Anda di halaman 1dari 21

TUGAS RESUME

ALQURAN & HADITS

Dosen Pengampu
Amrullah Khusain, S.Pd.I., M.Pd

OLEH:

DWI RESTIA NINGRUM


210107001P

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin. Segala Puji bagi Allah subhaanahu wa ta’ala. Karena

hanya atas karunia-Nya maka tugas resume Mata Kuliah Al Quran dan Hadits, ini dapat tersusun

hingga selesai. Ucapan terima kasih tak lupa kami haturkan kepada Bapak Amrullah Khusain,

S.Pd.I., M.Pd. yang telah berkenan memberikan materi, sumber referensi dan wawasan khasanah

ilmu pengetahuan sebagai basis teoritik dalam rangka penulisan makalah ini.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca. Harapan kami juga semoga resume sederhana ini dapat turut

memberikan kontribusi berupa referensi ilmiah bagi dunia ilmu pengetahuan kebidanan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan resume ini terdapat banyak

kesalahan dan kekurangan. Oleh karenanya penulis memohon maaf atas kesalahan dan

ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam resume ini, dan agar resume ini semakin baik,

kritik dan saran dari para pembaca sangat kami harapkan. Demikian, atas perkenannya diucapkan

terima kasih.

Pringsewu, Juni 2022

Penulis
A. PENGERTIAN AL-QUR’AN DAN WAHYU

1. DEFINISI AL-QUR’AN

a. Definisi al-qur’an secara bahasa, Al-Qur’an secara etimologi diabil dari kata:
Qoro'a- Yaqro'u-Qiro'atan-Waqur'anan yang berarti sesuatu yang dibaca. Arti ini
menyiratkan anjuran kepada umat islam untuk membaca AL-Qur’an.
Mana’ Kholil al-qotton: Qoro’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun;
dan qiro’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata dengan yang lain dalam
suatu ucapan yang tersusun rapih. (mabahits fii ulumil qur’an)

b. Definisi al-quran secara istilah

Alquran adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat (sesuatu yang luar
biasa yang melemahkan lawan), diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rosul
(yaitu Nabi MuhammadSAW).

Melalui Malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan kepada kita secara
mutawatir,membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surah Al-Fatihah dan diakhiri
dengan surahAn-Nas” (Muhammad Ali al-Shobuni, al-Tibyan Fi Ulum Quran,)

c. Kalamullah (perkataan Allah swt)


Al-Quran pada hakikatnya adalah perkataan Allah. bukan perkataan Malaikat
Jibril (dia hanya penyampai wahyu dari Allah), bukan sabda Nabi Muhammad SAW.
(beliau hanya penerima wahyu Alquran dari Allah), dan bukan perkataan manusia
biasa

d. Diturunkan Kepada Nabi Muhammad SAW


Berbeda dengan kitab-kitab samawi sebelumnya yang sama-sama merupakan
perkataaan Allah, Al-Quran ini hanya khusus diturunkan kepada Nabi hanyalah Nabi
Muhammad SAW saja.

e. Diriwayatkan Dengan Tawatur


Yang dimaksud dengan tawatur/mutawatir adalah bahwa jumlah perawi itu sangat
banyak dan tersebar luas dimana-mana, sehingga mustahil mereka kompak untuk
berdusta.
f. Membacanya Merupakan Ibadah Mendatangkan Pahala
Rasulullah SAW telah menegaskan bahwa tiap huruf dari Al-Quran merupakan
pahala tersendiri ketika dibaca. Bahkan ada kelipatan 10 kali lipat dari masing-masing
huruf. Sampai beliau SAW menegaskan bahwa bacaan alif lam mim itu bukan satu
huruf tetapi tiga huruf yang berdiri sendiri-sendiri. Bebeda dengan hadits; tidak
mendatangkan pahala kalau hanya sekedar dibaca, kecuali bila dipelajari dan
dijalankan pesannya.

2. WAHYU

Secara Bahasa meliputi:


1. Ilham Sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu nabi musa as:

Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan
janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.
(QS. Al-qasas:7)
2. Ilham yang berupa naluri pada binatang, seprti wahyu kepada lebah:

Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di


pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",(QS. An-nahl: 68)

3. Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat nabi Zakaria yang diceritakan
Al-qur’an

Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka;
hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang. (QS. Maryam: 11)
4. Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri
manusia

Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka


membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi
orang-orang yang musyrik. (QS. Al-an’am: 121)

5. Apa yang disampaikan Allah swt kepada para malaikat berupa suatu perintah untuk
dikerjakan

(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku


bersama kamu, maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman. (QS. Al-nfal:
12)

B. NAMA-NAMA AL-QUR’AN DAN CARA TURUNNYA WAHYU

Allah SWT Menamakan Al-qur’an Dengan Beberapa Nama, Diantaranya Adalah: 

1. 1.Al-kitab (Buku)
Sebagaimana Dalam Surat Al-anbiya 21:10):

١٠ َ‫نزَلنَٓا ِإلَ ۡي ُكمۡ ِك ٰتَ ٗبا فِي ِه ِذ ۡك ُر ُكمۡۚ َأفَاَل ت َۡعقِلُون‬


ۡ ‫لَقَ ۡد َأ‬

‘’Sesungguhnya Telah Kami Turunkan Kepada Kamu Sebuah Kitab Yang Di Dalamnya
Terdapat Sebab-sebab Kemuliaan Bagimu. Maka Apakah Kamu Tiada Memahaminya
‘’(QS. Al-anbiya: 10)

2. 2.Al-furqon (Pembeda)

Al-quran menjelaskan antara yang hak dan yang bathil,antara yang benar dan
yang salah,antara yang baik dan yang buruk. Sebagaimana dalam al-qur’an surat al-
furqon 25:1.

