GIGITAN BINATANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat
Darurat Semester V
Di Susun Oleh :
Kelompok 5
1. Reski Indahyani 14220190069
2. Musdalifa 14220190065
3. Nelly Amelya 14220190058
4. Hasnah 14220190070
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, kasih karunia dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Makalah Pada Pasien Dengan Gigitan Hewan”.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tidaklah sempurna.
Oleh karenanya, kami sangat antusias menyambut setiap kritik dan saran yang
membangun agar makalah yang kami buat ini semakin sempurna semoga dan
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan...........................................................................................................5
D. Manfaat.........................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................7
B. Klasifikasi.....................................................................................................7
C. Etiologi..........................................................................................................7
D. Manifestasi klinis..........................................................................................9
E. Patofisiologi.................................................................................................13
F. Pathaway.....................................................................................................17
G. Pemeriksaan penunjang............................................................................18
H. Penatalaksanaan.........................................................................................20
I. Komplikasi..................................................................................................26
BAB III PENUTUP...............................................................................................28
A. Kesimpulan.................................................................................................28
B. Saran...........................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan
dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian.
Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada
kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat
menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada
beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan binatang yang
menyebab infeksi yang menyerang susunan saraf pusat (rabies).
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Gigitan Binatang ?
2. Apa Klasifikasi Gigitan Binatang?
3. Bagaimana Etiologi Gigitan Binatang?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Gigitan Binatang?
5. Bagaimana Patofisiologi Gigitan Binatang?
6. Bagaimana Pathway Gigitan Binatang?
7. Bagaimana Pemeriksaan Gigitan Binatang?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Gigitan Binatang?
9. Bagaimana Komplikasi Gigitan Binatang?
10. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Gigitan Binatang ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar Gigitan Binatang dan mampu
mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien Gigitan Binatang.
2. Tujuan Khusus
a) Menjelaskan Definisi Gigitan Binatang
b) Menjelaskan Klasifikasi Gigitan Binatang.
c) Menjelaskan Etiologi Gigitan Binatang .
d) Menjelaskan Manifestasi Klinis Gigitan Binatang .
e) Menjelaskan Patofisiologi Gigitan Binatang.
f) Menjelaskan Pathway Gigitan Binatang.
g) Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Gigitan Binatang.
h) Menjelaskan Penatalaksanaan Gigitan Binatang.
i) Menjelaskan Komplikasi Gigitan Binatang.
j) Menjelaskan Konsep Asuhan Keperawatan Gigitan Binatang.
D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa.
Diharapkan mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Gigitan Binatang.
2. Bagi masyarakat.
Diharapkan mahasiswa dapat memberikan pengetahuan atau informasi
kepada masyarakat tentang Gigitan Binatang dan bagaimana cara
penanganannya.
3. Bagi tenaga kesehatan.
Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan
keperawatan dan pendidikan kesehatan Gigitan Binatang pada klien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gigitan binatang adalah gigitan atau sengatan yang diakibatkan oleh
gigitan atau sengatan hewan seperti anjing, kucing, kera, dan sebagainya.
B. Klasifikasi
1. Gigitan binatang darat
a. Hewan tersangka rabies, seperti anjing, kucing, kera/monyet, kelelawar,
rakun dan Hewan karnivora lain yang tersangka rabies.
b. Gigitan hewan berbisa, seperti ular.
c. Gigitan serangga
Gigitan serangga bisa diakibatkan oleh Serangga yang menyengat: Semut,
tawon, kalajengking, laba-laba dan serangga yang tidak menyengat seperti
kutu busuk, lalat, nyamuk.
2. Gigitan binatang laut, seperti tentakel laut, gurita (octopus) cincin biru, Ikan
besar yang berbahaya, ikan pari, bulu babi, stones fish, cone shell (kerang laut).
C. Etiologi
1. Gigitan binatang darat
a. Hewan tersangka rabies
Rabies atau lebih sering dikenal dengan nama anjing gila merupakan
suatu penyakit infeksi akut yang menyerang susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan dari gigitan hewan
penular rabies.
b. Gigitan serangga dan binatang berbisa
Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau
mereka digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan
digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi sarang
mereka. Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun)
yang tersusun dari protein dansubstansi lain yang mungkin memicu reaksi
alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan
dan bengkak di lokasi yang tersengat.Lebah, tawon, penyengat, si jaket
kuning, dan semut api adalah anggota keluarga Hymenoptera.
Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang
cukup serius pada orang yangalergi terhadap mereka. Kematian yang
diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari padakematian yang
diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda
dalammenyengat.Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat
sengatnya dan sebenarnya ia mati ketikaproses itu terjadi. Seekor tawon
dapat menyengat berkali-kali karena tawon tidak melepaskanseluruh alat
sengatnya setelah ia menyengat. Semut api menyengatkan bisanya dengan
menggunakan rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat
bisa berkali-kali.
D. Manifestasi klinis
1. Gigitan binatang darat
a. Hewan tersangka rabies
Manifestasi klinis yang dapat terjadi pada manusia yang terkena gigitan
dari hewan rabies yaitu :
1) Stadium Prodromal
Gejala-gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri
ditenggorokan selama beberapa hari.
2) Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat
bekas luka. Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang
berlebihan terhadap rangsang sensorik.
3) Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan
gejala hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi.
Bersamaan dengan stadium eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya,
yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya macam-macam fobi,
yang sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobi. Kontraksi otot-otot
Faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsang
sensorik seperti meniupkan udara kemuka penderita atau dengan
menjatuhkan sinar kemata atau dengan menepuk tangan didekat
telinga penderita.Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis,
konvulsa da tahikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang-
kadang maniakal disertai dengan saat-saat responsif. Gejala-gejala
eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita meninggal,
tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot
melemah, hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
4) Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi
Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi,
melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena
gangguan sumsum tulang belakang, yang memperlihatkan gejala
paresis otot-otot pernafasan.
b. Gigitan ular
1) Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra
(Naja spp) menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan.
Luka dapat membengkak hebat dan dapat berdarah danmelepuh.
Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar sisi
gigitan luka.
2) Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid
Australia dapat menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak
atau organ-organ abdomen. Korban dapat berdarah dariluka gigitan
atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama. Perdarahan
yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.
3) Efek sistem saraf : bisa ular elapid dan ular laut dapat berefek
langsung pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba dapat beraksi
terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan,berakibat
kematian sebelum mendapat perawatan. Awalnya, korban dapat
menderita masalahvisual, kesulitan bicara dan bernafas, dan
kesemutan.
4) Kematian otot : bisa dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut,
dan beberapa elapid Australia dapat secara langsung menyebabkan
kematian otot di beberapa area tubuh. Debris darisel otot yang mati
dapat menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein. Hal ini
dapatmenyebabkan gagal ginjal.
5) Mata : semburan bisa ular kobra dan ringhal dapat secara tepat
mengenai mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan
kebutaan sementara pada mata.
c. Gigitan serangga
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan
atau serangan gigitan serangga didantaranya adalah :
1) Reaksi alergi berat (anaphylaxis). Reaksi ini tergolong tidak biasa,
namun dapat mengancam kahidupan dan membutuhkan
pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
a) Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran
darah tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-
organ penting (vital)
b) Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut
atau kerongkongan/tenggorokan.
c) Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak
kaki, dan selaput lendir (angioedema)
d) Pusing dan kacau
e) Mual, diare, dan nyeri pada perut
f) Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
2) Reaksi kulit yang lebar pada bagian gigitan atau serangan.
3) Infeksi kulit pada bagian gigitan atau serangan.
4) Infeksi virus. Infeksi nyamuk dapat menyebarkan virus West Nile
kepada seseorang, menyebabkan inflamasi pada otak (encephalitis).
5) Infeksi parasit. Infeksi nyamuk dapat menyebabkan menyebarnya
malaria.
6) Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di
lokasi yang tersengat. Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning,
dan semut api adalah anggota keluarga Hymenoptera. Gigitan
atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang cukup
serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian yang
diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian
yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api
berbeda-beda dalam menyengat. Ketika lebah menyengat, dia
melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya ia mati ketika
proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena
tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat.
Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya dan
memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.
2. Gigitan binatang laut
Keadaan yang sering muncul apabila pasien telah tergigit dengan binatang
laut adalah akan adanya bekas gigitan pada kulit pasien,
rasa gatal di area yang tergigit,kemerahan, suhu tubuh meningkat, pasien mer
asa mual dan bahkan muntah, sianosis, bengkak,
pasien nampak kebingungan , perdarahan pasien pingsan, lumpuh, sesak
napas, alergi, syok hipovolemik, nyeri kepala bahakan pasien dapat
meninggal apabila tidak ditangani dengan cepat.
E. Patofisiologi
1. Gigitan binatang darat
a. Gigitan hewan tersangka rabies
Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang terdapat pada air
liur hewan yang terinfeksi. Hewan ini menularkan infeksi kepada
hewan lainnya atau manusia melaui gigitan dan kadang melalui jilatan.
Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat gigitan, selama 2
minggu virus akan tetap tinggal pada tempat masuk dan disekitrnya.
Setelah masuk ke dalam tubuh, virus rabies akan menghindari
penghancuran oleh sistem imunitas tubuh melalui pengikatannya pada
sistem saraf. Setelah inokulasi, virus ini memasuki saraf perifer. Masa
inkubasi yang panjang menunjukkan jarak virus pada saraf perifer
tersebut dengan sistem saraf pusat. Jika virus telah mencapai otak,
maka ia akan memperbanyak diri dan menyebar ke dalam semua
bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel
sistem limbik, hipotalamus, dan batang otak. Setelah memperbanyak
diri dalam neuron – neuron sentral, virus kemudian bergerak ke perifer
dalam serabut saraf eferen dan pada serabut saraf volunter maupun
otonom. Dengan demikian, virus dapat menyerang hampir seluruh
jaringan dan organ tubuh dan berkembang biak dalam jaringan seperti
kelenjar ludah.
Infeksi rabies pada manusia boleh dikatakan hampir semuanya
akibat gigitan hewan yang mengandung virus dalam salivanya. Kulit
yang utuh tidak dapat terinfeksi oleh rabies akan tetapi jilatan hewan
yang terinfeksi dapat berbahaya jika kulit tidak utuh atau terluka.
Virus juga dapat masuk melalui selaput mukosa yang utuh, misalnya
selaput konjungtiva mata, mulut, anus, alat genitalia eksterna.
Penularan melalui makanan belum pernah dikonfirmasi sedangkan
infeksi
melalui inhalasi jarang ditemukan pada manusia.
b. Gigitan ular
Bisa ular diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di
bawah mata. Bisa ular dikeluarkan dari lubang pada gigi-gigi taring
yang terdapat di rahang atas. Gigi taring ular dapat tumbuh hingga 20
mm pada rattlesnake (ular derik) yang besar. Dosis bisa setiap gigitan
tergantung pada waktu yang berlalu sejak gigitan terakhir, derajat
ancaman yang dirasakan ular, dan ukuran mangsa. Lubang hidung ular
merespon panas yang dikeluarkan mangsa, yang memungkinkan ular
untuk mengubah-ubah jumlah bisa yang akan dikeluarkan.
Semua metode injeksi venom ke dalam korban (envenomasi)
adalah untuk mengimobilisasi secara cepat dan mulai mencernanya.
Sebagian besar bisa terdiri dari air. Protein enzimatik pada bisa
menginformasikan kekuatan destruktifnya. Bisa ular terdiri dari
bermacam polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase, ATP-ase, 5
nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase,
DNA-ase. Enzim ini menyebabkan destruksi jaringan lokal, bersifat
toksik terhadap saraf, menyebabkan hemolisis, atau pelepasan
histamin sehingga timbul reaksi anafilaksis.
Konsentrasi enzim bervariasi di antara spesies, karena itu
menyebabkan perbedaan envenomasi. Gigitan copperhead secara
umum terbatas pada destruksi jaringan lokal. Rattlesnake dapat
menyisakan luka yang hebat dan menyebabkan toksisitas sistemik.
Ular koral mungkin meninggalkan luka kecil yang kemudian dapat
muncul kegagalan bernafas dengan tipe blokade neuromuscular
sistemik. Efek lokal dari bisa berfungsi sebagai pengingat akan potensi
kerusakan sistemik dari fungsi system organ. Salah satu efek adalah
perdarahan; koagulopati bukanlah hal yang aneh pada envenomasi
yang hebat. Efek lain, edema lokal, meningkatkan kebocoran kapiler
dan cairan interstisial di paru. Mekanisme pulmonal dapat terpengaruh
secara signifikan.Efek terakhir, kematian sel lokal, meningkatkan
konsentrasi asam laktat sekunder terhadap perubahan status volume
dan membutuhkan peningkatan ventilasi per menit. Efek-efek blokade
neuromuskuler berakibat pada lemahnya ekskursi diafragmatik. Gagal
jantung merupakan akibat dari hipotensi dan asidosis. Myonekrosis
meningkatkan kejadian kerusakan adrenal myoglobinuria.
Variasi derajat toksisitas juga membuat bisa ular dapat berguna
untuk membunuh mangsa. Selama envenomasi (gigitan yang
menginjeksikan bisa atau racun), bisa ular smelewati kelenjar bisa
melalui sebuah duktus menuju taring ular, dan akhirnya menuju
mangsanya. Bisa ular merupakan kombinasi berbagai substansi dengan
efek yang bervariasi. Dalam istilah sederhana, protein-protein ini dapat
dibagi menjadi 4 kategori :
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c) Panel elektrolit
d) Skrining toksik dari serum dan urin
e) GDA
1) Glukosa Darah: Hipoglikemia merupakan predisposisi
kejang (N < 200mq/dl)
2) BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
3) Elektrolit : K, Na
4) Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejange.
5) Kalium ( N 3,8 – 5,00 meq/dl )
6) Natrium ( N 135 –144 meq/dl)
2) Pemeriksaan Radiologi
a) Elektroensefalogram (EEG) : dipakai unutk membantu
menetapkan jenis danfokus dari kejang.
b) Pemindaian CT: menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif
dri biasanyauntuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c) Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan
denganmenggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio,
berguna untukmemperlihatkan daerah – daerah otak yang tidak
jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
d) Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk
mengevaluasi kejangyang membandel dan membantu menetapkan
lokasi lesi, perubahan metabolikatau aliran darah dalam
otake. Uji laboratorium
b. Gigitan ular
1) Pemeriksaan Laboratorium :
a) Hemoglobin (Hb): dapat menurun akibat adanya perdarahan
(Normal:13,2 – 17,3 g/dL)
b) Leukosit : dapat meningkat ataupun menurun karena terjadinya
infeksi dalam tubuh (Normal :3,8 – 10,6 g/dL )
c) Trombosit : untuk mengetahui zat pembekuan darah (Normal: 150 –
400 g/dL)
d) Kimia darah, termasuk elektrolit, BUN, kreatinin
e) Fibrinogen :untuk mengetahui adanya kelainan pembekuan darah,
mengetahui adanya resiko pembekuan darah dan mengetahui
adanya gangguan fungsi hati
f) Uji Faal Hepar : untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada
faal hati atau sel hati.
g) Pemeriksaan urin untuk mengetahui apakah terjadi hematuria,
glikosuria dan proteinuria
2) Pemeriksaan Radiologi
Radiografi untuk mengetahui apakah terjadi edema pulmoner dan
mencari taring ular yang tertinggal.
3) Elektrocardiogram (EKG) untuk mengetahui apakah terdapat gangguan
pada sistem kerja jantung.
b. Gigitan serangga
Dari gambaran histopatologis pada fase akut didapatkan adanya edema
antara sel-sel epidermis, spongiosis, parakeratosis serta sebukan sel
polimorfonuklear. Infiltrat dapat berupa eosinofil, neutrofil, limfosit dan
histiosit. Pada dermis ditemukan pelebaran ujung pembuluh darah dan
sebukan sel radang akut. Pemeriksaan pembantu lainnya yakni dengan
pemeriksaan laboratorium dimana terjadi peningkatan jumlah eosinofil
dalam pemeriksaan darah. Dapat juga dilakukan tes tusuk dengan alergen
tersangka.
2. Gigitan binatang laut
H. Penatalaksanaan
1. Gigitan binatang darat
a. Hewan tersangka rabies
1) Penatalaksanaan kegawatdaruratan :
a) Airway (jalan nafas) : Pada airway yang perlu diperhatikan adalah
memperthankan kepatenan jalan napas, memperhatikan suara nafas,
atau apakah ada retraksi otot pernapasan. Pada kasus gigitan binatang
(rabies) ditemukan kekakuan otot tenggorokan dan pita suara bisa
menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat
adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan
pernafasan.
b) Breathing
Walaupun terkadang jalan nafas dapat ditangani tapi belum tentu
pola nafasnya sudah teratur. Lihat pergerakan dada klien dan lakukan
auskultasi untuk mendengarkan suara nafas klien. Pada kasus ini
dapat terjadi gagal nafas yang disebabkan oleh kontraksi otot hebat
otot-otot penafasan atau keterlibatan pusat pernafasan.
c) Circulation
Pada kasus ini terjadi disfungsi otonomik yang menyebabkan
hipertensi, hipotensi, aritmia, takikardi dan henti jantung. Kejang
dapat lokal maupun generalisata dan sering bersamaan dengan
aritmia.
Bila terjadi gangguan seperti diatas dapat diberikan tambahan cairan
parenteral.
2) penatalaksanaan medis
a) Yang pertama dan paling penting adalah penanganan luka gigitan
untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang masuk lewat
luka gigitan. Cara yang efektif adalah dengan membersihkan luka
dengan sabun atau detergen selama 10 -15 menit kemudian cuci luka
dengan air (sebaiknya air mengalir) . Lalu keringkan dengan kain dan
beri antiseptik seperti betadine atau alkohol 70%. Segera bawa ke
pusat pelayanan kesehatan. Di pusat pelayanan kesehatan, pencucian
luka akan kembali dilakukan. Biasanya memakai larutan perhidrol
3% (H2O2) yang dicampur dengan betadine kemudian dibilas dengan
larutan fisiologis macam NaCl 0,9%.
b) Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi.
Bila memang perlu sekali untuk dijahit (jahitannya jahitan situasi).
c) Kemudian pencegahan berikutnya adalah proteksi imunologi dengan
pemberian vaksin anti rabies (VAR) terutama pada kasus yang
memiliki resiko untuk tertular rabies. Vaksin diberikan sebanyak 4
kali yaitu hari ke-0 (2 kali pemberian sekaligus), lalu hari ke-7 dan
hari ke-21. Dosisnya 0,5 ml baik pada anak-anak maupun dewasa.
Pada luka yang lebih berat dimana terdapat lebih dari satu gigitan dan
dalam sebaiknya dikombinasi dengan pemberian serum anti rabies
(SAR) yang disuntikkan di sekitar luka sebanyak mungkin dan
sisanya disuntikkan intra muskuler.
d) Selain itu harus dipertimbangkan pemberian vaksin anti tetanus,
antibiotika untuk pencegahan infeksi dan pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri.
b. Gigitan ular
1) Pertolongan dirumah
Pertolongan pertama, jangan menunda pengiriman kerumah sakit.
Apabila penanganan medis tersedia dalam beberapa jam, satu-satunya
tindakan dilapangan adalah immobilisasi (membuat tidak bergerak)
bagian tubuh yang tergigit dengan cara mengikat atau menyangga
dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot, karena pergerakan atau
kontraksi otot dapat meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran
darah dan getah bening; pertimbangkan pressure-immobilisation pada
gigitan Elapidae; hindari gangguan terhadap luka gigitan karena dapat
meningkatkan penyerapan bisa dan menimbulkan pendarahan lokal.
Setelah itu Korban harus segera dibawa ke rumah sakit secepatnya,
dengan cara yang aman dan senyaman mungkin. Hindari pergerakan
atau kontraksi otot untuk mencegah peningkatan penyerapan bisa.
2) Penatalaksanaan kegawatdaruratan
a) A (Airway) Pada airway perlu diketahui bahwa salah satu sifat dari
bisa ular adalah neurotoksik. Dimana akan berakibat pada saraf
perifer atau sentral, sehingga terjadi paralise otot-lurik. Lumpuh
pada otot muka, bibir, lidah, dan saluran pernapasan, gangguan
pernafasan, kardiovaskuler terganggu dan penurunan kesadaran.
Korban dengan kesulitan bernafas mungkin membutuhkan
endotracheal tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong
korban bernafas.
b) Pada breathing akan terjadi gangguan pernapasan karena pada bisa
ular akan berdampak pada kelumpuhan otot-otot saluran
pernapasan sehingga pola pernapasan pasien terganggu dan berikan
oksigen
c) Pada circulation terjadi perdarahan akibat sifat bisa ular yang
bersifat haemolytik. Dimana zat dan enzim yang toksik dihasilkan
bisa akan menyebabkan lisis pada sel darah merah sehingga terjadi
perdarahan. Ditandai dengan luka patukan terus berdarah,
haematom, hematuria, hematemesis dan gagal ginjal, perdarahan
addome, hipotensi. Cairan parenteral dapat digunakan untuk
penatalksanaan hipotensi. Jika vasopresin digunakan untuk
penanganan hipotensi penggunaan harus dalam jangka pendek
3) Penatalaksanaan medis
a) Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril
c. Gigitan serangga
1. Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika
hanya kemerahan dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup
menggunakan es sebagai pengobatan. Bersihkan area yang terkena
gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang
terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk). Partikel-partikel dapat
mengkontaminasi lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan. Pengobatan
dapat juga menggunakan antihistamin seperti diphenhidramin
(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine
juga bisa membantu mengurangi gatal-gatal.
2. Penatalaksanaan kegawatdaruratan
I. Komplikasi
1. Gigitan binatang darat
a. Hewan tersangka rabies
Berbagai komplikasi dapat terjadi pada penderita rabies dan biasanya
timbul pada fase koma. Komplikasi neurologik dapat berupa peningkatan
tekanan intrakranial, kelainan pada hipotalamus berupa diabetes insipidus
(gangguan dalam metabolisme air), sindrom abnormalitas hormon
artidimetik (SAHAD), disfungsi otonomik yang menyebabkan hipertensi,
hipotensi, hipertermia/hipotermia, aritmia dan henti jantung. Kejang dapat
lokal maupun general dan sering bersamaan dengan aritmia dan gangguan
respirasi. Pada stadium prodormal sering terjadi komplikasi berupa
hiperventilasi dan alkalosis respiratorik
b. Gigitan ular
1) Syok hipovolemik
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan akut dimana tubuh kehilangan
cairan tubuh, cairan ini dapat berupa darah, plasma, dan elektrolit.
2) Edema paru
Edema paru adalah suatu kondisi yang ditandai dengan gejala sulit
bernafas akibat terjadi penumpukan cairan didalam kantong paru – paru.
3) Kematian
4) Gagal napas
c. Gigitan serangga
1) Folikulitis , peradangan yang terjadi pada folikel rambut atau tempat
rambut tumbuh yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri.
2) selulitis adalah infeksi umum pada kulit dan jaringan lunak di bawah
kulit.
3) Limfangitis, peradangan (pembengkakan) pada pembuluh limfatik.
2. Gigitan hewan laut
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Serangan binatang laut merupakan salah satu resiko yang sering dihadapi
oleh wisatawan ataupun orang yang bekerja dilaut. Disamping itu resiko karena
sifat alamiah laut seperti arus, pasang surut, ombak, suhu air laut kondisi didasar
laut dan jenis pekerjaan yang dilakukan dilaut juga menimbulkan resiko trauma
diair laut.
B. Saran
semoga makalah ini dapat berguna baik bagi penulis dan pembaca, kritik
dan saran kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA