Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGANTAR STUDI AL-QUR’AN HADITS

Tentang
“ NUZULUL QUR’AN ”

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Yona Monica 2214070131


Wira Anggrayuni 2214070130
Elvira Ramadhani 2214070128

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Azhariah Fatia, S.AG, MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1444 H/2023 M
NUZULUL QUR’AN

Yona Monica
Email: yonamonica02@gmail.com

Wira Anggrayuni
Email: anggrayuniw@gmai.com

Elvira Ramadhani
Email: elviravira536@gmail.com

ABSTRAK

In this writing, we look at the commemoration of the day when the first verse
of the Qur'an was revealed, commonly known as the Nuzul Qur'an. The
Qur'an is the word of Allah SWT that was delivered to the Prophet
Muhammad SAW for his people. Therefore, the Qur'an is intended for
human happiness and safety. This can clearly be seen from the process of
revealed al-Qur'an which is human oriented itself. To reflect the construction
of the building that the Qur'an wants, it expresses itself in the form of stages
of revelation that are of strategic value. Recipient aspects of revelation are
highly considered as a vital role in the success of the Quranic mission.
Aspects of family bonds, and the social character of pagan Arabia become
important highlights in the next stage. The arrangement of society is started
by the moral bonds of the Qur'an to a more established arrangement.
Tulisan ini bertujuan untuk melihat pada saat sedang memperingati hari pertama
kali turun ayat al Qur’an atau disebut dengan nuzul al Qur’an. Al-Qur’an adalah
kalam Allah SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW untuk
kaumnya. Karenanya, al-Qur’an sendiri diperuntukkan bagi kebahagiaan dan
keselamatan manusia. Hal ini terlihat dari proses turunnya al-Qur’an yang
berorientasi pada manusia itu sendiri. Dalam merefleksikan konstruksi bangunan
yang dikehandaki al-Qur’an diapresiasikannya sendiri dalam bentuk pentahapan
turunnya wahyu yang bernilai strategis. Aspek penerima wahyu sangat
diperhatikan sebagai peran kunci kesuksesan misi al-Qur’an. Aspek ikatan
kekerabatan, dan karakter sosial pagan Arab menjadi sorotan penting dalam
tahapan berikutnya. Penataan sosial diawali oleh ikatan moral al-Qur’an menuju
tatanan yang lebih mapan.

1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an adalah kitab suci kita umat islam dan menjadi sumber ajaran
Islam yang pertama dan utama yang harus kita imani dan aplikasikan dalam
kehidupan kita agar kita memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat.
Didalam al-qur’an sendiri banyak sekali pelajaran hidup yang dapat kita kaji.
Tetapi sebelum kita mempelajari al-Qur’an lebih dalam lagi, alangkah
baiknya kita berkenalan dengan al-Qur’an dahulu yaitu dengan mengetahui
tentang turunya al-Qur’an, bagaimana proses dan tahapan al-Qur’an bisa ada
di bumi ini, dan apa saja hikmah yang tekandung didalam turunya al-Qur’an
yang bertahap-tahap.
Penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana Al Qur"an itu bisa ada di
muka bumi ini, agar menambah keteguhan iman kita kepada kitab Allah SWT
dan tetap pada ajaran Islam yang benar. Apabila kita tidak mengetahui sejarah
turunya al-qur’an, maka kecenderungan mengulangi sejarah seperti masa lalu
ketika terjadinya pemalsuan al-Qur’an pada masa-masa awal Islam akan
terjadi lagi. Apalagi mengingat sekarang ini bebas dan maraknya ajaran-
ajaran sesat yang bermunculan. Maka dari itu banyak hal yang mesti kita
ketahui tentang al-Qur’an.
Dari sinilah makalah ini kami susun dengan harapan agar kita semua
semakin mengenali al-Qur’an, semakin cinta kepada al-qur’an dan semakin
memperkaya ilmu pengetahuan kita khususnya tentang Nuzulul Qur’an.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari nuzulul qur’an?
2. Bagaimana cara dan tahap-tahap turunnya Al-Qur’an?
3. Hikmah dan Tujuan apa yang terkandung dalam penurunan Al-Qur’an
secara berangsur-angsur?
4. Jelaskan apa itu urgensi kajian tentang nuzulul qur'an?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini :
1. Untuk mengetahui bagaimana hikmah dan tujuan dalam penurunan
Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui pengertian Nuzulul Qur’an
3. Untuk mengetahui cara dan fase turunnya Al-Qur’an
4. Untuk mengetahui urgensi kajian tentang Nuzulul Qur’an

