Anda di halaman 1dari 17

ALQURAN SEBAGAI SUMBER HUKUM PERTAMA

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ushul Fiqh
Dosen Pengampu : Dr. H. Ridwan, M. Ag.

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Puji Astuti (2003016060)
Ari Hafiddun Muis (2003016061)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga
dipermudah dalam menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Tanpa pertolongan Allah SWT tentu kami tidak akan dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat kelak.
Kami ucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu menyelesaikan
tugas pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ushul Fiqh.
Terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada Dr. H. Ridwan, M. Ag. yang
telah membimbing dan kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkonstribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.
Dalam pembuatan makalah ini tentu menyadari bahwa masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk
itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Untuk itu, apabila ada banyak
kesalahan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Semarang, 28 Agustus 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................3

A. Pengerrian dan Kemukjizatan Alquran.......................................3

B. Hukum-hukum yang Terkandung dalam Alquran......................5

C. Prinsip Penerapan Hukum dalam Alquran..................................8

BAB III PENUTUP....................................................................................12

A. Kesimpulan.....................................................................................12

B. Saran...............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakikatnya, sumber hukum adalah segala sesuatu yang dapat
melahirkan atau menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat
mengikat yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan
nyata. Untuk itu, yang disebut sumber hukum Islam adalah segala sesuatu
yang dijadikan dasar, pedoman, atau acuan dalam syariat islam.
Untuk itu, seluruh aktivitas manusia diatur dari sumber hukum pokok
islam, yaitu Alquran dan As Sunnah. Namun, ketentuan para ulama dalam
mengeluarkan dalail-dalil hukum dari nas tidaklah sama, melainkan masing-
masing ulama memiliki cara yang berbeda. Karena perbedaan itu, sistem
untuk mengeluarkan dalil-dalil hukum dari nas tersebut di lingkungan ulama
sendiri, terdapat kesepakatan untuk satu hal dan tidak sepakat dalam hal lain.
Para ulama’ membagi dalil hukum syara’ menjadi dua, 1) dalil yang
disepakati (muttafaq), dan 2) dalil yang tidak disepakati (mukhtalaf). Dalil
yang disepakati dibagi menjadi 4, Alquran, Hadits, Ijma’, dan Qiyas. Mareka
juga menyepakati bahwa keempatnya harus digunakan secara berurutan dan
tidak melompat-lompat. Jika terjadi suatu peristiwa, maka dilihat lebih dulu
hukumnya dalam alquran, jika tidak ditemukan dilihat hukumnya di dalam
hadits, jika di dalam hadits belum juga ditemukan atau kurang jelas, maka
mencari hukumnya dalam ijma’, jika belum ditemukan juga di dalam ijma’,
maka berijtihad untuk mendapatkan hukumnya dengan menggunakan qiyas.
Sebagai dalil muttafaq, alquran menempati urutan yang utama karena
merupakan kalam Allah yang diturunkan oleh-Nya melalui perantaraan
malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan
lafazh yang berbahasa Arab dan makna-maknanya yang benar, untuk menjadi
hujjah bagi Rasul atas pengakuannya sebagai Rasulullah, menjadi undang-
undang bagi manusia yang mengikuti petunjuknya, dan menjadi qurbah di
mana mereka beribadah dengan membacanya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan kemukjizatan alquran ?
2. Apa saja hukum-hukum yang terkandung dalam alquran ?
3. Bagaimana prinsip penerapan hukum dalam alquran ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dan kemukjizatan alquran.
2. Untuk mengetahui hukum-hukum yang terkandung dalam alquran.
3. Untuk mengetahui prinsip penerapan hukum dalam alquran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kemukjizatan Alquran


1. Pengertian Alquran
Menurut sebagian besar ulama, kata alquran dari segi etimologi
merupakan bentuk mashdar dari kata qara’a yang berarti bacaan. Adapun
definisi alquran secara terminologi, menurut sebagian besar ulama ushul
fiqh adalah ”kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw.
dalam bahasa arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara
mutawatir, membacanya merupakan ibadah, tertulis dalam mushaf, dimulai
dari surat al fatihah dan ditutup dengan surat an nas.”1
Alquran itu tidak mengalami pergantian atau perubahan apapun baik
isi, lafadz maupun susunan redaksi serta hukum-hukum yang terkandung di
dalamnya. Hal ini dijamin oleh Allah Swt. Dengan firman-Nya

‫الذ ْكَر َواِنَّا لَه حَلٰ ِفظُْو َن‬


ِّ ‫اِنَّا حَنْن َنَّزلْنَا‬
ُ
Artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti
Kami (pula) yang memeliharanya (QS. Al Hijr [15]: 9)
Alquran diturunkan dalam bahasa Arab. Ayat-ayat Al-Qur’an berikuit
ini menjalaskan bahwa bahasa Arab merupakan media yang dipilih saat Al-
Qur’an ini diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.

‫َّو ٰه َذا لِ َسا ٌن َعَرىِب ٌّ ُّمبِ ۡي ٌن‬


Artinya: Padahal ini (Al-Qur'an) adalah dalam bahasa Arab yang jelas.

‫ث هَلُ ْم ِذ ْكًرا‬ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫صَّر ْفنَا فْي ِه ِم َن الْ َو ِعْيد لَ َعلَّ ُه ْم َيَّت ُق ْو َن اَْو حُيْد‬
َ ‫ك اَْنَزلْنٰهُ ُق ْراٰنًا َعَربِيًّا َّو‬
َ ‫َو َك ٰذل‬
Artinya: Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Qur'an dalam bahasa
Arab, dan Kami telah menjelaskan berulang-ulang di dalamnya sebagian

1
Misbahuddin. 2013. Ushul Fiqh I. Makassar : Alauddin University Press. Hal. 79-80.

3
dari ancaman, agar mereka bertakwa, atau agar (Al-Qur'an) itu memberi
pengajaran bagi mereka (QS. Taha [20]: 113)
Berdasarkan definisi di atas jelas bahwa salah satu keistimewaan
alquran ialah lafadz dan maknanya berasal dari Allah Swt. Alquran sampai
pada kita secara mutawatir, yakni dengan cara penyampaian yang
menimbulkan keyakinan tentang kebenarannya.2
2. Kemukjizatan alquran
Mukjizat memiliki arti sesuatu yang luar biasa yang tiada kuasa
manusia membuatnya karena hal itu adalah diluar kesanggupan manusia.
Mukjizat merupakan suatu kelebihan yang Allah Swt. berikan kepada para
nabi dan rosul untuk menguatkan kenabian dan kerosulan mereka, dan untuk
menunjukan bahwa agama yang mereka bawa bukanlah buatan mereka
sendiri melainkan benar-benar datang dari Allah Swt. Seluruh nabi dan rosul
memiliki mukjizat, termasuk diantara mereka adalah nabi Muhammad Saw.
yang salah satu mukjizatnya adalah kitab suci alquran.
Beberapa bukti dari kemukjizatan alquran, antara lain:
a. Dari segi keindahan sastranya. Keindahan sastra alquran melebihi
seluruh sastra yang disusunoleh sastrawan Arab, baik dalam bentuk
puisi, atau prosa. Keindahan sastra alquran tidak hanya diakui oleh umat
islam, tetapi juga oleh lawan islam (non muslim).
b. Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa
depan, yang benar-benar terbukti, misalnya yang termaktub dalam surat
al-rum ayat 2-4, yang artinya: “Telah dikalahkan bangsa romawi. Di
negeri yang terdekat dan mereka setelah dikalahkan itu akan menang.
Dalam beberapa tahun lagi”.
c. Pemberitaannya terhadap peristiwa yang terjadi pada umat terdahulu
yang tidak pernah diungkap oleh sejarah sebelumnya. Dalam kaitan ini
Allah menyatakan yang artinya: “Itu adalah diantara berita-berita
penting tentang yang ghaib yang akan kami wahyukan kepadamu

2
Amrullah Hayatudin. 2019. Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah. Hal. 37-38.

4
(Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula)
kaummu sebelum ini”.
d. Isyaratnya terhadap fenomena alam yang terbukti kebenarannya
berdasarkan ilmu pengetahuan. Misalnya firman Allah dalam surat al
anbiya’ ayat 30, Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga
beriman?”3
B. Hukum-hukum yang Terkandung dalam Alquran
Alquran sebagai petunjuk hidup secara umum mengandung tiga ajaran
pokok yaitu:
1. Hukum akidah (i’tiqadiyyah) yaitu hukum yang membicarakan tentang
keyakinan manusia dengan Allah Swt., Malaikat, Kitab, Rasul serta Hari
Akhir, dan sebagainya yang berkaitan dengan doktrin akidah.4
2. Hukum Etika/akhlak (Khuluqiyyah) adalah suatu perilaku yang berkaitan
dengan kepribadian diri. Yang dijadikan sebagai perhiasan diri oleh setiap
mukalaf berupa sifat-sifat keutamaan dan menghindarkan diri dari hal-hal
yang membawa kepada kehinaan (doktroin akhlak). Diantaranya
kejujuran, rendah hati, sikap dermawan dan menghindari sifat-sifat buruk
pada dirinya seperti halnya dusta, iri, dengki, sombong.
3. Hukum Amaliyah (Amaliyah) suatu perilaku sehari-hari yang
berhubungan dengan sesama manusia. Hukum Amaliyah dibagi menjadi
dua bagian, yaitu hukum ibadah yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah Swt. dan hukum muamalat yang mengatur manusia dengan sesama
manusia.5
Abdullah Wahhab Khallaf merinci macam hukum bidang muamalat dan
jumlah ayatnya sebagai berikut:
3
Abdul Latif. 2017. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Utama. Jurnal Hukum dan
Keadila Vol. 4 No. 1. Hal. 65-66.
4
Septi Aji Fitra Jaya. 2019. Al-Qur’an Dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam.
Jurnal Indo-Islamika Vol. 9 No. 2. Hal. 208-209.
5
Satrria Effendi M. Zein. 2017. Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana. Hal. 85.

5
1. Hukum keluarga, mulai dari terbentuknya pernikahan sampoai masalah
talak, rujuk, iddah, dan masalah warisan. Ayat ayat yang mengatur
masalah ini tercatat sekitar 70 ayat.
2. Hukum muamalat (perdata), yaitu hukum-hukum yang mengatur
hubungan seseorang dengan yang sejenisnya seperti jual beli, sewa
menyewa dan lain lain. Ayat ayat yang mengatur masalah ini tercatat
sekitar 70 ayat.
3. Hukum jinayat (Pidana), hukum-hukum yang menyangkut dengan
tindakan kejahatan. Hukum ini bermaksud dengan memelihara stailitas
masyarakat, seperti larangan membunuh serta sanksi hukumnya,
larangannya menganuiaya orang lain, berzina dan lain lain. Ayat ayat yang
mengatur masalah ini tercatat sekitar 30 ayat.
4. Hukum al murafaat (acara), yaitu hukum yang berkaitan dengan peradilan,
kesaksian dan sumpah. Hukum ini bermakssud agarr keutusan hakim dapat
subjektif mungkin dan untuk itu diatur hal-hal yang memungkinkan untuk
menyingkap mana pihak yang benar dan salah. Ayat ayat yang mengatur
masalah ini tercatat sekitar 13 ayat.
5. Hukum ketatanegaraan yaitu ketentuan-ketentuan yang berhubungan
degan pemerintahan. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur hubungan
penguasa dengan rakyat dan mengatur hak-hak pribadi dan masyarakat.
Ayat ayat yang mengatur masalah ini tercatat sekitar 10 ayat.
6. Hukum antara bangsa (internasional), yaitu hukum yang mengatur antara
negara islam dan non islam, dan tata cara pergaulan dengan non-Muslim
yang berada di negata Islam. Ayat ayat yang mengatur masalah ini tercatat
sekitar 25 ayat.
7. Hukum ekonomi dan keuangan, yaitu hukum-hukum yang mengatuir hak-
hak fakir miskin dari harta orang-orang kaya. Hukum ini
dimaksudkanuntuk mengatur hubungan keangan antara orang-orang yang
berpunya dan orang-orang yang tidak berpunya. Ayat ayat yang mengatur
masalah ini tercatat sekitar 10 ayat.6

6
Satrria Effendi M. Zein. 2017. Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana. Hal. 86-87.

6
Dari segi perinci atau tidaknya ayat ayat hukum dalam Al-Qur’an
Muhammad Abu Zahrah menjelaskan sebagai berikut:
1. Ibadah. Ayat-ayat hukum mengenahi ibadah dikemukakan dalam al-
Qur’an dalam bentuk mujmal (global) dalam memerinci kaifiatnya, seperti
perintah shalat, zakat, haji dan puasa.
2. Kaffarat (denda). Kaffarat merupakan semacam denda yang bermakna
ibadah, karena merupakan penghapus bagi sebagian dosa. Ada tiga bentuk
kaffarat yaitu, Pertama kaffarat zihar seorang suami mengatakan kepadda
isstrinya “engkau bagiku bagaikan punggung ibuku” Istri yang dizihar
tidak boleh digauili suaminya kecuali setelah membayar kaffarat yaitu
memerdekakan seorang haamba sebaya, dan jika tidak ditepati, maka
wajib puasa dua bulan berturut-turut, dan jika tidak mampu, maka dengan
memberi makan 60 orang miskin. Kedua, kaffarat karena melanggar
sumpah yaitu memberi makan atau pakaian kepada 10 orang miskin, atau
memerdekakan keada seorang hamba sabaya dan jika tidak ditepati maka
puasa tiga hari. Ketigs, kaffarat karenna membunuh orang mukmin secara
tersalah, yang disamping membayar diat (denda), juga membayar kafarat
dengan memerdekakan seorang hamba sabaya dan jika tidak didapati,
maka puasa dua bulamn berturut-turut.
3. Hukum Muamalat. Dalam bidang ini alquran hanya menjelaskan prinsip-
prinsip dasar, seperti larangan memakan harta orang lain serta tidak sah
dan keharusan adanya rela sama rela.
4. Hukum Kelurga. Hukum bidang ini mencakup bidang rumah tangga dan
mawaris. Dalam bidang ini alquran bicara relatif lebih rinci dibandinglkan
dengan bidang-bidang lainnya.
5. Hukum Pidana. Hukum ini menjelaskan tindakan kejahatan yang dapat
mungguncang bangunan masyarakat. Misalnya mengenai larangan
pembunuhan, mengenai larangan berzina dan lain lain.
6. Hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan rakyat jelata.
Misalnya kewajiban untuk menegakkan keadilan.

7
7. Hukum yang mengatur hubungan orang islam dengan non-Muslim. Seperti
hormat-menghormati baik dalam perang maupun dalam suasna damai
sebagai sesama manusia.7
C. Prinsip Penerapan Hukum dalam Alquran
Terdapat tiga prinsip yang melandasi penerapan hukum dalam alquran,
diantaranya :
1. ‫( َع َد ُم احْلََر ِج‬Tidak memberatkan)

Prinsip ini mengandung arti bahwa hukum alquran bersifat


memudahkan dan tidak menyulitkan.8 Prinsip ini juga mengandung arti
bahwa dalam menetapkan hukum, alquran senantiasa memperhitungkan
kemampuan manusia dalam melaksanakannya. Untuk itu, diwujudkan
dengan memberikan kemudahan dan kelonggaran kepada manusia, agar
menerima ketetapan hukum dengan kesanggupan yang dimilikinya. Prinsip
ini secara tegas disebutkan dalam QS. Al Baqarah [2] : 286 dan 185.

‫ف اللَّهُ َن ْف ًسا ِإاَّل ُو ْس َع َها‬


ُ ِّ‫اَل يُ َكل‬
Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesangannya (QS. Al-Baqarah [2]: 286)

‫يد بِ ُك ُم الْعُ ْسَر‬


ُ ‫يد اللَّهُ بِ ُك ُم الْيُ ْسَر َواَل يُِر‬
ُ ‫يُِر‬
Artinya : Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
Serta dalam QS. Al Hajj [22] : 78

‫َو َما َج َع َل َعلَْي ُك ْم يِف الدِّي ِن ِم ْن َحَر ٍج‬


Artinya : Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesem pitan (QS. Al-Hajj (22): 78)
Contoh penerapan prinsip pertama ini dalam Quran adalah, diperbo
lehkannya berbuka puasa bagi orang dalam perjalanan atau sakit pada bulan

7
Satrria Effendi M. Zein. 2017. Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana. Hal. 87-102.
8
Noor Harisuddin. 2020. Ilmu Ushul Fiqih. Jember: Pena Salsabila. Hal. 84.

8
Ramadhan. Hukum diperbolehkannya menguasar dan menjama' shalat bagi
orang dalam perjalanan, diperbolehkannya makan makanan yang diharapkan
dalam kondisi madharat.9
2. ‫( َت ْقلِْيل احْلََرج‬Menyedikitkan beban)

Prinsip ini memberikan arti bahwa dalam melakukan perintah Allah


Swt harus memperhatikan objek yang diperintah. Karena itu, syari’at tidak
memberikan beban yang berat pada manusia.10
Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam menentukan hukum, Allah
sangat memperhatikan objek yang akan dihukuminya, dengan tidak
melakukan penambahan atau pengurangan. Apa yang diperintahkan oleh
Allah adalah beban yang sedikit untuk dilakukan oleh manusia.
Nabi melarang para sahabat memperbanyak pertanyaan tentang
hukum yang belum ada yang nantinya akan memberatkan mereka sendiri.
Nabi justru menganjurkan agar mereka memetik dari kaidah-kaidah umum.
Kita ingat bahwa ayat-ayat alquran tentang hukum yang sedikit. Jadi, yang
sedikit tersebut justru memberikan lapangan yang luas bagi manusia untuk
berijtihad. Dengan demikian hukum Islam tidaklah kaku, keras, dan berat
bagi umat manusia. Menduga atau berprasangka tidak boleh dijadikan dasar
penetapan hukum. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. Al
Maidah [5] : 101.

‫ين َآمنُوا اَل تَ ْسَألُوا َع ْن َأ ْشيَاءَ ِإ ْن ُتْب َد لَ ُك ْم تَ ُسْؤ ُك ْم‬ ِ َّ


َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
Artinya : Hai orang-orang beriman yang beriman: Janganlah kamu
bertanya-tanya tentang suatu yang diterangkan kepadamu akan
menyusahkanmu (QS. Al-Maidah [5] : 101)
Serta dalam QS. An Nisa’ [4] : 28

‫ضعِي ًفا‬ ِ
َ ‫يد اللَّهُ َأ ْن خُيَف‬
َ ‫ِّف َعْن ُك ْم َو ُخل َق اِإْل نْ َسا ُن‬ ُ ‫يُِر‬ 

9
Amrullah Hayatudin. 2019. Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah. Hal. 42-43.
10
Noor Harisuddin. 2020. Ilmu Ushul Fiqih. Jember: Pena Salsabila. Hal. 85.

9
Artinya : Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia
dijadikan bersifat lemah. (QS. An-Nisâ [4]: 28)
Contoh penerapan hukum prinsip nomor dua ini adalah. Allah
mewajibkan haji kepada umat Islam hanya sekali dalam seumur hidup.11
3. ‫( تَ ْد ِرجْيًا‬Berangsur-angsur)

Salah satu kelebihan hukum Islam adalah cara penetapannya yang


tidak sekaligus, tetapi ditetapkan secara berangsur-angsur dan bertahap.
Jadi, secara psikologis terkesan bahwa hukum Islam tidak memberatkan dan
lebih memberikan kelonggaran. Hal ini dilakukan karena Alquran sangat
memperhatikan proses perubahan sosial budaya yang berkembang di
masyarakat.
Contoh penerapan prinsip nomor tiga ini adalah, pengharaman khamar
dilakukan secara bertahap. Pertama; Rasulullah ditanya tentang khamar.
Berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya, yaitu QS. Al Baqarah [2] :
219, Rasulullah menjawab sebagaimana berikut ini :

ِ ‫ك َع ِن اخْلَ ْم ِر َوالْ َمْي ِس ِرۖ قُ ْل فِي ِه َما ِإمْثٌ َكبِريٌ َو َمنَافِ ُع لِلن‬
ۗ‫َّاس َوِإمْثُُه َما َأ ْكَب ُر ِم ْن نَ ْفعِ ِه َما‬ َ َ‫يَ ْسَألُون‬
Artimya : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.
Katakanlah: Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa
manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya
(QS. Al-Baqarah [2]: 219)
Setelah ayat di atas turun maka turunlah ayat yang mengharamkan.
khamar, tetapi masih sebatas apabila mau melaksanakan shalat, khamar
diharamkan. Hal ini sebagaimana firman Allah

ۖ ‫ين َآمنُوا اَل َت ْقَربُوا الصَّاَل َة َوَأْنتُ ْم ُس َك َار ٰى َحىَّت ٰ َت ْعلَ ُموا َما َت ُقولُو َن‬ ِ َّ
َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan (QS. An-Nisa [4]: 43)

11
Amrullah Hayatudin. 2019. Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah. Hal. 43-44.

10
Setelah turunnya dua ayat di atas turun secara berturut-turut. Turunlah
ayat yang secara tegas mengharamkan khamar, pengharaman secara tegas
ini ada dalam QS. Al Maidah [5]: 90
ِ َ‫اَأْلزاَل م ِرجس ِمن عم ِل الشَّيط‬ ِ ِ َّ
‫ان‬ ْ َ َ ْ ٌ ْ ُ ْ ‫اب َو‬ َ ْ‫ين َآمنُوا ِإمَّنَا اخْلَ ْمُر َوالْ َمْيس ُر َواَأْلن‬
ُ ‫ص‬ َ ‫يَا َأيُّ َها الذ‬
‫اجتَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن‬
ْ َ‫ف‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman. Sesungguhnya minuman keras,
berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak
panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah
(perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung (QS. Al Maidah [5]: 90)12
Contoh lain adalah dalam hal pengharaman riba, menurut al Maraghi
tahap-tahap pembicaraan alquran tentang riba yakni ada empat tahap dalam
pengharamannya. Tahap pertama sekedar menggambarkan adanya unsur
negatif di dalam riba. Hal ini sebagaimana termaktub dalam QS. Al Rum
[30]: 39. Tahap berikutnya disusul dengan isyarat tentang keharaman riba,
yaitu firman Allah QS. Al Nisa’ [4]:160-161. Dalam ayat ini al-Qur‟an
masih “hanya” menyebutkan kecaman terhadap orang-orang Yahudi yang
melakukan praktik-praktik riba. Tahap selanjutnya, secara eksplisit alquran
telah mengharamkan praktik riba, meskipun masih terbatas pada salah satu
bentuknya, yaitu jenis riba yang bersifat fahisy, yaitu riba jahiliyah yang
berlipat ganda dengan menyertakan batasan adh„āfan mudhā„afan. Hal ini
sebagaimana disebutkan firman Allah QS. Ali Imran [3]: 30. Dan pada
tahap terakhir, riba telah diharamkan secara total dalam berbagai bentuknya
dan digambarkan sebagai sesuatu yang sangat buruk dan tidak layak
dilakukan oleh orang-orang Mukmin sebagaimana ditegaskan dalam firman
Allah QS. Al Baqarah [2]: 278-279.13

Amrullah Hayatudin. 2019. Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah. Hal. 45-47.


12

Abdul Ghofur. 2016. Konsep Riba dalam Alquran. Jurnal Pemikiran dan Penelitian
13

Ekonomi Islam Vol. 7 No. 1. Hal. 7.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut sebagian besar ulama, kata alquran dari segi etimologi
merupakan bentuk mashdar dari kata qara’a yang berarti bacaan. Adapun
definisi alquran secara terminologi, menurut sebagian besar ulama ushul fiqh
adalah ”kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dalam
bahasa arab yang dinukilkan kepada generasi sesudahnya secara mutawatir,
membacanya merupakan ibadah, tertulis dalam mushaf, dimulai dari surat al
fatihah dan ditutup dengan surat an nas.”
Beberapa bukti dari kemukjizatan alquran, antara lain:
1. Dari segi keindahan sastranya. Keindahan sastra alquran melebihi seluruh
sastra yang disusunoleh sastrawan Arab, baik dalam bentuk puisi, atau
prosa.
2. Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa depan,
yang benar-benar terbukti.
3. Pemberitaannya terhadap peristiwa yang terjadi pada umat terdahulu yang
tidak pernah diungkap oleh sejarah sebelumnya
4. Isyaratnya terhadap fenomena alam yang terbukti kebenarannya
berdasarkan ilmu pengetahuan.
Alquran sebagai petunjuk hidup secara umum mengandung tiga ajaran
pokok yaitu:
1. Hukum akidah (i’tiqadiyyah) yaitu hukum yang membicarakan tentang
keyakinan manusia dengan Allah Swt., Malaikat, Kitab, Rasul serta Hari
Akhir, dan sebagainya yang berkaitan dengan doktrin akidah.
2. Hukum Etika/akhlak (Khuluqiyyah) adalah suatu perilaku yang berkaitan
dengan kepribadian diri yang dijadikan sebagai perhiasan diri oleh setiap
mukalaf berupa sifat-sifat keutamaan dan menghindarkan diri dari hal-hal
yang membawa kepada kehinaan (doktroin akhlak)

12
3. Hukum Amaliyah (Amaliyah) suatu perilaku sehari-hari yang
berhubungan dengan sesama manusia.
Terdapat tiga prinsip yang melandasi penerapan hukum dalam alquran,
diantaranya adalah tidak memberatkan, menyedikitkan beban, dan berangsur-
angsur dalam menetapkan hukum.
B. Saran
Dalam makalah ini tentu masih ada kekurangan dan mungkin terdapat
kekeliruan atau ketidakcocokan di hati para pembaca. Maka dari itu,
diperlukan ungkapan kritik dan juga saran dari para pembaca agar kualitas
makalah menjadi lebih baik lagi. Dari makalah ini penulis selalu berharap
semoga apa yang ada di dalam makalah ini bisa bermanfaat dan berguna untuk
pembaca. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami selaku penulis meminta maaf.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ghofur, Abdul. 2016. Konsep Riba dalam Alquran. Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Ekonomi Islam Vol. 7 No. 1.

Harisuddin, Noor. 2020. Ilmu Ushul Fiqih. Jember: Pena Salsabila.

Hayatudin, Amrullah. 2019. Ushul Fiqh. Jakarta: Amzah.

Jaya, Septi Aji Fitra. 2019. Al-Qur’an Dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam.
Jurnal Indo-Islamika Vol. 9 No. 2.

Latif, Abdul. 2017. Al-Qur’an Sebagai Sumber Hukum Utama. Jurnal Hukum dan
Keadila Vol. 4 No. 1.

Misbahuddin. 2013. Ushul Fiqh I. Makassar : Alauddin University Press.

Zein, Satria Efendi M. 2017. Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana.

14

Anda mungkin juga menyukai