Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HIKMAH DITURUNKANNYA AL-QUR'AN SECARA


BERANGSUR-ANGSUR DAN FAIDAHNYA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kelompok
Dosen Pengampu : K. M. Lutfi Hakim, S.Pd

Disusun oleh :
1. Fazlur Rohman : 40020008

2. Lukman Hakim : 40020011

3. Sahrul Aziz : 40020031

PRODI TAFSIR WA 'ULUMUHU


MA'HAD ALY AL-IMAN BULUS, INDONESIA
TAHUN 1440 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Turunnya Al-Qur'an ialah peristiwa besar yang sekaligus merupakan pernyataan kedudukan
Al-Qur'an itu sendiri bagi langit dan penghuni bumi yang mana penyampaian wahyu dengan
perantara Malaikat Jibril as. kepada Nabi akhir zaman berdasarkan peristiwa-peristiwa dan
kejadian-kejadian.
Turunnya Al-Qur'an yang pertama kali pada malam lailatul qodar merupakan
pemberitahuan kepada alam tingkat tinggi (samawi) yang dihuni oleh para malaikat tentang
kemuliaan umat nabi Muhammad, sedangkan turunnya Al-Qur'an yang kedua kali secara
bertahap berbeda dengan kitab-kitab yang turun sebelumnya.
Al-Qur’am diturukan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan
perantaraan Malaikat Jibril, dan caranya tidak sekali turun, tetapi berangsur-angsur dari se-
ayat, dua ayat dan tempo-tempo sampai sepuluh ayat. Bahkan kadang-kadang diturunkan
hanya tiga perkataan, kadang-kadang hanya setengah ayat dan demikian selanjutnya, menurut
kepentingannya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.
Lantas apa hikmahnya? Dalam makalah ini kita akan membahas tentang hikmah Al-Qur'an
diturunkan secara berangsur-angsur agar kita tidak hanya mengerti proses turunnya saja.Dan
kita juga akan membahas tentang faedah turunnya Alqur’an secara bertahap dalam pendidikan
dan pengajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
adalah:
1. Apa hikmah Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur?
2. Apa faedah turunnya Al-Qur'an secara bertahap dalam pendidikan dan pengajaran?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk:
1. Memahami hikmah Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur
2. Memahami faedah turunnya Al-Qur'an secara bertahap dalam pendidikan dan
pengajaran
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hikmah Kedua : Menantang dan Mu'jizat


Orang-orang musyrik senantiasa dalam kesesatan. Mereka sering mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang. Untuk menguji
kenabian Rosululloh, mengajukan hal-hal yang bathil dan tidak masuk akal, seperti
menanyakan tentang hari kiamat, : "mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat."
(Al-A'rof : 187). Minta disegerakannya adzab : "dan mereka meminta kepadamu agar
adzab itu disegerakan." (Al-Hajj :47). Maka turunlah Al-Qur'an untuk menjelaskan
kepada mereka suatu kebenaran dan jawaban yang amat tegas atas pertanyaan mereka
itu, misalnya firman Allah SWT
. )33 : ‫وال يأتونك بمثل االّ جئناك بالحق وأحسن تفسيرا (الفرقان‬
Artinya : "dan orang-orang kafir itu tidak datang kepadamu dengan membawa
sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan
yang paling baik penjelasannya". (Al-Furqon : 33). Maksudnya, setiap kali mereka
datang kepadamu dengan pertanyaan-pertanyaan yang aneh-aneh, kami datangkan
kepadamu jawaban yang benar dan lebih berbobot daripada pertanyaan-pertanyaan yang
merupakan contoh daripada kebathilan.
Disaat mereka keheranan terhadap turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur,
Allah menjelaskan kepada mereka tentang kebenaran hal itu. Tantangan mereka
terhadap Al-Qur'an yang diturunkan secara berangsur, sekaligus melemahkan mereka
untuk membuat serupa dengannya dan membuktikan kemu'jizatan Al-Qur'an. Yang
demikian lebih efektif pembuktiannya daripada Al-Qur'an diturunkan sekaligus lalu
mereka diminta membuat yang serupa dengannya itu. Oleh sebab itu, ayat diatas datang
sesudah pertanyaan mereka, mengapa Al-Qur'an ini tidak diturunkan kepadanya
sekaligus, kami berikan kepadamu apa yang menjadi legitimasi bagimu sesuai dengan
kebijakan Kami, memiliki peran yang lebih tegas dalam melemahkan mereka, yaitu
dengan turunnya Al-Qur'an secara berangsur-angsur. Hikmah seperti ini juga telah
diisyaratkan oleh beberapa riwayat dalam hadits Ibn 'Abbas mengenai turunnya Al-
Qur'an, "Apabila orang-orang msuyrik memunculkan sesuatu persoalan, maka Allah
langsung memberikan respon kepada mereka.

2. Hikmah Ketiga : Memudahkan untuk Menghafal dan Memahaminya


Al-Qur'an Karim turun ditengah-tengah ummat yang Ummi yang tidak pandai
membaca dan menulis. Yang menjadi catatan mereka adalah hafalan dan daya ingatnya.
Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tata cara penulisan dan pembukuan yang
dapat memungkinkan mereka untuk menuliskan dan membukukannya, kemudian
menghafal dan memahaminya.
‫هو الّذي بعث في األميين رسوال منهم يتلو عليهم أياته ويزكيهم ويعلمهم الكتاب والحكمة وإن كانوا من قبل لفي ضالل‬
.)2 : ‫مبين (الجمعة‬
Ummat yang buta huruf itu tidak akan mudah untuk menghafal seluruh Al-Qur'an,
seandainya Al-Qur'an diturunkan sekaligus, dan tidak mudah pula bagi mereka untuk
memahami maknanya, dan merenungkan ayat-ayatnya. Jelasnya bahwa turunnya Al-
Qur'an secara berangsur-angsur itu merupakan bantuan terbaik bagi mereka untuk
menghafal dan memahami ayat-ayatnya. Setiap kali turun satu atau beberapa ayat, para
sahabat segera menghafalnya, merenungkan maknanya dan mempelajari hukum-
hukumnya. Tradisi demikian itu menjadi suatu metode pengajaran dalam kehidupan para
tabi'in.
Abu Nadroh berkata : Abu Sa'id Al-Khudriy mengajarkan Al-Qur'an kepada kami,
lima ayat diwaktu pagi dan llima ayat diwaktu petang. Dia memberitahukan bahwa Jibril
menurunkan Al-Qur'an lima ayat-ayat.
Dari Khalid bin Dinar katanya : Abul Aliyah berkata kepada kami, pelajarilah Al-
Qur'an itu lima ayat lima ayat karena Nabi SAW, mengambilnya dari Jibril lima ayat-lima
ayat.
Juga diriwayatkan dari 'Umar katanya pelajarilah Al-Qur'an itu lima ayat-lima
ayat, karena Jibril menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi juga lima ayat-lima ayat.

3. Hikmah Keempat : Relevan dengan Peristiwa, Pertahapan dalam Penetapan


Hukum.
Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama baru ini, jika Al-
Qur'an tidak memberikan strategi jitu dalam merekonstruksi kerusakan dan kerendahan
martabat mereka, maka turunlah hukum mengenai hukum peristiwa itu yang memberikan
kejelasan statusnya, membimbing mereka, dan meletakkan dasar-dasar perundang-
undangan bagi mereka, sesuai dengan situasi dan kondisinya. Yang demikian ini, menjadi
terapi mujarrab bagi hati mereka.
Pada mulanya Al-Qur'an meletakkan dasar-dasar keimanan kepada Allah,
Malaikat-malaikatNya, kitabkitab-Nya, Rosul-rosul-Nya dan, dan hari kiamat serta apa
yang ada pada hari kiamat itu seperti kebangkotan, hisab, balasan, surga, dan neraka.
Untuk itu, Al-Qur'an memberikan bukti-bukti argumentatif sehingga akar-akar keyakinan
keberhalaan tercabut dari jiwa orang-orang musyrik, dan sebagai gantinya, akidah islam
bersemi (tertanam dalam jiwa mereka).
Al-Qur'an mengajarkan akhlaq mulia yang dapat membersihkan jiwa meluruskan
kebengkokan jiwa, dan mencagah perbuatan yang keji dan munkar. Agar akar-akar
kerusakan dan kejahatan tercabut dari jiwa mereka. Al-Qur'an menjelaskan kaidah-kaidah
halal dan haram yang menjadi dasar tiang agama dalam hal makanan, minuman harta
benda, kehormatan, dan nyawa.
Setelah disyariatkan kepada mereka kewajiban-kewajiban agama dan rukun-rukun
islam yang menjadikan hati mereka penuh dengan iman, ikhlas kepada Allah dan hanya
menyembah kepada-Nya serta tidak mempersekutukan-Nya, secara gradual tasyri'
meningkat kepada penanganan penyakit-penyakit sosial yang sudah mendarah daging
dalam jiwa mereka.
Al-Qur'an juga turun bertepatan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi terhadap
peristiwa kaum muslimin dalam perjuangkan mereka demi meningikan kalimat Allah.
Untuk hal-hal seperti itulah, nash-nash Al-Qur'an diturunkan, bila kita teliti ayat-ayat
makkiyah dan madaniyahnya serta kaidah-kaidah hukumnya.
Contoh : di Mekka disyariatkan sholat demikian juga prinsip umum mengenai
zakat yang mengiringi masalah riba
‫) َو َم•ا آتَ ْيتُ ْم ِم ْن‬38( َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ َ ‫ك خَ ْي ٌر لِلَّ ِذينَ ي ُِري ُدونَ َوجْ هَ هَّللا ِ ۖ َوُأو ٰلَِئ‬ َ ِ‫ت َذا ْالقُرْ بَ ٰى َحقَّهُ َو ْال ِم ْس ِكينَ َوا ْبنَ ال َّسبِي ِل ۚ ٰ َذل‬ ِ ‫فَآ‬
: ‫روم‬//‫) ال‬39( َ‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُون‬ ٰ ‫ُأ‬
َ ‫اس فَاَل يَرْ بُو ِع ْن َد هَّللا ِ ۖ َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن زَ َكا ٍة تُ ِري ُدونَ َوجْ هَ هَّللا ِ فَ ولَِئ‬ ِ َّ‫ِربًا لِيَرْ بُ َو فِي َأ ْم َوا ِل الن‬
39-38
Surat Al-An'am –yaitu makkiyah-turun untuk menjelaskan pokok-pokok keimanan
dan dalil-dalil tauhid; menghancurkan kemusyrikan; menerangkan tentang makanan yang
halal dan haram, serta ajakan untuk menjaga kemulian harta benta, darah dan kehormatan.
Allah SWT berfirman :
‫ق ۖ نَحْ نُ نَ••رْ ُزقُ ُك ْم‬ ٍ ‫قُلْ تَ َعالَوْ ا َأ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم ۖ َأاَّل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش• ْيًئا ۖ َوبِ ْال َوالِ• َدي ِْن ِإحْ َس•انًا ۖ َواَل تَ ْقتُلُ••وا َأوْ اَل َد ُك ْم ِم ْن ِإ ْماَل‬
َّ ‫ق ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َو‬
‫ص•ا ُك ْم بِ• ِه لَ َعلَّ ُك ْم‬ ْ •ِ‫س الَّتِي َح• َّر َم هَّللا ُ ِإاَّل ب‬
ِّ ‫•ال َح‬ َ ‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَ••ا َو َم••ا بَطَنَ ۖ َواَل تَ ْقتُلُ••وا النَّ ْف‬ َ ‫اح‬ ِ ‫وَِإيَّاهُ ْم ۖ َواَل تَ ْق َربُوا ْالفَ َو‬
ِّ ْ ْ ْ ُ ‫َأ‬ ‫َأ‬ ُ ‫َأ‬ َّ ْ
‫) َواَل تَ ْق َربُوا َما َل اليَتِ ِيم ِإ بِالتِي ِه َي حْ َسنُ َحتَّ ٰى يَ ْبل َغ ُش َّدهُ ۖ َو وْ فوا ال َك ْي َل َوال ِميزَ انَ بِالقِ ْس• ِط ۖ اَل نُ َكلفُ نَف ًس•ا‬151( َ‫تَ ْعقِلُون‬
ْ ‫اَّل‬
‫) األنعام‬152( َ‫ِإاَّل ُو ْس َعهَا ۖ َوِإ َذا قُ ْلتُ ْم فَا ْع ِدلُوا َولَوْ َكانَ َذا قُرْ بَ ٰى ۖ َوبِ َع ْه ِد هَّللا ِ َأوْ فُوا ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َوصَّا ُك ْم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُون‬
Kemudian, turunlah perincian hukum-hukum ini dalam periode madaniy.

Pokok-pokok hukum perdata turun di mekkah, tetapi perincian hukumnya turun di


madinah, seperti ayat tentang utang piutang dan ayat-ayat pengharaman riba.
Dasar-dasar masalah kekeluargaan itu turun di mekkah, tetapi penjelasan
mengenai hak dan kewajiban suami istri serta hal-hal yang terkait seperti masalah harmoni
keluarga atau broken home yang berakhir dengan perceraian akibat kematian, juga
persoalan warisan diterangkan dalam undang-undang periode madaniy.

Masalah zina dan pengharaman pembunuhan, secara prinsip sudah diharamkan di


makkah :
ْ ‫ق َو َم ْن قُتِ َل َم‬
‫ظلُو ًما فَقَ ْد َج َع ْلنَ••ا‬ ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ ِإاَّل بِ ْال َح‬
َ ‫) َواَل تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬32( ‫{واَل تَ ْق َربُوا ال ِّزنَا ِإنَّهُ َكانَ فَا ِح َشةً َو َسا َء َسبِياًل‬ َ
]33 ،32 :‫ف فِي ْالقَ ْت ِل ِإنَّهُ َكانَ َم ْنصُورًا } [اإلسراء‬ ْ ‫ْر‬ِ ‫س‬ ُ ‫ي‬ ‫اَل‬َ ‫ف‬ ‫ا‬ً ‫ن‬‫ا‬َ ‫ط‬ ْ
‫ُل‬‫س‬ ‫ه‬
ِ ِّ ‫ي‬ِ ‫ل‬ ‫لِ َو‬
Tetapi pemberlakuan hukum yang diakibatkan oleh zina dan pembunuhan turun di
madinah.

Contoh paling jelas tentang tahapan penetapan hukum ialah kasus pengharaman
minuman keras,
]67 :‫ب تَتَّ ِخ ُذونَ ِم ْنهُ َس َكرًا َو ِر ْزقًا َح َسنًا ِإ َّن فِي َذلِكَ آَل يَةً لِقَوْ ٍم يَ ْعقِلُونَ } [النحل‬ ِ ‫ت النَّ ِخي ِل َواَأْل ْعنَا‬ ِ ‫{و ِم ْن ثَ َم َرا‬ َ
Ayat ini menyebutkan tentang nikmat dan karunia Allah. Menurut jumhur 'ulama sakar
yang dimaksud adalah minuman yang memabukkan sedangkan rizqan hasanan adalah
segala yang dimakan dari kedua pohon tersebut seperti kurma dan kismis. Pemberian
status baik disini ditujukan kepada rizqi yang ditafsiri dengan segala yang dimakan seperti
penjelasan diatas, bukan sakar. Dengan demikian, ayat ini sudah menyinggung bahwa
sakar tidak baik. Kemudian Allah berfirman :
َ •‫•ل ْال َع ْف‬
‫•و‬ ِ •ُ‫ك َما َذا يُ ْنفِقُونَ ق‬ َ َ‫اس َوِإ ْث ُمهُ َما َأ ْكبَ ُر ِم ْن نَ ْف ِع ِه َما َويَ ْسَألُون‬
ِ َّ‫ك َع ِن ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر قُلْ فِي ِه َما ِإ ْث ٌم َكبِي ٌر َو َمنَافِ ُع لِلن‬ َ َ‫{ يَ ْسَألُون‬
]219 :‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّكرُونَ } [البقرة‬ ِ ‫ك يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ُم اآْل يَا‬
َ ِ‫َك َذل‬
Ayat ini membandingkan antara manfaat minuman keras (khamr) seperti kesenangan, dan
kegairahan, atau keuntungan dalam memperdagangkannya, dengan bahaya yang
ditimbulkannya seperti dosa, bahaya bagi kesehatan tubuh dan akal, menghabiskan harta,
dan mendorong untuk berbuat nista dan durhaka. Ayat ini menunjukkan untuk menjauhi
khamr dengan mengunggulkan segi madharatnya daripada manfaatnya. Kemudian turun
ayat :
]43 :‫األية [النساء‬... َ‫صاَل ةَ َوَأ ْنتُ ْم ُس َكا َرى َحتَّى تَ ْعلَ ُموا َما تَقُولُون‬ َّ ‫{يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَ ْق َربُوا ال‬
Ayat ini menunjukkan larangan meminum khamr pada waktu-waktu tertentu. Bila
pengaruh minuman itu akan sampai ke waktu sholat. Hal ini, mengingatkan adanya
larangan mendekati sholat dalam keadaan mabuk, sampai pengaruhnya hilang dan sadar
apa yang dibaca dalam sholatnya. Kemudian turun firman Allah:
‫) ِإنَّ َم••ا‬90( َ‫صابُ َواَأْل ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَ••اجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح••ون‬ َ ‫{يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواَأْل ْن‬
} َ‫صاَل ِة فَهَلْ َأ ْنتُ ْم ُم ْنتَهُون‬َّ ‫ص َّد ُك ْم ع َْن ِذ ْك ِر هَّللا ِ َوع َِن ال‬ ُ َ‫ضا َء فِي ْالخَ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر َوي‬ َ ‫ي ُِري ُد ال َّش ْيطَانُ َأ ْن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعدَا َوةَ َو ْالبَ ْغ‬
]91 ،90 :‫[المائدة‬
Ayat ini merupakan proses terakhir yang tegas dan pasti di dalam pengharaman khamr
(minuman keras) dalam segala waktu.
Hikmah penetapan secara bertahap ini lebih lanjut diungkapkan dalam hadits
yang diriwayatkan oleh 'Aisyah RA. Dia berkata : "sesungguhnya ayat-ayat yang pertama
kali turun ialah ayat yang didalamnya disebutkan tentang surge dan neraka. Ketika orang
telah masuk islam, maka turunlah ayat-ayat yang menjelaskan persoalan hukum halal dan
haram kalau sekiranya yang turun pertama kali, janganlah kamu minum khamr tentu
mereka akan menjawab 'kami tidak akan meninggalkan khamr selamanya. Dan sekiranya
yang pertama kali turun janganlah kamu berzina tentu mereka akan menjawab kami tidak
akan meninggalkan zina selamanya.
Demikianlah proses pentahapan dalam mendidik umat sesuai dengan peristiwa-
peristiwa yang dialami oleh umat tersebut. Rasulullah SAW pernah meminta
pertimbangan para sahabatnya mengenai tawanan perang badar. Maka umar berkata :
"bunuh saja mereka !" sedangkan Abu Bakar berbeda pendapat, "menurut pandangan kami
sebaiknya anda memaafkan mereka dan menerima tebusan dari mereka". Ternyata
Rasululloh mengambil pendapat Abu Bakar maka turunlah ayat :
( ‫َزي• ٌز َح ِكي ٌم‬ ِ ‫ض ال ُّد ْنيَا َوهَّللا ُ ي ُِري ُد اآْل ِخ• َرةَ َوهَّللا ُ ع‬
َ ‫ض تُ ِري ُدونَ َع َر‬ ِ ْ‫{) َما َكانَ لِنَبِ ٍّي َأ ْن يَ ُكونَ لَهُ َأ ْس َرى َحتَّى ي ُْث ِخنَ فِي اَأْلر‬
]68 ،67 :‫ق لَ َم َّس ُك ْم فِي َما َأخ َْذتُ ْم َع َذابٌ َع ِظي ٌم } [األنفال‬ َ َ‫) لَوْ اَل ِكتَابٌ ِمنَ هَّللا ِ َسب‬67