2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Nuzulul Qur’an


Dipandamg dari segi bahasa “Nuzul” ( ‫ ) ن زول‬berasal dari kata dasar
‫ ) نوزون – ن‬yang artinya turun. Sedangkan nuzulul Al-
atau masdar ( ‫لِزل – نززل‬
Qur’an menurut bahasa kata nuzulul quran merupakan gabungan dari dua
kata, yang dalam bahasa arab susunan semacam ini disebut dengan istilah
tarkib idhofi dan dalam bahasa indonesia biasa diartikan dengan turunnya al-
quran. Menurut istilah nuzulul quran ini ada beberapa arti dari berbagai
pendapat para ulama, antara lain sebagai berikut:

1. Jumhur ulama’ : antara lain Ar-Rozi, Imam As-Suyuthi, Az-Zarkasyi, dll.


Mengatakan arti nuzulul quran itu secara hakiki tidak cocok sebagai al-
quran sebagai kalam allah yang berada pada dzat-nya, sebab dengan
memakai ungkapan “diturunkan” menghendaki adanya materi kalimat
atau lafal atau tulisan huruf yang ril yang harus diturunkan. Karena itu
arti kalimat nuzulul quran itu harus dipakai makna majazi yaitu
menetapkan atau memberitahukan atau menyampaikan al-quran, baik
disampaikannya al-quran ke lauh mahfudh atau ke baitul izzah di langit
dunia maupun kepada nabi muhammad SAW sendiri.

2. Sebagian ulama’ antara lain Imam ibnu taimiyah dkk. Mengatakan


pengertian nuzulul quran itu juga tidak perlu dialikan dari arti hakiki
kepada arti majazi. Maka kata nuzulul quran itu berarti “turunnya al-
quran”. Sebab arti tersebut sudah biasa digunakan dalam bahasa arab.
 Menurut Muhammad abdul Al-Zurqoni, dalam kitab Manahil Al-
Irfan Fi ululul Quran yaitu: karena ketiggian kedudukan al-quran
dan besarnya ajaran-ajarannya. Yang dapat mengubah perjalanan
hidup manusia mendatang serta menyambung langit dan bumi, serta
dunia dengan akhirat.
 Menurut Ibn Faris, kata Nuzul berarti “hubuth syay wa wuqu’uh”,
turun dan jatuhnya sesuatu.
 Sedangkan kata nuzul bermakna turun sebagaimana hal ini
disebutkan dalam Mufradat, Misbah dan Aqrab. Menurut al-Raghib
al-Isfahaniy, kata nuzul berarti “al- nuzûl fil ashl : huwa intihatu min
‘ulu” Tentang hujan disebutkan “Kamukah yang menurunkannya
dari awan ataukah Kami yang menurunkan?" (Qs. Al-Waqi’ah
[56]:69).

3
2.2 Cara dan Fase Turunnya Al-Qur’an

Ada beberapa pendapat mengenai proses penurunan Al-Qur’an dari Allah


SWT sampai kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu :

1. Kelompok yang berpendapat bahwa Al-Qur’an diturunkan sekaligus (dari


awal sampai akhir) ke langit dunia pada malam al-Qadar. Kemudian
sesudah itu diturunkan secara berangsur-angsur dalam tempo 20, 23, atau
25btahun sesuai dengan perbedaan pendapat diantara sesame mereka
2. Golongan yang berpendirian bahwa Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia
bagian demi bagian (tidak sekaligus) pada setiap malam al-Qadar karena
tidak ada kesepakatan di kalangan kelompok ini. Jadi, menurut mereka
setiap datang malam al-Qadar pada setiap Ramadhan, bagian tertentu Al-
Qur’an diturunkan ke langit dunia sekedar kebutuhan untuk selama satu
tahun, sampai bertemu malam al-Qadar tahun berikutnya. Menurut
pendapat ini, penurunan Al-Qur’an bagaikan system paket yang
dilakukan sekali dalam setahun, tepatnya setiap malam al-Qadar.
3. Aliran yang menyimpilkan bahwa Al-Qur’an itu untuk pertama kali
diturunkan pada malam al-Qadar sekaligus, dari Lauuh Mahfudz ke Bait
al-‘Izzah yang kemudian setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit
dalam berbagai kesempatan sepanjang masa-masa kenabian/kerasulan
Muhammad Saw.
Berkenann dengan proses penurunan Al-Qur’an, al-zarqani menyebutkan
3 macam tahapan, yaitu:

