GIGITAN BINATANG
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
hanya dengan rahmat-Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Gigitan Binatang ” ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Tidak
lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses
penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada rekan-
rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga makalah ini bisa selesai pada waktu yang telah
ditentukan.
Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang
penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang
telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga
kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca demi tersusunnya
makalah lain yang lebih baik lagi. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa
memberikan banyak manfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..........................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Pendahuluan...........................................................................3
2.1.1 Gigitan Binatang Serangga........................................................3
2.1.2 Gigitan Binatang Berbisa...........................................................9
2.1.3 Gigitan Binatang Rabies..........................................................16
2.1.4 Gigitan Binatang Laut..............................................................25
2.2 Asuhan Keperawatan Teori................................................................29
2.2.1 Pengkajian................................................................................29
2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................30
2.2.3 Intervensi Keperawatan...........................................................30
2.2.4 Implementasi Keperawatan......................................................33
2.2.5 Evaluasi Keperawatan..............................................................33
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................34
3.2 Saran...................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi dan klasifikasi Gigitan Binatang
2. Menjelaskan etiologi Gigitan Binatang
3. Menjelaskan patofisiologi Gigitan Binatang
4. Menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk macam-macam Gigitan
Binatang
5. Menjelaskan penatalaksanaan Gigitan Binatang
6. Menjelaskan komplikasi dari Gigitan Binatang
7. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan Gigitan Binatang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
b. Kortikosteroid topikal
c. Triamcinolone topikal
d. Hidrokortison topikal
3. Tomcat
Gejala Klinis : Gejala klinis yang dapat timbul berupa muncul
warna kemerahan pada kulit, kulit terasa gatal, iritasi atau
peradangan pada kulit, kulit tampak melepuh, jika parah akan
timbul nanah pada kulit.
Penatalaksanaan :
a. Mencuci kulit yang terkena gigitan dengan air sabun.
b. Mengoleskan salep kulit Hydrocortisone 1%, salep
betametasone dan antibiotik Neomycin Sulfat 3 x sehari
atau dengan salep acyclovir 5%.
c. Jangan menggaruk luka, agar racun tidak berpindah.
d. Segera ke dokter.
Terapi obat yang diberikan : Mengoleskan salep kulit
Hydrocortisone 1%, salep betametasone dan antibiotik
Neomycin Sulfat 3 x sehari atau dengan salep acyclovir 5%.
4. Kalajengking
Gejala Klinis : Gejala yang dapat muncul berupa gelisah, mual,
muntah, haus dan sakit perut. Jika kalajengking menyengat
pada anak-anak, dapat menimbulkan kematian.
Penatalaksanaan : Pada luka bekas gigitan diberi kompres
amonia, bikarbonas natrikus atau kalamin lasio. Bila ada
kejang-kejang diberi sedative, misalnya valium atau luminal.
5. Laba –laba
Gejala Klinis : Gejala klinis yang timbul berupa bengkak dan
kemerahan di daerah gigitan, gatal–gatal, nyeri dan terasa
panas, demam, menggigil kadang disertai sulit tidur , dapat
terjadi syok.
Penatalaksaan :
a. Amankan lingkungan
9
dalam serabut saraf eferen dan pada serabut saraf volunter maupun
otonom. Dengan demikian, virus dapat menyerang hampir seluruh
jaringan dan organ tubuh dan berkembang biak dalam jaringan
seperti kelenjar ludah.
Infeksi rabies pada manusia boleh dikatakan hampir
semuanya akibat gigitan hewan yang mengandung virus dalam
salivanya. Kulit yang utuh tidak dapat terinfeksi oleh rabies akan
tetapi jilatan hewan yang terinfeksi dapat berbahaya jika kulit tidak
utuh atau terluka. Virus juga dapat masuk melalui selaput mukosa
yang utuh, misalnya selaput konjungtiva mata, mulut, anus, alat
genitalia eksterna. Penularan melalui makanan belum pernah
dikonfirmasi sedangkan infeksi melalui inhalasi jarang ditemukan
pada manusia.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG) : dipakai untuk membantu
menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih
sensitif dari biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan
jaringan.
c. Magneti Resonance Imaging (MRI) : menghasilkan bayangan
dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak
yang itdak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
d. Pemindaian Positron Emission Tomography (PET) : untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran
darah dalam otak.
e. Uji laboratorium
1. Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
2. Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan
hematokrit
3. Panel elektrolit
19
4. Ubur – ubur
Gejala klinis ubur-ubur jenis :
a. Portuguese man-of-war
Nyeri perut, perubahan denyut jantung, nyeri dada,
collapse, sakit kepala, nyeri otot dan kejang otot, mati rasa
dan kelemahan, nyeri di lengan atau kaki, titik merah
besar dimana disengat, kesulitan menelan, berkeringat.
b. Lion’s mane
Kesulitan bernapas, kram otot, pembakaran kulit dan terik
c. Sea netlle
Kesulitan bernapas, mual dan muntah, nyeri parah dan
pembengkakan, detak jantung lambat, kematian jaringan
kulit.
d. Sea wasp
Ruam kulit ringan, kram otot dan kesulitan bernapas.
Penatalaksanaan :
a. Membasuh luka dengan air garam (air laut juga tidak apa-
apa) namun pastikan luka tidak terkena pasir.
b. Melindungi daerah yang terkena gigitan
c. Merendam daerah gigitan dengan larutan yang terbuat dari
½ cuka dan ½ air selama 30 menit, hal ini membantu
menghilangkan tentakel.
d. Bilas dan kemudian kembali rendam dengan cuka .
e. Oleskan krim yang mengandung penghilang rasa sakit,
antihistamin, atau kortikosteroid.
Pertolongan Lanjutan :
a. Antivenin (untuk sengatan sea wasp)
b. Darah dan tes urine
c. Bantuan pernapasan
d. Terapi cairan IV
e. Obat sesuai gejala
f. Sinar-x
29
4) Circulation
Klien biasanya mengalami penurunan curah jantung, gelisah,
letargi dan takikardia, terkadang penderitapun pingsan, pusing,
mata berkunang-kunang. Bunyi jantung normal S1 dan S2, HR
menurun.
5) Disability
Klien terkadang mengalami penurunan kesadaran atau
somnolen
7. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan darah lengkap
meliputi leukosit, trombosit, hemoglobin, hematokrit, dan hitung
jenis leukosit. Faalt hemostasis (Prothrombin time, Activated
Partial Trhomboplastin time, International Normalized Ratio), faal
ginjal (BUN, Kreatinin), urinalisis untuk melihat myoglobinuria
dan analisa gas darah.
8. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiografi thorax untuk melihat apakah ada edema pulmoner
2) Radiografi untuk mencari taring tulang yang tertinggal
3.1 Kesimpulan
Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau
tusukan serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang
dikeluarkan artropoda penyerang. Prevalensinya sama antara pria dan wanita.
Bayi dan anak-anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang
dewasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini yaitu
terjadi pada tempat-tempat yang banyak serangga, seperti di perkebunan,
persawahan, dan lain-lain. Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi
menjadi 2 grup yaitu Venomous (beracun) dan Non Venomous (tidak
beracun).
Racun ular adalah racun hewani yang terdapat pada ular berbisa. Daya
toksin bias ular tergantung pula pada jenis dan macam ular. Racun binatang
adalah merupakan campuran dari berbagai macam zat yang berbeda yang
dapat menimbulakan beberapa reaksi toksik yang berbeda pada manusia.
Sebagian kecil racun bersifat spesifik terhadap terhadap suatu organ ;
beberapa mempunyai efak pada hampir setiap organ.
Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat
yang disebabkan oleh virus rabies. Rabies disebabkan oleh virus rabies yang
masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Penyakit ini bersifat
zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies
ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing,
kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Serangan binatang laut merupakan salah satu resiko yang sering
dihadapi oleh wisatawan ataupun orang yang bekerja dilaut. Disamping itu
resiko karena sifat alamiah laut seperti arus, pasang surut, ombak, suhu air
laut kondisi didasar laut dan jenis pekerjaan yang dilakukan dilaut juga
menimbulkan resiko trauma diair laut.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat berguna baik bagi penulis dan pembaca,
kritik dan saran kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
34
DAFTAR PUSTAKA
Hafid, Abdul, dkk. 2006. Bab 2 : Luka, Trauma, Syok, Bencana. Buku ajar ilmu
bedah. Edisi revisi, EGC : Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(1st ed). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
35