Anda di halaman 1dari 21

Muhamad sidik abduloh

230414058
Dosen Pengampu :
Dr. Hendar Riyadi, M.Ag.
RESUME MUKJIZAT AL-QUR’AN
BAB 1
MUKJIZAT MENURUT AGAMA ISLAM

Mukjizat Menurut Agama Islam


Kata mukjizat dalam kamus besar bahas indonesia diartikan sebagai kejadian ajaib
yang sukar di jangkau oleh kemampuan akal manusia.Pengertian ini tidak sama dengan
pengertian kata tersebut dalam istilah agama.
Kata mukjizat berasal dari bahasa Arab (‘a’jaza) yang berarti “melmahkan atau menjadikan
tidak mampu”.Pelakunya (yang melemahkan) dinami mu’jiz dan bila kemampuannya
melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka dinamai
mu’jizat .tambah ta marbutah (pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah
(superlatif).
Unsur unsur yang menyertai mukjizat
1. Hal atau peristiwa yang luar biasa
2. Terjadi atau di paparkan oleh seseorang yang mengaku nabi
3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian
4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
Tujuan dan fungsi mukjizat
Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang tampak
atau terjadi melalui mereka itu di ibaratkan sebagai ucapan Tuhan : “apa yang dinyatakan
sang nabi adalah benar. Dia adalah utusan-Ku, dan buktinya adalah aku melakukan mukjizat
itu.
Perlukah Bukti untuk suatu kebenaran / atau mukjizat?
Tentu saja, karna pasti ada saja diantara anggota masyarakatnya yang meragukan nabi
sebagai utusan Tuhan, antara lain dengan dalih bahwa “dia adalah manusia biasa seperti
kita”. Dari sini kita di butuhkan khususnya bagi mereka yang ragu atau tidak percaya bukti
kenabian langsung dari Allah Swt yang mengutusnya. Bukti tersebut tidak lain kecuali apa
yang dinamai mukjizat.
Macam-macam Mukjizat
Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat
yang bersifat material indrawi lagi tidak kekal, dan mukjizat imaterial, logis, lagi dapat
dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu kesemuanya meruapakan jenis
pertama. Mukjizat mereka bersifat material dab inderawi dalam arti keluarbiasaan tersbut
dapat disaksikan atau dijangkaukan langsung lewat indera oleh masyarakat tempat nabi
tersebut menyampaikan risalahnya.
Berbeda dengan nabi Muhamad Saw yang bersifat nya bukan inderawi ( imaterial ),
namun dapat dipahami oleh akal. Karena sifatnya yang demikian, maka ia tidak dibatasi oleh
suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al-quran dapat di jangkau oleh setiap orang yang
menggunakan akalnya di mana dan kapanpun.
Itu sebabnya Nabi muhammad Saw ketika dimintai bukti-bukti yang demikian oleh
mereka yang tidak percaya beliau diperintahkan oleh Allah untuk menjawab,

‫ُقْل ُسْبَح اَن َر ِّبى َهْل ُك نُت ِإاَّل َبَش ًرا َّرُس واًل‬

Maha suci Tuhanku, bukankah Aku hanya sekedar manusia yang di utus (QS Al-Isra [17]:
93)

Dalam ayat yang lain Nabi muhammad Saw diperintahkan oleh Allah Swt. Untuk
menjawab,

‫َو َقاُلو۟ا َلْو ٓاَل ُأنِز َل َع َلْيِه َء اَٰي ٌت ِّم ن َّرِّبۖۦِه ُقْل ِإَّنَم ا ٱْل َء اَٰي ُت ِع نَد ٱِهَّلل َو ِإَّنَم ٓا َأَن۠ا َنِذ يٌر ُّم ِبيٌن‬
Katakanlah (wahai Muhammad) yang sesungguhnya (mukjizat yang bersifat inderawi yang
kalian minta itu) datangnya dari sisi Allah. Aku hanya sekedar pembawa berita yang nyata
(QS Al-ankabut [29]: 50).
BAB 2
MAKNA “MUKJIZAT AL-QUR’AN
Jika kita berkata “mukjizat Al-Quran” maka ini berarti bahwa mukjizat (bukti
kebenaran) tersebut dalah yang dimiliki atau yang terdapat di dalam Al-Quran, bukannya
bukti kebenaran yang datang di Al-Quran atau faktor luar. Pada bab sebelum ini telah
dikemukakan tentang apa yang dimaksud dengan “Al-Quran” dalam konteks kemukjizatan
ini.
Al-Quran biasa didefinisikan sebagai “firman-firman Allah yang disampaikan oleh
malaikat jibril sesuai redaksi-Nya kepada nabi Muhammad Saw, dan diterima oleh umat
islam secara tawatur.
Tiada suatu bacaan pun seperti halnya Al-quran yang di atur tata cara membacanya,
mana yang harus di panjangkan, di pendekan, di pertebal atau diperhalus ucapannya.Dimana
tempat yang di larang boleh, atau harus bermula dan berhenti, bahkan di atur lagu dan irama
yang di perkenankan atau tidak sampai pada etika membacanya.
Bagaimana memahami kemukjizatan Al-quran
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan guna mempermudah pemahaman bukti-bukti itu.
Petama, kepribadian Nabi Muhammad Saw, Kedua Kondisi masyarakat pada saat turunnya
dan ketiga, masa dan cara turunnya Al-quran. Berikut ini akan di kemukakan sedikit rician
menayangkan ketiga hal tersebut.
1. Kepribadian Nabi Muhammad Saw
Yang perlu yang di garis bawahi dari kepribadian itu, ketika berbicara tentang
kemukjizatan Al-quran , adalah sisi keadaan beliau sebagai ummiy, yakni tidak
pandai membaca dan menulis dan tidak pernah belajar pada suatu satuan pendidikan.
Namun sebagaimana akan terlihat dalam bahasan berikut beliau mampu
menyampaikan melalui ayat- ayat Al-quran aneka informasi sejarah dan hal ilmiah
yang tidak diketahui oleh masyarakat ilmiah kecuali berabad-abad sesudahnya.
Dalam konteks ini Al-quran menjelaskan mengapa Nabi Muhammad Saw
tidak pandai membaca dan menulis,

‫َو َم ا ُك نَت َتْتُلو۟ا ِم ن َقْبِلِهۦ ِم ن ِكَٰت ٍب َو اَل َتُخ ُّط ۥُه ِبَيِم يِنَۖك ِإًذ ا ٱَّلْر َتاَب ٱْلُم ْبِط ُلوَن‬

