Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MEMAHAMI AL-QUR’AN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas presentasi mata
kuliah
Studi al Qur’an

Dosen Pengampu
Ni’matus Sholihah,M.Ag

Disusun Oleh:
Kelompok I
Nadia Suci Fauziyyah (D73218059)
Nur Aini Santi Kurnia Dewi (D73218060)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPELSURABAYA

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Studi Al-Qur’an yang
berjudul“Memahami Al-Qur’an”dengan tepat waktu. Tidak sedikit
kesulitan yang kami dapatkan saat menulis makalah ini, untuk
itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah ikut berperan andil dalam penyelesaian makalah ini,
khususnya kepada Ibu Ni’matus Sholihah,M.Ag selaku dosen
pengampu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 16 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................iii

BAB I............................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................1
B. Rumusan Pembahasan.........................................................1
C. Tujuan Pembahasan.............................................................1
BAB II...........................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................2

A. Pengertian Al-Qur’an............................................................2
B. Proses Penurunan Al-Qur’an.................................................4
C. Sejarah Pemeliharaan Al-Qur’an..........................................6
BAB III..........................................................................7
PENUTUP......................................................................7

A. Kesimpulan...........................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.........................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman
umat islam. Al-Qur’an menjadi sumber ajaran islam yang
pertama dan utama yang harus diimani dan diterapkan di
dalam kehidupan sehari-hari. Dari Al-Qur’an lah kita dapat
mempelajari ilmu dunia dan ilmu akhirat.
Banyak hal-hal yang berkaitan dengan al-qur’an yang
mungkin masih belum kita ketahui dengan baik seperti,apakah
itu al-qur’an,bagaimana proses penurunan al-qur’an dan
bagaimana sejarah pemeliharaan al-qur’an. Sedangkan kita
sebagai umat islam harus mengetahui seluk beluk AlQur’an
dengan begitu kita dapat lebih meningkat kankeimanan kita
terhadap Al-Qur’an dan agar kita tetap berada pada ajaran
islam yang benar.
Dari sinilah makalah ini kami susun dengan harapan agar
kita semua dapat lebih baik mengenal Al-Qur’an,semakin cinta
kepada al-qur’an dan tetap perpegang teguh kepada Al-
Qur’an.

B.Rumusan Pembahasan
1. Apa pengertian Al-Qur’an ?
2. Bagaimana proses penurunan Al-Qur’an ?
3. Bagaimana sejarah pemeliharaan Al-Qur’an ?

1
C.Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan pengertian Al-.Qur’an
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses penurunan Al-
Qur’an
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana sejarah pemeliharaan
Al-Qur’an

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur’an secara etimologi (bahasa)

Ditinjau dari bahasa, Al-Qur’an berasal dari bahasa


arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda (masdar) dari
kata kerja (qara’a-yaqra’u-qur’anan) yaitu berarti bacaan
atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Konsep
pemakaian kata dapat dijumpai pada salah satu surah al-
Qur’an yaitu pada surah al-Qiyamah ayat 17-18.

2. Pengertian Al Qur’an secara terminologi (istilah islam)


Secara istilah,al Qur’an diartikan sebagai kalm Allah
swt,yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
mukjizat,disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah
swt sendiri dengan perantara malaikat jibril dan membaca
al-Qur’an dinilai ibadah kepada Allah swt.
3. Pengertian Al-Qur’an menuurut para ahli
a. Menurut Dr.Subhi as-Salih, Al Qur’an adalah kalam
Allah SWT yang merupakan sebuah mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, di tulis

2
dalam mushaf dan diriwayatkan secara
mnutawatir,serta membacanya adalah ibadah.
b. Menurut Al-Farra’,seorang ahli bahasa dan
pengarang kitab Ma’anil Qur’an (wafat tahun 207
H),berpendapat bahwa kata Al Qur’an berasal dari
kata (al-qara’in) jamak dari (qarinah) yang berarti
indikator (petunjuk).
c. Menurut al-Ash’ar,seorang ahli ilmu Kalam aliran
Sunni (wafat 324 H), kata Al-Qur’an berasal dari kata
(qarana) yang berarti menggabungkan. Dikatakan
demikian,karena surat dan ayat-ayat Al Qur’an itu
telah digabungkan antara yang satu dengan yang
lain menjadi satu.
d. Menurut az-Zajjaj,kata Al Qur’an berasal dari kata (al-
qar’u) yang berarti himpunan.Hal itu berdasarkan
kenyataan bawa Al-Qur’an telah menghimpun inti
kitab-kitab suci terdahulu

