Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ICHA AMARETA

NIM : 41820110029

1. Jelaskan cara al-Qur’an diturunkan dan diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW!
Lengkapi penjelasan Anda dengan dalil dari al-Qur’an!
Ayat-ayat Alquran tidaklah diturunkan sekaligus secara keseluruhan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, tetapi secara berangsur-angsur sesuai dengan ketentuan yang ada.
Dalam buku Ulumul Qur’an karangan Abdul Djalal dijelaskan mengenai proses Alquran
yang diturunkan melalui tiga tahapan.

Tahap pertama yaitu, Alquran diturunkan ke Lauhul Mahfuzh secara sekaligus dalam
arti, bahwa Allah menetapkan keberadaannya di sana, sebagimana halnya dia
menetapkan adanya segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Tetapi kapan saatnya
serta bagaimana caranya tidak seorangpun mengetahui kecuali Allah SWT, sesuai
dengan firman-Nya,dalam Alquran surat Al Buruj ayat 21-22:

ٍ ُ‫ح َمحْ ف‬
‫وظ‬ ٌ ْ‫بَلْ ه َُو قُر‬
ٍ ْ‫آن َم ِجي ٌد فِي لَو‬
"Bahkan (yang didustakan mereka itu ), ialah Alquran yang mulia yang (tersimpan) di
Lauhul Mahfuzh.’’

Kemudian tahapan kedua yaitu, Alquran turun dari Lauh Mahfuzh ke Baitul izzah di
Langit dunia. Setelah berada di Lauh Mahfudh, Kitab Alquran itu turun ke Baitul Izzah di
Langit Dunia atau Langit terdekat dengan bumi ini. Banyak dalil yang menerangkan
penurunan Alquran tahapan kedua ini, baik dari ayat Alquran ataupun dari Hadits Nabi
Muhammad SAW, diantaranya sebagai berikut :

ُ‫ضانَ الَّ ِذي ُأ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آن‬


َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan kitab suci Alquran.” (QS Al
Baqarah 185).

Yang dimaksudkan turunnya alquran pada ayat-ayat tadi ialah turunnya dari Lauhul
Mahfuzh ke Biatul Izzah, pada suatu malam yang dinamakan dengan malam lailat al-
mubarakah. Ketiga malam itu sebenarnya satu dan jatuhnya dalam Ramadhan. Turun ke
Baitul Izzah itu sekaligus.

Tahap ketiga yaitu, Alquran turun dari Baitul Izzah di langit dunia langsung kepada Nabi
Muhammad SAW. Tetapi turunnya kepada Nabi tidak dengan sekaligus, melainkan
sedikit-sedikit menurut keperluan, masa, dan tempat. Nuzulul Quran yang ketiga kali
dengan perantara malaikat Jibril dari Baitul Izzah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang terjadi pada 17 Ramadhan dalam Gua Hira di Makkah. Dalilnya,
ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi, antara lain:

‫ت‬ ٍ ‫َولَقَ ْد َأ ْن َز ْلنَا ِإلَ ْيكَ آيَا‬


ٍ ‫ت بَيِّنَا‬
”Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.”( QS Al
Baqarah 99).

ٌ َ‫ب َوُأ َخ ُر ُمتَ َشابِه‬


‫ات‬ ِ ‫ات ه َُّن ُأ ُّم ْال ِكتَا‬ َ ‫ك ْال ِكت‬
ٌ َ‫َاب ِم ْنهُ آي‬
ٌ ‫ات ُمحْ َك َم‬ َ ‫ۖ هُ َو الَّ ِذي َأ ْن َز َل َعلَ ْي‬
”Dia-lah yang menurunkan Alquran kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang
muhkamat, itulah pokok-pokok isi Alquran, dan yang lain (ada ayat-ayat) yang
mutasyabbihat.” ( QS Ali Imran 7).
2. Jelaskan sejarah turunnya al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW!
Melalui Malaikat Jibril, Al Quran sebagai wahyu diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad SAW yang saat itu tengah bertempat di Jabal Nur, Gua Hira. Saat itu
Rasulullah berusia 40 tahun, 6 bulan, 8 hari menurut tahun Qamariyah. Awal turunnya
Al Quran ini diawali dengan 5 ayat pertama dari Surat Al 'Alaq.
3. Jelaskan perbedaan antara ayat makiyah dan madaniyah!
 Pertama, kebanyakan ayat-ayat Makkiyah berisikan penetapan tauhid dan aqidah yang
benar, khususnya yang berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan iman kepada hari
kebangkitan, karena kebanyakan obyek yang didakwahi mengingkari hal itu.
 Sedangkan ayat-ayat Madaniyah kebanyakan berisikan perincian masalah ibadah dan
muamalah, karena obyek yang didakwahi sudah memiliki Tauhid dan aqidah yang benar
sehingga mereka membutuhkan perincian ibadah dan muamalah.
 Kedua, kebanyakan ayat-ayat Makiyyah memakai konteks kalimat tegas dan lugas
karena kebanyakan obyek yang didakwahi menolak dan berpaling, maka hanya cocok
mempergunakan konteks kalimat yang tegas.
 Sedangkan ayat-ayat Madaniyah kebanyakan mempergunakan konteks kalimat yang
lunak karena kebanyakan obyek yang didakwahi menerima dan taat.
 Ketiga, kebanyakan ayat-ayat Makkiyah adalah ayat-ayat pendek dan argumentatif,
karena kebanyakan obyek yang didakwahi mengingkari, sehingga konteks ayatpun
mengikuti kondisi yang berlaku.
 Sedangkan ayat-ayat Madaniyah kebanyakan adalah ayat-ayat pendek, penjelasan
tentang hukum-hukum dan tidak argumentatif, karena disesuaikan dengan kondisi
obyek yang didakwahi. Baca ayat tentang hutang-piutang dalam surat Al-Baqarah.
4. Jelaskan Hikmah diturunkan al-Qur’an secara berangsur-angsur!
Diturunkanya al-Qur’an secara berangsur-angsur banyak hikmah yang akan diperoleh
yaitu menetapkan hati Rasulullah, melemahkan lawan-lawannya, mudah difahami dan
dihafal, penyusunannya akan sesuai dengan lalulintas peristiwa atau kejadian. Penuruan
ayat al-Qur’an secara beransur memberikan beberapa hikmah diantaranya: menguatkan
hati Nabi Muhammad Saw; Mudah dihafal dan dipahami; orang-orang mukmin antusias
dalam menerima Qur’an dan giat mengamalkannya; Mengiringi kejadian-kejadian di
masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum; melemahkan lawan-
lawannya (mukjizat), dan menantang orang-orang kafir yang mengingkari al-Qur’an.
5. Jelaskan nama-nama al-Qur’an dan artinya!
 Al-Kitab
Al Quran memiliki nama lain adalah Al-Kitab yang artinya kitab.
 Al-Huda
Nama lain Alquran adalah Al-Huda yang artinya petunjuk.
 Al-Furqan
Al-Fuqan memiliki arti pembeda. Nama lain Alquran ini tertuang dalam Quran surat Al-
Furqan ayat 1.
 Ar-Rahmah
Nama lain Alquran yang perlu diketahui lainnya adalah Ar-Rahmah. Nama ini memiliki
arti rahmat yang seperti terdapat dalam Quran surat Al-Isra ayat 82

