berikan perawatan dalam sifat yang rileks, tidak terburu-buru, dan tidak
menghakimi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


15
i. Pencapaian komunikasi: deficit wicara (NIC) Tahan diri dari berteriak
kepada pasien dengan gangguan komunikasi: Bimbing pada komunikasi
satu arah, dengan tepat Dengarkan dengan penuh perhatian

2. Risiko gangguan perkembangan


Tujuan/criteria evaluasi :
a. Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan, yaitu tidak
mengalami keterlambatan 25% atau lebih area social atau perilaku
pengaturan diri atau kognitif, bahsa, keterampilan motorik kasar, atau
motorik halus.
Intervensi atau Aktivitas Keperawatan
a. Berikan hubungan terapeutik dan saling percaya dengan pengasuh
anak
b. Berikan aktivitas bermain yang sesuai, dukung beraktifitas dengan
anak lain
c. Berkomunikasi dengan pasien sesuai dengan tingkat kognitif pada
perkembangannya
d. Berikan penguatan yang positif atau umpan balik terhadap usaha-
usaha mengekspresikan diri
3. Perubahan proses keluarga
 Tujuan/criteria hasil :
 Pasien keluarga akan
a. Memahami perubahan dalam peran keluarga
b. Mengidentifikasi pola koping
c. Berpartisifasi dalam proses membuat keputusan berhubungana
dengan perawatan setelah rawat inap
d. Berfungsi untuk saling memberikan dukungan kepada setiap anggota
keluarga
 Intervensi prioritas NIC
a. Peningkatan integritas keluarga: peningkatan terhadap
keakraban dan keutuhan keluarga

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


16
b. Mempertahankan proses keluarga: meminimalkan efek
gangguan proses keluarga
c. Peningkatan normalisasi: membantu orang tua dan anggota
keluarga lain, dari anak dengan penyakit kronis atau
ketidaknyamanan dalam memberikan pengalaman hidup
normal untuk anak dan keluarga mereka

Intervensi atau Aktivitas Keperawatan


a. Ajari keterampilan merawat pasien yang diperlukan oleh keluarga
b. Ajari keluarga perlunya kerja sama dengan system sekolah untuk menjamin
akses kesempatan pendidikan
c. Berikan kesempatan berkelanjutan dengan mempertahankan komunikasi yang
efektif
d. Tanyakan pelayanan konsultasi social untuk membantu keluarga menentukan
kebutuhan pasca hospitalisasi
e. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mingkin menghambat
pengobatan yang dianjurkan
f. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kekuatan personal.
g. Dukung keluarga unuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara verbal
h. Pertahankan rutinitas keluarga
i. Berikan penguatan positif

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


17
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang
secara klinis ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang
dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang
dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas,
perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan
(stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar terhadap
pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini
penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu
adanya perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang
berhubungan dengan kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan
pada neurotransmitter, dan akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan
perilaku pada penderita. Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak
mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak
terhadap dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan
dunianya sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal – hal kecil yang bagi
orang lain tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup
dengan normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


18
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya
bagi mahasiswa-mahasiswi keperawatan dapat memahami asuhan
keperawatan pada anak berkebutuhan khusus autisme dan bagi orang tua yang
memiliki anak autisme.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


19
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Sacharin, RM. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Behrman, Kliegman, Arvin. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15.
Jakarta: EGC.

Anonim. Http:// www.Dikdasmen.Com/Pendidikan anak Autisme.Html

Soetjiningsih. 1994. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.

Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan 2. Edisi 1. Jakarta:


Salemba Medika

PPNI, 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.

Nugraheni,SA. (2012). Menguak Belantara Autisme. Bulettin Psikologi. 20(1-2):


9-17.
Http://www.journal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/download/11944/8798

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AUTISME


23

Anda mungkin juga menyukai