B. Proses Penurunan Al-Qur’an


1. Pengertian Nuzulul Qur‟an
Beberapa makna dari kata Nuzul, ialah: Menurut Ibn Faris (dalam:
Maqoyis al-Lughoh (Beirut: Dar al-„Ilm Li al-Malayyin, t.t.), hlm.342 ,
kata Nuzul berarti hubuth syay wa wuqu‟uh, “turun dan jatuhnya
sesuatu.” Sedang menurut alRaghib al-Isfahaniy (al-Mufradat fi
aAlfadz Alqur‟an al-Karim (Beirut: DarulFikr, 1982), hlm.824,) kata
Nuzul berarti, “meluncur atau turun dari atas ke bawah.” Menurut al-
Zarqoni (Mahahil Irfan fi „Ulum Al-Qur‟an, jilid I (Beirut:Darul-Fikr,
1988), hlm. 41), kata Nuzul di ungkapkan dalam penuturanya yang
lain untuk pengertian perpindahannya sesuatu dari atas ke bawah.
Pengertian Nuzulul Quran menurut istilah, oleh Jumhur Ulama (antara
lain Ar- Rozi, Imam As-Suyuthi, Az-Zakrkasyi, dll) Mengatakan arti

3
Nuzulul Qur‟an itu secara hakiki tidak cocok sebagai Al-Qur‟an
sebagai kalam Allah yang berada pada Dzat-Nya, sebab dengan
memakai ungkapan “diturunkan” menghendaki adanya materi kalimat
atau lafal atau tulisan huruf yang ril yang harus diturunkan. Karena itu
arti kalimat Nuzulul Qur‟an itu harus di pakai makna majazi yaitu
menetapkan/memberitahukan/menyampaikan Al-Qur‟an, baik di
sampaikannya Al-Qur‟an ke Lauh Mahfudh atau ke Baitul Izzah di
langit dunia maupun kepada Nabi Muhammad SAW sendiri.
2. Secara garis besar proses penurunan al-Qur’an dapat dikelompokkan
menjadi dua,yaitu:
a. Pendapat pertama menekankan bahwa al-qur’an
diturunkan sekaligus. Pandangan ini berdasarkan
dalil-dalil:
 “sesungguhnya kami telah menurunkannya (al-
Qur’an) pada malam lailatul qadar” (QS.Al-
Qadar: 1)
 “sesungguhnya kami telah menurunkan (al-
Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi.”
(QS.Al-Dukhan: 3)
b. Pendapat kedua melihat bahwa pendapat pertama ini
bertentangan dengan kenyataan historis yang
menunjukan selama kurang lebih 23 tahun,oleh
karenanya mayoritas ulama berpendapat bahwa dua
ayat tersebut menjelaskan awal mula turunnya al-
Qur’an secara keseluruhan di bulan ramadhan ke laul
mahfudz,kemudian jibril as menurunkan al-Qur’an
kepada nabi saw sesuai kejadian dan peristiwa
selama kurang lebih 23 tahun. Dan al-Qur’an itu
diturunkan secara berangsur-angsur yaitu terdiri dari
30 juz 6666 ayat dan 114 suroh,diturunkan kepada
Nabi Muhammad melalui perantara malaikat jibril

4
selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Alquran turun pada
malam lailatul qadar,tanggal 17 Ramadhan pada waktu Nabi telah
berusia 41 tahun bertepatan tanggal 6 Agustus 610 M, sewaktu
beliau sedang berkhalwat (meditasi ) di dalam gua hira‟ di atas
Jabal Nur.
3. Surat yang pertama kali turun
Surat yang pertama kali diturunkan adalah surat al-„Alaq; dalam
saturiwayat dinyatakan ayat 1-3, dan dalam beberapa riwayat lain ayat
1-5. Pendapat ini didasarkan pada hadits „Aisyah: ”Permulaan wahyu
Rasulullah saw. telah terjadi dalam bentuk mimpi yang benar dalam
tidur beliau. Beliau mendapatkan mimpi tersebut sebagaimana
munculnya keheningan fajar subuh yang menyebabkan beliau suka
menyendiri. Beliau biasanya menyendiri di gua Hira'. Di sana beliau
menghabiskan beberapa malam untuk beribadah dengan mengabdikan
diri kepada Allah SWT. ketika beliau berada di gua Hira'. Wahyu
tersebut disampaikan oleh Malaikat Jibril a.s dengan berkata:Bacalah
wahai Muhammad! Beliau bersabda: Aku tidak bisa membaca.
Rasulullah saw. bersabda: Malaikat itu kemudian memegang aku lalu
memelukku erat-erat sehingga aku pulih dari ketakutan. Kemudian
Malaikat itu melepasku dengan berkata: Bacalah wahai Muhammad!
Beliau sekali lagi bersabda: Aku tidak bisa membaca. Rasulullah saw.
bersabda: Malaikat itu kemudian memegang aku untuk kedua kalinya
lalu memelukku erat-erat sehingga aku pulih dari ketakutan. Malaikat
itu seterusnya melepasku dengan berkata: Bacalah wahai
Muhammad! Beliau bersabda: Aku tidak bisa membaca. Rasulullah
saw. bersabda: Malaikat itu kemudian memegang aku untuk ketiga
kalinya serta memelukku erat-erat sehingga aku kembali pulih dari
ketakutan. Kemudian Malaikat itu melepaskan aku dan membaca
firman Allah: Bacalah wahai Muhammad dengan nama Tuhanmu
yang menciptakan sekalian makhluk. Dia menciptakan manusia dari
seketul darah beku, bacalah dan Tuhan mu Yang Maha Pemurah

5
yang mengajar manusia melalui pen dan tulisan. Dia mengajar
manusia apa yang tidak diketahui.”
4. Sedangkan wahyu yang terakhir yang diterima Nabi Muhammad SAW
adalah surat Al-Maidah: 3, pada waktu nabi sedang berwukuf di
Arafah melakuan Haji Wada‟pada tanggal 9 Dzul hijjah 10 H, yaitu
ayat:
“pada hari ini telah ku-sempurnakan untukmu agamamu dan telah
kucukupkan nikmat-ku kepadamu, serta ku-ridhai bagimu Islam
sebagai agamamu
C. Sejarah Pemeliharaan Al Quran

Setelah Alquran telah turun dengan sempurna, Nabi


Muhammad selalu menghafal dan ber murojaah bersama
sahabat sahabat nabi Muhammad. Mereka sangat menjaga
wahyu wahyu yang telah dijaga oleh Allah SWT, Sehingga
mereka berusaha untuk selalu mengingat hafalnnya
dengan cara cara yang berbeda beda. Berikut cara cara
memelihara alquran dari masa ke masa :

1. Penulisan Alquran pada masa Nabi.


Para penulis wahyu Alquran dari sahabat-sahabat
terkemuka yang diangkat sebagai sekretaris, seperti Ali
bin Abi thalib ra, Muawiyah ra, ‘Ubai bin K’ab ra. dan
Zaid bin Tsabit ra. Setiap ada ayat turun, Nabi
memerintahkan mereka untuk menulisnya dan
menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah, bukan
hanya pada lempengan tempat menulis harus tersusun
sesuai dengan surah yang ditunjukkan pada Nabi, tetapi
juga disampaikan pada sahabat ayat yang turun itu
dalam hapalan sahabat dimasukkan pada surah yang

6
ditunjuk, jadi ada kecocokan antara hapalan dengan
bukti fisik dari ayat yang tertulis. sehingga penulisan
pada lembar itu membantu penghafalan didalam hati.
Disamping itu sebagian sahabat juga menuliskan
Alquran yang turun itu atas kemauan mereka sendiri,
tanpa diperintah oleh Rasulullah saw. Mereka
menuliskannya pada pelepah kurma, lempengan batu,
daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan
tulang belulang binatang. Zaid bin Sabit ra.
berkata,”Kami menyusun Alquran dihadapan Rasulullah
pada kulit binatang.” Ini menunjukkan betapa besar
kesulitan yang dipikul para sahabat dalam menulis
Qur’an. Alat-alat tulis tidak cukup tersedia bagi mereka,
selain saranasarana tersebut. Dan dengan demikian,
penulisan Qur’an ini semakin menambah hafalan
mereka.
Selain itu malaikat Jibril as membacakan kembali
ayat demi ayat Alquran kepada Rasulullah saw.pada
malam-malam bulan Ramadan pada setiap tahunnya.
Abdullah bin Abbas ra. berkata,”Rasulullah adalah orang
paling pemurah dan puncak kemurahan pada bulan
Ramadan, ketika ia ditemui oleh malaikat Jibril as. Nabi
saw.ditemui oleh malaikat Jibril as setiap malam,
dimana Jibril membacakan Alquran kepada beliau, dan
ketika itu Nabi saw.sangat pemurah sekali.” Para
sahabat senantiasa menyodorkan Alquran kepada
Rasulullah saw.baik dalam bentuk hafalan maupun
tulisan. Tulisan-tulisan Alquran pada masa Nabi tidak
terkumpul dalam satu mushaf, yang ada pada
seseorang belum tentu dimiliki orang lain. Para ulama

7
telah menyampaikan bahwa segolongan dari mereka,
diantaranya Ali bin Abi Thalib ra, Muaz bin Jabal ra, Ubai
bin Ka’ab ra, Zaid bin Sabit ra. dan Abdullah bin Mas’ud
ra. telah menghafalkan seluruh isi Alquran dimasa
Rasulullah. Dan mereka menyebutkan pula bahwa Zaid
bin Sabit ra. adalah orang yang terakhir kali
membacakan Alquran dihadapan Nabi.
Kemudian Rasulullah saw.berpulang ke rahmatullah
disaat Alquran telah dihafal oleh ribuan para shahabat
dan tertulis dalam mushaf dengan susunan seperti
disebutkan diatas. Tiap ayat-ayat dan surah-surah
dipisah-pisahkan, atau diterbitkan ayat-ayatnya saja
dan setiap surah berada dalam satu lembar secara
terpisah dalam tujuh huruf. Tetapi memang benar
bahwa Alquran belum lagi dijilid dalam satu mushaf
yang menyeluruh. Sebab Rasulullah saw.masih selalu
menanti turunnya wahyu dari waktu ke waktu.
Disamping itu terkadang pula terdapat ayat yang
menasahh (menghapuskan) sesuatu yang turun
sebelumnya.
Sesudah berakhir masa turunnya dengan wafatnya
Rasululah, maka Allah mengilhamkan penulisan mushaf
secara lengkap kepada para Khulafaurrasyidin sesuai
dengan janjinya yang benar kepada umat ini tentang
jaminan pemeliharaannya. Dan hal ini terjadi pertama
kalinya pada masa Abu Bakar ra. atas pertimbangan
usulan Umar ra.”
2. Pengumpulan Qur’an pada Masa Abu Bakar.
Abu Bakar ra. menjalankan urusan Islam sesudah
Rasulullah. Ia dihadapkan kepada peristiwa-peristiwa

8
besar berkenaan dengan kemurtadan sebagian orang
Arab. Karena itu ia segera menyiapkan pasukan dan
mengirimkannya untuk memerangi orang-orang yang
murtad itu. Peperangan Yamamah yang terjadi pada
tahun 12 H11 melibatkan sejumlah besar sahabat yang
hafal Alquran. Dalam peperangan ini tujuh puluh qari’
(penghafal Alquran) dari para sahabat gugur. Umar bin
Khatab ra. merasa sangat kuatir melihat kenyataan ini,
lalu ia menghadap Abu Bakar ra. dan mengajukan usul
kepadanya agar mengumpulkan dan membukukan
Alquran karena dikhawatirkan akan musnah, sebab
peperangan Yamamah telah banyak membunuh para
qari’.
Di segi lain Umar merasa khawatir juga kalau-kalau
peperangan di tempattempat lain akan membunuh
banyak qari’ pula, sehingga Alquran akan hilang dan
musnah, awalnya Abu Bakar ra. menolak usulan itu dan
berkeberatan melakukan apa yang tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah. Tetapi Umar ra. tetap
membujuknya, sehingga Allah membukakan hati Abu
Bakar ra. untuk menerima usulan tersebut, kemudian
Abu Bakar ra. memerintahkan Zaid bin Sabit ra,
mengingat kedudukannya dalam masalah qiraat,
kemampuan dalam masalah penulisan, pemahaman dan
kecerdasannya, serta kehadirannya pada pembacaan
yang terakhir kali. Abu Bakar ra. menceritakan
kepadanya kekhawatiran dan usulan Umar. Pada
mulanya Zaid ra. menolak seperti halnya Abu Bakar ra.
sebelum itu. Keduanya lalu bertukar pendapat, sampai

9
akhirnya Zaid ra. dapat menerima dengan lapang dada
perintah penulisan Alquran itu.
Zaid ra. melalui tugasnya yang berat ini dengan
bersandar pada hafalan yang ada dalam hati para qari’
dan catatan yang ada pada para penulis. Kemudian
lembaranlembaran (kumpulan) itu disimpan di tangan
Abu Bakar ra. Zaid ra. berkata,”Abu Bakar ra.
memanggilku untuk menyampaikan berita mengenai
korban perang Yamamah. Ternyata Umar sudah ada
disana. Abu Bakar berkata: ‘Umar telah datang
kepadaku dan mengatakan bahwa perang Yamamah
telah menelan banyak korban dari kalangan penghafal
Alquran dan ia khawatir kalau-kalau terbunuhnya para
penghafal Alquran itu juga akan terjadi djuga i tempat-
tempat lain, sehingga sebagain besar Alquran akan
musnah. Ia menganjurkan agar aku memerintahkan
seseorang untuk mengumpulkan Alquran.
Pada masa Kekhalifahan Abu Bakar, Zaid bin Tsabit
mendapat tugas sangat penting untuk membukukan
Alquran. Abu Bakar ra memanggilnya dan mengatakan,
“Zaid, engkau adalah seorang penulis wahyu
kepercayaan Rasulullah, dan engkau adalah pemuda
cerdas yang kami percayai sepenuhnya.Untuk itu aku
minta engkau dapat menerima amanah untuk
mengumpulkan ayat-ayat Alquran dan
membukukannya.” Zaid, yang tak pernah menduga
mendapat tugas seperti ini memberikan jawaban yang
sangat terkenal dalam memulai tugas beratnya
mengumpulkan dan membukukan Alquran: “Demi Allah,
mengapa engkau akan lakukan sesuatu yang tidak

10
Rasulullah lakukan? Sungguh ini pekerjaan berat bagiku.
Seandainya aku diperintahkan untuk memindahkan
sebuah bukit, maka hal itu tidaklah seberat tugas yang
kuhadapi kali ini.”
Akhirnya setelah melalui musyawarah yang ketat,
Abu Bakar Ra dan Umar bin Khaththab dapat
meyakinkan Zaid bin Tsabit dan sahabat yang lain,
bahwa langkah pembukuan ini adalah langkah yang
baik.
Lembaran-lembaran tersebut kemudian disimpan
ditangan Abu Bakar ra. hingga wafatnya. Sesudah itu
berpindah ke tangan Umar ra. sewaktu masih hidup dan
selanjutnya berada di tangan Hafsah binti Umar ra.
3. Pengumpulan Alquran pada Masa Usman
Penyebaran Islam bertambah dan para penghafal
Alquran pun tersebar di berbagai wilayah. Dan
penduduk di setiap wilayah itu mempelajari qira’at
(bacaan) dari qari yang dikirim kepada mereka. Cara-
cara pembacaan (qiraat) Alquran yang mereka bawakan
berbeda-beda sejalan dengan perbedaan ‘huruf ‘ yang
dengannya Alquran diturunkan. Apabila mereka
berkumpul di suatu pertemuan atau di suatu medan
peperangan, sebagian mereka merasa heran dengan
adanya perbedaan qiraat ini. Terkadang sebagian
mereka merasa puas, karena mengetahui bahwa
perbedaanperbedaan itu semuanya disandarkan kepada
Rasulullah. Tetapi keadaan demikian bukan berarti tidak
akan menyusupkan keraguan kepada generasi baru
yang tidak melihat Rasulullah sehingga terjadi
pembicaraan bacaan mana yang baku dan mana yang