Tahap pertama, Al-Qur’an diturunkan Allah ke Lauh al-Mahfudz, sesuai


dengan QS. Al-Buruj [21-22] :

{٢٢} ٍ ‫ ۡن َّى ۡز َّح ٍ ۡ َّوفو َّح‬, {٢١} ‫ۡز َّل َو زح ۡو َّر ٰ ٌَّ ۡ ند َّي َّج‬

“Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al-Qur'an yang mulia, yang (tersimpan)
dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh).”
Al-Zarqani tidak menyinggung lebih jauh tentang penurunan Al-Qur’an
ke lauh al-Mahfudz. Ia hanya menyatakan bahwa kapan persisnya Al-Qur’an
diturunkan ke Lauh al-Mahfudz dan bagaimana caranya, tidak bisa diketahui
dengan pasti selain oleh Allah sendiri. Ia menambahkan bahwa rahasia
penurunan Al-Qur’an kepada Nabi secara pasti tidak dapat direkayasa akal.
Tahap kedua, Al-Qur’an diturunkan dari Lauh al-Mahfudz ke Bait al-
‘Izzah di langit dunia, sesuai dengan beberapa ayat :

4
‫ٰننكِ ٰز ْن زز َِْۡو ۡن ْي ۡز ْيلزب ۡة زر زاب ٰننك واِك وۡ ِْ ني نرل زْن‬
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh,
Kamilah yang memberi peringatan.” (QS. Al-Dukhan :3)

‫َّٰۡۡز َّج نر ۡز َّيلز نب ۡن َّى ٰز َّنز َّزَِۡو ٰنن ِك‬


“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam
qadar.”(QS. Al-Qadr :1)

ٌ‫ذ ٰو َّن نز زل ۡن َّي نَ َّٰۡۡو َّرٰ و‬


ِ َّ ‫كٌ ٰۡ ني‬
‫َ ز‬‫زُ َّر ور زر زۡ ز‬
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an,”
(QS. Al-Baqarah :185)

Ketiga ayat tersebut menegaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada


suatu malam yang dinamakan Lailah Mubarakah dan Lailah al-Qadar, yang
terjadi pada bulan Ramadhan.

Tahapan ketiga,Al-Qur’an diturunkan dari Baiyt al-‘Izzah kepada Nabi


Muhammad Saw, dengan perantara malaikat Jibril, seperti tertera dalam surah
As-Syu’ara : [193-194]

‫ل ۡننز وو ْح زٌ نۡ زن ٰ ْۡ وَ ِْ ني نر ْلِ ززن‬


‫ زىلى ۡز ْل نة ز‬.‫نز زز زل نۡ نَ ٰۡر ْو وٍ ْٰنز نۡي وْن‬
“Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu
(Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan,”

Menurut sebagian ahli sejarah, diantaranya Abu Ishaq, Al-Qur’an


diturunkan pada malam ke-17 dari bulan Ramadhan. Penetapan tanggal 17
Ramadhan sebagai malam Nuzulul Al-Qur’an (turunnya Al-Qur’an) ini
didasarkan pada berbagai isyarat yang dilansir Al-Qur’an yang
menggambarkan bahwa hari turunnya Al-Qur’an itu sama dengan peristiwa
peperangan Badar yang diabadikan Al-Qur’an dengan julukan Yaum al-
Furqan (hari yang membedakan Islam dan Kafir) dan Yaum al-Taqa al-
Jam’an (hari bertemunya dua pasukan tempur, dalam hal ini pasukan Muslim
dan Kafir).
Para mufassir mengartikan kata Yaum al-Furqan dengan Peperangan
Badar, yakni peperangan yang paling bersejarah dalam Islam, yaitu