Engaku tidak pernah membaca sebelumnya (sebagai ilmu Alquran) satu kitab pun,
tidak juga pernah menulis sesuatu (kitab atau tulisan) dengan tangan kananmu.
Andaikata (engaku pernah membaca dan menulis) maka pasti benar-benar ragu orang-
orang yang mengingkarimu (QS Al-Ankabut [29]: 48).
2. Kondisi masyarakat saat turunnya Al-quran
Tentu banyak sisi dari kondisi masyarakat yang dapat dikemukakan, namun
yang terpenting dalam konteks uraian tentang mukjizat adalah perkembangan ilmu
pengetahuan, kemampuan ilmiah masyarakat Arab, serta masyarakat umat manusia
secara umum.
Al-quran menamai masyarakat Arab sebagai masyarakat Ummiyyin. Kata ini
adalah bentuk jamak dari kata ummiy yang terambil dari kata umm yang arti
harfiahnya adalah ibu dalam arti bahwa seorang ummiy adalah yang keadaanya sama
dengan keadaan pada saat dilahirkan ibunya dalam hal kemampuan membaca dan
menulis. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan An-Nasai
disebutkan bahwa Nabi Saw, bersabda,

‫ِإَّنا ُأَّم ٌة ُأِّم َّيٌة اَل َنْكُتُب َو اَل َنْح ُسُب الَّش ْهُر َهَك َذ ا َو َهَك َذ ا َو َهَك َذ ا َو َع َقَد اِإْل ْبَهاَم ِفي الَّثاِلَثِة َو الَّش ْهُر َهَك َذ ا َو َهَك َذ ا َو َهَك َذ ا َيْع ِني َتَم اَم‬
. ‫َثاَل ِثيَن‬
Artinya: "Kita adalah umat ummīyyah, kita tidak menulis dan tidak pula menghitung.
Satu bulan itu adalah begini, begini dan begini (beliau menurunkan ibu jarinya pada
kali yang ketiga). Dan jumlah bulan itu adalah begini, begini dan begini (yakni
bilangannya lengkap menjadi tiga puluh)." (HR. Muslim)
Walaupun demikian, ini bukan berati bahwa masyarakat Arab dijumpai Al-
quran pertama kali sama sekali tidak menjumpai pengetahuan. Tidak, mereka
memiliki pengetahuan antara lain dalam bidang:
1) Astronomi,tetapi ini tidak terbatas pada penggunaan bintang untuk petunjuk
jalan, atau mengetahui jenis musim.
2) Meteorologi, yang mereka gunakan untuk mengetahui kedaan cuaca dan
turunnya hujan.
3) Sedikit tentang sejarah umat sekitarnya.
4) Pengobatan berdasarkan pengalaman
5) Perdukunan dan semacamnya
6) Bahsa dan sastra.

3. Masa dan cara kehadiran Al-quran


Hal ketiga yang tidak kurang pentingnya dalam upaya lebih meyakinkan
tentang kemukjizatan Al-quran adalah masa dan cara turunnya wahyu Al-quran
kepada Nabi Muhammad Saw.
Banyak aspek yang berkaitan dengan topik ini, tetapi yang perlu di garis
bawahi dalam konteks pembuktian kemukjizatan Al-quran adalah:
a) Kehadiran wahyu Al-quran diluar kehendak Nabi Muhammad Saw
b) Kehadirannya secara tiba-tiba
Menyangkut butir pertama, baik untuk diketahui bahwa tidak jarang Nabi
Muhammad Saw membutuhkan penjelasan bagi sesuatu yan sedang di hadapinya
tetapi penjelasan yang dinantikan itu tak kunjung datang.
Setelah sepuluh kali menerima wahyu yang dimulai awal surah 1. Iqra 2.al-
qalam,3.Al-mudatsir,4.Al-muzammil,5.Al-masad,6.At-takwir,7.sabihsma,8.alam
nasyrah, 9.al-ashr, 10.al fajr, tiba tiba wahyu terputus kehadirannya. Sekian lama
beliau menanti mengharap tetapi jibril pembawa wahyu tidak kunjung datang, maka
timbul rasa gelisah di hati nabi Saw.Orang orang musyrik Makkah pun mengejek
beliau dengan berkata, “Tuhanmu telah meninggalkan Muhammad dan membenci
nya”. Kegelisahan ini baru berakhir dengan turunnya wahyu kesebelas yang
menyatakan,
(١ ) ‫َو ٱلُّض َح‬

(٢ )‫َو اَّلْيِل ِاَذ ا َس ٰج ى‬


( ٣ ) ‫َم ا َو َّد َعَك َرُّبَك َوَم ا َقٰل ۗى‬
Demi adh-dhuha, dam malam ketika hening. Tuhanmu tidak meninggalkan kamu dan
tidak pula membencimu. (QS adh-dhuha [93] 1-3).
BAB 3
BAHASA AL-QURAN
Tidak di sangkal bahwa ayat ayat alquran tersusun dengan kosa kata bahasa Arab,
Kecuali beberapa kata yang termasuk dalam pembendaharaan-nya akibat akulturasi. Al-quran
mengakui hal ini dalam sekian banyak ayatnya,antara lain ayat yang membantah tuduhan
yang mengatakan bahwa al-quran di ajarkan oleh seorang ‘ajam ( non-arab) kepada nabi
Allah Swt berfirman,
‫َو َلَقْد َنْع َلُم َأَّنُهْم َيُقوُلوَن ِإَّنَم ا ُيَع ِّلُم ۥُه َبَش ٌۗر ِّلَس اُن ٱَّلِذ ى ُيْلِح ُد وَن ِإَلْيِه َأْع َجِمٌّى َو َٰه َذ ا ِلَس اٌن َع َر ِبٌّى ُّم ِبيٌن‬
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata “sesungguhnya alquran
diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. Padahal bahasa orang yang
mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya adalah bahasa ‘ajam sedangkan ini
adalah dalam bahasa Arab yang terang (QS An-Nahl [16]: 103)
Bahasa ‘Ajam adalah bahasa selain bahasa Arab, dan diartikan juga dengan bahasa
Arab yang tidak baik. Tentu saja banyak faktor yang menyebabkan terpilihnya bahasa Arab
sebagai bahasa wahyu Ilahi yang terakhir. Faktor-faktor tersebut antara lain berkaitan dengam
ciri bahasa Arab dan tujuan penyebaran ajarannya.
Ciri Bahasa Arab
Bahasa Arab termasuk rumpunan bahasa Semit, sama dengan bahasa Ibrani, Aramik
(Aramea), Suryani, Kaldea, dan Babylonia. Kata-kata bahasa Arab pada umumnya
mempunyai dasar tiga huruf mati yang dapat dibentuk dengan berbagai bentuk. Kata ‫قال‬
(qala) misalnya, yang berarti bentuk, Kata ‫( ق‬qaf), ‫( و‬wawu), dan ‫( ل‬lam). Sedangkan kata
‫( َك َلٌم‬kalam) yang berarti “pembicaraan”, walaupun terdiri dari empat huruf yaitu ‫( ك‬kaf), ‫ل‬
(lam), ‫( ا‬alif), dan ‫( م‬mim) namun sebenarnya asalnya hanya terdiri dari tiga huruf, yakni
kecuali ‫( ا‬alif) pada huruf huruf tersebut di atas.
Walaupun alquran menggunakan kosa kata bahasa yang digunakan oleh orang-orang
Arab, namun tidak jarang wadah kata itu diisinya dengan pengertian-pengertian baru yang
berbeda dengan sebelumnya, kata ‫( َص اَل ٌة‬shalat), misalnya pada mulanya oleh bahasa Arab
diartikan “doa”,tetapi diperluas sehingga mencakup ucapan dan perbuatan tertentu yang di
mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam.
Tujuan Penyebaran Ajaran Al-Quran
Sebab pemilihan bahasa Arab sebagai bahasa wahyu illahi yang terkahir adalah
berkaitan dengan faktor penyebarannya. Dalam buku Lentera Hati antara lain penulis
kemukakan bahwa “kalau anda ingin menyampaikan pesan keseluruh penjuru, maka
sebaiknya anda berdiri di tengah dan di jalur yang memudahkan pesan itu tersebar. Hindari
tempat dimana ada suatu kekuatan yang dapat menghalangi dan atau merasa dirugikan
dengan penyebarannya, kemudian pilih penyampai pesan simpatik, berwibawa dan
berkemampuan sehingga menjadi daya tarik sendiri.”
Timur tengah adalah jalur penghubung Timur dan Barat. Wajarlah jika kawasan ini
menjadi tempat menyampaikan pesan Illahi yang terakhir dan yang di tunjukan kepada
seluruh manusia di seluruh penjuru dunia.
BAB 4
MUKJIZAT AL-QURAN DITINJAU
DARI ASPEK KEBAHASAAN

Al-quran pertama kali dipertemukan dengan masyarakat Arab pada masa nabi
Muhammad Saw. Keahlian mereka adalah bahas dan sastra Arab. Dimana- mana terjadi
musabaqah (perlombaan) dalam menyusun syair atau khutbah, petuah, dan nasihat. Syair-
syair yang dinilai sangat indah, digantung di ka’bah sebagai penghormatan kepada
penggubahnya sekaligus untuk dapat dinimkati oleh yang melihat atau membacanya. Penyair
mendapat kedudukan yang sangat istimewa dalam masyarakat Arab. Mereka dinilai pembela
kaumnya. Dengan syair dan gubahan, mereka mengangkat reputasi satu kaum atau seseorang
dan juga sebaliknya dapat menjatuhkannya.
Sebenarnya orang-orang Arab yang hidup pada masa turunnya Al-quran adalah
masyarakat yang paling mengetahui tentang keunikan dan keistimewaan Al-quran serta
ketidak mampuan manusia untuk menyusun semacamnya. Tetapi, sebagian mereka tidak
dapat menerima alquran karena pesan-pesan dan kandungannya merupakan suatu yang baru.
Hal itu masih di tambah dengan ketidak sejalanan al-quran dengan adat kebiasaan serta
bertentangan dengan kepercayaan mereka, bahkan memorak porandakannya.Inilah yang tidak
dapat mereka terima. Tetapi bukankah Nabi Muhammad menyatakan bahwa yang
disampaikannya adalah firman Allah? Bukan kah mereka sendiri menyadari betapa keindahan
dan keindahannya? Benar. Tetapi bagaimana dengan kepercayaan dan adat leluhur?
Kepercayaan harus dipertahankan, alquran harus di tolak. Begitulah kesimpulan tokoh-tokoh
masyarakat waktu itu. Mereka kemudian memikirkan tentang alasan apa, sedangkan
keistimewaan dan keunikan al-quran demikian jelas?
Rupanya dalam hal “alasan penolakan”, mereka tidak memperoleh kata sepakat. Oleh
karena itulah suatu kali mereka menyatakan bahwa al-quran adalah syair.Mereka menyadari
keindahan susunan dan nada irama al-quran yang sangat menyentuh bagaikan bahkan
melibihi syair para penyair ulung mereka. Tetapi, al-quran bukan seperti syair yang mereka
kenal selama ini. Kalau demikian, “al-quran adalah sihir ulung perdukunan,” kata mereka ini
pun tidak mengena, karena orang yang menyampaikannya nabi Muhammad Saw mereka
kenal, dan tukang sihir biasanya tidak mengucapkan kalimat-kalimat yang mengandung
pesan-pesan luhur, bahkan justru sebaliknya.
Demikan mereka menolak dan menolak dengan alasan dan cara yang mereka sendiri
sulit menerimanya. Kalau demikian tidak heran jika al-quran menantang mereka sambil
menugaskan nabi Muhammad Saw untuk menyampaikan ketidakmampuan siapa pun untuk
menyusun semacam al-quran.

‫ُقل َّلِئِن ٱْج َتَم َعِت ٱِإْل نُس َو ٱْلِج ُّن َع َلٰٓى َأن َيْأُتو۟ا ِبِم ْثِل َٰه َذ ا ٱْلُقْر َء اِن اَل َيْأُتوَن ِبِم ْثِلِهۦ َو َلْو َك اَن َبْعُضُهْم ِلَبْع ٍض َظِهيًرا‬
Katakan (sampaikanlah), “Seandainya manusia dan jin berhimpun untuk menyusun
semacam al-quran ini, mereka tidak akan mampu melakukannya, walaupun mereka saling
membantu”. (QS Al-Isra’[17] :88).
Karena mereka mengklaim bahwa al-quran bukan firman Allah, dan dalam saat yang
sama, keahlian mereka adalah dalam aspek kebahasaan dan mereka pun merasa amat mahir
dalam bidang ini, maka tidak heran jika tantangan pertama yang ragu diantara mereka adalah
“menyusun kalimat-kalimat semacam al-quran (minimal dari segi keindahan dan
ketelitiannya)”.
Dari sini kita dapat berkata bahwa keunikan dan keistimewaan al-quran dari segi
bahasa merupakan kemukjizatan utama dan pertama yang ditunjukan kepada masyarakat
Arab yang hadapi al-quran lima belas abad yang lalu.
Susunan Kata Dan Kalimat Al-Quran
Sebelum seseorang terpesona dengan keunikan atau kemukjizatan pesan kandungan
al-quran, terlebih dahulu ia akan terpukau oleh beberapa hal yang berkaitan dengan susunan
kata dan kalimatnya. Beberapa hal tersebut, anatara lain, menyangkut :
1. Nada dan Langgamnya
Jika anda mendengar ayat-ayat al-quran, hal pertama yang terasa di telinga adalah
nada dan lagamnya. Ayat-ayat al-quran walaupun sebagaimana ditegaskan-Nya bukan
syair atau puisi, namun terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan
ritmenya.
2. Singkat dan padat
Tidak mudah menyusun kalimat singkat tetapi sarat makna, karena pesan yang banyak
bila anda tak pandai memilih kata dan menyusunnya memerlukan kata yang banyak
pula. Nah, al-quran memiliki keistimewaan bahwa kata dan kalimat-kalimatnya yang
singkat dapat menampung sekian banyak makna.
Baiklah kita mengambil satu ayat singkat yaitu firman Allah dalam surah Al-
baqarah [2]: 212.

‫ُز ِّيَن ِلَّلِذ يَن َكَفُرو۟ا ٱْلَحَيٰو ُة ٱلُّد ْنَيا َو َيْسَخ ُروَن ِم َن ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوۘا َو ٱَّلِذ يَن ٱَّتَقْو ۟ا َفْو َقُهْم َيْو َم ٱْلِقَٰي َم ِۗة َو ٱُهَّلل َيْر ُز ُق‬
‫َم ن َيَش ٓاُء ِبَغْيِر ِحَس اٍب‬

Ayat ini berarti :


a) Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa ada yang
berhak mempertanyakan kepada-Nya mengapa Dia memperluas rezeki kepada
seseorang dan mempersempit yang lain.
b) Allah memberikan rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa Dia
(Allah) memperhitungkan pemberian itu (karena Dia maha kaya, sama dengan
seorang yang tidak memperdulikan pengeluarannya).

c) Allah memberikan rezeki kepada seseorang tanpa yang diberi rezeki tersebut
dapat menduga kehadiran rezeki itu.
d) Allah memberikan rezeki kepada seseorang tanpa yang bersangkutan dihitung
secara detail amal-amalnya.
e) Allah memberikan rezeki kepada seseorang dengan jumlah rezeki yang amat
banyak sehingga yang bersangkutan tidak mempu menghitungnya.
3. Memuaskan para pemikir dan orang kebanyakan
Bisa jadi seorang awam akan merasa puas dan memahami ayat-ayat al-quran sesuai
dengan keterbatasannya, tetapi ayat yang sama dapat dipahami dengan luas oleh
filosof dalam pengertian baru yang tidak terjangkau oleh orang kebanyakan.
Pedengarkanlah ayat ataupun terjemahan surah yasin (36) 78-82, berikut

ۖ‫﴾ُقْل ُيْح ِييَها اَّلِذ ي َأْنَش َأَها َأَّوَل َم َّر ٍة‬٧٨ ﴿ ‫َو َضَرَب َلَنا َم َثاًل َو َنِس َي َخ ْلَقُهۖ َقاَل َم ْن ُيْح ِيي اْلِع َظاَم َوِهَي َرِم يٌم‬
﴾٨٠ ﴿ ‫﴾ اَّلِذ ي َجَعَل َلُك ْم ِم َن الَّش َج ِر اَأْلْخ َض ِر َناًرا َفِإَذ ا َأْنُتْم ِم ْنُه ُتوِقُد وَن‬٧٩ ﴿ ‫َو ُهَو ِبُك ِّل َخ ْلٍق َع ِليٌم‬
﴾٨١ ﴿ ‫َأَو َلْيَس اَّلِذ ي َخ َلَق الَّسَم اَو اِت َو اَأْلْر َض ِبَقاِد ٍر َع َلٰى َأْن َيْخ ُلَق ِم ْثَلُهْم ۚ َبَلٰى َو ُهَو اْلَخ اَّل ُق اْلَعِليُم‬
﴾٨٢ ﴿ ‫ِإَّنَم ا َأْم ُر ُه ِإَذ ا َأَر اَد َشْيًئا َأْن َيُقوَل َلُه ُك ْن َفَيُك وُن‬
78.Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia
berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur
luluh?
79. Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang
pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk
80. yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba
kamu nyalakan (api) dari kayu itu"
81. Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan
yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha
Mengetahui
82. Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.

Sungguh jelas maksud jelas kadungan ayat-ayat di atas, dan lurus maksudnya.
Untuk itu kita dengarkanlah uraian filosofi muslim Al-Kindi tentang kandungan ayat
tersebut, sebagaimana dikutip oleh Abdul-Halim Mahmud dalam bukunya, At-takfir
Al-falsafi Al-Islam (halaman73).
Menurut Al-kindi, ayat ini menegaskan bahwa:
Pertama, keberadaan kembali sesuatu setelah kepunhannya adalah bisa atau
mungkin terjadi, karena menghimpun sesuatu yang tadinya belum pernah ada, lebih
mudah daripada mewujudkannya pertama kali. Walaupun bagi Allah tidak ada istilah
“lebih mudah atau lebih sulit”. Hakikat ini diungkapkan oleh ayat ketika di atas ketika
Allah menyatakan : “katakanlah bahwa ia akan dihidupkan oleh yang menciftakannya
kali pertama (sebelum ia mewujud pertama kali).
Kedua, kehadiran atau wujud sesuatu dari sumber yang berlawanan dengannya
bisa terjadi, sebagai mana terciftanya api dari daun hijau(yang mengandung air). Ini
informasikan oleh ayat yang berbunyi : “yang demikian untukmu api dari kayu yang
hijau”.
Ketiga, menciftakan manusia dan menghidupkannya setelah kematian sama
mudahnya dengan menciftakan alam raya yang sebelumnya tidak pernah ada. Ini bisa
di pahami dari firman-Nya : “Dan tidakkah tuhan yang menciftakan langit dan bumi
itu berkuasa menciftakan yang serupa dengan itu?”.
Keempat, untuk menciftakan dan atau melakukan sesuatu, betapapun
agungnya ciftaan itu, mabi Tuhan tidak diperlukan adanya waktu atau materi, dan ini
berbeda dengan makhluk yang selalu membutuhkan keduannya. Ini bisa di pahami
dari firmanNya, Jadilah maka terjadilah ia.
4. Memuaskan akal dan jiwa
Manusia memiliki daya pikir dan daya rasa, atau akal dan kalbu. Daya pikir
mendorongnya antara lain untuk memberikan argumentasi-argumentasi guna
mendukung pandangannya, sedangkan daya kalbu meghantarkannya untuk
mengekspresikan keindahan dan mengembangkan imajinasi. Dalam berbahasa, sulit
sekali memuaskan kedua daya tersebut dalam saat yang sama.
Didalam al-quran bisa menggabungkan kedua hal tersebut
Untuk memerintahkan sesuatu, alquran menggunakan aneka gaya. Sekali
dengan perintah tegas, dan kali lain dengan menyatakannya sebagai kewajiban.
Sementara di tempat lain dengan melukiskannya sebagai kebajikan,atau mewasiatkan,
atau menjanjikan pelakunya ganjaran yang banyak. Demikian beraneka ragam
perintah Allah yang terdapat di dalam alquran. Begitu juga halnya dengan mencegah
atau menganjurkan dan memberikan alternatif. Dari sisi lain, kandungan ayat hukum
itu sendiri kadang-kadang benar-benar menyentuh akal dan jiwa manusia. Perhatikan
ketika Alquran mewajibkan puasa misalnya,

﴾١٨٣ ﴿ ‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُك ِتَب َع َلْيُك ُم الِّص َياُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقوَن‬
ۖ ‫َأَّياًم ا َم ْعُدوَداٍتۚ َفَم ْن َك اَن ِم ْنُك ْم َم ِر يًضا َأْو َع َلٰى َس َفٍر َفِع َّد ٌة ِم ْن َأَّياٍم ُأَخ َر ۚ َو َع َلى اَّلِذ يَن ُيِط يُقوَنُه ِفْد َيٌة َطَع اُم ِم ْس ِكيٍن‬
﴾١٨٤ ﴿ ‫َفَم ْن َتَطَّوَع َخْيًرا َفُهَو َخْيٌر َلُهۚ َو َأْن َتُصوُم وا َخْيٌر َلُك ْم ۖ ِإْن ُكْنُتْم َتْع َلُم وَن‬

Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.(yaitu) dalam
beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi
makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan
kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui. (QS Al-Baqarah [2]: 183-184).
Ayat di atas menyatakan “Tuhan mewajibkan kepada kamu” tetapi
“diwajibkan kepada kamu”. Ini agaknya untuk mengisyaratkan bahwa manusia sendiri
yang mewajibkan pauasa atas dirinya saat ia menyadari betapa penting dan
bermanfaatnya puasa.
Demikian al-quran menyentuh akal dan mitra bicaranya.
BAB 5
PAHAM ASH-SHARFAH

Ash-sharfah terambil dari akar kata ‫( َص َر َف‬sharafa) yang berarti manusia


memalingkan;dalam arti Allah memalingkan manusia dari upaya membuat semacam al-
quran, sehingga seandainya tidak dipalingkan, maka manusia mampu. Dengan kata lain,
kemukjizatan al-quran lahir dari faktor eksternal, bukan dari al-quran itu sendiri.
Para penganut jawaban ini berbeda jawaban.
Pertama, mengatakan bahwa semangat mereka untuk menantang dilemahkan Allah.
Sebagai ilustrasi, seandainya seseorang menantang anda, kemudian pihak ketiga
berkomentar, “mengapa harus melawanya. Jika anda menang, maka itu wajar karena yang
anda lawan anak kecil; anda akan malu”. Mendengar komentar ini, pasti niat anda akan
mengendur. Demikian makna “semangat mereka dilemahkan Allah”.
Kedua, menyatakan bahwa cara Allah memalingkan adalah dengan mencabut
pengetahuan dan rasa bahasa yang mereka miliki dan yang di perlukan guna lahirnya satu
susunan kalimat serupa al-quran. Hal ini, menjadikan mereka, walaupun berusaha sekuat
tenaga, hasilnya pasti buruk.
Contoh ayat yang menantang untuk membuat serupa dengan al-quran

‫﴾َف ِإْن َلْم‬٢٣ ﴿ ‫َو اْدُع وا ُش َهَداَء ُك ْم ِم ْن ُدوِن ِهَّللا ِإْن ُكْنُتْم َص اِدِقيَن‬ ‫َو ِإْن ُكْنُتْم ِفي َر ْيٍب ِمَّم ا َنَّز ْلَنا َع َلٰى َع ْبِد َنا َفْأُتوا ِبُسوَرٍة ِم ْن ِم ْثِلِه‬
﴾٢٤ ﴿ ‫ِلْلَكاِفِريَن‬ ‫َتْفَع ُلوا َو َلْن َتْفَع ُلوا َفاَّتُقوا الَّناَر اَّلِتي َو ُقوُدَها الَّناُس َو اْلِح َج اَر ُةۖ ُأِع َّد ْت‬

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba
Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak
dapat membuat(nya) -- dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu
dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
(QS Al-Baqarah [2]: 23-24).
Demikianlah, mereka ditantang selama-lamanya, dan di pastikan tidak akan mampu
membuat bukan hanya hari dan esok, tetapi bahkan untuk selama-lamanya, serta mereka
dipersamakan dengan batu dan diancam untuk dijadikan bahan bakar neraka.
Kalau demikian, apa dasar yang digunakan untuk mengatakan bahwa ada faktor
ekstern untuk “melemahkan” semangat mereka? Di sisi lain, apa dasar pendapat ini? Sejarah
tidak menjelaskan hal tersebut. Bahkan sebaliknya, sejarah menjelaskan bahwa mereka
berusaha menghalangi laju alquran dengan menggunakan segala cara yang mereka mampu
lakukan. Bukankah mereka melawan Muhammad Saw dengan pedang dan tombak? Mengapa
mereka harus melakukan hal yang sukar ini, jika memang mereka mampu untuk meruntuhkan
dakwah Nabi Muhammad Saw dengan membuat semacam al-quran? Hal ini menunjukan
bahwa semangat tetap menggebu, hanya saja tantangan membuat serupa al-quran tidak
terlayani. Mereka sadar dengan kemampuan mereka yang terbatas. Mereka terpaksa mencari
cara lain.
BAB 6
ISYARAT-ISYARAT ILMIAH
AL-QURAN
Sebelum berbicara tentang isyarat-isyarat ilmiah al-quran, terlebih dahulu perlu
digaris bawahi bahwa al-quran bukan suatu kitab ilmiah sebagaiman halnya kitab-kitab
ilmiah yang dikenal selama ini.
Perlu di catat bahwa hakikat-hakikat ilmiah yang disinggung al-quran,
dikekemukakannya dalam redaksi singkat dan sarat makna, sekaligus tidak terlepas dari ciri
umum redaksinya yakni memuaskan orang kebanyakan dan para pemikir. Berikut akan di
beri beberapa contoh.
Ihwal Reproduksi Manusia
Berikut dikemukakan sekelumit tentang persoalan ini,khususnya yang berkaitan
dengan tahap pembuahan atau pertemuan sperma dan ovum.
Terdapat paling tidak tiga ayat al-quran yang berbicara tentang sperma (mani) yaitu :
a) Surat al-qiyamah [75]:36-39
﴾٣٨ ﴿ ‫﴾ ُثَّم َك اَن َع َلَقًة َفَخ َلَق َفَسَّو ٰى‬٣٧ ﴿ ‫﴾ َأَلْم َيُك ُنْطَفًة ِم ْن َم ِنٍّي ُيْم َنٰى‬٣٦ ﴿ ‫َأَيْح َس ُب اِإْل ْنَس اُن َأْن ُيْتَر َك ُسًدى‬
﴾٣٩ ﴿ ‫َفَجَعَل ِم ْنُه الَّز ْو َج ْيِن الَّذ َك َر َو اُأْلْنَثٰى‬
Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung
jawaban)? Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan
menyempurnakannya, alu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan
perempuan.
b) Surat an-najm [53]: 45-46
﴾٤٦ ﴿ ‫﴾ ِم ْن ُنْطَفٍة ِإَذ ا ُتْم َنٰى‬٤٥ ﴿ ‫َو َأَّنُه َخ َلَق الَّز ْو َج ْيِن الَّذ َك َر َو اُأْلْنَثٰى‬
dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita. dari
air mani, apabila dipancarkan.
c) Surat al-waqiah [56]: 58-59
﴾٥٩ ﴿ ‫﴾ َأَأْنُتْم َتْخ ُلُقوَنُه َأْم َنْح ُن اْلَخ اِلُقوَن‬٥٨ ﴿ ‫َأَفَر َأْيُتْم َم ا ُتْم ُنوَن‬
Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan. Kamukah yang
menciptakannya, atau Kamikah yang menciptakannya?
Ayat al-qiyamah di atas secara tegas menyatakan bahwa nutfah merupakan
bagian kecil dari mani yang dituangkan kedalam rahim. Kata nutfah dalam bahasa
arab al-quran adalah “setetes yang dapat membasahi”.
Selanjutnya ayat an-najm di atas menginformasikan bahwa setetes mani nutfah
yang memancarkan itu Allah menciftakan kedua jenis manusia lelaki dan permpuan.
Ihwal Kejadian Alam Semesta
Al-quran juga mengisyaratkan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu
gumpalan melalui firman-Nya :
﴾٣٠ ﴿ ‫َأَو َلْم َيَر اَّلِذ يَن َكَفُروا َأَّن الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض َك اَنَتا َر ْتًقا َفَفَتْقَناُهَم اۖ َو َجَع ْلَنا ِم َن اْلَم اِء ُك َّل َش ْي ٍء َحٍّي ۖ َأَفاَل ُيْؤ ِم ُنوَن‬
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?
Bumi kita oleh ruang angkasa atau langit.Langit ditinggikan berarti ia bergerak
sedemikian rupa ke arah tegak lurus pada seluruh permukaan bumi. Dan karena bumi bulat,
ini berarti langit yang melingkungi bumi itu harus mengembang ke segala arah.
Seklai lagi kita boleh bertanya, “dari mana Nabi Muhammad Saw mengetahui
informasi di atas? Tidak ada jawaban yang paling logis, kecuali bahwa yang demikian itu
adalah informasi yang bersumber dari Tuhan yang menciftakan alam raya ini.
Ihwal Pemisah Dua Laut
Surah al-furqan [25]: 53 menjelaskan,
﴾٥٣ ﴿ ‫َو ُهَو اَّلِذ ي َم َر َج اْلَبْح َر ْيِن َٰه َذ ا َع ْذ ٌب ُفَر اٌت َو َٰه َذ ا ِم ْلٌح ُأَج اٌج َو َجَعَل َبْيَنُهَم ا َبْر َز ًخ ا َو ِح ْج ًرا َم ْح ُجوًرا‬
Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi
segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang
menghalangi.

Ihwal Awan

‫َأَلْم َتَر َأَّن َهَّللا ُيْز ِج ي َسَح اًبا ُثَّم ُيَؤ ِّلُف َبْيَنُه ُثَّم َيْج َع ُلُه ُر َك اًم ا َفَتَر ى اْلَو ْد َق َيْخ ُرُج ِم ْن ِخ اَل ِلِه َو ُيَنِّز ُل ِم َن الَّس َم اِء ِم ْن ِج َب اٍل ِفيَه ا ِم ْن‬
﴾٤٣ ﴿ ‫َبَرٍد َفُيِص يُب ِبِه َم ْن َيَش اُء َو َيْص ِرُفُه َع ْن َم ْن َيَش اُء ۖ َيَكاُد َس َنا َبْر ِقِه َيْذ َهُب ِباَأْلْبَص اِر‬
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu
hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari
langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-
Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari
siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan. (QS An-Nur [24]: 43).
Proses terjadinya hujan dimulai dari pembentukan awan tebal karena adanya
dorongan angin sedikit demi sedikit. Para ilmuwan menjelaskan bahwa awan tebal bermula
dari dorongan angin yang menggiring kawanan awan kecil yang menuju ke convergence zone
(daerah pusat pertemuan awan ).
Ihwal Gunung
﴾٨٨ ﴿ ‫َو َتَر ى اْلِج َباَل َتْح َس ُبَها َج اِم َد ًة َوِهَي َتُم ُّر َم َّر الَّس َح اِبۚ ُص ْنَع ِهَّللا اَّلِذ ي َأْتَقَن ُك َّل َش ْي ٍء ۚ ِإَّنُه َخ ِبيٌر ِبَم ا َتْفَع ُلوَن‬
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan
sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap
sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Dari hasil rekaman satelit diperoleh bukti bahwa Jazirah Arab beserta gunung-
gunungnya bergerak mendekati Iran beberapa sentimeter setiap tahunnya. Sebelumnya sekitar
lima juta tahun yang lalu Jazirah Arab bergerak memisahkan diri dari Afrika dan membentuk
laut merah. Sekitar daerah sormalia sepanjang pantai Timur ke selatan saat ini berada dalam
proses pemisahan yang lamban dan telah membentuk”lembah belah” yang membujur ke
selatan melalui deretan danau Afrika.
Ihwal Pohon Hijau
Asy-syajar al-akhdar menurut sementara mereka adalah “zat hijau daun” atau yang
dikenal dengan nama chlorophyll (kloropil). Allah menjadikan dari pohon yang hijau suatu
energi. Begitulah pemahaman mereka dari firman Allah dalam QS Yasin [36]: 80
﴾٨٠ ﴿ ‫اَّلِذ ي َجَعَل َلُك ْم ِم َن الَّش َج ِر اَأْلْخ َض ِر َناًرا َفِإَذ ا َأْنُتْم ِم ْنُه ُتوِقُد وَن‬
yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu
nyalakan (api) dari kayu itu".
Chlorophyl terdiri dari ikatan zat-zat karbon, hidrogen, nitrogen dan magnesium.
Aktivitas utama chlorophyl adalah menjelmakan zat organik dari zat anorganik sederhana
dengan bantuan sinar matahari. Proses ini disebut photosynthesis yakni mengadakan sintetis
dengan photon (cahaya). Jelasnya Chlorophyl mengubah tenaga radiasi matahari menjadi
tenaga kimiawi malalui proses photosyntesis atau dengan kata lain menyimpan tenaga
matahari dalam tumbuh-tumbuhan berupa makanan dan bahan bakar yang nantinya akan
muncul sebagai api atau kalori sewaktu terjadi pembakaran.
Ihwan Kalender Syamsiyah dan Qamariah
Al-quran juga mengisyaratkan tentang perbedaan perhitungan qamariah dan
syamsyiah yaitu ketika Al-quran menguraikan kisah Ashabul Al-kahfi (seklompok pemuda
yang berlindung ke sebuah gua). Menurut al-quran :
﴾٢٥ ﴿ ‫َو َلِبُثوا ِفي َكْهِفِه ْم َثاَل َث ِم اَئٍة ِسِنيَن َو اْز َداُدوا ِتْسًعا‬
Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Penambahan tahun sembilan tahun ini adalah akibat penanggalan syamsyiah dan
qamariah.
Penanggalan Syamsyiah yang dikenal dengan Gregiorian Calender yang baru
ditemukan pada abad ke-16 itu, berselisih sekitar sebelas hari dengan penanggalan qamariah,
sehingga tambahan sembilan tahun yang disebut oleh ayat di atas adakah hasil perkalian 300
x 11 hari = 3.300 hari atau sekitar sembilan tahun lamanya. Demikian nabi Muhammad Saw
yang tidak pandai membaca dan menulis menyampaikannya melalui Allah Swt.

BAB 7
PEMBERITAHUAN GAIB AL-QURAN
Berita Gaib Tentang Masa Lampau
Dalam al-quran ditemukan sekitar tiga puluh kali suatu kisah yang tidak dikenal
masyarakat ketika itu kecuali melalui kitab perjanjian lama. Tetapi satu hal menakjubkan
adalah bahwa nabi Muhammad Saw, melalui al-quran,telah mengungkapkan suatu rincian
yang sama sekali tidak diungkap oleh satu kitab pun sebelumnya, bahkan tidak diketahui
kecuali yang hidup pada masa terjadinya peristiwa tersebut, yaitu pada masa terjadinya
peristiwa tersebut, yaitu pada abad kedua belas SM atau sekitar 3.200 tahun yang lalu.
Mari kita dengarkan al-quran dalam mengungkapkan seklumit tentang firaun :
‫َو َج اَو ْز َنا ِبَبِني ِإْس َر اِئيَل اْلَبْح َر َفَأْتَبَع ُهْم ِفْر َعْو ُن َو ُج ُنوُد ُه َبْغ ًيا َو َع ْد ًو اۖ َح َّتٰى ِإَذ ا َأْد َر َك ُه اْلَغ َر ُق َقاَل آَم ْنُت َأَّنُه اَل ِإَٰل َه ِإاَّل اَّل ِذ ي آَم َنْت‬
‫َك ِبَب َد ِنَك ِلَتُك وَن ِلَم ْن‬ÌÌ‫﴾ َف اْلَيْو َم ُنَنِّجي‬٩١ ﴿ ‫﴾ آآْل َن َو َقْد َع َص ْيَت َقْبُل َو ُكْنَت ِم َن اْلُم ْفِسِد يَن‬٩٠ ﴿ ‫ِبِه َبُنو ِإْس َر اِئيَل َو َأَنا ِم َن اْلُم ْس ِلِم يَن‬
﴾٩٢ ﴿ ‫َخ ْلَفَك آَيًةۚ َو ِإَّن َك ِثيًرا ِم َن الَّناِس َع ْن آَياِتَنا َلَغاِفُلوَن‬
Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir´aun dan bala
tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir´aun itu telah
hampir tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan
yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada
Allah)". Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka
sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini
Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami.(QS Yunus [10]: 90-92)
Yang perlu digaris bawahi dalam konteks ini pembicaraan kita adalah firman-Nya
“Hari ini kita selamatkan badanmu, agar engkau menjadi pelajaran bagi generasi yang akan
datang sesudahmu”.
Berita Gaib Pada Masa Datang Yang terbukti
Kemenangan rowami setelah kekalahanya
Al-quran surah ar-rum [30]: 1-5 menyatakan sebagai berikut :
﴾٢ ﴿ ‫﴾ ُغ ِلَبِت الُّر وُم‬١ ﴿ ‫آلّٓم‬
﴾٤ ﴿ ‫﴾ ِفي ِبْض ِع ِسِنيَن ۗ ِهَّلِل اَأْلْم ُر ِم ْن َقْبُل َوِم ْن َبْعُدۚ َو َيْو َم ِئٍذ َيْفَر ُح اْلُم ْؤ ِم ُنوَن‬٣ ﴿ ‫ِفي َأْد َنى اَأْلْر ِض َو ُهْم ِم ْن َبْع ِد َغ َلِبِه ْم َسَيْغ ِلُبوَن‬
﴾٥ ﴿ ‫ِبَنْص ِر ِهَّللاۚ َيْنُصُر َم ْن َيَش اُء ۖ َو ُهَو اْلَع ِزيُز الَّر ِح يُم‬
Alif Laam Miim, Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan
sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu
bergembiralah orang-orang yang beriman, Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.
Pada abad ke 5 dan 6 masehi terdapat dua adikuasa, Romawi yang beragama keristen
dan penyembah api. Persaingan antara keduanya guna merebut wilayah dan pengaruh amat
keras, bahkan peperangan anatara mereka tak terhindarkan. Sejarawan menginformasikan
bahwa pada 614M terjadi peperangan antara kedua adikuasa itu yang berakhir dengan
kekalahan romawi. Ketika itu kaum musyrik di Makkah mengejek kaum muslim yang
cenderung mengharapkan kemenangan Romawi yang beragama samawi itu atas Persia yang
menyembah api. Kekesalan mereka akibat kekalahan tersebut bertambah dengan ejekan ini.
Maka turunlah ayat-ayat diatas pada tahun kekalahan itu, menghibur kaum muslim dengan
dua hal.
Pertama, Romawi akan menang atas Persia pada tenggang waktu yang di istilahkan
oleh al-quran dengan bidh’sinin dan yang diterjemahkan di atas dengan beberapa tahun (ayat
4).
Kedua, saat kemenangan itu tiba, kaum muslim akan bergembira, bukan saja dengan
kemenangan Romaw, tetapi juga dengan kemenangan yang dianugrahkan Allah (kepada
mereka).
BAB 8
BUKT-BUKTI LAIN KEMUKJIZATAN
AL-QURAN
Petunjuk Al-Quran Sebagai Mukjizat
Pakar al-quran dan hukum islam, Imam Al-Qurthubi (w 671 M), dinilai sebagai ulama
pertama yang menggaris bawahi aspek kemukjizatan al-quran ditinjau dari segi petunjuk atau
syariatnya dari sepuluh aspek kemukjizatan yang dikemukakannya. Sayyid Muhammad
Rasyid Ridha (1865-1935M) secara tegas juga berpendapat demikian, sebagaimana
dikemukakannya dalam jilid pertama tafsir al-manar. Bahkan menurutnya petunjuk al-quran
dalam bidang akidah ketuhanan, persoalan metafisikan, akhlak, dan hukum-hukum yang
berkaitan dengan soal agama, sosial dan politik, merupakan pengetahuan yang sangat tinggi
nilainya. Sedikit sekali yang dapat mencapai puncak dalam bidang-bidang tersebut kecuali
mereka yang memusatkan diri secara penh dengan mempelajarinya bertahun-tahun. Atas
dasar itulah, kemudian Rasyid Ridha menulis,
Bagaimana mungkin Nabi Muhammad Saw, seorang ummiy yang tidak pandai
membaca dan menulis dan tidak pula hidup ditengah-tengah masyarakat ilmu dan hukum,
dapat menyampaikan hal-hal seperti terdapat di dalam al-quran dan dalam bentukk yang
sangat teliiti dan sempurna? Bahkan dari masyarakat manusia betapapun mereka telah
mencapai kemajuan yang demikian tinggi dan luas belum atau tidak mampu
mempersembahkan dalam bidang petunjuk-petunjuk lebih baik dari apa yang
dipersembahkan oleh kitab suci al-quran.
Pengaruh Al-Quran Terhadap Jiwa Manusia
Memang tidak dapat disangkal bahwa ayat-ayat al-quran mempunyai pengaruh
psikologis terhadap orang yang beriman. Hal ini secara tegas telah dinyatakan al-quran ketika
berbicara tentang sifat-sifat orang mukmin, yaitu:
﴾٢ ﴿ ‫ِإَّنَم ا اْلُم ْؤ ِم ُنوَن اَّلِذ يَن ِإَذ ا ُذ ِكَر ُهَّللا َو ِج َلْت ُقُلوُبُهْم َوِإَذ ا ُتِلَيْت َع َلْيِه ْم آَياُتُه َز اَد ْتُهْم ِإيَم اًنا َو َع َلٰى َر ِّبِه ْم َيَتَو َّك ُلوَن‬
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(QS Al-Anfal [8]: 2)
Namun demikian, dari teks ayat-ayat di atas terbaca ia berbicara tentang orang-orang
mukmin, sehingga ayat-ayat tersebut dan semacamnya tidak dapat dijadikan ukuran bagi
yang tidak percaya,apalagi sebagai mukjizat al-quran. Namun pandangan tersebut berangsur
goyah, setelah membaca buku al-i’jaz al-ilmi fi al-quran karya Muhammad Kamill
Abdussamad, yang menulis antara lain sebagai berikut:
Alat-alat observasi elektronik yang di komputeriasasi telah digunakan untuk mengukur
perubahan-perubahan fisikologis pada sejumlah sukarelawan sehat yang sedang
mendengarkan dengan tekun ayat-ayat al-quran. Mereka terdiri dari sejumlah kaum muslim
yang dapat berbahasa Arab dan yang tidak pandai muslim dan bukan muslim. Dibacakan
kepada mereka penggalan ayat-ayat al-quran (dalam bahasa Arab) kemudian tejemahannya
ke bahasa Inggris. Percobaan ini membuktikan adanya pengaruh yang menenangkan hingga
mencapai 97 persen. Pengaruh tersebut bahkan terlihat dalam bentuk perubahan-perubahan
fisiologis yang tampak melalui berkurangnya tingkat ketegangan saraf. Rincian dari hasil-
hasil eksperiman ini telah dilaporkan pada konferensi ini telah dilaporkan pada konferensi
tahun XVII Organisasi Kedokteran Islam Amerika Utara yang diselenggarakan di Santa
Lusia pada Agustus 1984.
BAB 9
KRITIK-KRITIK
TERHADAP AL-QURAN

Kritik Terhadap Sistematika Al-quran


Al-quran oleh sementara orang yang dimulai sangat kacau dalam sistematikanya.
“Betapa tidak”, kata mereka, “belum lagi selesai uraian, tiba-tiba ia melompat ke uraian lain ,
yang tidak berhubungan sedikit pun dengan uraian yang baru saja dikemukakannya. Lihatlah,
misalnya surah Al-baqarah. Keharaman makanan tertentu seperti babi, ancaman terhadap
yang enggan menyebarluaskan pengetahuan, anjuran bersedekah, kewajiban menggakan
hukum, wasiat sebelum mati, kewajiban puasa, dan hubungan suami istri dikemukakan al-
quran secara berurut dalam belasan ayat surah al-baqarah”.
Kritik semacam ini sudah terdengar sudah lama terdengar, dan tanggapan terhadapnya
sudah pula di kemukakan antara lain oleh Bayan I’jaz Al-quran. Disamping itu, lanjut para
pengkritik al-qur’an, tidak sedikit uraian yang berulang, bahkan tidak jarang menurut mereka
terjadi kontradiski dalam uraian-uraiannya.
Sebelum menjelaskan dengan sedikit rinci duduk persoalan tersebut, terlebih dahulu
penulis perlu mengemukakan dua butir beriku.
a) Turunnya al-quran
Ayat-ayat al-quran turun sedikit demi sedikit, selama dua puluh dua tahun, dua
bulan dan dua puluh hari. Terkadang yang turun belasan tahun belasan ayat, terkadang
pula hanya beberapa ayat, bahkan pernah hanya satu ayat. Berapapun ayat yang turun,
selalu Rosul Saw menyampaikan kepada penulis-penulis wahyu berdasarkan petunjuk
Allah yang disampaikan oleh malaikat jibril bahwa ayat yang baru saja di terimanya
merupakan lanjutan dari ayat A yang sebelumnya telah turun, atau ayat tersebut
merupakan awal dari suatu surah dan lanjutannya belum lagi turun. Dari sisi lain
terlihat bahwa penyusunannya ayat-ayat al-quran sebagaimana terlihat sekarang, tidak
di dasarkan pada masa atau tahapan turunnya, tetapi disusun oleh Allah berdasarkan
“pertimbangan-Nya” atau lebih tepat dikatakan “berdasarkan keserasian hubungan
ayat-ayat dan surah-Nya”.
Memang, kita tidak memperoleh penjelasan dari Nabi Saw tentang
pertimbangan peletakan ayat demi ayat. Namun diyakini bahwa pasti ada hikmah
dibalik itu.
b) Penilaian Baik atau Buruk Berkaitan dengan Sistematika
Penilaian baik buruk suatu sistematika uraian berkaitan erat dengan tujuan
yang
ingin dicapai oleh penyusunannya.
Ayat-ayat al-quran merupakan serat yang membentuk tenunan kehidupan
seorang muslim serta benang yang menjadi rajutan jiwanya. Karena itu sering kali
pada saat al-quran berbicara tentang suatu persoalan, menyangkut satu dimensi atau
aspek tertentu, tiba tiba ayat yang lain muncul berbicara tentang aspek atau dimesi
yang lain secara terpintas terkesan tidak saling berkaitan. Bagi yang tekun
mempelajarinya akan menemukan keserasian hubungan yang amat mengagumkan,
sama dengan keserasian hubungan yang amat mengagumkan, sama dengan keserasian
hubungan yang memadukan gejolak dan bisiskan-bisikan hati manusia, sehingga pada
akhirnya dimensi dan aspek tadinya terkesan kacau, menjadi terangkai dam terpadu
indah, bagai kalung mutiara yang tidak diketahui dimana ujung dan dimana
pangkalnya.
Salah satu tujuan al-quran dengan memilih sistematika demikian adalah untuk
mengingatkan manusia khususnya kaum muslim bahwa ajaran-ajaran al-quran adalah
satu kesatuan terpadu yang tidak bisa dipisah-pisahkan.
BAB 10
PENUTUP

Sebelum mengakhiri uraian buku ini sekali lagi penulis merasa berkewajiban untuk
menggaris bawahi bahwa apa yang dihidangkan di sini hanyalah sekelumit dari mukjizat
alquran serta keistimewaannya. Itu pun hanya ditinjau dari 3 aspek, yakni bahasa, isyarat
ilmiah, dan pemberitahuan ghaib.

Anda mungkin juga menyukai