‫اركَ ٱلَّ ِذي نَ َّز َل ۡٱلفُ ۡرقَانَ َعلَ ٰى ع َۡب ِد ِهۦ لِيَ ُكونَ لِ ۡل ٰ َعلَ ِمينَ نَ ِذي ًرا‬
َ َ‫تَب‬
‘’Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya,
agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam’’ (QS. Al-Furqan:1)
3. Al-Dzikr (pemberi peringatan)
Disebut Al-Dzikr yang berarti peringatan,menurut Al-Zarkasyi,karena Al-Quran
mengandung peringatan-peringatan,nasihat-nasihatserta informasi mengenai umat yang
telah lalu yang tentu saja sebagai peringatan dan nasihat juga bagi orang yang bertaqwa.
َ‫إنَّا ن َۡحنُ نَ َّز ۡلنَا ٱل ِّذ ۡك َر َوِإنَّا لَهۥُ لَ ٰ َحفِظُون‬
‘’Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya’’ (QS. Al-Hijr: 9)

4. Tanzil (yang diturunkan)


Dinamakan At-Tanzil karna mempunyai makna benar-benar turun, serta banyaknya
Firman Allah yang menyebutkan At-Tanzil sebagaimana firman Allah ta’ala didalam
surat as-syu’ara:
١٩٢ َ‫َنزي ُل َربِّ ۡٱل ٰ َعلَ ِمين‬
ِ ‫وَِإنَّهۥُ لَت‬
Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam (QS:
As-syu’ara: 192)

5. Asy-Syifa' (obat/penyembuh)
Membaca al-qur’an tak hanya bernilai ibadah, tetapi juga dapat menjadi obat penawar
jiwa yang gelisah, pikiran yang tak menentu, dan jasmani yang kurang sehat.
Sebagaimana Allah SWT mengungkapkan: 

ٰ
‫ة لِّ ۡل ُم ۡؤ ِمنِينَ َواَل يَ ِزي ُد ٱلظَّلِ ِمينَ ِإاَّل َخ َس ٗارا‬ٞ ‫ َو َر ۡح َم‬ٞ‫َونُن َِّز ُل ِمنَ ۡٱلقُ ۡر َءا ِن َما هُ َو ِشفَٓاء‬
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim
selain kerugian. (QS. Al-isra: 82)

6. Al-huda (petunjuk)
Quran bagi umat islam merupakan sebuah petunjuk dan pedoman kelangsungan hidupnya
dalam melakukan segala sesuatu. Al-Qur’an sebagai petunjuk telah dinyatakan oleh Allah
SWT dalam firmannya.
َ‫ة لِّ ۡل ُمتَّقِين‬ٞ َ‫اس َوه ُٗدى َو َم ۡو ِعظ‬
ِ َّ‫ان لِّلن‬ٞ َ‫ٰهَ َذا بَي‬
(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa. (QS. Ali Imran: 138)

7. Nur (cahaya)
Al Quran juga menjadi cahaya bagi kehidupan, menuntun manusia menuju cahaya
kebenaran, menjauhkan dari kegelapan, kesesatan serta kejahilan ilmu. Allah swt
berfirman:
ٗ ُ‫ن ِّمن َّربِّ ُكمۡ َوَأن َز ۡلنَٓا ِإلَ ۡي ُكمۡ ن‬ٞ َ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ قَ ۡد َجٓا َء ُكم ب ُۡر ٰه‬
‫ورا ُّمبِ ٗينا‬
Sesungguhnya Ruhul Qudus (Malaikat Jibril) menyampaikan Hai manusia, sesungguhnya
telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan
mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al
Quran). (QS. An-nisa: 174)

Dan lain sebagainya…banyak sekali nama-nama yang meunjukkan makna al-qur’an


 Al Mubîn (Yang Menjelaskan; QS. Ad Dukhan: 2),
 Al Karîm (Yang Mulia; QS. Al Waqi’ah: 77),
 Al Kalâm (Perkataan; QS. At Taubah: 6),
 Ar Rahmah (Kasih Sayang; QS. QS. Yunus: 57),
 Al Mau’idhah (Nasehat; QS. Yunus: 57),
 Al Mubârak (Yang Diberkahi; QS. Al Anbiya’: 50),
 Al Aliy (Yang Tinggi; QS. Az Zukhruf: 4),
 Al Hakîm (Hakim; QS. Yunus: 2),
 Al Muhaimin (QS. Al Maidah: 48),
 Al Habl (Ikatan; QS. Ali Imron: 103),
 Ash Shirâth Mustaqîm (Jalan Yang Lurus; QS. Al An’am: 153),
 Al Qayyim (Bimbingan yang Lurus; QS. Al Kahfi: 3),
 Al Qaul (Perkataan; QS. At Thoriq: 13),
 Al Fashl (Yang Merinci; QS. At Thoriq: 13),
 An Naba’ al Adhîm (Berita Yang Besar; QS. An Naba’: 2), dll

C. NUZULUL QUR’AN

Definisi nuzulul qur’an, Nuzul: turun, Nuzulul qur’an berarti turunnya al-qur’an.

Beberapa pakar tafsir menjelaskan bahwa al-qur’an diturunkan dua kali proses. Pertama,
diturunkan secara keseluruhan (jumlatan wahidah). Kedua, diturunkan secara bertahap
(najman najman).

1. Turunnya al-qur’an sekaligus


Dalil al-qur’an :
‫ت ِّمنَ ۡٱل ُهدَى َو ۡٱلفُ ۡرقَا ٰۚ ِن‬
ٍ َ‫س َوبَيِّ ٰن‬
ِ ‫ي ُأن ِز َل فِي ِه ۡٱلقُ ۡر َءانُ ُهدًى لِّلنَّا‬
ٓ ‫ضانَ ٱلَّ ِذ‬
َ ‫ش َۡه ُر َر َم‬
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) al quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS.
Al-Baqarah: 185)
‫نزَل ٰنَهُ فِي لَ ۡيلَ ِة ۡٱلقَ ۡد ِر‬
ۡ ‫ِإنَّٓا َأ‬

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan. (QS. Al-
qadr:1)
Dari ayat diatas terdapat 2 pendapat :

 Madzhab PERTAMA
Pendapat ibnu abbas dan sejumlah ulama serta dijadikan pegangan oleh umumnya
ulama, yang dimaksud dengan turunya Al-qur’an dalam tiga ayat diatas ialah turunya
al-qur’an sekaligus ke baitul izzah di langit dunia agar malaikat menghormati
kebesaranya. Kemudian sudah itu Al-qur’an diturukan kepada Rasulullah saw.
Sercara bertahap selama 23 tahun. Sesuai dengan peristiwa dan kejadian sejak beliau
diutus sampai wafatnya.