5
peperangan antara pasukan Islam disatu pihak dan pasukan Kafir dipihak
yang lain, yang oleh Al-Qur’an disebut dengan istilah YAum al-Taqa al-
Jam’an. Menurut catatan sejarah, Perang Badar itu terjadi pada bulan
Ramadhan, tepatnya hari Jumat tanggal 17 Ramadhan.
Namun, banyak pendapat yang keberatan akan penentuan turunnya Al-
Qur’an pada tanggal 17 Ramadhan. Hal ini didasarkan atas pemahaman
mereka terhadap jatuhnya malam al-Qadar, yang menurut riwayat terjadi pada
malamsepuluh terakhir (al-‘asyr al-awakhir) dari bulan Ramadhan. Mereka
memastikan bahwa malam al-Qadar terjadi pada 10 hari terakhir bulan
Ramadhan terutama pada malam ganjil yakni malam ke-21, 23, 25, 27, dan
29. Nabi menyatakan: “Carilah olehmu sepuluh hari terakhir (dari bulan
Ramadhan)”
Sejalan dengan hadits tersebut, banyak pula riwayat yang menyebutkan
bahwa pada al-‘asyr al-awakhir (sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan),
Nabi Muhammad Saw terbiasa membangunkan keluarga dekatnya untuk
bangun malam dalam rangka qiyam al-lail (bangun malam) dan beribadah
kepada Allah Swt. hanya saja, tidak ada riwayat yang secara tegas dan lugas
mengatakan bahwa malam al-Qadar jatuh pada tanggal sekian.

2.3 Tujuan dan Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Bertahap – tahap


(Munajjaman)

1. Menguatkan dan Mengukuhkan hati Rasullah SAW


Rasulullah dalam menyampaikan dakwahnya kepada manusia sering
mengalami rintangan dan juga gangguan serta ancaman dari orang-orang
yang kasar dank eras kepala. Maka dalam menguatkan hati Rasul, Allah
menurunkan wahyu secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan Rasul
ketika menghadapi umatnya.
Allah telah menjelaskan dalam firmannya pada QS Al-An’am : [33-34]
ٰٰ ‫ت‬ ٰ
َ ‫ّللاِ يَجْ َح ُد ْون‬ ِ ‫ك َو ٰل ِك َّن الظٰلِ ِمي َْن ِب ٰا ٰي‬
َ َ‫ك الَّ ِذيْ يَقُ ْولُ ْو َن فَاِنَّهُ ْم ََل يُ َك ِّذب ُْون‬ َ ُ‫قَ ْد نَ ْعلَ ُم اِنَّهٗ لَيَحْ ُزن‬
ّٰٓ
ۚ ‫صبَر ُْوا َع ٰلى َما ُك ِّذب ُْوا َواُ ْو ُذ ْوا َح ٰتٰى اَ ٰتىهُ ْم نَصْ ُرنَا‬ َ َ‫ك ف‬ َ ‫ت ُر ُس ٌل ِّم ْن قَ ْب ِل‬ ْ َ‫َولَقَ ْد ُك ِّذب‬
ٰ
َ ‫ّللا ۚ َولَقَ ْد َج ۤا َء‬
َ ‫ك ِم ْن نَّبَاِى ا ْل ُمرْ َس ِليْن‬ ِٰ ‫ت‬ ِ ٰ‫َو ََل ُمبَ ِّد َل ِل َك ِلم‬
Artinya:
“Sesungguhnya, Kami telah mengetahui bahwasanya apa yang mereka
katakana itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedihhati), karena

6
mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang
yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya telah
didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar
terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakuka) terhadap mereka,
sampai datang pertoolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorangpun
yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan
sesuangguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita rasul-rasul
itu.”

2. Tantangan dan Mukjizat


Disaat merek keheranan terhadap turunnya Al-Qur’an secara berangsur-
angsur, maka Allah menjelaskan kepada mereka kebenaran hal itu; sebab
tantangan kepada mereka dengan Al-Qur’an yang diturunkan secara
berangsur-angsur sedang mereka tidak sanggup untuk membuat yang
serupa dengannya, akan lebih memperhatikan kemukjizatannya dan lebih
efektif pembuktiannya daripada kalau Al-Qur’an diturunkan sekaligus.

3. Mempermudah Hafalan dan Pemahamannya


Al-Qur'an turun di tengah-tengah umat yang ummi yang tidak pandai
membaca dan menulis. Mereka hanya mengandalkan hafalan dan daya
ingatan. Jelas tidak mungkin mereka atau pun Nabi mempunyai
pengetahuan tentang Umat yang buta huruf tersebut, jelas tidak mudah
untuk menghafal seluruh ayat Al-Qur'an seandainya diturunkan sekaligus.

4. Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan pentahapan dalam penetapan


hukum.
Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk ke- pada agama yang
baru, seandainya Al-Qur'an tidak meng- hampiri mareke dengan cara yang
bijaksana dan memberi- kan obat penawar dari kerusakan dan kerendahan
martabat.
Pada mulanya, Al-Qur'an meletakkan dasar-dasar ke- imanan kepada
Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitab- Nya, rasul-rasulNya dan hari
kiamat serta apa yang ada pada hari kiamat itu seperti kebangkitan, hisab,
balasan, surga dan neraka. Selanjutnya Al-Qur'an mengajarkan akhlak
mulia yang dapat membersihkan jiwa dan meluruskan kebengkok- kan
serta mencegah perbuatan yang keji dan mungkar. Al- Qur'an menjelaskan
kaidah-kaidah yang halal dan haram yang menjadi dasar agama dan
menancapkan tiang-tiang- nya dalam hal makanan, minuman, harta benda,
kehormatan dan nyawa.

7
5. Bukti yang pasti bahwa Al-Qur'an al-Karim diturunkan dari sisi Yang
Maha Bijaksana dan Maha Terpuji
Al-Qur'an yang turun secara berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW
dalam waktu lebih dari 23 tahun, dan selama itu orang-orang membacanya
dan mengkajinya surah demi surah. Ketika itu mereka melihat
rangkaiannya begitu padat, tersusun dengan cermat sekali dengan makna
yang saling bertautan, dengan gaya yang begitu kuat, serta ayat demi ayat
dan surah demi surah saling terjalin bagaikan untaian mutiara yang indah
yang belum pernah ada bandingannya dalam perkataan manusia.
Allah berfirman dalam QS Hud ayat 1:

‫ت ِم ْن لَّ ُد ْن َح ِكي ٍْم َخبِي ٍْر‬


ْ َ‫صل‬ ْ ‫ۤال ٰر ۗ ِك ٰتبٌ اُحْ ِك َم‬
ِّ ُ‫ت ٰا ٰيتُهٗ ثُ َّم ف‬
Artinya:
“Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah)
yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, Alif Laam Ras, (inilah) suatu kitab
yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelas kan secara terperinci
yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu”

6. Agar mudah dimengerti dan dilaksanakan.


Orang akan merasa enggan melaksanakan seruan, perintah, dan menjauhi
larangan, sekiranya perintah dan larangan itu disampaikan sekaligus
banyak. Turunnya sesuatu ayat sesuai atau berkaitan dengan peristiwa-
peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di
dalam hati. Disamping itu menambah kokohnya pendirian Rasulullah
SAW dalam menghadapi masyarakat dan mengembangkan dakwah
Islamiah.
Hikmah Turunnnya Wahyu secara Bertahap yang secara langsung adalah,
peristiwa-peristiwa yang terjadi ketika ayat al-Qur’an turun bisa dipahami
dengan mudah, termasuk kondisi kultur-psiko-sosialnya. Sehingga dalam
penetapan hukum, titah Allah dalam al-Qur’an tersebut juga bisa dipahami
dengan mudah. Sedangkan dari sisi psikologis, pentahapan penetapan dan
penerapan sebuah hukum akan lebih mudah diterima oleh masyarakat. Seperti
ketika Allah swt. melarang menkonsumsi khamar. Allah swt. dalam
menetapkan pengharaman khamar melalui proses tahapan yang cukup
panjang. Pertama Dia mengajak manusia untuk merenungi kekuasaan-Nya
melalui buah-buahan yang mengandung zat-zat tertentu sehingga bisa
memabukkan serta sebagai rezeki untuk umat manusia.

8
Oleh karena itu, hikmah diturunkkannya sedikit demi sedikit kepada
Nabi adalah dalam rangka untuk meringankan beban dan kesulitan yang
dididapatinya ketika mengemban risalah Islam. Demi memotivasi Nabi,
terkadang Allah swt. memerintahkan kepada beliau untuk bersabar.

2.4 Urgensi Kajian tentang Nuzul Al-Qur’an

Nuzulul Quran merupakan salah satu peristiwa bersejarah dalam Islam


karena ada kejadian turunnya Alquran dan keutamaan malam tersebut.
Nuzulul Quran sendiri adalah peristiwa turunnya Alquran untuk pertama
kalinya di dunia. Nuzulul Quran diperingati setiap 17 Ramadhan.