4. Hikmah Kelima : Tanpa Diragukan Bahwa Al-Qur'an Karim Diturunkan dari Sisi
Yang Maha Bijaksana dan Maha Terpuji
Al-Qur'an yang turun secara berangsur-angsur kepada Rasulullah dalam waktu
yang lebih dari dua puluh tahun ini, ayat-ayatnya turun dalam waktu-waktu tertentu,
orang-orang membacanya dan mengkajinya surat demi surat. Ketika itu mereka mendapati
rangkaiannya yang tersusun cermat sekali dengan makna yang saling bertaut, dengan gaya
redaksi yang begitu teliti, ayat demi ayat, surat demi surat, yang saling terjalin bagaikan
untaian mutiara yang indah yang belum pernah ada bandingannya dalam perkataan
manusia.
ْ َ ‫صل‬
ٍ ِ‫ت ِم ْن لَد ُْن َح ِك ٍيم َخب‬
]1 :‫ير } [هود‬ ْ ‫{الر ِكتَابٌ ُأحْ ِك َم‬
ِّ ُ‫ت آيَاتُهُ ثُ َّم ف‬
Hadist-hadist Rasulullah SAW sendiri yang merupakan puncak kefasihan sesudah
Al-Qur'an, tidak mampu membandingi keindahan bahasa Al-Qur'an, apalagi ucapan dan
perkataan manusia biasa.
“Katakanlah; sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa dengan Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengannya, sekalipun sebagian dari mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”
(Al-Israa’: 88).

5. Faedah Turunnya Al-Qur'an Secara Bertahap dan Pengajaran


Proses belajar mengajar itu berlandaskan dua asas: perhatian terhadap tingkat
pemikiran siswa dan pengembangan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya dengan apa yang
dapat membawanya kearah kebaikan dan kebenaran.
Dalam hikmah turunnya Al-Qur'an secara bertahap itu kita melihat adanya suatu
metode yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan perhatian terhadap tingkat
pemikiran siswa dan pengembangan potensi akal, sebab turunnya Al-Qur'an itu telah
meningkatkan pendidikan umat islam secara bertahap dan bersifat alami untuk
memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya, membentuk kepribadian dan
menyempurnakan eksistensinya, sehingga jiwa itu tumbuh dengan tegak di atas pilar-pilar
yang kokoh dan mendatangkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia seluruhnya
dengan izin Tuhan.
Pentahapan turunnya Al-Qur'an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi
jiwa manusia dalam upaya mengahafal Al-Qur'an, memahami, mempelajari, memikirkan
makna-maknanya da mengamalkan apa yang dikandungnya.
Di antara ayat-ayat Al-Qur'an yang turun pertama kali didapati perintah untuk
membaca dan belajar dengan alat tulis.
Demikian pula dalam turunnya ayat-ayat tentang riba' dan warisan dalam masalah
harta kekayaan atau turunnya ayat-ayat tentang peperangan untuk membedakan secara
tegas antara islam dengan kemusyrikan diantara itu semua terdapat tahapan-tahapan
pendidikan yang mempunyai berbagai cara yang sesuai dengan tingkat perkembangan
masyarakat islam, dari kondisi lemah menjadi kuat dan tangguh.
System belajar mengajar yang tidak memperhatikan tingkat pemikiran siswa
dalam pentahapan pembelajaran, korelasi bagian-bagian ilmu dengan bagian yang bersifat
menyeluruh, serta dari yang umum menjadi yang lebih khusus atau tidak memperhatikan
pertumbuhan aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Maka ini adalah metode
yang gagal dan tidak akan memberi hasil ilmu pengetahuan kepada umat, selain kebekuan
(jumud) dan kemunduran.
Demikian halnya, guru yang tidak memberikan kepada para siswanya porsi
materi ilmiyah yang sesuai, dan hanya menambah beban kepada mereka dilua
kesanggupannya untuk menghafal dan memahami atau berbicara kepada mereka dengan
sesuatu yang tidak dapat mereka jangkau, atau tidak memperhatikan keadaan mereka
dalam upaya perbaikan perilaku atau kebiasaan buruk murid, lalu dia bersikap kasar,
keras, dan menanganinya dengan tergesa-gesa, tidak bertahap dan tidak bijaksana. Maka
guru itu juga termasuk guru yang gagal. Dia telah mengubah proses belajar mengajar
menjadi labirin menyesatkan yang mengerikan. Dan ruang belajar menjadi tidak
disenangi.
Begitu pula, pada buku pembelajaran. Materi pelajaran yang tidak sisematis,
tidak bertahap dalam penyajian pengetahuannya dari yang mudah kepada yang lebih
sukar, urutannya tidak presisi (parsial ke konprehensif), tidak relevan dan gaya bahasanya
tidak jelas juga sukar dipahami, maka buku ini tidak akan membuat siswa dapat
menikmati dalam membacanya, akhirnya siswa tidak dapat mengambil manfaat apa-apa
darinya.
Petunjuk ilahi tentang hikmah turunnya Al-Qur'an secara bertahap merupakan
contoh yang baik dalam menyusun kurikulum pengajaran, memilih metode yang baik dan
menyusun buku pelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada banyak hikmah Al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur,
diantaranya:Meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW, menentang dan melemahkan para
penentang Al-Qur'an, meringankan Nabi dalam menerima wahyu, mempermudah dalam
menghafal Al-Qur'an dan memberi pemahaman bagi kaum muslimin, Tadarruj (selangkah
demi selangkah) dalam menetapkan hukum samawi, sejalan dengan kisah-kisah yang
terjadi dan mengingatkan atas kejadian-kejadian itu, dan petunjuk terhadap asal (sumber)
Al-Qur'an bahwasanya Al-Qur'an diturunkan dari zat yang maha bijaksana lagi terpuji.
Dengan mempelajari cara turunnya Al-Qur'an kita dapat mengetahui hikmah dan
kita dapat menerapkan cara tersebut dalam proses pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai