Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Al QUR’AN DAN WAHYU”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Studi Al Qur’an


yang Dibina oleh Dra. Miswari, M.Ag

Oleh:
Kelompok 1
Kelas PB-2A
Najwa Eka Roseva (2108086017)
Niken Rossiana Puspitasari (2108086018)
Zaha Rani Abdila (2108086024)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2022

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 2
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
A. Pengertian Al Qur’an ........................................................................................... 3
B. Nama-nama Al Qur’an ........................................................................................ 6
C. Garis besar kandungan Al Qur’an ................................................................. 8
D. Pengertian dan macam-macam Wahyu ..................................................... 9
E. Perbedaan Wahyu, Ilham, dan Ta’lim ......................................................... 9
BAB III. PENUTUP ............................................................................................................... 10
A. Simpulan ................................................................................................................... 10
B. Saran .......................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah


memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami diberikan kemudahan
dalam menyelesaikan penulisan makalah ini tepat waktu. Tak lupa shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata


kuliah Studi Al-Qur’an ibu Dra. Miswari, M. Ag. serta teman-teman yang telah
membantu dalam pembuatan makalah yang berjudul “”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantara
malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami dan diamalkan sebagai petunjuk
atau pedoman hidup bagi umat manusia. Umat Islam percaya bahwa Al-
Qur’an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang diperuntukkan
bagi manusia, dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril.
Wahyu merupakan suatu yang dituangkan Allah SWT yang
disampaikan kepada nabinabi-Nya, yang berupa pemberitahuan yang
tersembunyi dan cepat yang khusus di berikan tanpa diketahui orang lain
dan prosesnya bisa melalui suara yaitu berupa firman atau melalui mimpi
dan merupakan pedoman bagi umat-umatnya (Ahmad dkk, 2020).
Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul pada saat itu,
wahyu merupakan hubungan gaib yang tersembunyi antara Allah dengan
orang-orang yang telah disucikan-Nya (rasul dan nabi) dengan tujuan
menurunkan kitab-kitab suci samawi dengan perantara malaikat yang
membawa wahyu yaitu Jibril. Dan Al-Qur’an merupakan salah satu wahyu
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu
terakhir untuk penyempurna ajaranajaran sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Al Qur’an?
2. Apa saja Nama-nama Al Qur’an?
3. Apa Garis besar kandungan Al Qur’an?
4. Apa Pengertian dan macam-macam Wahyu?
5. Bagaimana Perbedaan Wahyu, Ilham, dan Ta’lim?

C. Tujuan
1. Dapat mendeskripsikan pengertian Al Qur’an
2. Dapat mennyebutkan nama-nama Al Qur’an
3. Dapat mendeskripsikan garis besar kandungan Al Qur’an
4. Dapat mendeskripsikan pengertian dan macam-macam Wahyu
5. Dapat mendeskripsikan perbedaan Wahyu, Ilham, dan Ta’lim

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al Qur’an

Berbicara tentang pengertian Alquran, apakah itu dipandang dari sudut


bahasa maupun istilah. Banyak para ulama berbeda pandangan dalam
mendefinisikannya. Qara’a mempunyai arti mengumpulakan dan
menghimpun, dan qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata
satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang terusun rapi. Quran pada
mulanya seperti qira’ah, yaitu masdar (infinitive) dari kata qara‟a, qira‟atan
qur‟anan.(Roihan, 2014) Sebagaimana firman Allah :
ُ َ ُ َّ َ َ ْ َ َ َ ُ َ ُ ُ َ َ َّ
﴾١٨ ﴿ ‫﴾ف ِإذا ق َرأن ُاه فات ِب ْع ق ْرآنه‬١٧ ﴿ ‫ِإن َعل ْينا َج ْم َعه َوق ْرآنه‬

Artinya : Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (dalam


dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, Apabila Kami
telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiyamah :
17-18)

Adapun pengertian Alquran menurut istilah yang telah disepakati oleh


para ulama adalah “Kalam Allah yang bernilai mukjizat yang dturunkan
kepada “pungkasan” para nabi dan rasul (Nabi Muhammad SAW) dengan
perantaraan malaikat Jibril AS, yang tertulis pada mashahif, diriwayatkan
kepada kita secara mutawatir, yang membacanya dinilai sebagai ibadah yang
di awali dengan surat alFatihah dan di tutup dengan surat an-Naas.” (Roihan,
2014)

B. Nama-nama Al Qur’an

Allah Swt. menyebut kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


dengan berbagai-macam nama, di antara nama-nama lain Al-Quran yang
popular dikalangan umat Islam, yaitu:

1. Al-Kitab, yang berarti tertulis atau yang ditulis. Ini menunjukkan


bahwa wahyu itu dirangkum dalam bentuk tulisan yang merupakan
kumpulan huruf-huruf dan menggambarkan ucapan, sesuai dengan
firman Allah dalam surat al-Anbiya’ ayat10
َ ُ َ َ َ َ ْۗ ُ ْ ٰ ُ َ َْٓ َْ ْ َ َ
‫لقد ان َزلنا ِال ْيك ْم ِكت ًبا ِف ْي ِه ِذك ُرك ْم افَل ت ْع ِقل ْون‬

“Telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab yang didalamnya terdapat


sebab-sebab kemuliaan bagimu”.