Meskipun al-Qur′an merupakan sumber hukum, namun dalam


kenyataannya al-Qur′an bukanlah sebuah dokumentasi hukum yang langsung
dapat diadopsi. Tahapan turunnya wahyu sangat mempertimbangkan aspek
perkembangan psikologis umat dalam merespons ajaran baru. Aspek
historisitas dalam pentahapan penetapan hukum, serta upaya dokumentasi
yang bertahap dan memudahkan untuk dihafal dan dipahami nampaknya tidak
diabaikan oleh al-Qur′an. Nilai optimisme yang dinamik dalam al-Qur′an
dengan menyediakan gagasan dasar ajaran monoteisme dan semangat moral
yang bersifat universal telah diarahkan melalui proses pembentukan tatanan
nilai secara gradual dengan tidak menghilangkan autentisitas masyarakat
tertentu.

Gradualisasi turunnya ayat-ayat al-Qur’an ini sangat berpengaruh sekali


terhadap kebesaran (kelapangan) hati Nabi. Ketika beliau sudah mulai
bersedih dan putus asa datanglah Malaikat Jibril dengan membawa wahyu.
Dengan ini beliau selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam menjalankan
dakwahnya.

Alasan terebut di atas juga selaras dengan firman Allah swt yang
digambarkan dengan redaksi protes dari orang kafir.
“ Berkatalah orang-orang yang kafir: Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?, demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).”

Penurunan wahyu yang tidak sekaligus akan memberikan pengaruh dan


bekas yang sangat kuat bagi hati dan banyak membantu bagi objek dakwah
itu sendiri.

9
Surat Al-Alaq ayat 1-5 juga menjadi penanda diangkatnya Muhammad
sebagai nabi dan rasul. Setelah ayat ini, Alquran turun secara bertahap. Total,
Alquran turun selama kurang lebih 23 tahun. Setiap ayat diturunkan
menyesuaikan dengan problematika sosial, krisis moral, keagamaan, kisah-
kisah para Nabi terdahulu hingga hikmah yang terjadi di masa nabi.

Ayat terakhir yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah


adalah surat Al-Maidah ayat 3. Ayat ini turun sesudah waktu Ashar pada hari
Jumat di Padang Arafah saat musim haji terakhir. Setelah ayat ini turun,
Rasulullah pergi dari Makkah ke Madinah untuk mengumpulkan para
sahabat. Rasulullah memberikan kabar bahagia bahwa agama Islam telah
sempurna dengan turunnya Alquran. Ketika para sahabat mendengarnya,
mereka pun bergembira seraya berkata :
“Agama kita telah sempurna. Agama kita telah sempurna.”

Peristiwa dan sejarah turunnya Alquran itu kini diperingati sebagai


malam Nuzulul Quran. Malam Nuzulul Quran adalah malam yang penuh
keberkahan. Allah SWT akan melipat gandakan pahala umat Islam yang
beribadah di malam ini.

Demikian al-Qur’an sebagai kitab suci yang benar-benar diturunkan oleh


Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. merupakan praktik proses
mengubah individu manusia secara total dan sempurna, baik dari dimensi
akal, ruh, maupun nalurinya. Dengan revolusi tersebut bisa tercipta umat
yang berperadaban.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mahmud, Amir. 2016. “FASE TURUNNYA AL-QUR’AN DAN


URGENSITASNYA” dalam jurnal yudharta VOL 01, Nomor 01.
Pasuruan : Universitas Yudharta Pasuruan

Anwar, Abu. 2017. ULUMUL QURAN. Cetakan ke- 7, Jakarta : Amzah

Hamid, Abdul. 2016. Pengantar Studi Al-Qur’an Hadits. Jakarta : Prenademia


group

Nur, Effendi dan Fathurrohman, Muhammad. 2016. Studi Al-Qur’an. Yogyakarta


: Kalimedia

Suma, Amin, Muhammad. 2013. Ulumul Qur’an. Depok : PT Rajagrafindo


Persada

Syadali, Ahmad dan Rofi’i Ahmad. 2000. Ulumul Quran I. Bandung : CV Pustaka
Setia

Usman. 2009. Ulumul Qur’an. Yogyakarta : TERAS

Djala, Abdul. 2000. Ulumu Qur’an. Edisi Lengkap, Surabaya : Dunia Ilmu

Quthan, Mana’ul. 1993. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: RINEKA CIPTA

11

Anda mungkin juga menyukai