Di susun oleh :
1. AJENG LESTARI (210107004P)
2. EKA YUNI SAFITRI (21010)
3. GUSTINA SUGATI (210107003P)
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai
cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan
dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan
kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang
terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan. Salah satunya adalah gigitan binatang
yang menyebab infeksi yang menyerang susunan saraf pusat (rabies).
Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan seperti gigitan ular,
anjing, kucing dan monyet maka untuk dapat menambah pengetahuan masyarakat
kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan pertolongan terhadap gigitan
binatang tersebut.
Serangan binatang laut berbahaya merupakan salah satu resiko yang dihadapi
oleh para wisatawan. Binatang laut berbahaya dapat dibagi jadi dua kelompok yaitu
binatang laut yang menggigit dan binatang laut yang menyengat.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun
yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti
paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam
organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga
akan menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan pada gigitan serangga,binatang berbisa dan
binatang laut ?
2. Apa saja penyebab gigitan serangga,binatang berbisa dan binatang laut ?
3. Bagaimana penatalaksanaan gigitan serangga,binatang berbisa dan binatang laut ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan serangga, binatang berbisa
dan binatang laut
2. Untuk mengetahui penyebab gigitan serangga, binatang berbisa dan binatang laut
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan serangga, binatang berbisa dan
binatang laut
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Definisi Gigitan Serangga
Insect Bites adalah gigitan atau serangan serangga. Gigitan serangga
seringkali menyebabkan bengkak, kemerahan, rasa sakit (senut-senut), dan
gatal-gatal. Reaksi tersebut boleh dibilang biasa, bahkan gigitan serangga
ada yang berakhir dalam beberapa jam sampai berhari-hari. Bayi dan anak-
anak labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa. Insect
bites adalah gigitan yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau
menggigit seseorang.
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan
racun yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh
tertentu, seperti paru-paru, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat
pula terakumulasi dalam organ tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati,
darah atau organ lainnya sehingga akan menghasilkan efek yang tidak
diinginkan dalam jangka panjang.
B. Etiologi
Penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa Serangga dan binatang
berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau diganggu.
Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk pertahanan. Gigitan serangga
untuk melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun
dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada
penderita. Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di
lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota
keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan
reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka. Kematian
yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang
diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam
menyengat. Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan
sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat
berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia
menyengat. Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya
dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.
C. Manifestasi Klinis
1. Gigitan Serangga
Beberapa contoh masalah serius yang diakibatkan oleh gigitan
atau serangan gigitan serangga didantaranya adalah :
1. Reaksi alergi berat (anaphylaxis)
Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun dapat mengancam kahidupan dan
membutuhkan pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
a. Terkejut (shock). Dimana ini bisa terjadi bila sistem peredaran darah
tidak mendapatkan masukan darah yang cukup untuk organ-organ
penting (vital)
b. Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam mulut atau
kerongkongan/tenggorokan.
c. Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak
kaki, dan selaput lendir (angioedema).
d. Pusing dan kacau
e. Mual, diare, dan nyeri pada perut
f. Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
Gejala tersebut dapat diikuti dengan gejala lain dari beberapa reaksi.
Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka
digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan digunakan untuk
pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi sarang mereka. Sebuah gigitan
atau sengatan dapat menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari protein dan
substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan
serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api adalah anggota
keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan
reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka.Kematian
yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang
diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam
menyengat. Ketika lebah menyengat, dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan
sebenarnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon dapat menyengat
berkali-kali karena tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia
menyengat. Semut api menyengatkan bisanya dengan menggunakan rahangnya
dan memutar tubuhnya. Mereka dapat menyengat bisa berkali-kali.
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari
berbagai macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga
menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang
terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut.Kulit yang terkena gigitan bisa
rusak dan terinfeksi jika daerah yang terkena gigitan tersebut terluka. Jika luka
tersebut tidak dirawat, maka akan mengakibatkan peradangan akut.
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas,
pingsan dan hampir meninggal dalam 30 menit adalah gejala dari reaksi yang
disebut anafilaksis.Ini juga diakibatkan karena alergi pada gigitan
serangga.Gigitan serangga juga mengakibatkan bengkak pada tenggorokan dan
kematian karena gangguan udara.Sengatan dari serangga jenis penyengat besar
atau ratusan sengatan lebah jarang sekali ditemukan hingga mengakibatkan sakit
pada otot dan gagal ginjal.
D. Penatalaksanaan
1. Gigitan Serangga
a. Pengobatan gigitan serangga pribadi di rumah
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi. Jika hanya kemerahan
dan nyeri pada bagian yang digigit, cukup menggunakan es sebagai
pengobatan. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk
menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti
nyamuk). Partikel-partikel dapat mengkontaminasi lebih lanjut jika luka
tidak dibersihkan.
Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti diphenhidramin
(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil. Losion Calamine juga bisa
membantu mengurangi gatal-gatal.
Proses dan prognosis gigitan ular bergantung pada jenis dan jumlah bisa dimana
terjadi gigitan, dan kesehatan umum, serta usia korban. Tidak ada protokol khusus
penatalaksanaan gigitana ular.
Pedoman umum meliputi :
1. Dapatkan data dasar laboratorium
2. Jangan gunakan es, tornikuet, heparin, kortikosteroid selama tahap akut.
Kortikosteroid dikontraindikasikan pada jam 6-8 jam pertama setelah
gigitan karena agens ini mendepresi produksi antibodi dan
menyembunyikan kerja antivenin ( antitoksin untuk bisa ular)
3. Cairan parenteral dapat digunakan untuk penatalksanaan hipotensi. Jika
vasopresin digunakan untuk penanganan hipotensi penggunaan harus dalam
jangka pendek
4. Bedah eksplorasi terhadap gigitan jarang di indikasikan
5. Observasi pasien dengan telitiselama 6 jam : pasien tidak pernah
dibiarkan tanpa peratian.
Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada tanda-
tanda toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.
Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema lebih
dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus dan
penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah hematokrit
atau trombosit).
Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur darah,
hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin time dan
tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes lain
yang menunjukkan koagulopati konsumtif. Penderajatan envenomasi merupakan
proses yang dinamis. Dalam beberapa jam, sindrom ringan awal dapat
berkembang menjadi sedang bahkan reaksi yang berat. Beri antivenin pada
korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan jika korban datang dalam 12
jam setelah gigitan, tanpa melihat adanya tanda-tanda lokal atau sistemik.
Neurotoksisitas dapat muncul tanpa tanda-tanda sebelumnya dan berkembang
menjadi gagal nafas. Bersihkan luka dan cari pecahan taring ular atau kotoran
lain. Suntikan tetanus diperlukan jika korban belum pernah mendapatkannya
dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Beberapa luka memerlukan antibiotik untuk
mencegah infeksi.
Pembedahan
Efek lokal dari keracunan seperti nekrosis lokal, sindrom kompartemen dan
trombosis dari pembuluh darah utama biasanya terjadi pada pasien yang tidak
diterapi dengan anti bisa. Intervensi pembedahan mungkin dapat dilakukan.
1. Fasciotomy
Jika perawatan dengan elevasi tungkai dan obat-obatan gagal, ahli
bedah mungkin perlu melakukan pembedahan pada kulit sampai kompartemen
yang terkena, disebut fasciotomy. Prosedur ini dapat memperbaiki
pembengkakan dan penekanan tungkai, berpotensi menyelamatkan lengan atau
tungkai. Fasciotomi tidak diindikasikan pada setiap gigitan ular, tapi dilakukan
pada pasien dengan bukti objektif adanya peningkatan tekanan kompartemen.
Cedera jaringan setelah sindrom kompartemen bersifat reversible tapi dapat
dicegah.
2. Nekrotomi
Dikerjakan bila telah nampak jelas batas kematian jaringan, kemudian
dilanjutkan dengan cangkok kulit. Dalam penanganan yang menyeluruh, maka
perlu dilakukan pengambilan darah untu pemeriksaan waktu protrombin,
APTT, D-Dimer, fibrinogen, dan Hb, leukosit, trombosit, kreatinin, urea N,
elektrolit, CK. Periksa waktu pembekua, jika dalam 10 menit menunjukkan
adanya koagulopati. Juga dapat dilakukan apus tempat gigitan dengan venom
detection.
3. Gigitan Binatang Laut
a. Pertolongan Pertama Pada Sengatan Hewan Laut
Perawatan pada sengatan hewa laut bervariasi tergantung pada jenis gigitan
atau sengatan. Tapi beberapa aturan umum yang berlaku untuk penanganan
sengatan hewan laut:
a. Jangan biarkan korban latihan, karena hal ini dapat menyebarkan racun,
kecuali dokter memerintahkan
b. Jangan memberi obat apapun.
c. Air tawar sering memperburuk racun, sehingga bilas luka hanya dengan
air laut.
d. Jika Anda menghapus sebuah stinger, pakailah sarung tangan.
e. Gunakan handuk untuk menyeka tentakel liar atau sengatan.
E. Komplikasi
a. Komplikasi pada pasien dengan gigitan serangga/binatang
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
b. Komplikasi pada pasien dengan gigitan binatang berbisa
Sindrom kompartemen adalah komplikasi tersering dari gigitan ular pit viper.
Komplikasi luka lokal dapat meliputi infeksi dan hilangnya kulit. Komplikasi
kardiovaskuler, komplikasi hematologis, dan kolaps paru dapat terjadi. Jarang
terjadi kematian. Anak-anak mempunyai resiko lebih tinggi untuk terjadinya
kematian atau komplikasi serius karena ukuran tubuh mereka yang lebih kecil.
[5] Perpanjangan blokade neuromuskuler timbul dari envenomasi ular koral.
Komplikasi yang terkait dengan antivenin termasuk reaksi hipersensitivitas tipe
cepat (anafilaksis, tipe I) dan tipe lambat (serum sickness, tipe III). Anafilaksis
terjadi dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE), berkaitan dengan degranulasi
sel mast yang dapat berakibat laryngospasme, vasodilatasi, dan kebocoran
kapiler. Kematian umumnya pada korban tanpa intervensi farmakologis. Serum
sickness dengan gejala demam, sakit kepala, bersin, pembengkakan kelenjar
lymph, dan penurunan daya tahan, muncul 1 – 2 minggu setelah pemberian
antivenin.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Aktifitas dan Istirahat
Gejala : Keletihan,kelemahan,malaise Tanda : Kelemahan,hiporefleksi
b. Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi,hipotensi (pada kasus
berat) ,aritmia jantung,pucat, sianosis,keringat banyak.
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih,distensi vesika urinaria,bising usus
menurun,kerusakan ginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuning pekat,merah,coklat
d. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia,nyeri uluhati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban,berkeringat banyak
e. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,penglihatan kabur,midriasis,miosis,pupil mengecil,kram
otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental,penurunan lapang perhatian,ketidakmampuan
berkonsentrasi kehilangan memori,penurunan tingkat
kesadaran(azotemia), koma,syok.
f. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh,sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi,gelisah
g. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek,depresi napas,hipoksia
Tanda : Takipnoe,dispnoe,peningkatan frekuensi,kusmaul,batuk produktif
h. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran,koma,syok,asidemia
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin(obat,racun),obat nefrotik penggunaan
berulang
a. Tampak kebiruan
b. Pingsan
c. Lumpuh
d. Sesak nafas
e. Syok hipovolemik
f. Nyeri kepala
g. Mual dan muntah
h. Nyeri perut
i. Diare
j. Keluarnya darah terus menerus dari tempat gigitan
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
2. Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
3. Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses
inflamasi
4. Gangguan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
5. Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak
adekuat
3. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
Tujuan : Meredakan nyeri
Intervensi :
a. Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset
Rasional : Mengeluarkan sengat serangga yang masih tertinggal
b. Berikan kompres dingin
Rasional : Meredakan nyeri dan mengurangi bengkak
c. Lakukan tehnik distraksi relaksasi
Rasional : Mengurangi nyeri
d. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin seperti diphenhidramin
(Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil, losion Calamine
Rasional : mengurangi gatal – gatal
3. Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses
inflamasi
Tujuan : Mencegah peradangan akut
Intervensi :
a. Pasang tourniket pada daerah di atas gigitan
Rasional : Mencegah tersebarnya racun ke seluruh tubuh
b. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk
menghilangkan partikel yang terkontaminasi oleh serangga (seperti
nyamuk).
Rasional : Untuk menghindari terkontaminasi lebih lanjut pada luka.
c. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin dan serum Anti Bisa Ular
(ABU) polivalen i.v dan disekitar luka. ATS dan penisilin procain 900.000
IU
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi
A. Kesimpulan
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun
yang masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu. Salah
satu penyebab keracunan adalah gigitan binatang.
Serangan binatang laut berbahaya merupakan salah satu resiko yang dihadapi
oleh para wisatawan dan orang yang berada/bekerja diair laut. Disamping itu resiko
karena sifat alamiah laut seperti arus, pasang surut, ombak, suhu air laut, kondisi
didasar laut dan jenis pekerjaan/kegiatan yang dilaukan dilaut juga menimbulkan
resiko trauma diair laut.Binatang laut yang biasanya menyerang para wisatawan yang
berlibur di pantai adalah
bulu babi, ikan pari, kerang laut, ular laut, ubur-ubur, stonefish, gurita dan sebagainya.
Keadaan yang sering muncul apabila pasien telah tergigit dengan binatang laut adalah
akan adanya bekas gigitan pada kulit pasien,rasa gatal di area yang tergigit,
kemerahan, suhu tubuh meningkat, pasien merasa mual dan bahkan
muntak,sianosis,bengkak,pasien nampak kebingungan , perdarahan pasien pingsan,
lumpuh, sesak nafas, alergi, syok hipopolemik, nyeri kepala bahakan pasien dapat
meninggal apabila tidak ditangani dengan cepat.
B. Saran
1. Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan dan Gigitan
Binatang.
2. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui
dan menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan
dan Gigitan Binatang.
DAFTAR PUSTAKA