6. Jelaskan isi kandungan al-Qur’an!


Alquran menjadi pedoman dan petunjuk utama bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Karena perannya itu, Alquran mengandung isi pokok yang lengkap dan kompleks.
Adapun isi kandungan Alquran terdiri dari akidah, ibadah dan muamalah, hukum ,
sejarah, akhlak, dan ilmu pengetahuan.
7. Jelaskan adab membaca al-Qur’an. Lengkapi jawaban Anda dengan dalil yang ada dalam
al-Qur’an!
 Membaca Al Quran Harus Dalam Keadaan Suci
Saat membaca Al Quran, kita harus pastikan dalam keadaan suci, bebas dari hadats
besar. Selain itu, suci yang dimaksud adalah suci pikiran, yaitu tidak berniat membaca
Quran untuk ria.
 Membaca Al Quran di Tempat Bersih dan Menghadap Kiblat
Adab kedua membaca Al Quran adalah pilih tempat terbaik yang bersih dan nyaman.
 Dimulai dengan “Ta’awudz” dan “Basmalah”
Sebelum membaca Al Quran, Allah memerintahkan setiap hambanya untuk membaca
ta’awudz.
 Jangan Tergesa-Gesa dan Renungkan Maknanya
Jangan terburu-buru saat membaca Al Quran. Adab membaca Al Quran yang tidak kalah
penting adalah baca dengan perlahan (tartil) dan resapi setiap maknanya.
 Membaguskan Suara Saat Baca Al Quran
Adab membaca Al Quran selanjutnya adalah membaguskan suara.
 Membaca Doa Setelah Baca Al Quran
Membaca “shodaqollahul ‘azhim” sering dilakukan oleh sebagian besar umat Islam di
negara kita.
8. Jelaskan fungsi dari al-sunnah/hadits!
Fungsi Sunnah/Hadis
 Menjelaskan hukum yang telah dinyatakan Al-Qur'an.
Fungsi pertama dari Hadis adalah menjelaskan hukum yang telah dinyatakan dalam
Al-Qur'an. Penjelasan Hadis terhadap Al-Qur'an itu bisa berupa pengkhususan sesuatu
yang umum atau pemuqayyadan sesuatu yang mutlak atau lainnya. Yang jelas Hadis itu
menerangkan atau memerincikan suatu hukum yang dinyatakan dalam Al-Qur'an secara
umum atau global.
 Memperkuat hukum yang telah dinyatakan oleh Al-Qur'an.
Fungsi kedua dari Hadis adalah memperkuat hukum yang telah dinyatakan dalam
Al-Qur'an. Jadi, dengan demikian hukum suatu perkara itu sumbernya adalah dari Al-
Qur'an dan Hadis. Penguatan oleh Hadis terhadap hukum-hukum yang telah diterapkan
dalam Al-Qur'an dapat dilihat dalam beberapa kasus seperti haramnya membunuh
tanpa hak, sumpah palsu, pencurian, dan lainnya.
 Menjelaskan sumber hukum yang mandiri (independen)
Fungsi ketiga dari Hadis adalah menjadi sumber hukum yang mandiri,
maksudnya, Hadis itu menetapkan suatu hukum yang belum ada ketetapannya.
9. Jelaskan perbedaan antara sunnah taqririyah dan sunnah qauliyah! Lengkapi penjelasan
Anda dengan contoh!
 Sunnah Taqririyah
Yaitu perbuatan dan ucapan para sahabat yang dilakukan di hadapan atau
sepengetahuan Rasulullah, tetapi beliau mendiamkan dan tidak menolaknya. Sikap diam
Rasulullah tersebut dan tidak menolak atas perbuatan atau ucapan para sahabat itu,
dipandang sebagai persetujuan beliau.
Contoh :
a) Hadits Tentang Daging Dab (Sejenis Biawak)
Bahwa Ibnu Abbas telah mengabarkan kepadanya bahwa Khalid bin Al Khalid
yang juga dijuluki sebagai Saifullah telah mengabarkan kepadanya; Bahwa ia dan
Rasulullah Saw pernah menemui bibinya yaitu Maimunah yang juga bibi
daripada Ibnu Abbas. kemudian ia mendapati biawak yang telah terpanggang
yang dibawa oleh saudara bibinya yakni, Hudzaifah bintu Al Harits dari Najed.
Maka Maimunah pun menyuguhkan Biawak itu kepada Rasulullah Saw. Jarang
sekali beliau memajukan tangannya untuk mengambil makanan hingga beliau
dipersilahkan bahwa makanan itu untuk beliau. Saat itu, Rasulullah Saw
menggerakkan tangannya ke arah biawak, lalu seorang wanita yang hadir di situ
berkata dan memberitahukan kepada beliau tentang makanan yang telah
disuguhkan, "Itu adalah Biawak ya Rasulullah?" Maka seketika itu, Rasulullah Saw
segera menarik tangannya kembali dari daging Biawak sehingga Khalid bin Al
Walid pun bertanya, "Apakah daging Biawak itu haram ya Rasulullah?" beliau
menjawab: "Tidak, akan tetapi daging itu tidak terdapat di negeri kaumku,
karena itu aku tidak memakannya." Khalid berkata, "Lalu aku pun menarik dan
memakannya. Sementara Rasulullah Saw melihat ke arahku." (HR. Bukhari)

b) Hadits Tentang Tayamum.


Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu ia berkata: "Pernah ada dua orang
bepergian dalam sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba, sedang
mereka tidak membawa air, lalu mereka berdua bertayamum dengan debu yang
bersih dan melakukan shalat, kemudian keduanya mendapati air (dan waktu
shalat masih ada), lalu salah seorang dari keduanya mengulangi shalatnya
dengan air wudhu dan yang satunya tidak mengulangi. Mereka menemui
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan hal itu. Maka beliau
berkata kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya: 'Kamu sesuai dengan
sunnah dan shalatmu sudah cukup'. Dan beliau juga berkata kepada yang
berwudhu dan mengulangi shalatnya: 'Bagimu pahala dua kali' ". (HR. ad-Darimi).

 Sunnah Qauliyah
Yaitu Hadis-hadis yang diucapkan langsung oleh Nabi SAW, dalam berbagai kesempatan
terhadap berbagai masalah, yang kemudian dinukil oleh para sahabat dalam bentuknya
yang utuh seperti apa yang diucapkan oleh Nabi tersebut. Contoh Sunnah Qauliyah,
misalnya yaitu: “Sesungguhnya semua amal itu didasarkan pada niat, dan setiap orang
akan memperoleh apa diniatkan”.
Contoh :
a) Hadis tentang penentuan puasa Ramadan
“Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya
dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika -hilal- itu tertutup dari
pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang
saksi, berpuasa dan berbukalah kalian.” (HR. Bukhori dan Muslim)
b) Hadis tentang membaca al fatihah saat salat
"Tidak sah salat seseorang yang tidak membaca surat al Fatihah." (HR. Bukhari-
Muslim)
c) Hadis tentang makan dan minum
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca ‘Bismillah’
(dengan menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya sebelum makan maka
ucapkanlah ‘Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi.” (HR. At-Tirmidzi)

10. Jelaskan perbedaan antara sunnah taqririyah dan sunnah fi’liyah! Lengkapi penjelasan
Anda dengan contoh!
 Sunnah Taqririyah
Yaitu perbuatan dan ucapan para sahabat yang dilakukan di hadapan atau
sepengetahuan Rasulullah, tetapi beliau mendiamkan dan tidak menolaknya. Sikap diam
Rasulullah tersebut dan tidak menolak atas perbuatan atau ucapan para sahabat itu,
dipandang sebagai persetujuan beliau.
Contoh :
a) Hadits Tentang Daging Dab (Sejenis Biawak)
Bahwa Ibnu Abbas telah mengabarkan kepadanya bahwa Khalid bin Al Khalid
yang juga dijuluki sebagai Saifullah telah mengabarkan kepadanya; Bahwa ia dan
Rasulullah Saw pernah menemui bibinya yaitu Maimunah yang juga bibi
daripada Ibnu Abbas. kemudian ia mendapati biawak yang telah terpanggang
yang dibawa oleh saudara bibinya yakni, Hudzaifah bintu Al Harits dari Najed.
Maka Maimunah pun menyuguhkan Biawak itu kepada Rasulullah Saw. Jarang
sekali beliau memajukan tangannya untuk mengambil makanan hingga beliau
dipersilahkan bahwa makanan itu untuk beliau. Saat itu, Rasulullah Saw
menggerakkan tangannya ke arah biawak, lalu seorang wanita yang hadir di situ
berkata dan memberitahukan kepada beliau tentang makanan yang telah
disuguhkan, "Itu adalah Biawak ya Rasulullah?" Maka seketika itu, Rasulullah Saw
segera menarik tangannya kembali dari daging Biawak sehingga Khalid bin Al
Walid pun bertanya, "Apakah daging Biawak itu haram ya Rasulullah?" beliau
menjawab: "Tidak, akan tetapi daging itu tidak terdapat di negeri kaumku,
karena itu aku tidak memakannya." Khalid berkata, "Lalu aku pun menarik dan
memakannya. Sementara Rasulullah Saw melihat ke arahku." (HR. Bukhari)

b) Hadits Tentang Tayamum.


Dari Abu Sa'id Al Khudri radliallahu 'anhu ia berkata: "Pernah ada dua orang
bepergian dalam sebuah perjalanan jauh dan waktu shalat telah tiba, sedang
mereka tidak membawa air, lalu mereka berdua bertayamum dengan debu yang
bersih dan melakukan shalat, kemudian keduanya mendapati air (dan waktu
shalat masih ada), lalu salah seorang dari keduanya mengulangi shalatnya
dengan air wudhu dan yang satunya tidak mengulangi. Mereka menemui
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan menceritakan hal itu. Maka beliau
berkata kepada orang yang tidak mengulangi shalatnya: 'Kamu sesuai dengan
sunnah dan shalatmu sudah cukup'. Dan beliau juga berkata kepada yang
berwudhu dan mengulangi shalatnya: 'Bagimu pahala dua kali' ". (HR. ad-Darimi).

 Sunnah FI’liyah
Yaitu hadis -hadis yang berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan oleh Nabi SAW yang
dilihat dan diketahui oleh para sahabat kemudian disampaikan kepada orang lain.
Misalnya hal-hal yang berhubungan tata cara pelaksanaan ibadah. Contoh berikut ini
yang berasal dari Umar yang menjelaskan cara Rasulullah bertakbir dalam shalat:
"Adalah Rasulullah apabila la hendak mengerjakan shalat Ia mengangkat kedua
tangannya sejajar dengan dua sisi bahunya seraya bertakbir-mengucapkan Allahu Akbar,
jika la ingin ruku', Ia lakukan seperti itu juga dan demikian pula ketika bangkit dalam
ruku".
Contoh :
a) Hadits Tentang Tata Cara Shalat di atas Kendaraan.
Dari Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah saw. shalat di atas tunggangannya
menghadap ke mana arah tunggangannya menghadap. Jika Beliau hendak
melaksanakan shalat yang fardhu, maka beliau turun lalu shalat menghadap
kiblat. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

b) Hadits Tentang Tata Cara Shalat Khauf


Dari Jabir bin Abdullah ia berkata; "Aku pernah ikut menunaikan shalat Khauf
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kami berbaris dua shaf di
belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan musuh berada tepat
antara kami dan kiblat (di hadapan kami). Mula-mula Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bertakbir, lalu kami semua ikut bertakbir. Kemudian beliau ruku' dan
kami pun ikut ruku' semua. Kemudian beliau I'tidal (bangkit) dari ruku', maka
kami bangkit pula semuanya. Sesudah itu, beliau turun untuk sujud bersama-
sama dengan shaf yang pertama, sedangkan shaf kedua tetap berdiri untuk
berjaga-jaga. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersama shaf pertama telah
selesai sujud dan telah berdiri, barulah shaf kedua turun untuk sujud, dan
mereka terus bangun kembali. Sesudah itu, shaf kedua maju ke depan,
sedangkan shaf pertama mundur. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
ruku' dan kami ruku' pula semuanya. Kemudian beliau bangkit dari ruku', lalu
kami bangkit pula semuanya. Kemudian beliau turun untuk sujud diikuti oleh
shaf yang berada di belakang beliau. Sedangkan shaf yang setelahnya (tadinya
shaf pertama) tetap berdiri untuk berjaga-jaga ke arah musuh. Ketika Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dan shaf yang berada di belakangnya telah selesai
sujud, barulah shaf yang kedua turun untuk sujud. Kemudian Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mengucapkan salam, dan kami pun mengucapkan salam
semuanya." Jabir berkata; Sebagaimana yang dilakukan oleh para penjaga kalian
bersama para pemimpinnya..” (HR. Muslim)

11. Jelaskan perbedaan antara sunnah fi’liyah dan sunnah qauliyah! Lengkapi penjelasan
Anda dengan contoh!
 Sunnah FI’liyah
Yaitu hadis -hadis yang berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan oleh Nabi SAW yang
dilihat dan diketahui oleh para sahabat kemudian disampaikan kepada orang lain.
Misalnya hal-hal yang berhubungan tata cara pelaksanaan ibadah. Contoh berikut ini
yang berasal dari Umar yang menjelaskan cara Rasulullah bertakbir dalam shalat:
"Adalah Rasulullah apabila la hendak mengerjakan shalat Ia mengangkat kedua
tangannya sejajar dengan dua sisi bahunya seraya bertakbir-mengucapkan Allahu Akbar,
jika la ingin ruku', Ia lakukan seperti itu juga dan demikian pula ketika bangkit dalam
ruku".
Contoh :
a) Hadits Tentang Tata Cara Shalat di atas Kendaraan.
Dari Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah saw. shalat di atas tunggangannya
menghadap ke mana arah tunggangannya menghadap. Jika Beliau hendak
melaksanakan shalat yang fardhu, maka beliau turun lalu shalat menghadap
kiblat. (HR. al-Bukhari dan Muslim).

b) Hadits Tentang Tata Cara Shalat Khauf


Dari Jabir bin Abdullah ia berkata; "Aku pernah ikut menunaikan shalat Khauf
bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kami berbaris dua shaf di
belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan musuh berada tepat
antara kami dan kiblat (di hadapan kami). Mula-mula Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bertakbir, lalu kami semua ikut bertakbir. Kemudian beliau ruku' dan
kami pun ikut ruku' semua. Kemudian beliau I'tidal (bangkit) dari ruku', maka
kami bangkit pula semuanya. Sesudah itu, beliau turun untuk sujud bersama-
sama dengan shaf yang pertama, sedangkan shaf kedua tetap berdiri untuk
berjaga-jaga. Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersama shaf pertama telah
selesai sujud dan telah berdiri, barulah shaf kedua turun untuk sujud, dan
mereka terus bangun kembali. Sesudah itu, shaf kedua maju ke depan,
sedangkan shaf pertama mundur. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
ruku' dan kami ruku' pula semuanya. Kemudian beliau bangkit dari ruku', lalu
kami bangkit pula semuanya. Kemudian beliau turun untuk sujud diikuti oleh
shaf yang berada di belakang beliau. Sedangkan shaf yang setelahnya (tadinya
shaf pertama) tetap berdiri untuk berjaga-jaga ke arah musuh. Ketika Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dan shaf yang berada di belakangnya telah selesai
sujud, barulah shaf yang kedua turun untuk sujud. Kemudian Nabi shallallahu
'alaihi wasallam mengucapkan salam, dan kami pun mengucapkan salam
semuanya." Jabir berkata; Sebagaimana yang dilakukan oleh para penjaga kalian
bersama para pemimpinnya..” (HR. Muslim)
 Sunnah Qauliyah
Yaitu Hadis-hadis yang diucapkan langsung oleh Nabi SAW, dalam berbagai kesempatan
terhadap berbagai masalah, yang kemudian dinukil oleh para sahabat dalam bentuknya
yang utuh seperti apa yang diucapkan oleh Nabi tersebut. Contoh Sunnah Qauliyah,
misalnya yaitu: “Sesungguhnya semua amal itu didasarkan pada niat, dan setiap orang
akan memperoleh apa diniatkan”.
Contoh :
a) Hadis tentang penentuan puasa Ramadan
“Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya
dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika -hilal- itu tertutup dari
pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang
saksi, berpuasa dan berbukalah kalian.” (HR. Bukhori dan Muslim)
b) Hadis tentang membaca al fatihah saat salat
"Tidak sah salat seseorang yang tidak membaca surat al Fatihah." (HR. Bukhari-
Muslim)
c) Hadis tentang makan dan minum
“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca ‘Bismillah’
(dengan menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya sebelum makan maka
ucapkanlah ‘Bismillaahi fii awwalihi wa aakhirihi.” (HR. At-Tirmidzi)