3
2. Al-Furqan, yang berarti memisahkan atau membedakan. Penamaan itu
mengisyaratkan bahwa al-Qur’an membedakan antara kebenaran dan
kebathilan, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Furqan ayat 1:
َ َ‫َ ُ ْ َ ْ ٰ َ ْ ن‬ ‫ُْ َ َ ى‬ َ َّ َ َ
‫ي ن ِذ ْي ًرا‬ ‫ت ٰ ٰ َبك ال ِذ ْي ن َّز َل الف ْرقان َعٰل َع ْب ِد ٖه ِليكون ِللعل ِم‬

“Maha Suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (Al-Quran) kepada


hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”.

3. Adz-Dzikr, yang berarti peringatan. Penamaan ini berarti


menunjukkan bahwa di dalam al-Qur’an memuat berbagai peringatan
bagi umat manusia, sebagaimana dinyatakan-Nya dalam surat al-Hijr
ayat 9:
َ ُ َ ٗ َ َّ ْ ِّ َ ْ َ َ َّ
‫ِانا ن ْح ُن ن َّزلنا الذك َر َوِانا له ل ٰح ِفظ ْون‬

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-Dzikra (Al-Qur’an),


dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”.

4. Al-Tanzil, berarti yang diturunkan, sebagaimana tersebut dalam Al-


Quran surat Asy-Syu’ara’ ayat 192:
‫َ َّ ٗ َ َ نۡ ن ۡ ُ َ ِّ ۡ ٰ َ ۡ نَ ن‬
‫ي‬ ‫وِانه لـت ِبيل رب العل ِم‬

“Dan sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan


semesta alam”.

5. Ar-Ruh yang berarti jiwa, sebagaimana terdapat di dalam firman-Nya


surat asy-Syura ayat 52:
َّ ُ ُ ٰ ْ ‫ُ ى‬ ْ َ ٰ ْ َْ َ ُْ َ َ َ َ َٓ َ َ َ
‫َوك ٰذ ِلك ا ْو َح ْينا ِال ْيك ُر ْو ًحا ِّم ْن ا ْم ِرنا َْۗما كنت تد ِر ْي َما ال ِكت ُب َوَل ِاَل ْي َمان َول ِك ْن َج َعلنه ن ْو ًرا ن ْه ِد ْي‬
َ
‫اط ُّم ْست ِق ْي ٍم‬ َ ِ ‫ب ٖه َم ْن َّن َش ۤا ُء ِم ْن ِع َب ِاد َنا َْۗوا َّن َك َل َت ْه ِد ْْٓي ِا ىٰل‬
ٍ ‫ِص‬ ِ ِ

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al-Quran)


dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah
Al Kitab (Al-Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi
Kami menjadikan Al-Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia
siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.Dan
sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan
yang lurus”.

6. Al-Balaghah berarti penyampaian atau kabar, sebagaimana disebut


dalam firman-Nya surat Ibrahim ayat 52:

4
‫اب‬ َ ۡ ۡ ُ ُ َ َّ َّ َ َّ ٌ َّ ٌ ‫َ َ ۡ َ ُ ۡۤۡ َ َّ َ ُ َ ى‬ ۡ ُ َُۡ َ َّ ِّ ٌ ‫ٰ َ َ ى‬
ِ ‫اس و ِلينذروا ِب ٖه و ِليـعلموا انما هو ِالـه و ِاحد و ِليذكر اولوا اَل َلب‬
ِ ‫هذا بلغ لـلن‬

“Al-Quran ini adalah penjelasan yang cukup bagi manusia dan supaya
mereka diberi peringatan dengan dia, dan supaya mereka mengetahui
bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orangȬorang
yang berakal mengambil pelajaran”.

7. Al-Basya’ir yang berarti pedoman, sebagaimana tersebut dalam al-


Qur’an surat al-Jatsiyah ayat 20 :
َ ُ َ ِّ ٌ ً ُ َّ ُ ۤ َ َ َ ٰ
‫اس َوهدى َّو َر ْح َمة لق ْو ٍم ُّي ْو ِقن ْون‬
ِ ‫هذا بصا ِٕىر ِللن‬

“Al-Quran itu adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat


bagi kaum yang meyakini”.

8. Al-Bayan yang berarti penerangan, sebagaimana terdapat dalam


firman-Nya surat Ali ‘Imran ayat 138:
ٌ ََ َ ٰ
َ‫ان ِّل َّلناس َو ُه ًدى َّو َم ۡوع َظ ٌة ِّل ۡل ُم َّتق ۡ ن‬
‫ي‬ ِ ِ ِ ‫هذا بي‬

“(Al-Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan


petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang bertaqwa”.

