PEMELIHARAANNYA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pokok bahasan ini akan dibahas beberapa sub pokok bahasan yang
dianggap sangat penting dalam pembahasan sejarah turunnya Al-Qur’an dan
cara pemeliharaannya tahapan turunnya Al-Qur’an, cara al-qu’an di turunkan,
dan cara cara pemeliharaannya.Yang nantinya akan di bahas dalam artikel ini.
Dalam hal ini kami hanya mengambil sebagain kecil dari beberapa sub pokok
bahasan yang lain dan kami anggap sub pokok itulah yang dianggap sangat
penting untuk dikaji lebih dalam lagi sehingga kita sebagai umat islam
mengerti dan memahami tentang sejarah dan pemeliharaan al-qur’an.Untuk itu
semoga artikel ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya bagi penulis dan
pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat).
Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang
dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya
memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr dan Al-‘Așr. Surat-surat
yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku' yang
membahas tema atau topik tertentu.
Penurunan Al-Qur'an
Pada masa ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat beberapa
orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al Qur'an yakni Zaid bin Tsabit, Ali
bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan dan Ubay bin Kaab. Sahabat yang
lain juga kerap menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan.
Media penulisan yang digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan
batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang
binatang. Di samping itu banyak juga sahabat-sahabat langsung
menghafalkan ayat-ayat Al-Qur'an setelah wahyu diturunkan.
Pada masa pemerintahan khalifah ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat
keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an (qira'at) yang disebabkan oleh
adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang berasal dari daerah
berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga ia
mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin
mushaf yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan
yang baku. Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara
penulisan (rasam) Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan
dengan standardisasi ini, seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang
dihasilkan diperintahkan untuk dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini
Utsman berhasil mencegah bahaya laten terjadinya perselisihan di antara
umat Islam pada masa depan dalam penulisan dan pembacaan Al-Qur'an.
Terjemahan
Tafsir
Pendapat pertama
Pemeliharaan Al-Qur’an terdiri atas dua kata yaitu pemeliharaan dan Al-
Qur’an. Pemeliharaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses
pembuatan, penjagaan dan perawatan. Sedangkan Al-Qur’an adalah :
Kitab suci umat islam yang berisi firman-firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw., dengan perantaraan Malaikat Jibril untuk
dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk dan pedoman hidup
umat manusia. Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa yang dimaksud
pemeliharaan Al-Qur’an Adalah proses pengumpulan, penulisan dan
pembukuan serta perawatan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga menjadi sebuah
kitab seperti yang kita baca sekarang. Dalam sebagian besar literatur yang
membahas tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an, istilah yang dipakai untuk
menunjukkan arti penulisan, pembukuan, atau pemeliharaan Al-Qur’an
adalah Jam’ul Qur’an yang artinya pengumpulan Al-Qur’an. hanya
sebagian kecil literatur yang memakai istilah Kitabat Al-Qur’an yang
artinya penulisan Al-Quran, serta Tadwin Al-Qur’an yang artinya
pembukuan Al-Qur’an. Apabila mencermati batasan pengertian yang
terdapat dalam literatur di atas, pada dasarnya istilah-istilah yang
digunakan mempunyai maksud yang sama, yaitu proses pemeliharaan Al-
Qur’an yang dimulai pada turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad saw.,
kemudian disampaikan kepada para sahabat untuk dihafal dan ditulis
sampai dihimpunnya catatan-catatan tersebut dalam satu mushaf yang utuh
dan tersusun secara tertib. Manna Khalil al-Qattan dalam kitabnya
Mabahits fii Ulumil Qur’an memberikan pengertian pemeliharaan Al-
Qur’an dalam dua kategori yaitu : pemeliharaan Al-Qur’an dalam arti
menghafalnya dalam hati dan pemeliharaan Al-Qur’an dalam arti
penulisannya.
Sejak awal diturunkannya Empat belas abad yang lalu Sampai masa
modern saat ini Al-Qur’an senantiasa terjaga kemurnian dan kesuciannya.
Karena Al-Qur’an satu-satunya kitab yang dijaga oleh Allah
keotentikannya, sebagiamana firman Allah SWT., dalam Q.S. Al-Hijr (15) :
9 sebagai berikut :
Terjemahnya : Sesungguhnya kami telah menurunkan peringatan (Al-
Qur’an) dan sesungguhnya kamilah yang memeliharanya.
Pada masa khalifah Usman bin Affan, wilayah Islam sudah semakin
luas dan banyak orang non-Arab memeluk Islam. Mereka yang telah
memeluk Islam ingin mempelajari Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran
Islam. Padahal Al-Qur’an pada masa itu, dibaca dan ditulis dalam berbagai
bentuk bacaan dan tulisan, dimana masing-masing pembaca mengklaim
bahwa bacaan dan model penulisannya yang benar. Untuk menghindari
sengketa ini, yang sudah mengarah kepada perpecahan, dengan
mengkodifikasi kembali Al-Qur’an8, dengan menyatukan bentuk tulisannya
berdasarkan Al-Qur’an yang ditulis pada masa Abu Bakar.
Usman membentuk tim penulisan dan memerintahkan mereka agar
Al-Qur’an ditulis dalam satu mushaf dan selainnya harus dimusnahkan.