12. Jelaskan perbedaan antara hadits mutawatir dengan hadits masyhur!


 Hadis Mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang pada setiap
tingkat sanadnya, yang menurut tradisi mustahil mereka berse- pakat untuk berdusta
dan karena itu diyakini kebenarannya. Beberapa rumusan di atas seka- lipun dengan
kalimat dan redaksi yang berbeda-beda namun maksudnya sama.
 Hadis masyhur adalah hadis yang awalnya ahad, kemudian menjadi terkenal pada abad
kedua dan ketiga, yaitu ketika banyak manusia, dengan jumlah mutawatir, menerima
dan mengamalkan hadis tersebut, sehingga hadis tersebut menjadi seperti mutawatir.
13. Jelaskan perbedaan antara hadits shahih dengan hadits hasan!
Perbedaan hadits Shahih dan hasan terletak pada kedhabithannya. Jika hadits Shahih
tingkat dhabithnya harus tinggi, maka hadits hasan tingkat kedhabithannya berada
dibawahnya. Contoh hadits Hasan adalah seperti hadits yang diriwayatkan oleh
Muhammad bin Amr bin al-Qamah, dari Salamah, dari Abu Hurairah. Dalam hadits ini,
hadits dikategorikan hasan dikarenakan Muhammad bin Amr bin al-Qamah dikenal
tingkat hafalannya yang tidak luar biasa.
14. Jelaskan perbedaan antara hadits dha’if dan hadits maudhu’!
 Hadits dhaif memang dinisbahkan kepada Rasulullah, tetapi perawi haditsnya
tidak kuat hafalan ataupun kredibilitasnya, atau ada silsilah sanad yang terputus.
 Hadits maudhu’ ialah informasi yang mengatasnamakan Rasulullah SAW, tetapi
sebenarnya bukan perkataan Rasulullah SAW.
15. Jelaskan perbedaan antara hadits maqbul dan hadits mardud!
 Hadis Maqbul (Hadis yang diterima) maksudnya adalah Hadis yang dapat diambil
menjadi dalil hukum
 Hadis Mardud (Hadis yang ditolak) maksudnya adalah Hadis yang tidak dapat
diambil menjadi dalil hukum
16. Jelaskan perbedaan antara hadits marfu’ dan hadits maqthu’!
 Hadis Marfu'
Hadis yang sanadnya berujung langsung pada Nabi Muhammad SAW
 Hadis Maqthu'
Hadis yang sanadnya berujung pada para tabi'in (penerus) atau sebawahnya.
17. Jelaskan pengertian dan fungsi ijtihad
ijtihad dapat dibagi menjadi dua, yaitu secara etimologis dan terminologi.
 Secara etimologis, ijtihad berarti mengerahkan segala upaya dalam mengerjakan
suatu pekerjaan.
 Sedangkan secara terminologi, ijtihad berarti mengerahkan kekuatan maksimal
untuk sampai pada kesimpulan suatu hukum syar’i yang aplikatif dari dalilnya
yang rinci dengan cara menggali hukum dari sumbernya.
Berikut beberapa fungsi dan manfaat ijtihad yang wajib diketahui oleh umat muslim:
 Ijtihad membantu umat muslim ketika dihadapkan oleh masalah baru. Umat
muslim akan mengetahui hukumnya ketika berijtihad walaupun masalah
tersebut belum memiliki hukum dalam Islam.
 Ijtihad membantu umat muslim untuk menyesuaikan hukum yang berlaku
dalam agama Islam sesuai dengan keadaan, waktu, dan perkembangan
zaman.
 Ijtihad dapat digunakan untuk menetapkan fatwa tentang semua topik yang
tidak terkait dengan halal dan haram.
 Ijtihad membantu mengembalikan ajaran-ajaran Islam kepada Al-Quran dan
sunnah dari segala interpretasi yang kurang relevan.
 Ijtihad menghidupkan kembali bagian-bagian dari nilai dan semangat Islam
untuk mampu menjawab tantangan perubahan zaman.

Anda mungkin juga menyukai