9. An-Nur berarti pelita, seperti tersebut dalam Al-Quran surat an-Nisa’


ayat 174:

ً ُ ُ َ َْٓ َْ ُ ٌ َ ُ ۤ ْ َ ُ َّ َ ُّ َ ْٓ ٰ
‫اس قد َجا َءك ْم ُب ْرهان ِّم ْن َّرِّبك ْم َوان َزلنا ِال ْيك ْم ن ْو ًرا ُّم ِب ْينا‬ ‫ٰٰايها الن‬

“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran


dari Tuhan-mu (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami
turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (al-Qur’an)”.

10. Al-Huda berarti petunjuk, sebagaimana tercantum dalam firman-Nya


surat al-Taubah ayat 33:
َ ُ ْْ ُ ْ ْ َ ِّ ْ ِّ َ ٗ َ ْ ُ ِّ َ ْ ٰ ُ ْ ٗ َ َ َ ْ َ ْْٓ َّ
‫شك ْون‬
ِ ‫ال ِذي ارسل له الهد ى الحق ِليظ ِهره ٰل الدي ِن ل ٖه لو الم‬

“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-


Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala
agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai”.

11. Al-Busyra berarti kabar gembira, sebagaimana tersebut dalam firman-


Nya surat al-Nahl ayat 102:

5
‫ي‬ ِِ ِ ٰ ْْ ‫ُق ْل َن َّ َزل ٗه ُر ْو ُح ْال ُق ُدس ِم ْن َّرِّب َك ب ْال َح ِّق ِل ُي َث ِّب َت َّال ِذ ْي َن ىا َم ُن ْوا َو ُه ًدى َّو ُب‬
َ‫شى ل ْل ُم ْسلم ْ ن‬
ِ ِ
“Katakanlah Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Quran itu dari
Tuhan-Mu denganbenar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang
beriman, dan menjadi petunjuk serta kabara gembira bagi orang-
orang yang berserah diri kepada Allah”.

12. Ar-Rahmat berarti rahmat atau karunia, sebagaimana terdapat dalam


al-Qur’an surat al-Naml ayat 77:

َ‫َوا َّن ٗه َل ُه ًدى َّو َر ْح َم ٌة ِّل ْل ُم ْؤمن ْ ن‬


‫ي‬ ِ ِ ِ

“Dan sesungguhnya al-Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan


rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

13. Al-Mau’izhah yang berarti pelajaran atau nasehat, seperti terdapat


dalam firman-Nya surat Yunus ayat 5 :
ْۗ َ َ ْ َ َ‫ُ َ َّ ْ َ َ َ َّ ْ َ َ ۤ ً َّ ْ َ َ َ ُ ْ ً َّ َ َّ َ ٗ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ َ ِّ ْ ن‬
ُ ‫اب َما َخ َل َق ا ه‬
‫ّٰلل‬ ‫هو ال ِذي جعل الشمس ِضياء والقمر نورا وقدره من ِازل ِلتعلموا عدد الس ِني وال ِحس‬
َ َ َ ْٰ َ ْۗ ْ َّ َ
‫ذ ٰ ِلك ِاَل ِبال َح ِّق ُيف ِّص ُل اَل ٰي ِت ِلق ْو ٍم َّي ْعل ُم ْون‬

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari


Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit- penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman”.

14. Asy-Syifa’ yang berarti obat atau penawar, sebagaimana terdapat


dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 82:
َ َّ َ‫َ ُ نَ نِّ ُ َ ْ ُ ْ ى َ ُ َ َ ۤ ٌ َّ َ ْ َ ٌ ِّ ْ ُ ْ ْ نَ َ َ َ ْ ُ ه ْ ن‬
‫ي ِاَل خ َس ًارا‬ ‫ونبل ِمن القرا ِن ما هو ِشفاء ورحمة للمؤ ِم ِني وَل ي ِزيد الظ ِل ِم‬

“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar


dan rahmat bagi orangȬorang yang beriman, dan al-Qur’an itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian”.

Dan masih banyak lagi nama-nama lain al-Qur’an yang tidak dicantumkan
di sini. Meskipun demikian, semua penamaan tersebut menunjukkan fungsi,
sifat, dan peranan al-Qur’an dalam hubungannya dengan Allah Swt. dan umat
Islam. Di samping juga menunjukkan keagungan dan kesuciannya
dibandingkan kitab suci lain yang diturunkan kepada para Nabi
terdahulu.(Yasir & Jamaruddin,2016)

C. Garis besar kandungan Al Qur’an

6
Al-Quran itu adalah firman Allah Swt. bukan rekayasa manusia. Sebab itu,
betapapun pintarnya manusia itu dan tingginya ilmu pengetahuan mereka,
namun tidak akan sanggup menjangkau seluruh isi dan kandungan wahyu
Allah tersebut. Meskipun demikian, sekedar menunjukkan garis-garis besar
saja yang dapat dijangkau akal fikiran manusia yang terbatas, ada beberapa
pokok saja mengenai kandungan al-Qur’an, yaitu :

1. Keimanan (Tauhid), yaitu ajaran-ajaran tentang kepercayaan atau


keimanan kepada Allah, meliputi iman kepada para Malaikat, iman
kepada para Rasul-Nya, iman kepada Kitab-kitab yang diturunkan-
Nya, iman kepada hari akhirat, iman kepada qadla dan qadar
(ketentuan-ketentuan yang telah digariskan Allah).
2. Ajaran tentang ibadah, yaitu pengabdian makhluk kepada Khaliqnya.
Begitu juga ajaran-ajaran tentang budi pekerti yang baik, akhlak yang
luhur yang harus dipakai, baik terhadap Tuhan maupun terhadap
sesama makhluk.
3. Hukum dan peraturan-peraturan, yaitu ajaran yang mengatur tentang
aturan-aturan yang berhubungan dengan segala tindakan manusia
dalam segala bidang, baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun
yang berhubungan dengan sesama manusia. Hukum-hukum yang
mengatur hubungan (komunikasi) manusia dengan Allah, disebut al-
‘ibadah, dan hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan sesama, dikenal al-mu’amalah.
4. Wa’ad dan wa’id atau disebut juga targhib dan tarhib. Wa’du ialah janji
dalam bentuk harapan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang
beriman dan beramal sholeh, bahkan kelak akan diberi-Nya ganjaran
pahala dan kebahagiaan sebagai balasan atas keimanan dan amal
sholeh yang mereka lakukan semasa hidup di dunia. Sedangkan wa’id
ialah janji yang berisi ancaman yang ditujukan Allah kepada orang-
orang yang ingkar dan berbuat kejahatan, kelak mereka akan ditimpa
kemurkaan dan azab sebagai balasan atas kekufuran dan perbuatan
jahat yang mereka lakukan.
5. Riwayat atau cerita-cerita mengenai perjuangan yang dialami oleh
para Nabi dan Rasul-Nya, dan juga bangsa-bangsa terdahulu. Dalam
Al-Quran diterangkan bahawa di antara bangsa-bangsa terdahulu itu
ada yang beruntung mendapatkan kehidupan yang bahagia,
membentuk mayarakat yang adil dan makmur serta mendapatkan
keridhaan Allah, karena mereka telah menerima dengan baik ajaran
yang disampaikan para utusan-Nya.
6. Dasar ilmu pengetahuan Selain dari pokok-pokok ajaran yang
disebutkan di atas, al-Qur’an juga berisi dasar-dasar ilmu

7
pengetahuan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu umat Islam
diwajibkan menggali, mempelajari dan menyelidikinya agar dapat
membawa manusia kepada kemajuan dan kesejahteraan. (Yasir &
Jamaruddin,2016)

D. Pengertian dan macam-macam Wahyu

Kata “wahyu” merupakan bentuk mashdar/ infinitive dari kata “waha –


yuha-wahyu” atau isim mashdar dari fi’il waha yang secara bahasa berarti
sesuatu yang tersembunyi dan cepat. Maksudnya pemberitahuan kepada
seseorang tentang sesuatu secara tersembunyi dan cepat serta bersifat
khusus bagi dia sendiri dan tersembunyi bagi yang lainnya. (Yasir &
Jamaruddin,2016)

Di dalam al-Qur`an terdapat kalimat wahyu dan kalimat yang diambil


daripadanya sebanyak 70 kali yang dipakai dengan beberapa arti. Di
antaranya adalah dalam surat An-nahal ayat 68, terdapat kalimat “wa auha”
dengan arti ilham yang bersifat tabi’at, dalam surat al-Qashash ayat 7
terdapat “auhaina” berarti ilham yang bersifat fitrah, dalam surat Faathir
ayat 31 terdapat kalimat “auhaina” berarti wahyu dalam bentuk kitab (al-
Qur`an ). Kemudian dalam surat Maryam ayat 11 terdapat kalimat “auha”
berarti memberi isyarat, dalam surat Asyura ayat 51 yang dimaksudkan
dengan wahyu adalah membisikkan kedalam sukma, di balik tabir seperti
wahyu yang disampaikan kepada nabi Musa AS.

Jika disimpulkan berbagai pengertian wahyu secara lughat (etimologi)


yang telah dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa wahyu itu adalah
membisikkan kedalam sukma, mengilhamkan dan isyarat yang cepat, lebih
mirip kepada dirahasiakan daripada ditampakkan.( Rahman, 2016)

Sedangkan menurut istilah syara’, para ulama telah merumuskan


berbagai definisi wahyu. Di antaranya az-Zarkasyi dalam bukunya “Manahilu
al- ‘Irfan” mengungkapkan pengertian wahyu sebagai berikut : “Wahyu
adalah pengetahuan yang diperoleh Nabi dalam hatinya, disertai
dengankeyakinan bahwa pengetahuan tersebut datang dari Allah Swt., atau
wahyu itu adalah Kalamullah yang biasa diturunkan kepada Nabi-nabi-Nya”.
Subhi Shaleh pula memberikan pengertian wahyu yaitu : ”Kalam Allah Ta’ala
yang diturunkan kepada salah seorang dari pada Nabi-Nya”.

Muhammad Abduh pula mendefinisikan wahyu sebagai berikut : “Wahyu


ialah pengetahuan yang didapat oleh seseorang di dalam dirinya, yang ia
yakini bahwa demikian itu datang dari sisi Allah, baik pakai perantara

8
maupun tidak, yang pertama melalui suara yang dapat didengar oleh yang
bersangkutan atau tanpa suara sama sekali.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa


wahyu ialah petunjuk atau pemberitahuan yang diterima secara cepat dan
samar oleh seorang Nabi atau Rasul dengan menyakini bahwa apa yang
diterimanya itu benar-benar datang dari Allah Swt. (Yasir &
Jamaruddin,2016)

Menurut Muhammad Abdul ‘Azim al-Zarqani (1988), wahyu Allah terdiri


atas bermacam-macam yakni berupa wahyu yang berisikan percakapan Allah
dengan hamba yang dipilihnya seperti Allah berbicara dengan Nabi Musa AS
sebanar-benar berbicara, dan ada pula wahyu itu dalam bentuk ilham berupa
ilmu Dharuri yang dimasukkan ke dalam hati hamba yang dipilihnya. Dari
semua wahyu itu, al-Qur`an lah wahyuyang termashur daripada wahyu yang
lain, dan Al-Qur`an adalah contoh wahyu Jalli, karena Al-Qur`an diturunkan
kepada Nabi Muhammad dengan bahasa Arab yang jelas (Jalli) melalui malaikat
Jibril.Kemudian wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad juga ada
berupa ilmu Dharuri.

Jika diperhatikan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa wahyu itu ada
berupa wahyu Jalli dan ada juga berupa wahyu dalam bentuk Ilham yakni berupa
ilmu Dharuri yang diberikan Allah kepada hamba yang dipilih-Nya.Wahyu ilmu
Dharuri juga diberikan kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini terdapat dalam
Firman Allah yang terjemahannya: “Dan tidaklah apa yang disampaikannya
melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya” (al-Najm: 3-4) Jika dicermati
firman Allah di atas dapat dipahami bahwa apa yang disampaikan Nabi
Muhammad SAW adalah wahyu. Itu berarti bahwa hadits qutsi dan hadits Nabawi
juga termasuk wahyu

Berdasarkan surat as-Syura ayat 51, maka ada tiga cara komunikasi Allah
dengan para Nabi dan Rasul-Nya, yaitu :

1. Secara bisikan (wahyu secara langsung), di mana Allah langsung


menanamkan pengertian ke dalam hati seseorang Nabi yang dimaksudkan-
Nya berupa petujuk, perintah, atau larangan dan sebagainya tanpa
memakai perantara apapun. Termasuk juga kedalam kategori ini berupa
mimpi yang benar (ar-Ru’ya ash-Shadiqah), yakni mimpi yang sesuai
dengan kenyataannya.
2. Wahyu yang diterima Nabi dari balik tabir (dialog dari belakang hijab), di
mana Nabi mula-mula melihat sesuatu yang luar biasa, atau mendengar
suara-suara yang aneh, lalu ia memusatkan seluruh jiwa dan perhatiannya

9
ke arah itu, kemudian ia dapat mendengar suara wahyu dari Allah tanpa
melihat dan mengetahui sumber datanganya suara itu. Sesuatu yang
dilihatnya sebelum ia mendengar suara wahyu tersebut itulah yang
dimaksudkan dengan “tabir” atau “hijab”, yaitu tabir pemisah antara alam
zhahir dengan alam ghaib. Wahyu yang semacam inilah yang disebut
wahyu dari balik tabir.
3. Wahyu dengan perantaraan Malaikat Jibril (ruh al-Amin), di mana Allah
memerintahkan kepada Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu
kepada Nabi. Wahyu dengan perantaraan Malaikat Jibril inilah yang
dialami oleh Nabi Muhammad Saw. dalam menerima wahyu Al-Quran al-
Karim, bukan dengan wahyu secara langsung (mimpi yang benar), atau
wahyu dari balik tabir, walaupun Nabi mengalami juga penerimaan wahyu
dengan cara-cara tersebut, tetapi bukan wahyu serupa ini yang termasuk ke
dalam penurunan Al-Quran.

E. Perbedaan Wahyu, Ilham, dan Ta’lim

1. Wahyu

Kata wahyu berasal dari kata arab,yaitu ‫ الوحي‬.yang memiliki arti


sebagai suara, api dan kecepatan. Disamping itu Wahyu juga mengandung
arti bisikan, isyarat, tulisan dan kitab.Selanjutnya Wahyu juga mengandung
arti pemberitahuan secara tersembunyi dan dengan cepat.Namun dari sekian
banyak arti itu,Wahyu lebih dikenal dalam arti Apa yang disampaikan Allah
kepada para Nabi. Menurut Muhammad Abduh dalam Risalatut Tauhid
berpendapat bahwa wahyu adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh
seseorang dalam dirinya sendiri disertai keyakinan bahwa semua itu datang
dari Allah SWT, baik melalui dalam telinga ataupun lainnya (Huda, 2019).

Wahyu adalah tanzil/munazzal, diturunkan langsung. Dalam


artian,apa yang diterima Nabi adalah murni sebagi firman Allah SWT secara
utuh . Tidak terkandung didalamnya penafsiran dan pengalihan bahasa oleh
malaikat atau oleh nabi sendiri. Dari Allah SWT sudah berbahasa Arab, bukan
dialih bahasakan kedalam bahasa Arab oleh Nabi SAW. oleh karenanya teks
Al-Qur’an, walalupun bagaimanapun tidak akan sama dengan teks buatan
penyair, ataupun jampi-jampi paranormal. Obyek utama wahyu didalam Al-
Qur’an adalah Nabi Muhammad. “Demikian, kami telah mengutus kamu pada
suatu umat yang sungguh telah berlalu beberapa unat sebelumnya,dupaya
kamu membacakan kepada mereka (Al-Qur’an) yang kamu wahyukan
kepadamu, padahal mereka kafir kepada Tuhan yang MahaPemurah.
Katakanlah:”Dia-lah Tuhanku tidak ada tuhan selain Dia; hanya kepada-Nya
aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku bertaubat (Liandrini, 2020).

10
Salah satu gambaran Al-Qur’an yang paling jelas tentang mekanisme
wahyu terdapat dalam QS. Al-baqarah : 97 yang mengungkapkan bahwa
“Jibril telah menurunkan (yakni pesan-pesan ketuhanan) kedalam hati Nabi
dengan seizin Tuhan yakni;
َ‫شى ل ْل ُم ْؤمن ْ ن‬ْ ُ َّ ً ُ َ ْ َ َ َ‫ه ُ َ ِّ ً ِّ َ َ ْ ن‬ ْ َ ْ َ ‫ْ َ َ َ ُ ًّ ِّ ْ ْ َ َّ ٗ َ َّ َ ٗ َ ى‬ ُ
‫ي‬ ِ ِ ِ ٰ ْ ‫ي يدي ِه وهدى وب‬ ِ ‫ق ْل َمن كان عدوا ل ِج ٰ ِبي َل ف ِانه نزله عٰل قل ِبك ِب ِاذ ِن‬
‫اّٰلل مصدقا لما ب‬

Artinya; Katakanlah (Muhammad), “Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka


(ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur'an) ke dalam
hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu,
dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.”

Wahyu, dalam hal ini pembahasannya menitik beratkan pada Al


Qur’an, karena diyakini sebagai mukjizat yang tidak ada perubahan
sedikitpun didalamnya sebagai sumber pengetahuan yang sangat penting,
yang fungsinya bukan hanya informasi bagi akal , sekaligus sebagai
konfirmasi, sehingga wahyu memberikan legalisasi bagi setiap hasil pikiran
manusia atau sebaliknya,wahyu memagari semua bentuk pemikiran manusia
yang dapat berakibaat buruki bagi kehidupan manusia.

Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud


memberi informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana
cara berterima kasih kepada Tuhan, menyempurnakan akal tentang mana
yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman
yang akan di terima manusia di akhirat. Sebenarnya wahyu secara tidak
langsung adalah senjata yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya untuk
melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak
menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang
pencipta yaitu Allah SWT.

2. Ilham

Kata ilham berasal dari kata yang berarti menelan. ketika berubah
kewazan If’al, yakni alham yulhimu Ilhaman, maka kata ilham bermakna
menelan dalam arti menghujam kedalam jiwa. Kalimat ilham dalam Al-Quran
hanya disebutkan sebanyak satu kali, yaitu dengan ungkapan yang
menggunakan fi‟il madhi. Kalimat tersebut terdapat dalam surah Al-Syams
yang berbunyi;
َْ َ ُ ََْ ََْ
‫س َّو َما َس ّٰو َىها فال َه َم َها ف ُج ْو َرها َوتق ٰو َىها‬
ٍ ‫ونف‬
Artinya:“ Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) Nya. Maka Dia
mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya.( al-syams:7-
8).

11
Para ulama tafsir memberikan pengertian, bahwa ilham adalah suatu
perasaan emosional yang diyakini oleh jiwa yang karenanya jiwa itu
terdorong untuk melakukan yang dikehendakinya oleh dorongan ilham itu,
tanpa disertai kesadaran jiwa sendiri dari mana datangnya, keadaannya
hampir sama dengan perasaan lapar, dahaga, sedih, senang dan sebagainya.
lisanul Arab disebutkan : “ilham ialah bahwa Allah SWT menananmkan
didalam jiwa seseorang sesuatu yang dapat mendorongnya untuk melakukan
atau meninggalkan sesuatu, dan ia termasuk jenis wahyu yang dengannya
Allah SWT mengkhususkan siapa saja yang dikehendaki diantara hamba-
hambaNya (Arminsyah, 2020).

