Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS JURNAL PICO

ANALISIS KERENTANAN TANAH LONGSOR SEBAGAI DASAR


MITIGASI DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana

Dosen pembimbing : Dafid Arifiyanto, M.Kep., Ns.,Sp.,Kep.M.B

Disusun oleh :

Nila Ayuningtyas

17.1355.S

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2020
A. Problem
Faktor penentu kerentanan tanah longsor yaitu faktor alami dan faktor manajemen. Faktor
alami diantaranya adalah curah hujan harian kumulatif 3 hari berurutan, kemiringan
lahan, geologi atau batuan, kedalaman tanah sampai lapisan kedap, keberadaan
sesar/patahan/gawir. Faktor manajemen diantaranya adalah penggunaan lahan,
intrastruktur, dan kepadatan permukiman.

B. Intervention
Mitigasi bencana harus dilakukan dengan cepat untuk mengurangi resiko bencana baik
upaya fisik maupun sosial yang meliputi kemampuan masyarakat dalam menghadapi
bencana alam.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya mitigasi bencana, diantaranya :
1. Penyediaan informasi dan peta kawasan rentan bencana untuk setiap jenis bencana
2. Sosialisasi untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran masyarakan dalam
menghadapi bencana
3. Memahami apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika terjadi bencana
4. Pengaturan dan penataan kawasan rentan bencana

C. Comparison
Jurnal : Analisis Kerentanan Tanah Longsor Sebagai Dasar Mitigasi di Kabupaten
Banjarnegara
Hasil penelitian menunjukan wilayah dengan kelas kerentanan :
1. Tidak rentan seluas 44,88 ha (0,04%)
2. Sedikit rentan 7.800,84 ha (7,29%)
3. Agak rentan 88.505,80 ha (82,74%)
4. Rentan 10.423,32 ha (9,74%)
5. Sangat rentan 196,16 ha (0,18%)

Kategori sangat rentan longsor adalah : wanayasa (64,41 ha), pagedongan (43,78 ha),
banjarnegara (38,84 ha), bawang (18,65 ha), kalibening (1,21 ha), karangkobar (3,58
ha), pandanarum (21,34 ha), susukan (4,03 ha), mandiraja (0,30 ha).
D. Outcome
Mitigasi bertujuan untuk mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana, dan
tata cara penanggulangan bencana.
Mitigas yang tepat agar membantu korban jiwa dan kerugian material dapat dikurangi.

No
Komponen
Aspek
Hasil Analisa
1.
Dimensi substantif dan teori
abstrak

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kerentanan tanah longsor di Kabupaten
Banjarnegara. Metode penelitian yang dilakukan adalah survey dan deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan metode kerentanan longsor parameter : faktor alami dan manajemen.

Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara yang sering mengalami bencana hidrometeorologi,
yaitu bencana yang disebabkan karena perubahan iklim dan cuaca. Nugroho (2016)
menyampaikan bahwa telah terjadi 1.681 bencana yang menyebabkan korban jiwa
sebanyak 259 orang, yang sebagian besar merupakan korban bencana tanah longsor.

Mitigasi bencana harus dilakukan dengan tepat karena banyaknya kerugian yang
ditimbulkan. Undang-undan No.24 Tahun 2007 tentang penaggulangan bencana
menerangkan bahwa mitigasi merupakan suatu upaya untuk mengurangi resiko bencana
baik upaya fisik maupun sosial yang meliputi kemampuan masyarakat dalam menghadapi
bencana alam.
Kerangka Teori
 Mitigasi bertujuan untuk mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana, dan
tata cara penanggulangan bencana. Mitigasi yang tepat agar membantu korban jiwa dan
kerugian material dapat dikurangi.
 Faktor penentu kerentanan tanah longsor yaitu faktor alami dan faktor manajemen. Faktor
alami diantaranya adalah curah hujan harian kumulatif 3 hari berurutan, kemiringan
lahan, geologi atau batuan, kedalaman tanah sampai lapisan kedap, keberadaan
sesar/patahan/gawir. Faktor manajemen diantaranya adalah penggunaan lahan,
intrastruktur, dan kepadatan permukiman.
 Hasil survei di lapangan diketahui bahwa, sebagian besar jenis tanah di
Banjarnegara ultisol dan inceptisol. Hal ini menyebabkan wilayah ini rentan
bencana longsor.
2.
Dimensi Desain Metodologi
Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah survey dan deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode
kerentanan longsor parameter : faktor alami dan manajemen.