Adapun ciri-ciri mushhaf Al-Qur’an yang ditulis pada masa Khalifah
Usman ibn Affan, yaitu :
a. Ayat-ayat Al-Qur’an yang ditulis didalamnya, seluruhnya
berdasarkan riwayat yang mutawātir berasal dari Nabi Muhammad SAW.
b. Tidak terdapat didalamnya ayat-ayat Al-Qur’an yang telah
mansūkh atau dinasakh bacaannya.
c. Surat-surat maupun ayat-ayatnya telah disusun dengan tertib
sebagaimana Al-Qur’an yang berada di tangan kaum muslimin sekarang ini.
Tidak seperti mushhaf Al-Qur’an yang ditulis pada masa Abu Bakr yang
hanya disusun menurut tertib ayat, sementara surat-suratnya disusun
menurut turunnya wahyu.
d. Tidak terdapat didalamnya yang tidak tergolong kepada Al-
Qur’an, seperti yang ditulis oleh sebagian sahabat Nabi dalam mushhafnya,
sebagai penjelasan atau keterangan terhadap makna ayat-ayat tersebut.
Usulan ini tidak serta merta langsung diterima oleh Abu Bakar. Dia pertama
kalinya menolak, karena takut berbuat bi’dah. Umar menyakinkan Abu
Bakar, maka akhirnya khalifah pertama ini menerima usulan itu. Maka
dibentuklah suatu tim modifikasi Al-Qur’an yang diketuai oleh Zabit bin
Tsabit.
Kodifikasi kali ini diusulkan oleh Khuzaifah berdasarkan peristiwa
pertentangan antara pendudukan Syam dan Irak mengenai qira’ah ketika
menaklukan Armenia dan Azerbaijan. Dia berkata kepada Usman;
“Perbaikilah umat ini sebelum mereka bersengketa (mengenai kitab suci)
seperti persengketaan Yahudi dan Nasrani”. Maka Usman meminta Hafsah
mengirim kepadanya naskah Al-Qur’an(yang ditulis pada masa Abu Bakar).
Setelah ditulis, naskah itu dikembalikan lagi kepada Hafsah (As-Sayuti, As-
Sayuti, Al-Itqân fî ‘Ulûm Al-Qur’ân, Jilid I., hlm. 59).
Pekerjaan ini melahirkan suatu ilmu yang dikenal dengan ilmu rasm
al-qurân atau ilmu rasmi al-usmâni , yang selanjutnya menjadi salah satu
kajian dalam ulumul qur’an.10 Tim penulisan Al-Qur’an pada masa ini
beranggotakan Zaid bin Tsabit, Said bin Al-As, dan Abdurrahman bin Al-
Haris.
PENUTUP
Kesimpulan
Ilmu Nuzul Qur’an adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang turunnya
Al-Qur’an. Al-Qur’an diturunkan melaui tiga tahap. Pertama yaitu
ditempatkannya Al-Qur’an di lawh al-mahfuzh. Selanjutnya pada tahap
kedua adalah diturunkannya Al-Qur’an dari lawh al-mahfuzh ke bayt
al-‘izzah peristiwa ini bertepatan pada saat terjadinya lailatul qadar. Dan
tahap ketiga yaitu diturunkannya Al-Qur’an dari bayt al-‘izzah ke bumi,
yang diturunkan melalui perantara malaikat jibril kepada Nabi Muhammad
Shalla Allahu ‘Alaihi wa Sallam secara berangsur-angsur selama 23 tahun.
Hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur adalah
untuk menguatkan (meneguhkan) hati Rasulullah dalam menghadapi orang-
orang kafir yang membangkang, sebagai kasih sayang pada Rasulullah
ketika turunnya wahyu, memudahkan dalam menghafal Al-Qur’an bagi
para sahabat, sebagai argumentasi suatu peristiwa yang terjadi, dan untuk
menunjukkan Al-Qur’an diturunkan dari sisi Yang Maha Agung.
Pemeliharaan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad Shalla Allahu
‘Alaihi wa Sallam adalah dengan cara dihafalkan langsug oleh para sahabat
dan ditulis para sahabat pada tulang-tulang, pelepah kurma, dan lain
sebagainya dalam bentuk lembaran-lembaran dan belum dibukukan.
Barulah pada masa khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq dilakukan kodifikasi
terhadap naskah Al-Qur’an yang telah ditulis pada masa Nabi itu, dengan
menulisnya kembali dan disusun dalam suatu naskah secara rapi dan
berurutan. Pada masa khalifah Usman bin Affan beliau menulis kembali Al-
Qur’an yang telah ditulis pada masa khaifah abu bakar dan
menggandakannya sebanyak lima mushaf yang disebar di berbagai daerah
sebagai pedoman model penulisan Al-Qur’an.
Setelah masa khulafaurrasyidin bentuk pemeliharaan dan
penyempurnakan Al-Qur’an adalah pada tanda baca. Yaitu berupa titik,
syakal, harakah, dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Yunahar. 1997. Feminisme dalam Kajian Tafsir Al-Qur'an Klasik dan
Kontemporer. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
al Khuli, Amin dan Nasr Hamid Abu Zayd. 2004. Metode Tafsir Sastra.
(terjemahan Khairon Nahdiyyin). Yogyakarta. Adab Press.