Anda di halaman 1dari 16

TELAAH JURNAL TENTANG TREND GLAUKOMA, ISU KATARAK,

TREND OTITIS MEDIA, DAN ISU RHINITIS

DOSEN PEMBIMBING
Ns. Siti Mutia Kosassy, M.Kep

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
Deta Kartika
Leli Suriani
Melsy Nur Savitri
Nurul Annisa
Yuva Audini

INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESMAS
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Trend
Glaukoma, Isu Katarak, Trend Otitis Media, Dan Isu Rhinitis”.
Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Ns. Siti Mutia Kosassy, M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat
dalam rangka menambah pengetahuan dan juga wawasan.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang
khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika
terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Bukittinggi, 27 Mei 2021

                   Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

Jurnal Trend Glaukoma : Glaucoma Caused Blindness with Its Characteristic in


Cipto Mangunkusumo Hospital (Glaukoma Menyebabkan Kebutaan dengan Ciri
khasnya di Cipto Rumah Sakit Mangunkusumo)....................................................1
A. PENDAHULUAN.......................................................................................1
B. TELAAH......................................................................................................1
1. Judul Jurnal........................................................................................1
2. Abstrak..............................................................................................1
3. Pendahuluan......................................................................................2
4. Metode...............................................................................................3
5. Hasil...................................................................................................3
6. Kesimpulan........................................................................................4

Jurnal Isu Otitis Media : Acute Otitis Media: Identification of Causative


Pathogens with Antimicrobial Comparative Efficacy (Otitis Media Akut:
Identifikasi Patogen Penyebab dengan Antimikroba Khasiat Komparatif).............5
A. PENDAHULUAN.......................................................................................5
B. TELAAH......................................................................................................5
1. Judul Jurnal.........................................................................................5
2. Abstrak................................................................................................5
3. Latar Belakang....................................................................................6
4. Metodologi..........................................................................................6
5. Kesimpulan.........................................................................................7

Jurnal Trend Katarak : Trend in Cataract Surgical Rate in Iran Provinces (Tren
Tingkat Bedah Katarak di Provinsi Iran).................................................................8
A. PENDAHULUAN.......................................................................................8

iii
B. TELAAH......................................................................................................8
1. Judul Jurnal........................................................................................8
2. Latar Belakang..................................................................................8
3. Metode...............................................................................................8
4. Hasil...................................................................................................9
5. Kesimpulan........................................................................................9

Jurnal Isu Rhinitis : Relationship between Allergic Rhinitis and Sinusitis on


Paranasal Sinus Photo Examination (Hubungan Rinitis Alergi dan Sinusitis pada
Pemeriksaan Foto Sinus Paranasal).......................................................................10
1. Judul Jurnal....................................................................................10
2. Abstrak...........................................................................................10
3. Tujuan............................................................................................11
4. Metode............................................................................................11
5. Kesimpulan....................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………12

iv
Jurnal Trend Glaukoma :
Glaucoma Caused Blindness with Its Characteristic in Cipto
Mangunkusumo Hospital
(Glaukoma Menyebabkan Kebutaan dengan Ciri khasnya di Cipto
Rumah Sakit Mangunkusumo)

A. PENDAHULUAN

Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari database :


http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “
Trend Glaukoma“ dan untuk kata kunci jurnal tersebut yaitu glaukoma,
kebutaan, glaukoma primer sudut tertutup, glaukoma primer sudut terbuka,
glaukoma sekunder, tekanan intrakular, atrofi saraf optik

Cite URL : Indonesia, J. O. (2011). Glaucoma caused blindness with its


characteristic in Cipto Mangunkusumo Hospital. Jurnal Oftalmologi Indonesia
(JOI), 7(5), 189-193.

A. TELAAH
1. Judul Jurnal
 Judul jurnal sudah sesuai yaitu menggambarkan isi penelitian,
dibuat dalam kalimat yang sederhana, tercantum tempat penelitian
dan waktu penulisan.
 Judul jurnal sudah sesuai dengan isinya.

2. Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai kejadian kebutaan
akibat glaukoma dan karakteristiknya. Itu deskriptif, studi retrospektif.
semua pasien glaukoma baru yang mengunjungi RS Cipto Mangunkusumo
dimasukkan. Ketajaman visual, intra okuler tekanan (TIO), gonioskopi,
funduskopi dan lapang pandang dicatat. Sebanyak 625 pasien glaucoma
dianalisis dan 325 pasien itu ditemukan buta. Lima puluh di antaranya
adalah milik wanita, dan usia rata-rata adalah 53 tahun. Insiden kebutaan

1
unilateral adalah 67,7%. Penyebab kebutaan adalah glaukoma sekunder
(26,4%) diikuti oleh PACG (20,6%) dan POAG (14,5%). Sedangkan
kebutaan bilateral ditemukan pada 32% dan glaukoma sekunder
merupakan penyebab terbanyak. Kebutaan di antara penderita glaukoma
masih tinggi.

3. Pendahuluan
Glaukoma adalah kelainan optik neuropati disertai kelainan lapang
pandang yang karakteristik dan peningkatan tekanan intra okular (TIO)
merupakan faktor risiko utama.1 Berdasarkan survei kesehatan mata yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
1993–1996 menunjukkan bahwa glaukoma (0,2%) adalah penyebab
kebutaan kedua terbanyak setelah katarak (0,7%) dari 1,5% populasi
Indonesia yang telah mengalami kebutaan.2 Glaukoma penyebab kebutaan
permanen dan merupakan penyebab kebutaan nomor 2 di dunia.2,3,4
Jumlah penyakit glaukoma di dunia oleh World Health
Organization (WHO) diperkirakan ± 60,7 juta orang di tahun 2010, akan
menjadi 79,4 juta di tahun 2020.5 Oleh karena itu, untuk mengatasinya
dicanangkan vision 2020. Berdasarkan golongan usia, sebesar 88,8% dari
populasi kebutaan global berusia di atas 60 tahun dan terutama berasal dari
negara-negara yang sedang berkembang. Angka yang tinggi tersebut
terjadi terutama berada di Afrika dan Asia, yaitu sekitar 75% dari kebutaan
total dunia.3 Perkiraan prevalensi glaukoma yang mengalami kebutaan
dalam populasi cukup bervariasi dari satu negara ke negera lain.
Karakteristik glaukoma yang menjadi penyebab terbanyak
kebutaan juga bervariasi tiap negara.6 Penelitian oleh Affandi, yang
dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun
1985 menunjukkan insiden glaukoma sebesar 1,8% di antara seluruh kasus
baru penyakit mata yang berusia di atas 40 tahun.8 Laporan deskriptif oleh
Djatikusumo tahun 1999, menemukan insidens kebutaan yang cukup
tinggi pada penderita glaukoma baru di RSCM, yaitu sebesar 79%.9
Institusi pendidikan di kota besar Indonesia maupun pihak swasta telah

2
melakukan penyuluhan di berbagai media dalam upaya meningkatkan
tingkat kesadaran masyarakat mengenai glaukoma si pencuri penglihatan.
Tujuan penelitian ini mengetahui insiden kebutaan akibat glaukoma di era
tahun 2000-an di RS Cipto Mangunkusumo dan karakteristik penyebab
kebutaannya

4. Metode
Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif deskriptif. Data
diperoleh dari rekam medis semua penderita baru yang datang berobat ke
poliklinik mata divisi glaukoma Pasien yang diikutsertakan dalam
penelitian ini adalah pasien yang telah didiagnosis sebagai penderita
glaukoma. Glaukoma dikelompokkan menjadi glaukoma primer sudut
terbuka (GPSTa), glaukoma primer sudut tertutup (GPSTp) baik akut
maupun kronik, glaukoma kongenital, glaukoma juvenilis, glaukoma tensi
normal/normal tension glaucoma (NTG) dan glaukoma sekunder. Kriteria
eksklusi bila penderita tidak dapat digolongkan ke dalam kelompok di atas
akan tetapi dikelompokkan tersendiri sesuai diagnosisnya dan data tidak
lengkap.
Karakteristik yang dinilai adalah jenis glaukoma, usia yang dibagi
menjadi 2 kelompok usia kurang dari 40 tahun dan lebih dari 40 tahun,
jenis kelamin, rata-rata tajam penglihatan (LogMAR), rata-rata TIO, dan
rata-rata CDR, serta tingkat keparahan glaukoma. Tingkat keparahan
penderita dinilai berdasarkan kerusakan papil saraf optik.

5. Hasil
Dalam periode 1 Januari 2005 sampai dengan 31 Desember 2007
didapatkan 625 data pasien baru glaukoma di divisi glaukoma poliklinik
mata RSCM. Semua pasien baru glaukoma yang mengalami kebutaan
sesuai kriteria inklusi sebanyak 325 orang (52%). Jumlah pasien yang
menderita buta satu mata (unilateral) sebanyak 220 orang (67,70%)dan
buta 2 mata (bilateral) sebanyak 105 orang (32,30%) Kisaran umur
penderita antara 6 bulan sampai 93 tahun dengan rata-rata umur 53 tahun

3
dan penderita di atas 40 tahun sebanyak 80%. Proporsi perbandingan
antara lakilaki dan perempuan adalah 1:1.
Penyebab kebutaan baik 1 mata maupun 2 mata diakibatkan oleh
GPSTp (30,74%), di mana GPSTp kronis sebagai penyebab terbanyak
(27,98%) dari seluruh jenis glaukoma. Sedangkan GPSTa (25,57%) adalah
penyebab ketiga terbanyak setelah glaukoma sekunder (29,84%).
Berdasarkan derajat keparahan papil saraf optik, penelitian ini
memperlihatkan bahwa sebagian besar penderita (lebih dari 75%) yang
mengalami kebutaan, datang dengan keadaan atrofi papil saraf optik yang
sudah lanjut, baik pada buta unilateral maupun buta bilateral disertai TIO
yang sangat tinggi. Studi di USA mengatakan bahwa hampir setengah dari
semua penderita glaukoma tidak sadar akan kondisi mereka, terutama
akibat usianya yang sudah lanjut. Kebutaan merupakan suatu hambatan
fungsional dan sosial yang penting dan pencegahannya menjadi suatu
aspek utama dari sistem kesehatan dalam usaha meningkatkan kualitas
hidup seseorang. Dengan mengidentifikasi penyakit glaukoma secara dini
dan dilakukan pengawasan dan pengobatan yang teratur, maka
progresifitas penyakit glaukoma tersebut dapat di hambat atau kebutaan
permanen dapat dihindari.

6. Kesimpulan
Kebutaan akibat glaukoma masih tinggi dengan penyebab
terbanyak adalah GPSTp, selain itu faktor lensa memegang peran yang
dominan untuk terjadinya kebutaan. Penyuluhan mengenai glaukoma
belum dirasakan oleh seluruh Kota Jakarta dan pemberantasan buta
katarak belum merata.

4
Jurnal Isu Otitis Media :
Acute Otitis Media: Identification of Causative Pathogens with
Antimicrobial
Comparative Efficacy
(Otitis Media Akut: Identifikasi Patogen Penyebab dengan Antimikroba
Khasiat Komparatif)

A. PENDAHULUAN
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari database :
http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “Isu
Otitis Media“ dan untuk kata kunci jurnal tersebut yaitu Infeksi telinga,
Patogen, Pola resistensi, Pola kepekaan, Pengobatan antimikroba

Cite URL : Ayub, M., Islam, A., Moiz, A., & Fahad, M. (2015). Acute
otitis media: identification of causative pathogens with antimicrobial
comparative efficacy. J App Pharm, 7(2).

B. TELAAH
1. Judul Jurnal
 Judul jurnal sudah sesuai yaitu menggambarkan isi penelitian,
dibuat dalam kalimat yang sederhana, tercantum tempat penelitian
dan waktu penulisan.
 Judul jurnal sudah sesuai dengan isinya.

2. Abstrak
Otitis media adalah jenis infeksi telinga yang paling umum
sedangkan penyebab paling penting dari infeksi telinga manusia adalah
bakteri. Pseudomonas aeruginosa adalah patogen paling umum yang
menyebabkan infeksi telinga pada pediatri. Diagnosis yang tepat dan
pengobatan yang tepat sangat diperlukan dalam kasus infeksi telinga
karena dapat menyebabkan ketulian. Studi bertujuan untuk mengevaluasi
patogen utama yang menyebabkan infeksi telinga. Untuk tujuan penelitian
ini surveilans Pertimbangan dilakukan dengan mengumpulkan data

5
retrospektif dari sektor perawatan kesehatan publik dari pasien dengan
penurunan sistem imun sehingga kami mengetahui tentang patogen utama
yang menyebabkan infeksi telinga dan pilihan pengobatannya.

3. Latar Belakang
Infeksi telinga (otitis media akut) paling sering disebabkan oleh
bakteri atau infeksi virus yang mempengaruhi telinga tengah, udara di
belakang gendang telinga diisi ruang yang menampung tulang-tulang kecil
telinga yang bergetar. Otitis media terdiri dari tiga jenis terutama: Jenis
pertama adalah Otitis eksterna yang rumit di telinga luar dan saluran
telinga. Pada otitis eksternal, telinga tampak menjadi menyakitkan saat
menyentuh dan menarik. Itu juga disebut telinga perenang. Otitis media
adalah tipe kedua dalam otitis media; telinga mengotori dengan cairan di
belakang gendang telinga, di ruang yang biasa diisi udara telinga tengah.
Infeksi telinga tengah sangat umum terjadi pada masa kanak-kanak
terkadang memerlukan prosedur pembedahan yang disebut miringotomi
dan penyisipan tabung. Yang ketiga adalah Otitis interna yang melibatkan
telinga bagian dalam termasuk organ sensorik. Ketika telinga bagian
dalam meradang sering terjadi Gejala vertigo, juga disebut labirinitis

4. Metodologi
Studi dirancang pada dasarnya berdasarkan evaluasi retrospektif
antibiotik dari pusat kesehatan umum Pakistan terutama dari Rumah sakit
Abbasi Shaheed yang sebelumnya sakit dan gangguan kekebalan pasien.
Untuk itu pola kerentanan dan keteguhan hati patogen paling invasif
Pseudomonas aeruginosa, spesies Streptococcus, dll. berkumpul di
dokumen rumah sakit. Setelah berkumpul disana Data studi ruminatif
dipisahkan dengan sangat tepat dan yang terkait studi. Data mentah
kemudian dimanfaatkan untuk melanjutkan studi pada patogen yang
merupakan antisipasi ekstensif infeksi telinga. Antibiogram yang diperoleh
diinterpretasikan dengan standar referensi CLSI protokol pola kerentanan
dan resistensi