 Madzhab KEDUA
Yaitu yang diriwayatkan oleh imam as-sya’bi bahwa yang dimaksud dengan turunya
al-qur’an dalam tiga ayat diatas adalah permulaan turunya al-qur’an kepada
Rasulullah saw. Permulaan turunya al-qur’an dimulai pada malam lailatul qadr di
Bulan Ramadan, yang merupakan malam yang diberkahi,. Kemudian berlanjut
sesudah itu secara bertahap susuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selama
kurang lebih 23 tahun

2. Turunnya Al-qur’an bertahap

Allah menurunkan al-qur’an ke dalam hati Rasulullah saw, secara berangsur-


angsur selama 23 tahun, tiga belas tahun di Makkah menuruta pendapat yang kuat, dan
sepuoluh tahun di Madinah.

‫ث َونَ َّز ۡل ٰنَهُ تَن ِزياٗل‬ ٰ


ِ ‫َوقُ ۡر َء ٗانا فَ َر ۡقنَهُ لِت َۡق َرَأهۥُ َعلَى ٱلنَّا‬
ٖ ‫س َعلَ ٰى ُم ۡك‬
‘’Dan al quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi
bagian’’

a. Hikmah turunya Al-qur’an secara bertahap / berangsur-angsur :

 Menguatkan hati rasulullah


 Memudahkan untuk dihafal dan difahami
 Untuk menantang orang kafir yang mengingkari
 Agar muslim mudah mengamalkanya
 Menetapkan hukum berdasar pada kejadian tertentu

b. Waktu turunya Al-qur’an kepada Nabi SAW

Perbedaan pendapat dikalangan ulama


 TANGGAL 21 Ramadhan Shafiur rahman al-mubarakfuri (pakar sejarah nabi)
Dalam kitab siroh beliau, beliau menjelaskan bahwa memang ada perbedaan pendapat
diantara pakar sejarah tentang kapan awal mula turunnya wahyu, yaitu turunnya surat
al-alaq: 1-5. Beliau menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21,
bertepatan dengan 10 Agustus 610 M. usia nabi genap 40 tahun lebih 6 bulan 12 hari
menurut hitungan hijriyah.
 17 Ramadhan (Syeikh muhammad al-khudlari beik:
Saat nabi menginjak usia matang, yaitu 40 tahun, allah mengutusnya untuk alam
semesta seraya menggembirakan dan memperingatkan, untuk mengeluarkan
mereka dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu. Demikian itu terjadi di awal
bulan februari tahun 610 masehi seperti yang dijelaskan syekh mahmud basya sang
pakar astronomi. (Namun) setelah penelitian yang cermat, telah jelas bahwa
peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah, bertepatan
dengan bulan juli tahun 610 masehi.
(Syeikh Muhammad al-Khudlari Beik, Nur al-Yaqin Fi Sirati Sayyid al-Mursalin,
hal. 19)

c. Ayat yang pertama turun


 Surat al-alaq: 1-5
 Surat al-mudatsir: 1-3
 Surat al-fatihah

d. Ayat terakhir turun


 Al-baqarah: 278-281) ayat tentang riba
 Al baqarah:281
 Al baqarah:282
 Al-Maidah: 3

D. MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Kata makkiyah merupakan kata sifat yang disandarkan kepada kota tersebut. Dan
sesuatu disebut makkiyah apabila ia mengandung kriteria yang berasal dari Makkah atau
yang berkenaan dengannya.

Begitu pula dengan madaniyah, ia diambil dari nama kota Madinah, tempat
Rasulullah SAW berhijrah dan membangun masyarakat Islam serta mengembangkan Islam
hingga ke segala penjuru dunia. Dari sini kemudian para ulama dalam mendefinisikan
makkiyah dan madaniyah tidak hanya terpaku pada pengertian yang sangat sempit,
melainkan juga memasukan unsur waktu yang tak terpisahkan dari sejarah Rasulullah.
a. Perbedaan Ayat Makkiyah dan Madaniyah

Ayat-ayat Makkiyah dengan ciri-ciri:

 Umumnya pendek-pendek
 Didahuluikata ُ‫ياَاَيُّهَاالنَّاس‬
 Berisi keimanan, pahala dan ancaman, kisah-kisah umat terdahulu dan akhlak.
 Setiap surat yang terdapat : - Kata ‫ كال‬,Ayat sajdah , Kisah para nabi

Ayat-ayat Madaniyah:

 Umumnya panjang.
 Didahului kata ‫ياَاَيُّ َهاالَّ ِذيْنَ َأ َمنُ ْوا‬
 Berisi syariah, baik yang terkait dengan ibadah atau muamalah.
 Kebanyakan membahas hal-hal yang berhubungan dengan hukum2 kemasyarakatan
dan kenegaraan.

b. Tujuan Mempelajari Makkiyah & Madaniyah


 Menambah keyakinan, bahwa al - qur’an murni firman Allah
 mengetahui perjalanan Rasulullah.
 Mempermudah memahami al qur’an seperti ayat nasikh dan mansukh
 Kesungguhan para sahabat dan generasinya dalam menjaga keaslian al qur an
 Kronologis penurunan al qur an yang berangsur-angsur

E. KODIFIKASI AL-QUR’AN

Kodifikasi menurut KBBI Himpunan berbagai peraturan menjadi undang-undang; hal


penyusunan kitab perundang-undangan, penggolongan hukum dan undang-undang
berdasarkan asas-asas tertentu dalam buku undang-undang yang baku, encatatan norma
yang telah dihasilkan oleh pembakuan dalam bentuk buku tata bahasa, seperti pedoman
lafal, pedoman ejaan, pedoman pembentukan istilah.
Kodifikasi Al-Qur’an: proses pemeliharaan, penulisan, pengumpulan dan percetakan al-
Qur’an sejak masa Nabi Muhammad SAW sampai sekarang.

SEJARAH SINGKAT KODIFIKASI AL-QUR’AN

a. ERA NABI MUHAMMAD


1. Penghafalan Al-qur’an
Setiap kali malaikat Jibril datang membawa ayat al-Qur’an, nabi langsung
menghafalnya. Nabi adalah seorang penghafal al-Qur’an terbaik, karena:
 Beliau sebagai Rasul yang diutus untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah,
sehingga Allah memudahkan beliau untuk dapat menghafal al-Qur’an,
 Beliau dan juga para sahabat sudah terkenal sebagai orang-orang yang
memiliki daya hafalan yang kuat.
- Sahabat penghafal Al-qur’an
Sahabat adalah orang-orang yang punya keinginan yang besar untuk dapat belajar al-
Qur’an bersama Nabi. - Mereka sering mengikuti Nabi dalam berbagai kesempatan,
sehingga tidak heran jika mereka sering menyaksikan langsung Nabi menerima al-
Qur’an dari Jibril, dan kemudian mereka ikut menghafalnya bersama Nabi.
Sahabat yang terkenal sebagai penghafal al-qur’an adalah:
Ibnu Mas’ud, Salim bin Ma’qal, Mu’az bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, ,Abu Zaid bin
Sakan, Abu Darda, dan Zaid bin Sabit.
2. Penulisan Al-qur’an
Di samping menghafal, nabi juga berusaha mendokumentasikan al-qur’an dalam
bentuk tulisan. Karena itulah, beliau menunjuk beberapa orang sahabat yang ahli
menulis.
Setiap kali ayat turun, beliau memerintahkan untuk menuliskan ayat tersebut pada
tempat yang sudah ditentukan, baik dalam kelompok surat maupun urutan ayatnya.
Alat tulis yang digunakan: pelepah kurma, lempengan batu, kulit kayu, potongan
tulang, kulit hewan.
3. Para sahabat penulis Al-qur’an
Sebelum nabi wafat, seluruh ayat al-qur’an sudah ditulis secara lengkap. Namun
belum terkumpul dalam satu mushaf (terpisah- pisah dalam berbagai alat tulis).
Alasan nabi tidak mengumpulkan dalam satu mushaf:
1. ayat al-qur’an masih turun semasa beliau hidup,
2. sistimatika ayat dan surat bukan berdasarkan kronologi turunya.
- Sahabat yang menulis al-qur’an secara pribadi : ali, muaz bin jabal, ubai bin ka’ab,
ibnu mas’ud, zaid bin sabit. dll.
- Beberapa sahabat yang ditunjuk Rasulullah untuk menulis Al-qur’an adalah: Ali bin
abi Thalib ,Mu’awiyah, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Sabit.

b. ERA ABU BAKAR

Yang dimaksud dengan kodifikasi masa abu bakar adalah pengumpulan al-qur’an yang masih
terpisah pada berbagai macam alat tulis menjadi satu kesatuan yang utuh. Alasan yang
mendorong abu bakar melakukan hal tersebut adalah: usulan Umar bin khattab karena 70
sahabat penghafal al-qur’an yang gugur dalam Peperangan Yamamah, yakni perang
melawan orang-orang murtad.

Jika hal itu dibiarkan, maka lama kelamaan al-qur’an akan hilang bersama para sahabat yang
gugur tersebut. Akhirnya abu bakar bersedia melakukan perkerjaan ini, sebagai sebuah
amanah yang sangat mulia, karena berkaitan dengan pemeliharaan al-qur’an.
Sahabat yang ditunjuk oleh Abu bakar sebagai pengumpul al-Qur’an adalah:

Zaid bin Sabit.

Alasan menunjuk Zaid karena; Beliau adalah orang kepercayaan Nabi Saw, pernah menjadi
juru tulis nabi, dan Dia adalah sahabat yang terakhir mentadarus kan al-Qur’an di hadapan
Nabi secara lengkap 30 juz, sebelum Nabi wafat.

Cara yang digunakan Zaid dalam pengumpulan tersebut adalah melalui dua hal, Hafalan
dan tulisan dari para sahabat penghafal dan penulis al- Qur’an.

Al-Qur’an hasil pengumpulan kemudian di simpan oleh Abu Bakar, kemudian Umar, dan
hafsah.

c. ERA UTSMAN BIN AFFAN

Merupakan masa pemeliharaan Al-qur’an. maksudnya adalah penulisan kembali naskah


Al-qur’an yang bersumber dari naskah yang sudah dikumpulkan pada masa Abu bakar
menjadi beberapa naskah.

Alasan yang mendorong utsman melakukan itu adalah: munculnya perbedaan cara
membaca ayat al-qur’an di kalangan umat islam, setelah Islam berkembang secara luas,
sehingga membawa pada perselisihan.

Sahabat yang mengusulkan kepada Utsman bin affan untuk melakukan penulisan al-qur’an
adalah Huzaifah bin Yaman, setelah beliau melihat perselisihan di kalangan umat islam,
ketika terjadinya perang armenia dan azerbaijen dengan irak.

Orang yang ditunjuk oleh Usman untuk melakukan tugas tersebut adalah:

 Zaid bin Sabit,

 Abdullah bin Zuber,

 Sa’ad bin ‘Ash,

 Abdurrahman bin Haris.

Al-Qur’an yang dijadikan pedoman oleh Tim penulis adalah al-Qur’an yang disimpan oleh
Hafsah binti Umar bin Khattab

d. PENCETAKAN AL-QUR’AN

Hasil kerja tim penulis ini, kemudian digandakan menjadi 5 salinan, masing2 dikirim ke
wilayah Islam, agar umat Islam punya satu kitab suci yang sama yang bisa dijadikan
sandaran dalam membaca. Salinan inilahyang disebut dengan Rasm Al-utsmani

Pemberian tanda huruf dan syakal (harakat): pemberian tanda pada huruf-huruf al-qur’an
dilakukan pada masa khalifah abdul malik bin marwan (66-68 h) khalifah ke-5 umayyah.
Orang yang diberi tugas untuk melakukan itu adalah abu aswad ad-duali
Sejak masa Utsman bin Affan (35 h) sampai masa Turki Usmani (1123 h) al-Qur’an ditulis
dan diperbanyak secara manual.

1. Pada tahun 1537 M alqur’an dicetak pertama kali di Venecia Italia

2. Berikutnya Tahun 1692M al-Qur’an dicetak di Hamburg Jerman.

3. Berikutnya Tahun 1787M al-qur’an diterbitkan oleh St. Peterburg Rusia, di tahqiq oleh
sarjana muslim turki,beserta kutipan2 tafsirnya, saat ini di era kesultanan ottoman/turki
utsmani

4. Berikutnya tahun 1833 alqur’an dicetak di Mesir

5. Berikutnya tahun 1838 M al-Qur’an dicetak di Iran, di Teheran dan Tibris.

6. Tahun 1852 al-qur’an dicetak di Bombay India

7. Tahun 1848 (Fauzi A) versi lain tahun 1904 (alhumam) pertama kali di cetak di
Indonesia

8. Tahun 1984 Raja Fath Arab Saudi menerbitkan 10.000.000 eksemplar setiap tahun di
kirim keberbagai negara secara gratis

F. POKOK-POKOK ISI AL-QUR’AN

1. Aqidah
AQIDAH atau I’TIQOD secara bahasa berasal dari kata al ‘aqdu yang artinya
berputar sekitar makna kokoh, kuat, dan erat. Aqidah juga berarti kepercayaan yang kuta
dan kokoh, atau mengikat dengan kokoh(Bnu manzhur, lisânal 'arab). adapun secara
istilah umum, kata akidah bermakna keyakinan yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada
keraguan (Al mu’jam al washith). Adapun secara istilah kata akidah bermakna keyakinan
yang kokoh akan sesuatu, tanpa ada keraguan Dalam definisi syar’i, akidah dalam agama
islam bermakna masalah masalah ilmiyah yang berasal dari allah dan rosulnya, yang wajib
bagi setiap muslim untuk meyakininya sebagai pembenaran terhadap allah dan rosul nya.

2. Ibadah
Kata Ibadah berasal dari bahasa arab yaitu ‫عب••ادة‬- ‫ يعب••د‬-‫ عب••د‬yang artinya:patuh,
tunduk, hina (kamus mu’jamul wasith)
Ibadah menurut istilah ulama:
‫ الباطنة والظاهرة‬ ‫العبادة اسم جامع لكل ما يحبه هللا ويرضاه من األقوال واألعمال‬
Ibadah adalah satu kata yang mencakup segala hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya,
baik itu perkataan maupun perbuatan, perkara batin maupun zahir.

 Ibadah sebagai tujuan hidup manusia


Diantara pokok kandungan al-qur’an dalah memuat tantang ibadah, sebagaimana
telah dijelaskan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain adalah untuk
beribadah kepada Allah Swt.

Firman Allah Swt.:

َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنَّ َواِإْل ْن‬


‫س ِإاَّل لِيَ ْعبُدُو ِن‬

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. Adz Dzariyaat : 56)

3. Akhlak
ٌ ُ‫ُخل‬
Pengertian akhlak berasal dari bahasa arab, ‫ أخالق‬adalah bentuk jamak dari ‫ق‬
“khuluq” yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Berakar dari kata
َ َ‫ “ َخل‬khalaqa” yang berarti menciptakan. Se-akar dengan kata ‫ق‬
‫ق‬ ٌ ِ‫ َخال‬Khaliq (pencipta),
makhluq(yang diciptakan ) dan ‫ق‬ ٌ ‫“خ ْل‬khalq”
َ (penciptaan).
Ilmu Akhlak pada dasarnya termasuk ilmu yang terkandung di dalam ilmu hikmah.
Hikmah itu sendiri sebagaimana istilah para ahli hukum adalah ungkapan ketika
mengetahui kebenaran yang sesungguhnya dan kebaikan untuk diamalkan Sedangkan
setiap ketentuan-ketentuan dari Allah selalu mengandung unsur-unsur makarimal akhlak
atau prilaku-prilaku yang mulia dan hikmah dari mengamalkannya (An-Nisabury 1995,
4:350)
 Akhlak dalam al-qur’an
Di dalam al-quran, terdapat beberapa ayat yang di dalamnya terkandung nilai-nilai
akhlak, atau bahkan secara umum, al-quran itu sendiri adalah akhlak, dalam arti pakaian,
cara kita hidup, berpikir da berbuat serta berteraksi-berkomunikasi, baik dengan khalik
maupun dangan makhluk.
 Perintah Ikhlas
‫صلَ ٰوةَ َويُ ۡؤتُو ْا ٱل َّز َك ٰو ۚةَ َو ٰ َذلِكَ ِدينُ ۡٱلقَيِّ َم ِة‬ ِ ِ‫َو َمٓا ُأ ِم ُر ٓو ْا ِإاَّل لِيَ ۡعبُدُو ْا ٱهَّلل َ ُم ۡخل‬
َّ ‫صينَ لَهُ ٱلدِّينَ ُحنَفَٓا َء َويُقِي ُمو ْا ٱل‬
‘’Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus
(Al-Baiyinah: 5) ‘’

4. Hukum

Secara garis besar hukum dalam Al-Qur’an meliputi dua hal yaitu ibadah dan
muamalah. Ibadah meiputi shalat, puasa, zakat, dan haji. Dan muamalah meliputi hukum
keluarga, jinayah, politik dan ekonomi. Hal ini menunjukan bahwa hukum islam sangat
komprehensif. An Inilah salah satu karakter khusus hukum islam, yang tidak ada dalam
hukum buatan manusia. J.N.D Anderson, seorang orientalis, mengakui hal ini. Dia
mengatakan ‘hukum islam jauh lebih  luas cakupannya dari hukum barat, hukum islam
mencakup segala lapangan hukum sekaligus, yaitu hukum publik, hukum privat, hukum
nasional, dan hukum internasional dimana Barat tidak menganggapnya sebagai hukum.

 Contoh hukum dalam al-qur’an


ْ َ‫ش ْيطَا ِن ف‬
َ‫اجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحون‬ ٌ ‫اب َواَأْل ْزاَل ُم ِر ْج‬
َّ ‫س ِمنْ َع َمل ال‬ ُ ‫ص‬َ ‫س ُر َواَأْل ْن‬
ِ ‫ِ يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْي‬

”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.”(Q.S Al-Maidah :90)

5. Sejarah
Penuturan kisah-kisah dalam Al-Qur’an sarat dengan muatan edukatif bagi
manusia, khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian dari
metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang mentauhidkan Allah SWT.
Karena itu ditegaskan Allah SWT. Allah swt memberikan contoh kisah-kisah umat
terdahulu beserta akibat yang dialami bagi orang yang menentang perintah Allah serta
berperilaku tidak baik sebagai pelajaran buat umat islam.

 Sejarah dalam al-qur’an

‫ق َوقَ ْد آتَ ْينَا َك ِمنْ لَ ُدنَّا ِذ ْك ًرا‬ َ ‫ص َعلَ ْي َك ِمنْ َأ ْنبَآ ِء َما قَ ْد‬
َ َ ‫سب‬ ُّ ُ‫َك َذلِ َك نَق‬
‘’Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah (umat) yang telah
lalu, dan sungguh, telah kami berikan kepadamu suatu peringatan’’ (Al-Qur’an) dari sisi
kami. (QS. Thaaha: 99)

G. TADABBUR AL-QUR’AN ( Bagaimana Interaksi Muslim Terhadap Al-qur’an )

Definisi tadabbur-al-qur’an , Tadabbur : ‫تدبر – يتدبر – تدبرا‬: Merenung , Tadabbur


Al-Qur’an: Merenungkan Al-qur’an .Tadabbur artinya adalah perenungan yang menyeluruh
untuk mengetahui maksud dan makna dari suatu ungkapan secara mendalam.

1. Tadabbur menurut ulama


Imam Al-alusi dalam tafsirnya ruh al-ma’ani menjelaskan, pada dasarnya tadabur berarti
memikirkan secara mendalam kesudahan sesuatu urusan dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya.
Ibnu al-qayyim juga menjelaskan, yang dimaksud dengan menadaburi suatu perkataan
adalah melihat dan memperhatikan perkataan itu dari awal dan akhir perkataan kemudian
mengulang-ulangi hal itu.
ayat tentang tadabbur al-qur’an
‫ب َأ ْقفَالُ َها‬
ٍ ‫َأفَاَل يَتَ َدبَّرُونَ ا ْلقُ ْرآنَ َأ ْم َعلَ ٰى قُلُو‬
“Maka apakah mereka tidak merenungkan al-qur`an ataukah hati mereka terkunci?” (Qs.
Muhammad: 24).

2. Cara tadabbur al-qur’an


 Berwudhu
 Perhatikan adab-adab tilawah
 Membaca al-qur’an dangan berlahan-lahan
 Mengulang-ulang bacaannya
 Menghadirkan hati dan satukan pikiran ( khusuk)
 Memahami makna ayat
 Mengambil pelajaran
 Niat ikhlas karena Allah

3. Tanda-tanda tadabbur-alqur’an
 Bertambah iman dan tawakkal
‘’Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-nya bertambahlah iman
mereka (karenanya), dan hanya kepada tuhanlah mereka bertawakkal ‘’(qs. Al-anfal: 2)
 Menangis karena Allah
“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada rasul (muhammad),
kamu melihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (al-qur’an)
yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata, “ya rabb
kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi
(atas kebenaran al-qur’an dan kenabian muhammad).” (Qs. Al-ma’idah: 83).
 Merasa bahagia dan gembira
‘’Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik)
ada yang berkata: "siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turannya) surat ini?" Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah
imannya, dan mereka merasa gembira.” (Qs. At-taubah: 124).
 Bersujud mengagungkan Allah
‘’Katakanlah: "berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi
allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila al
quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil
bersujud, Dan mereka berkata: "maha suci tuhan kami, sesungguhnya janji tuhan kami
pasti dipenuhi“ (Al-isra: 107-108)
H. SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HADITS

1. Sejarah Perkembangan dan Pertumbuhan Hadist Rasulullah Saw


Larangan menulis hadits
Nash-nash yang melarang menulis hadis di satu pihak dan memerintahkan di pihak lain,
bukanlah hal yang patut dipertentangkan. Akan tetapi, keduanya dapat dikompromikan
sebagai berikut:
a. Larangan penulisan hadis pada masa Rasulullah dikarenakan adanya kekhawatiran bahwa
hadis akan bercampur dengan al-Qur’an yang masih berada dalam tahap proses
penurunan.
b. Larangan menulis hadis itu bersifat umum, sedangkan izin menuliskannya bersifat khusus
bagi orang yang memilili keahlian tulis menulis sehingga terjaga dari kekeliruan. Seperti
pada Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash.
Anjuran menulis hadits
Di satu pihak banyak hadis yang melarang penulisan hadis, dan di pihak lain terdapat
pula hadis yang dapat dipahami sebagai anjuran atau setidak-tidaknya sebagai
pembolehan penulisan hadis. Hadis-hadis yang membolehkan penulisan
Hadisnya adalah hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah:
‫أكتبوا ألبى شاة‬
Artinya: “Tulislah (hadis) untuk Abi Syah” (Ahmad Ibnu Hanbal, tth: 232).

Walaupun pada lahirnya kedua hadis di atas bertentangan, namun Menurut Rasyid Ridha,
sebagaimana dikutip Muhammad Abu Rayyah, Keduanya dapat dikompromikan.
Sebagian ulama, lanjut Abu Syuhbah, mengatakan bahwa hadis Abu Hurairah merupakan
nāsikh bagi hadis Abu Sa’id. Argumennya adalah:
a. Kisah Abu Syah terjadi pada tahun ke 8 H., yakni tahun penaklukan Mekkah,
b. Hadis itu diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang masuk Islam pada tahun Ke 7 H
(Muhammad Abu Syuhbah, t. Th: 20-21).

Ada beberapa cara Rasulullah menyampaikan hadits pada para sahabat yaitu:

1. Melalui ceramah terbuka yang beliau berikan setiap Jum’at, hari raya dan waktu-waktu
yang tidak ditentukan, jika keadaan menghendaki.
2. Dalam banyak kesempatan Rasulullah juga menyampaikan hadis melalui sahabat
tertentu, yang kemudian disampaikan kepada sahabat yang lain.
3. Untuk hal-hal yang sensitif, seperti yang berkaitan dengan keluarga dan kebutuhan
biologis, disampaikan melalui istri-istrinya, begitu pula para sahabat jika ada hal yang
berkaitan dengan hal itu segan bertanya kepada Rasulullah maka para sahabat
menanyakan kepada istri-istri Rasul.
4. cara lain yang dilakukan Rasulullah Saw adalah melalui praktek langsung.

2. Perkembangan Hadist Pada Masa Sahabat


Berhati-hati dalam meriwayatkan dan menerima hadits
 Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan yang dilakukan para sahabat,
disebabkan karena mereka khawatir terjadi kekeliruan, dimana mereka sadari
hadis merupakan sumber tashri’ yang kedua setelah al-Qur’an, yang harus terjaga
dari kekeliruan sebagaimana al-Qur’an.
 Pada masa ini pula belum ada secara resmi menghimpun hadis dalam suatu kitab,
seperti halnya al-Qur’an. Hal ini desebabkan agar tidak memalingkan perhatian
atau kekhususan mereka dalam mempelajari al-Qur’an, sebab banyak para sahabat
yang sudah menyebar ke berbagai kekuasaan Islam dengan kesibukanya masing-
masing sebagai pembina masyarakat. Sehingga dengan kondisi seperti ini ada
kesulitan untuk mengumpulkan mereka secara lengkap.

3. Perkembangan Hadits Pada Masa Tabi’in Dan Tabi’ut Tabi’in


a. Hadits pada masa Tabi’in
 Masa ini dikenal sebagai masa menyebarnya periwayatan hadis. Ini merupakan
sebuah kemudahan bagi para Tabi’in untuk mempelajari hadis. Metode yang
dilakukan para Tabi’in dalam mengoleksi dan mencatat hadis yaitu melalui
pertemuan-pertemuan dengan para sahabat, selanjutnya mereka mencatat apa
yang telah di dapat dari pertemuan tersebut.
 Para Tabi’in menerima hadis Nabi dari Sahabat dalam berbagai bentuk, jika
disebutkan ada yang dalam bentuk catatan atau tulisan dan ada juga yang harus
dihafal, di samping itu dalam bentuk yang sudah terpolakan dalam ibadah dan
amaliah para sahabat, lalu Tabi’in menyaksikan dan mengikutinya. Dengan
demikian, tidak ada satu hadis pun yang tercecer apalagi terlupakan.
 Perihal menulis hadis, di samping melakukan hafalan secara teratur, para Tabi’in
juga menulis sebagian hadis hadis yang telah diterimanya. Selain itu, mereka juga
memiliki catatan-catatan atau surat-surat yang mereka terima langsung dari para
sahabat sebagai gurunya.
 Ada beberapa kota yang dijadikan pusat pembinaan dalam periwayatan hadis,
yang kemudian dijadikan sebagai tempat tujuan para Tabi’in dalam mencari
hadis. Kota-kota tersebut adalah Madinah al-Munawwarah, Makkah al-
Mukaramah, Kuffah, Basrah, Syam, Mesir, Maghribi dan Andalusia, serta Yaman
dan Khurasan.
 Pusat pembinaan pertama yaitu di Madinah, karena di Madinah lah Rasulullah
menetap setelah hijrah dan Rasulullah juga membina masyarakat Islam yang
didalamnya terdiri atas kaum Muhajirin dan Anshor.
 Di antara para sahabat yang menetap di Madinah adalah Khulafa’ Rasyidin, Abu
Hurairah, Siti Aisyah, Abdullah ibn Umar dan Abu Said al-Khudri, Dan lain
sebagainya
b. Hadits Pada Masa Tabi’ut Tabi’in
 Cara periwayatan hadis pada masa tabi’i al-tabi’in adalah bi lafdzi, yaitu dengan
lafadz. Karena Kodifikasi hadis mulai dilakukan di akhir masa tabi’in.
 Kodifikasi pada masa ini telah menggunakan metode yang sistematis, yaitu
dengan mengelompokkan hadis-hadis yang ada sesuai dengan bidang bahasan,
walaupun dalam penyusunannya masih bercampur antara hadis Nabi dengan qaul
sahabat dan tabi’in.
 Selain riwayat bi al-lafdzi, ada juga sistem penerimaan dan periwayatan hadis
dengan sistem isnad. Maraknya pemalsuan hadis yang terjadi di akhir masa
tabi’in yang terus berlanjut sampai masa sesudahnya menjadikan para ulama
untuk meneliti keontetikan hadis, cara yang ditempuh para ulama yaitu dengan
meneliti perawi-perawinya.
 Dari penelitian tersebut memunculkan istilah isnad sebagaimana yang dikenal
hingga saat ini. Menurut Abu Zahrah, sanad yang disampaikan pada masa tabi’in
sering menyampaikan sebuah hadis dengan tanpa menyebut sahabat yang
meriwayatkannya.

I. PENGERTIAN HADITS DAN UNSUR-UNSUR HADITS

Hadits adalah teladan dari Nabi Muhammad Yang wajib diikuti. Sebagian besar hadits
diriwayatkan secara lisan oleh para sahabat kepada generasi penerus mereka
(tabi’in).Hadits atau al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang baru.
Pengertian hadits menurut ulama
 Ulama Hadits umumnya menyatakan, bahwa “Hadits ialah segala ucapan Nabi,
segala perbuatan beliau, segala taqrir (pengakuan) beliau dan segala keadaan
beliau”
 Ulama Ushul menyatakan, bahwa: “Hadits ialah segala perkataan, segala
perbuatan dan taqrir Nabi, yang bersangkut paut dengan hokum”.
 At-Thiby menyatakan, bahwa: “Hadits ialah segala perkataan, perbuatan dan
taqrir Nabi, para sahabat-sahabatnya

Unsur – unsur hadits :


1. Sanad
Secara bahasa, sanad berarti sandaran atau tempat bersandar atau sesudah sesuatu yang
dapat dipegangi atau dipercaya. Bentuk jamak sanad adalah asnad atau sanadat yang
berarti jalan.
2. Matan
Secara bahasa, matan berarti membelah,mengeluarkan,mengikat,seperti mengikat busur
dengan tali.
3. Rawi
Rawi adalah orang yang memindahkan hadis dari seorang guru kepada orang lain atau
membukukan nya ke dalam suatu kitab hadits.

Contoh Sanad, matan, dan rawi


‫ قَال‬:‫ قَا َل‬،َ‫ ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرة‬،‫ح‬ َ ‫ ع َْن َأبِي‬،‫صي ٍن‬
ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫ ع َْن َأبِي َح‬،َ‫ َح َّدثَنَا َأبُو َع َوانَة‬، ُّ‫َو َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ُعبَ ْي ٍد ْال ُغبَ ِري‬
‫ فَ ْليَتَبَ َّوْأ َم ْق َع َدهُ‌ ِمنَ النَّار‬،‫ي‌ ُمتَ َع ِّمدًا‬ َ ‫ َم ْن‌ َك َذ‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َّ َ‫ب َعل‬ َ ِ‫َرسُو ُل هللا‬
ِ
Muhammad bin Ubaid al-Gubary menyampaikan kepada kami dari Abu Awanah, dari
Abu Hashin, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah; Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,“Siapa saja
yang sengaja berdusta akan diriku, hendaklah ia menempati bangkunya di neraka.”
(Muslim).
Perhatikan rangkaian hadits di atas:
a) Semua teks yang berwarna hitam adalah sanad hadits.
b) Semua redaksi yang berwarna merah adalah matan hadist

َ ‫ لَ ِك َّن َأ ْف‬، ‫ “اَل‬:‫ َأفَاَل نُ َجا ِهدُ؟ قَا َل‬،‫ض َل ال َع َم ِل‬


“‫ض َل‌ال ِجهَا ِد َح ٌّج َم ْبرُو ٌر‬ َ ‫ نَ َرى‌ال ِجهَا َد َأ ْف‬،ِ ‫يَا َرسُو َل هَّللا‬

Ibunda Aisyah bertanya kepada Rasulullah tentang jihad yang paling utama bagi wanita,
beliau berkata “Jihad terbaik adalah haji mabrur.” (HR. al-Bukhari)
Nah, teks yang berwarna merah itulah yang disebut matan.
Syarat – syarat rawi :
1. Berakal
Menurut para ahli hadist berakal berarti identik dengan kemampuan seseorang untuk
membedakan.
2. Cermat
Kecermatan perawi bisa dikenali dari hadist yang dia riwayatkan ternyata cocok dengan
yang diriwayatkan oleh orang yang dikenal cermat, teliti dan terpercaya.
3. Adil
Perawi yang adil ialah yang bersikap konsisten dan berkomitmen tinggi pada urusan
agama, yang bebas dari setiap kefasikan dan dari hal-hal yang merusak kepribadian
4. Muslim
Seorang rawi harus meyakini dan mengerti akidah Islam, karena dia meriwayatkan hadist
atau khabar yang berkaitan dengan hukum-hukum, urusan dan tasyri’ agama Islam.

KITAB – KITAB HADITS


1.Sahih al-Bukhari
Kitab hadis ini disusun oleh Imam Bukhari. Sejatinya, nama lengkap kitab itu adalah Al-
Jami Al-Musnad As-Sahih Al-Muktasar min Umur Rasulullah Sallallahu Alaihi
Wassallam wa Sunanihi.
2.Sahih Muslim
Menurut Imam Nawawi, kitab Sahih Muslim memuat 7.275 hadis, termasuk yang ditulis
ulang.
3.Sunan At-Tirmizi
Kitab ini juga dikenal dengan nama Jami’ At-Tirmizi. Karya Imam At-Tirmizi ini
mengandung 3.959 hadis, terdiri dari yang sahih, hasan, dan dhaif.
ULAMA AHLI HADITS
1.Imam Bukhari
Ia terlahir di Bukhara pada 13 Syawal 194 H bertepatan dengan 21 Juli 810 M. Beliau
adalah ahli hadis termasyhur.
2.Imam Muslim
Imam Muslim lahir pada 204 H atau 819 M. Ada pula yang berpendapat beliau lahir pada
tahun 202 H atau 206 H
3.Imam At-Tirmizi
Imam At-Tirmidzi adalah orang pertama yang mengelompokkan hadis dalam kategori
hasan, di antara sahih dan dhaif.

Anda mungkin juga menyukai