KEGAWATDARURATAN
PENATALAKSANAAN PADA GIGITAN BINTANANG
DOSEN PENGAJAR
Rivan Firdaus, SST. M.Kes
Disusun Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gigitan binatang merupakan masalah kesehatan utama pada anak-anak
dan dewasa serta menyebabkan angka kesakitan dan angka kematian di
seluruh dunia (WHO, 2013). Presentase kasus ini sebanyak 1% dari
jumlah kasus yang tercatat di instalasi gawat darurat rumah sakit di
Amerika Serikat dan menimbulkan kerugian mencapai lebih dari 50 juta
dollar amerika setiap tahunnya (Eliss, 2014).
Dampak yang ditimbulkan dari gigitan hewan tergantung dari jenis
hewan yang menggigit, status kesehatan hewan, status kesehatan korban
gigitan hewan dan kemudahan akses ke fasilitas kesehatan. Hewan yang
paling banyak berpotensi menyerang manusia antara lain ular, anjing,
kucing dan monyet (WHO, 2013).
Kasus gigitan hewan yang terjadi di Amerika Serikat diperkirakan
mencapai 200/100.000 jiwa setiap tahun (Rothe, 2015, p.433). Di Jerman,
30.000 dari 50.000 kasus luka-luka disebabkan oleh gigitan anjing setiap
tahun. Gigitan oleh anjing mencapai 60-80% dan gigitan oleh kucing
mencapai 20-30%, sedangkan gigitan oleh hewan lain (kelinci, tikus,
hamster) sangat jarang ditemui (Rothe, 2015. p.433).
Di Indonesia, pada tahun 2013 jumlah kasus Gigitan Hewan Penular
Rabies (GHPR) sebanyak 16.258 kasus (Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes RI, 2013). Kasus
tersebut terjadi pada 11 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat,
Jambi, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Tengah, Kalimantan Selatan,
Gorontalo, Sulawesi Tengah, Maluku dan Maluku Utara. Sedangkan di
Provinsi Aceh sendiri, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies tahun
2011 dan tahun 2012 secara berturut-turut sebanyak 546 kasus dan 138
kasus (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Kemenkes RI, 2013).
Dalam menghadapi kasus gigitan hewan,penatalaksanaan yang tepat
dimulai dengan membersihkan area luka dengan air mengalir atau sabun,
dilanjutkan dengan pemberian cairan antiseptik kemudian menggunakan
kassa dan balutan untuk menghentikan perdarahan (Tim Bantuan Medis
Panacea, 2013, p.153). Tujuannya yaitu mengontrol perdarahan,
meminimalisir resiko infeksi dan mendapatkan penanganan medis jika
dibutuhkan (The UK’s Leading First Aid Provides, 2002). Penanganan di
fasilitas kesehatan dapat dilakukan terhadap bahaya gigitan hewan seperti,
rabies, tetanus, keracunan bisa ular dan virus Herpes B.
Pengetahuan penatalaksanaan gigitan hewan yang baik harus dimiliki
oleh perawat ketika menghadapi kasus tersebut khususnya jika berada di
instalasi gawat darurat rumah sakit. Pengetahuan ini umumnya diperoleh
saat masih duduk di bangku perkuliahan. Minimnya pengetahuan akan hal
tersebut dapat menyebabkan banyak kasus gigitan hewan tidak ditangani
dengan baik. Sehingga beragam komplikasi seperti infeksi, penyakit
rabies, penyakit tetanus, perdarahan hebat, syok hingga kematian bisa saja
terjadi.
Penanganan awal binatang dengan melaporkan hewan yang menggigit
ke dinas perternakan setempat; mereka yang seharusnya menangkap dan
melakukan observasi terhadap hewan tersebut. Jika korban tegigit anjing
atau kucing peliharaan yang sehat, maka hewan tersebut harus dikurung
dan diobservasikan selama sepuluh hari untuk memeriksa adakah penyakit
lain. Jika korban tergigit hewan liar, sebaiknya pikirkan kemungkinan
negatif dan segera cari pertolongan medis (Thygerson,2009).
Tujuan pembutan makalah ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis
gigitan binatang dan bagaimana saja penatalaksanaanya dalam
kegawatdaruratan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gigitan binatang?
2. Apa saja macam-macam gigitan binatang?
3. Bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada gigitan anjing,
kucing dan tikus?
4. Bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada gigitan
Arthropoda (laba-laba, Tawon, Kelabang, Kala)
5. Bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada gigitan
Kelelawar?
6. Bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada gigitan
Kalajengking?
7. Bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada gigitan Trigonid
(Duri babi)?
8. Bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada gigitan Ubur-
ubur?
9. Bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada gigitan Ikan Pari?
10. Bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada gigitan Gurita?
11. Bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada gigitan Lintah?
12. Bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada gigitan Ikan hiu?
13. Bagaimana manifestasi klinik dan penatalaksanaan pada Snakebite
(Gigitan Ular)?
C. Tujuan
Agar mengetahui teknik penatalaksanaan kegawatdaruratan pada
kasus gigitan binatang.
D. Sistematika Penulisan
Makalah dengan bahasan tentang apa saja saja penatalaksanaan
kegawatdaruratan pada kasus gigitan binatang terdiri dari tiga sub-bab
secara garis besar :
1. Pada pembahasan makalah di bab I terdiri atas latar belakang
2. Pada bab II memaparkan pembahasan mengenai Tinjauan Teori
3. Pada bab III memaparkan mengenai penutup makalah yang membahas
mengenai kesimpulan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Gigitan atau sengatan dari berbagai jenis serangga, laba-laba, kala dan
kelabang, walaupun tidak selalu membahayakan jiwa, dapat menimbulkan
reaksi alergi yang gawat dan bahkan kadang-kadang
dapat berakibat fatal.
3) Gigitan kelelawar
Kelelawar dapat membawa kuman rabies. Oleh karena itu, jika
digigit kelelawar bahaya rabies juga harus dipikirkan.
Penanganan :
1. Jika mungkin, tangkaplah binatang yang menggigit untuk diobservasi
selama satu minggu, apakah terjangkit rabies atau tidak.
2. Basuhlah luka gigitan dengan air mengalir dan sabun atau obat antiseptik
(pembunuh kuman).
3. Tutuplah dengan kasa steril.
.
4) Sengatan kalajengking
Binatang ini tergolong serangga yang mempunyai racun pada ujung
ekornya. Racun dimasukkan oleh ekor serangga ke kulit, sehingga pada
saat itu juga, orang yang disengat kalajengking atau lipan merasa
kesakitan.
Beberapa jam kemudian racun itu dierap dan masuk ke dalam darah,
sehingga menimbulkan.
Tanda dan Gejala
1. Gelisah,
2. Mual,
3. Muntah,
4. Haus,
5. Sakit perut.
Bila kalajengking menyengat anak-anak, dapat menimbulkan
kematian, yamg di dahului dengan sesak napas, sianosis, kelumpuhan,
kejang-kejang, syok, mengigau, dan pingsan. Namun akibat sengatan
kalajengking pada orang dewasa biasanya tidak begitu hebat.
Penanganan :
Pengobatannya hanya simtomatis.
1. Pada luka bekas gigitan di beri kompres ammonia, bikarbonas natrikus
atau kalamin lasio.
2. Bila ada kejag-kejang, di beri sedative, misalnya valium atau luminal.
Penanganan
1. Aman diri dan lingkungan sekitar
2. Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).\
3. Bersihkan luka dengan sabun dalam air hangat selam 30-60 menit.
4. Bawa segera ke rumah sakit
5. Kesulitan menelan
6. Kesulitan bernafas
7. Gangguan penglihatan
8. Inkoordinasi
9. Kelumpuhan otot
10. Pernapasan berhenti
11. Denyut nadi berhenti
12. Dapat diikuti kematian
Penanganan
1. Aman diri dan lingkungan sekitar
2. Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
3. Tenangkan penderita
4. Bersihkan/cuci luka bekas gigitan dengan air hangat
5. Lakukan pressure imobilisasi pada bagian yang cidera
6. Monitor TTV
7. Lakukan RJP jika diperlukan
5) Gigitan Lintah
Penanganan :
Pengobatan hanya simptomatis dan luka gigitan dirawat seperti luka
gigitan lainnya.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di lapangan : Secara umum : Minta korban dan
orang orang di sekitarnya untuk menjauhi ular, Tenangkan korban dan
batasi gerakan, Cuci area yang tergigit secara lembut dengan sabun dan
air, Stabilkan ekstermitas yang tergigit seperti halnya saat menangani
fraktur, Cari pertolongan medis dengan segera.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena diperlukan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Dan semoga makalah yang telah di buat dapat bemanfaat
bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, S., Trivedi, R., Saxena, M., Niranjan, A., Kumar, M. (2016). A Study On
Knowledge of animal bite victims regarding animal bite and rabies
attending tertiary care hospital of Rewa City, Madhya Pradesh India.
International Journal of Medical Science and Public Health, 5(5), 1005-
1009.
doi:10.5455/ijmsph.2016.18022016355
Rothe, K., Tsokos, M., Handrick, W. (2015). Animal and Human Bite Wounds
Dtsch Arztebl Int 2015; 112: 433–43. DOI: 10.3238/arztebl.2015.0433
Putra , Putu Agus (2016) tatalaksana gigitan ular yang disertai sindrom
kompartemen di ruang terapi intensif . Jurnal Keperawatan