Proses turunnya Al-Qur'an terbagi ke dalam tiga tahap. Pertama, dari Tuhan ke Lauh al-
Mahfuz. Turunnya Al-Qur'an ke Lauh al-Mahfuz dijelaskan melalui firman-Nya dalam surah Al
Buruj ayat 21-22. Dia berfirman:
Kedua, Al-Qur'an diturunkan ke langit dunia sekaligus menjadi awal turunnya Al-Qur'an
kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini diperkuat dengan firman-Nya dalam surah Ad Dukhan
ayat 3 dan surah Al Qadr ayat 1. Allah SWT berfirman:
Artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan." (QS Ad Dukhan: 3)
Artinya:" Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan." (QS
Qadr: 1)
Perlu diketahui bahwa mushaf yang ditulis pada masa khalifah ‘Utsman bin Affan yang dikenal
dengan sebutan mushhaf ‘Utsman itu tidak menggunakan syakal dan titik. Oleh karenanya,
tulisan mushhaf itu mengandung kemungkinan untuk dibaca dengan bentuk yang berbeda-beda.
Namun demikian, rasa bahasa Arab yang masih kental pada waktu itu mampu menghindarkan
orang dari kemungkinan salah dalam membaca. Abu Ahman al-‘Askari menceritakan bahwa
mushhaf ‘Utsman tetap dibaca orang banyak dalam bentuk tulisannya seperti yang tersebut di
atas selama empat puluh tahun lebih, yakni sampai masa khalifah ‘Abd al-Malik. Pada masa
inilah banyak terjadi kerancuan dalam membaca sebagian kata dan huruf al-Qur’an yang ada
dalam mushhaf ‘Utsman, sebagai akibat dari pencampuran orang-orang Arab dengan orang-
orang non Arab. Pencampuran ini sedikit banyak telah mempengaruhi kemurnian bahasa Arab.
Maka pada masa khalifah ‘Abd al-Malik tahun 65 Hijriyyah sebagian penjabat pemerintah mulai
mengkhawatirkan terjadinya perubahan pada teks al-Qur’an jika mushhaf-mushhaf yang ada
tetap tidak diberi baris dan titik. Untuk itu mereka berinisiatif untuk membuat tanda-tanda baca
yang dapat menolong orang supaya bias membaca mushhaf dengan benar. Dalam kaitan ini
disebut-sebut dua nama pejabat sebagai pihak yang berinisiatif, yakni ‘Ubaidillah ibn Ziyad
(wafat 67 H) dan Al-Hajjaj ibn al-Tsaqafi (wafat 95 H). Masing-masing dari kedua tokoh ini
telah menegaskan kepada orang-orang yang dianggap ahli dan terpercaya bentuk dan tulisan
mushhaf.
Perlu diperhatikan bahwa usaha penyempurnaan bentuk tulisan al-Qur’an tidaklah berlangsung
sekaligus melainkan berjalan tahap demi tahap sehingga mencapai puncak keindahannya pada
akhir abad ketiga Hijriyyah.
Adapun mengenai orang pertama yang meletakkan dasar-dasar pemberian syakal dan pada al-
Qur’an, dikalangan para ulama terdahulu terdapat perbedaan pendapat. Dalam hubungan ini ada
tiga nama yang disebut-sebut oleh mereka, yakni : Abu al-Aswad al du-ali dan nama ini yang
paling popular Yahya ibn Ya’mar dan Nashr ibn ‘Ashim al-Laitisi.
Dr. Shubhi al-Shalih berpendapat bahwa mengingat sulitnya kita untuk memastikan siapakah
diantara ketiga tokoh tersebut yang benar-benar merupakan orang pertama dalam hal ini, maka
tidak ada halangan bagi kita untuk menyatakan bahwa ketiga-tiganya telah memberikan
sahamnya masing-masing dalam memperindah tulisan al-Qur’an dan memudahkan orang untuk
membacanya.
Pada masa-masa beriktunya semakin semaraklah usaha-usaha menyempurna-kan dan
memperindah tulisan al-Qur’an sehingga pada akhirnya kita warisi mushhaf al-Qur’an seperti
yang ada pada hari ini.