Sampel

Kategori sangat rentan longsor adalah : wanayasa (64,41 ha), pagedongan (43,78 ha),
banjarnegara (38,84 ha), bawang (18,65 ha), kalibening (1,21 ha), karangkobar (3,58 ha),
pandanarum (21,34 ha), susukan (4,03 ha), mandiraja (0,30 ha).

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati. Instrumen adalah alat untuk mengukur, mengamati
atau
mendokumentasikan data (Skinner, Edwards
and Corbett, 2015: 247). Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah
metode survei untuk mengetahui kondisi fisik di lapangan, sedangkan untuk mengidentifikasi
daerah yang rentan longsor digunakan formula kerentanan tanah longsor. Penelitian meliputi
peta RBI (Rupa Bumi Indonesia) skala 1 : 25.000, data curah hujan harian kumulatif 3 hari
berurutan (mm/3 hari) selama 10 tahun terakhir pada 12 stasiun penakar hujan. Metode yang
digunakan adalah tumpang susun delapan parameter yang sebelumnya telah dilakukan scoring
dan pembobotan.

Analisis statistik

Hasil analisis terhadap beberapa parameter penentu tingkat kerentanan longsor di Banjarnegara
menggunakan kriteria kerentanan tanah longsor.
3.
Dimensi Interpretasi
pembahasan

Kemiringan lahan merupakan salah satu faktor yang menjadi pemicu longsor (Liu, Li, Wu, Lu,
Sang, 2013).

Menurut Muchlis (2015) pada bagian atas lereng, terdapat lapisan tanah yang porus (mudah
meloloskan air), menyebabkan air hujan akan mudah masuk kedalam tanah.

Kondisi geologi, salah satunya adalah jenis tanah, sangat mempengaruhi longsor (Setiadi, 2013).
Solle dan Ahmad (2015) juga menyampaikan bahwa tanah dengan kandungan mineral liat
terutama kaolinit dan vermikulit pada kondisi jenuh air akan menjadi labil. Berkaitan dengan hal
ini dan berdasarkan hasil survei lapangan, diketahui bahwa sebagian besar jenis tanah di
Banjarnegara adalah ultisol dan incetisol yang menyebabkan wilayah tersebut rentan terjadi
longsor.

Tingkat kerentanan longsor akan bertambah dengan adanya bangunan infrastruktur dan aktivitas
manusia didaerah tersebut. Pemotongan lereng akibat pembangunan jalan, dapat meningkatkan
beban pada lereng, sehingga potensi terjadinya longsor.

Curah hujan yang tinggi pada suatu wilayah yang rentan terhadap longsor, dapat meningkatkan
potensi longsor.

Kepadatan penduduk pada suatu wilayah perlereng, juga akan mempengaruhi tingkat kerentanan
longsor, karena semakin banyak populasi maka akan menambah beban yang diterima oleh lahan
sehingga meningkatkan potensi longsor.

4.
Dimensi Etik
Subjek Pebelitian

Gumelem, purworejo, wanadadi, banjarnegara, kali sapi, banjarmangu, limbangan, karang


kobar, pejawaran, sempor, watukumpul, dan kartek.
Dilema Etik dan Hukum
-

Pelanggaran Prinsip Etik


-
5.
Presentasi dan Penulisan
Kejelasan Informasi
-

Teknik penulisan
-

Anda mungkin juga menyukai