11
lebih baku. Dan pada gilirannya akan menimbulkan
saling bertentangan bila terus tersiar. Bahkan akan
menimbulkan permusuhan dan perbuatan dosa. Fitnah
yang demikian ini harus segera diselesaikan.
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan dengan
penduduk Iraq, diantara orang yang ikut menyerbu
kedua tempat itu ialah Huzaifah bin al-Yaman ra. Beliau
banyak melihat perbedaan dalam cara-cara membaca
Alquran. Sebagian bacaan itu bercampur dengan
kesalahan, tetapi masing-masing mempertahankan dan
berpegang pada bacaannya, serta menentang setiap
orang yang menyalahi bacaannya dan bahkan mereka
saling mengkafirkan. Melihat kenyataan demikian
Huzaifah segara menghadap Usman dan melaporkan
kepadanya apa yang telah dilihatnya. Usman juga
memberitahukan kepada Huzaifah ra. bahwa sebagian
perbedaan itu pun akan terjadi pada orang-orang yang
mengajarkan qiraat pada anak-anak. Anak-anak itu akan
tumbuh, sedang diantara mereka terdapat perbedaan
dalam qiraat. Para sahabat amat memprihatinkan
kenyataan ini karena takut kalau-kalau perbedaan itu
akanmenimbulkan penyimpangan dan perubahan.
Mereka bersepakat untuk menyalin lembaran-lembaran
yang pertama yang ada pada Abu Bakar dan
menyatukan umat islam pada lembaran-lembaran itu
dengan bacaan tetap pada satu huruf. Usman ra.
kemudian mengirimkan utusan kepada Hafsah ra. untuk
meminjamkan mushaf Abu Bakar ra. yang ada padanya
dan Hafsah ra. pun mengirimkan lembaran-lembaran itu
kepadanya. Kemudian Usman ra. memanggil Zaid bin

12
Tsabit ra, Abdullah bin Az-Zubair ra, Said bin ‘As ra. dan
Abdurrahman bin Haris bin Hisyam ra. Ketiga orang
terakhir ini adalah orang quraisy, lalu memerintahkan
mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf,
serta memerintahkan pula agar apa yang
diperselisihkan Zaid ra. dengan ketiga orang quraisy itu
ditulis dalam bahasa Quraisy, karena Qur’an turun
dengan logat mereka. Mereka melakukan perintah itu.
Setelah mereka selesai menyalinnya menjadi beberapa
mushaf, Usman ra. mengembalikan lembaran-lembaran
asli itu kepada Hafsah ra. Kemudian Usman ra.
mengirimkan salinan ke setiap wilayah dan
memerintahkan agar semua Alquran atau mushaf
lainnya dibakar

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
1. Al quran adalah wahyu yang diturunkan kepada nabi
Muhammad yang merupakan petunjuk ataupun pedoman
hidup bagi umat islam yang dihimpun atau digabungkan
untuk dibaca secara berulang ulang dan jika membacanya
mendapatkan beberapa kebaikan / pahala
2. Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad secara
berangsur angsur dan wahyu pertama turun bertepatan
pada tanggal 17 ramadhan (6 Agustus 610M) yaitu surat Al
Alaq 1-5 digua hiro’, diatas jabal nur
3. Pemeliharaan Alquran yang dilakukan pada mas nabi
Muhammmad dan Khalifah berbeda-beda cara, karena
disesuaikan dengan problematika masa tersebut. Pada
masa nabi Muhammad, pemeliharaan Al Quran dilakukan
dengn cara menghafal, membaca berulang ulang /

13
murojaah, dan menulis pada media seadanya, sedangkan
pada masa kekhalifahan (setelah wafatanya nabi) Alquran
tidak hanya dihafal dan ditulis pada media seadanya saja,
namun di tulis pada lembaran lembaran / mushaf dan
dikumpulkan.

DAFTAR PUSTAKA

14
http://repo.iain-tulungagung.ac.id Jurnal Yusron Masduki, Sejarah
Turunnya Al-quran Penuh Fenomenal

Ibrahim Al-Abyasi. “sejarah Al Quran (Tarikh Al Quran )” di akses 10 september 2018


http://digilib.uinsby.acid

Al A’zami, M. M. Sejarah Teks al Qur’an: dari wahyu sampai


kompilasi, Terjemah, Gema Insani Press, 2005

Jurnal Yusron Masduki, Sejarah Turunnya Al-quran Penuh


Fenomenal

15

Anda mungkin juga menyukai