Di dalam syarah akidah nasafiyyah disebutkan: “Ilham adalah


menanamkan sesuatu dalam hati secara melimpah.” sedangkan didalam
atta’rifat dikatakan: “Ilham adalah apa yag ditanamkan didalam hati dengan
cara yang melimpah.” semntara didala, an nihayah dikatakan: “Ilham ialah
bahwa Allah SWT meletakkan didalam jiwa seseorang perintah yang
membangkitkannya untuk meninggalkan sesuatu dan hal itu termasuk jenis
wahyu yang dikhusukan oleh Allah SWT kepada siapa saja yang
dikehendakiNya diantara para hambanya.

Dalam kamus Lisan Al-Arab dikatakan,“ yang dimaksud dengan ilham


adalah sesuatu yang Allah berikan kepada jiwa manusia, yang menggerakkan
manusia untuk melakukan atau meninggalkan sebuah pekerjaan. Al-Imam
Sa‟duddin Al-Taftazani menyatakan dalam kitabnya yang berjudul Al- „Aqaid
Al-Nasafiyyah bahwa ilham adalah sebuah anugerah yang diberikan ke dalam
jiwa manusia dengan cara pencurahan ( pelimpahan). Al-Imam Al-Syarif Al-
Jurjani dalam kitabnya yang berjudul Al-Ta‟rifat mendefinisikan ilham
sebagai sesuatu yang dianugerahkan ke dalam hati manusia dengan cara
pelimpahan. Dari beberapa definisi yang diberikan oleh para ulama dapat
kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan ilham adalah
menganugerahkan sesuatu yang bersifat maknawi, atau sesuatu yang bersifat
pemikiran, kabar, atau hakikat dari sesuatu ke dalam jiwa (Purba, 2016).

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa: ilham adalah


penyampaian suatu makna, pikiran atau hakikat di dalam jiwa atau hati
terserah mau dinamakan apasaja secara melimpah. maksudnya Allah SWT
menciptakan padanya ilmu dharuri yang ia tidak dapat menolaknya, yaitu
bukan dengan cara dipelajari akan tetapi dilimpahkan kedalam jiwanya
bukan karena kemauannya.

3. Ta’lim

Ta’lim Secara etimology, kata Ta’lim ( ‫) التعلين‬adalah bentuk mashdar


dari kata )‫) علن – يعلن – تعليما‬yang dikenal dalam istilah ilmu nahwu/shorf
adalah bentuk timbangan fi’il tsulatsi mazid biharfun wahid yang memiliki
makna kata kerja yang dilakukan secara berulang-ulang atau
berkesinambungan. Jadi ( ‫)علن‬ memiliki arti mengajarkan
(berkesinambungan). ta'lim adalah proses kegiatan pembelajaran

12
berkelanjutan terus menerus (life long Education) sejak manusia lahir hingga
akhir hayat melalui pengembangan fungsi-fungsi dari potensi pendengaran,
penglihatan dan hati (Nazaruddin,2018) .

Menurut Abdul Fattah Jalal, proses Ta’lim lebih universal


dibandingkan dengan proses tarbiyah. Ta’lim tidak terhenti pada
pengetahuan yang lahiriah saja, juga tidak hanya sampai pada pengetahuan
taqlid. Ta’lim mencakup pula pengetahuan teoretis, mengulang kaji secara
lisan, dan menyuruh melaksanakan pengetahuan itu. Menurut konsep
paedagogik Islam, kata “Ta’lim” lebih luas jangkauannya dan lebih umum
daripada kata-kata “Tarbiyah” sebagaimana Rasulullah Saw. diutus Allah
SWT untuk menjadi mu’allim (guru).

Pengertian ini digali dari firman Allah SWT dalam Al-quran surah al-Nahl
ayat 78, yakni sebagai berikut:

‫ار َو ااْلَ افـِٕدَة َ ۙ لَعَلَّكُ ام ت َ اشكُ ُر او َن‬


َ ‫ص‬َ ‫س ام َع َو ااْلَ اب‬ َ َ‫ّٰللاُ ا َ اخ َر َجكُ ام م ْۢ اِّن بُطُ او ِّن ا ُ َّمهٰ تِّكُ ام َْل ت َ اعلَ ُم اون‬
َّ ‫شياـًٔ ۙا َّو َجعَ َل لَكُ ُم ال‬ ‫َو ه‬

Artinya; Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.

Proses ta'lim yakni tidak hanya berhenti pada proses kegiatan dalam
meningkatkan pengetahuan dalam ranah kognisi semata, tetapi juga proses
peningkatan ranah psikomotor dan afeksi anak. Pengetahuan yang hanya
sampai pada batas-batas wilayah kognitif tidak akan mendorong seorang
untuk mengamalkannya, dan pengetahuan semacam itu biasanya diperoleh
atas dasar prasangka atau taklid.20 seperti salah satu ayat yang menekankan
pentingnya ta’lim bagi seluruh ummat manusia sebagaimana yang
terkandung dalam Al-quran surah al-Baqarah ayat 151 :

‫ب َو االحِّ اك َمةَ َويُعَ ِّل ُمكُ ام َّما لَ ام‬


َ ‫علَ ايكُ ام ٰا ٰيتِّنَا َويُزَ ِّك ايكُ ام َويُعَ ِّل ُمكُمُ اال ِّك ٰت‬
َ ‫س النَا فِّ ايكُ ام َرسُ او اْل ِّم انكُ ام يَتالُ اوا‬
َ ‫َك َما ٓ ا َ ار‬
‫تَكُ اونُ اوا ت َ اعلَ ُم او َن‬

Artinya : “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami


kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul (Muhammad) dari
(kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami. dan menyucikan kamu
dan mengajarkan kepadamu Al Kitab (Al-quran) dan Al-Hikmah (As Sunah),
serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”

Makna dari ayat di atas, Islam memandang proses ta’lim lebih


universal dibanding dengan proses tarbiyah. karena ketika Rasulullah
mengajarkan tilawatil Quran kepada kaum muslimin, Rasulullah Saw. tidak
hanya terbatas pada membuat mereka sekedar membaca saja Al-quran saja,

13
akan tetapi “membaca dengan renungan” yang berisikan pemahaman,
pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah. Dari “membaca”
semacam ini, Rasulullah Saw. membawa mereka kepada tazkiah (pensucian).
Yakni pensucian dan pembersihan diri manusia dari segala hal yang buruk
dan menjadikan diri itu berada pada suatu kondisi yang memungkinkan
untuk menerima al-Hikmah serta mempelajari segala apa yang bermanfaat
baginya dan yang tidak diketahui.

Ta’lim tidak berhenti kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan


prasangka atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan
yang lahir dari dongengan khayali dan syahwat atau cerita-cerita dusta.
Ta’lim meliputi ranah pengetahuan (knowledge) dan ranah keterampilan
(Skill) yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku
yang baik.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Al Qur’an meruakan Kalam Allah yang bernilai mukjizat yang dturunkan
kepada “pungkasan” para nabi dan rasul (Nabi Muhammad SAW) dengan
perantaraan malaikat Jibril AS. Allah Swt. menyebut kitab yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad dengan berbagai-macam nama, di antaranya Al-
Kitab, Al-Furqan, Adz-Dzikr, Al-Tanzil, Ar-Ruh, Al-Balaghah, Al-Basya’ir, Al-
Bayan, An-Nur, Al-Huda, Al-Busyra, Ar-Rahmat, Al-Mau’izhah, dan Asy-Syifa’.
Beberapa pokok mengenai kandungan al-Qur’an, yaitu Keimanan (Tauhid),
Ajaran tentang ibadah, Hukum, Wa’ad dan wa’id atau disebut juga targhib
dan tarhib, Dasar ilmu pengetahuan.
Kata wahyu berasal dari kata arab,yaitu ‫ الوحي‬.yang memiliki arti sebagai
suara, api dan kecepatan. Disamping itu Wahyu juga mengandung arti
bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Berdasarkan surat as-Syura ayat 51, maka
ada tiga cara komunikasi Allah dengan para Nabi dan Rasul-Nya, yaitu Secara
bisikan (wahyu secara langsung), Wahyu yang diterima Nabi dari balik tabir
(dialog dari belakang hijab), Wahyu dengan perantaraan Malaikat Jibril (ruh
al-Amin). Kata ilham berasal dari kata yang berarti menelan. ketika berubah
kewazan If’al, yakni alham yulhimu Ilhaman, maka kata ilham bermakna
menelan dalam arti menghujam kedalam jiwa. ta'lim adalah proses kegiatan
pembelajaran berkelanjutan terus menerus (life long Education) sejak
manusia lahir hingga akhir hayat melalui pengembangan fungsi-fungsi dari
potensi pendengaran, penglihatan dan hati.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat memotivasi pembaca untuk
meningkatkan keimanan dan keistiqomahan dalam membaca Al-Qur'an.
Semoga pembaca dapat mengetahui macam-macam Wahyu dan perbedaan
antara Wahyu, Ilham dan Ta'lim.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Laila dkk. 2020. Al-Qur’an Sebagai Wahyu. Bekasi: Universitas Islam
As-Syafi'iyah.
Arminsyah. 2020. Kodifikasi Al-Qur’an. Madina: Stain Mandailing Natal.
Huda, A. 2019. Kedudukan Wahyu (Agma) dan Akal (Filsafat) Dalam Filsafat
Ilmu. OKU Timur: Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah.
Liandrini, Adha. 2020. Konsep Wahyu Dalam Al-Qur’an. Banten: Universitas
Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Nazaruddin. 2018. Konsep Ta’lim, Tadris, dan Tarbiyah Menurut Tafsir AL-
Mushbah. Medan: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Purba, Fatimah. 2016. Pendekatan Dalam Studi Al-Qur’an: Studi Tentang
Metode dan Pendekatan Al-Qur’an. Deli Serdang: STIT.AR.
Rahman, A. L. 2016. Hakikat Wahyu Menurut Prespektif Para Ulama. Jurnal
Ulunnuha, 6(1), 72.

Roihan, M. Studi Pendekatan Al-Qur'an. Jurnal Thariqah Ilmiah,1(1),32.

Yasir, M. & Jamaruddin, A. 2016. Studi Al-Qur'an. Riau: Penerbit Asa Riau.

16

Anda mungkin juga menyukai