6
5. Kesimpulan
Pengantar infeksi telinga terdiri dari tiga jenis otitis eksterna, otitis
media dan otitis interna. Otitis media bukanlah penyakit unicause Ini
adalah penyakit multifaktorial yang disebabkan oleh berbagai macam
patogen. Pengobatan pada dasarnya dilakukan atas dasar patogen
penyebab telinga infeksi. Dokter mungkin memerlukan terapi antibiotik
yang lebih mahal berdasarkan respon awal pasien setelah organisme
dikonfirmasi, dan hasil uji sensitivitas dapat diakses. Penalaran
menyembuhkan penyakit menular Disain penyakit menjadi tantangan
serius di masyarakat karena penyebabnya tinggi tingkat mortalitas dan
morbiditas dalam beberapa tahun terakhir. Studi menunjukkan sangat
hubungan yang lebih sedikit antara sensitivitas dan pola resistensi
antibiotic melawan patogen. Infeksi yang selaras dengan tantangan serius
untuk penyakit yang didapat di rumah sakit dan komunitas. Yang
menghasilkan perlunya pemilihan patogen peruntukan untuk menghadapi
masalah terkait dengan resistensi multidrug selama pengobatan infeksi
telinga. Layak mendiagnosis infeksi telinga juga merupakan alat yang
sangat dasar untuk pengobatan yang dapat dilakukan dengan tes
pendengaran, timpanektomi, otoskop, dll.

7
Jurnal Trend Katarak :
Trend in Cataract Surgical Rate in Iran Provinces
(Tren Tingkat Bedah Katarak di Provinsi Iran)

A. PENDAHULUAN
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari database :
http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “
Trend Katarak“ dan untuk kata kunci jurnal tersebut yaitu Tingkat Bedah
Katarak, Epidemiologi, Iran

Cite URL : Hashemi, H., Rezvan, F., Khabazkhoob, M., Gilasi, H.,
Etemad, K., Mahdavi, A., & Asgari, S. (2014). Trend in cataract surgical rate
in Iran provinces. Iranian journal of public health, 43(7), 961.

B. TELAAH

1. Judul Jurnal

 Judul jurnal sudah sesuai yaitu menggambarkan isi penelitian,


dibuat dalam kalimat yang sederhana, tercantum tempat penelitian
dan waktu penulisan.
 Judul jurnal sudah sesuai dengan isinya.

2. Latar Belakang
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui trend perubahan
Cataract Surgical Rate (CSR) di provinsi Iran selama tahun 2006 sampai
2010 dan mengidentifikasi daerah berisiko tinggi.

3. Metode
Laporan ini adalah bagian dari Studi CSR Iran. Perubahan
persentase CSR tahun 2010 dibandingkan tahun 2006 dilakukan di setiap
provinsi secara retrospektif. Seratus sepuluh pusat dipilih dari semua

8
provinsi, untuk menentukan CSR di masing-masing, bobot pusat mayor (>
3.000 operasi tahunan) dan minor (3.000 operasi tahunan atau kurang)
dihitung berdasarkan jumlah pusat yang dipilih, dan dikalikan dengan
jumlah operasi di setiap provinsi.

4. Hasil
Di delapan provinsi, CSR menurun 1-60%. Satu provinsi
(Booshehr) tidak menunjukkan perubahan. Delapan belas provinsi
mengalami peningkatan 2-79%. Tidak ada data tahun 2006 tersedia di tiga
provinsi. Khorasan Utara mengalami penurunan terbesar sedangkan
Kerman mengalami peningkatan terbesar dalam CSR. Enam dari 8
provinsi ini memiliki CSR> 3.000 meskipun terjadi penurunan pada tahun
2010, tetapi Khorasan Utara memiliki CSR <3.000 selama periode 5
tahun. Di 4 provinsi, CSR memiliki gap dari 3.000 meskipun dalam tren
meningkat, dan di dua provinsi, kesenjangannya cukup besar.

5. Kesimpulan

Meskipun CSR mengalami tren peningkatan di sebagian besar


provinsi di Iran, namun di beberapa provinsi menurun, dan meskipun CSR
sudah rendah, eksaserbasi terus berlanjut. Populasi yang tumbuh lebih dari
50 tahun membutuhkan tindakan cepat di provinsi-provinsi tersebut.
Bahkan di provinsi-provinsi yang sedang berkembang, beberapa masih
tertinggal dari jumlah minimum yang direkomendasikan oleh WHO, dan
tingkat pertumbuhan lebih dari 50 populasi menunjukkan perlunya
perencanaan segera.

9
Jurnal Isu Rhinitis:
Relationship between Allergic Rhinitis and Sinusitis on Paranasal Sinus
Photo Examination
(Hubungan Rinitis Alergi dan Sinusitis pada Pemeriksaan Foto Sinus Paranasal)

A. PENDAHULUAN
Pengambilan Artikel Jurnal penelitian ini diambil dari database :
http://scholar.google.co.id dengan kata kunci dalam kotak pencarian yaitu “
Jurnal Isu Rhinitis“ dan untuk kata kunci jurnal tersebut yaitu Rinitis Alergi,
Sinusitis, Pemeriksaan Foto Sinus Paranasal

Cite URL : Hapsari, T. D. K. R., Wulandari, M., Haryadi, H., &


Sabilla, S. R. (2020). Hubungan Antara Rhinitis Alergi Dengan Sinusitis Pada
Pemeriksaan Foto Sinus Paranasal di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 966-
970.

B. TELAAH

1. Judul Jurnal
 Judul jurnal sudah sesuai yaitu menggambarkan isi penelitian,
dibuat dalam kalimat yang sederhana, tercantum tempat penelitian
dan waktu penulisan.
 Judul jurnal sudah sesuai dengan isinya.

2. Abstrak
Sinusitis dan rinitis merupakan penyakit yang sangat erat
kaitannya, terutama rinitis kronis. Rhinitis alergi merupakan reaksi alergi
pada hidung yang terpapar alergen. Sinusitis merupakan penyakit
peradangan yang terjadi pada mukosa sinus yang disebabkan oleh

10
peradangan pada hidung dengan gejala berupa hidung tersumbat dan
tertekan pada area sinus yang terinfeksi.

3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara Rinitis Alergi dan Sinusitis pada Pemeriksaan Foto Sinus Paranasal
di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2019.

4. Metode
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional karena
bertujuan untuk menganalisis pengaruh atau hubungan dalam penelitian.
Desain penelitian adalah cross sectional, yaitu jenis penelitian yang
dilakukan dengan pengumpulan data hanya sekali dalam satu waktu.

5. Kesimpulan
Dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan p-value = 0,000
yang lebih kecil dari nilai signifikansi 5% (0,05), hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rinitis alergi dengan
sinusitis. Dari analisis diatas didapatkan nilai OR = 17,28 yang
menyatakan bahwa pasien yang mengalami rinitis alergi sebanyak 17,28
kali mengalami sinusitis. Dengan menggunakan uji Chi Square didapatkan
p-value = 0,000 yang lebih kecil dari nilai signifikansi 5% (0,05), hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rinitis
alergi dengan sinusitis. Ada hubungan yang bermakna antara rinitis alergi
dan sinusitis pada pemeriksaan foto sinus paranasal di RSUD DR. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung tahun 2019.

11
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, J. O. (2011). Glaucoma caused blindness with its characteristic in


Cipto Mangunkusumo Hospital. Jurnal Oftalmologi Indonesia (JOI), 7(5), 189-
193.

Ayub, M., Islam, A., Moiz, A., & Fahad, M. (2015). Acute otitis media:
identification of causative pathogens with antimicrobial comparative efficacy. J
App Pharm, 7(2).

Hashemi, H., Rezvan, F., Khabazkhoob, M., Gilasi, H., Etemad, K., Mahdavi, A.,
& Asgari, S. (2014). Trend in cataract surgical rate in Iran provinces. Iranian
journal of public health, 43(7), 961.

Hapsari, T. D. K. R., Wulandari, M., Haryadi, H., & Sabilla, S. R. (2020).


Hubungan Antara Rhinitis Alergi Dengan Sinusitis Pada Pemeriksaan Foto Sinus
Paranasal di RSUD DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung Tahun 2019. Jurnal
Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 966-970.

12

Anda mungkin juga menyukai