Anda di halaman 1dari 33

Hikmah Turunnya Al-Quran

Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur :

1. Untuk meneguhakan hati Nabi Muham mad


2. Sebagai Mukjizat Mengingat banyaknya tantangan yang
dihadapi Nabi dari kaumnya baik dari pertanyaan yang
memojokkan.
3. Untuk memudahkan hafalan dan pemahaman Al- Qur’an. 
4. Untuk menerapkan hukum secara bertahap.
5. Sebagai bukti bahwa Al-Qur’an adalah bukan rekayasa Nabi
Muhammad atau manusia biasa.
Pertemuan Ke 2
MATA KULIAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“MARIFATUL QURAN”

 ”KALAMULLAH”
Ta'rifatul Quran ( Mengenal Al-Quran ) Bagian
1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STEMBI BANDUNG


Metode yang digunakan :
“TAFAKUR”
ADALAH SUATU METODE
UNTUK LEBIH
MEMUDAHKAN
MENGAMALKAN AJARAN2
ALQUR’AN/HADITS
KEGIATAN “TAFAKUR”
ADALAH ‘BERPIKIR’
MENGGUNAKAN AKAL
DAN KALBU

AKAL  BERPIKIR, MEMBAYANGKAN

KALBU  ‘MERASAKAN’ / MENGHAYATI


PENYESALAN PARA PENGHUNI NERAKA :

Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan


(peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka
yang menyala-nyala" .
(QS. Al Mulk:10).
TUJUAN
BERTAFAKUR
ADALAH
UNTUK
MENINGKATK
AN
KESADARAN,
BUKANNYA
 Manakah yang lebih utama :
UNTUK
kepintaranMENJADI
ataukah kesadaran?
TAFAKUR
MEMPUNYAI
NILAI YANG
SANGAT
ISTIMEWA DI
SISI ALLAH SWT
RUMUS UTAMA TAFAKUR :

AKAL TANPA
BIMBINGAN ALQUR’AN
TERTIPU,
ALQUR’AN TANPA AKAL
LUMPUH!
SELALU MENGARAH KE
“AKU”
AYAT YANG MEMERINTAHKAN MANUSIA
UNTUK BERFIKIR :

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan


As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak.
Dan hanya orang-orang yang berakal lah yang dapat mengambil pelajaran
(dari firman Allah). (QS. Al Baqarah :269)
SADARI …..

HASIL DARI PROSES


TAFAKUR BILA
BERLAWANAN DENGAN AL-
QUR’AN/HADITS ADALAH
KELIRU
SADARI …..

SELOGIS
APAPUN
ARGUMEN-
TASINYA, BILA
BERLAWANAN
DENGAN
ALQUR’AN/HADITS
SUDAH PASTI
SALAH!
SADARI …..

ORANG YANG
PALING RUGI
ADALAH
ORANG YANG
MERASA BENAR
PADAHAL
SEBENARNYA
IA KELIRU!
ALLAH MURKA KEPADA ORANG YANG TIDAK
MAU BERFIKIR :

Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan
Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak
mempergunakan akalnya. (QS. Yunus :100)
Pertemuan Ke 2
MATA KULIAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
“MARIFATUL QURAN”

 ”KALAMULLAH”
Ta'rifatul Quran ( Mengenal Al-Quran ) Bagian
1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STEMBI BANDUNG


Apa itu Kalamullah ?
Kalam dalam istilah ilmu nahwu adalah sesuatu yang di
dalamnya berkumpul empat perkara. Yakni lafadz (ucapan),
murokkab (tersusun), mufid (memberi faidah) dan bil wadl'i
(dengan sebuah tujuan).dalam kitab Jurumiyah: "Kalam
adalah lafadz yang tersusun yang memberi faidah dengan
menggunakan bahasa arab."

Kalamullah adalah dua unsur kata dari


lafadz kalam dan Allah. firman Allah dalam bentuk
wahyu yang disampaikan kepada para nabi dan rasul-
Nya melalui malaikat jibril.
Lalu apakah sama dengan Quran ?
Sejarah Al-Quran?
Sejarah Turunnya Al- Qur’an (Nuzulul Qur’an) Nuzul adalah kata
jadian dari kata kerja “Nazala” yang berarti “Turun”. Turunnya Al-
Qur’an lebih sering digunakan istilah Nuzulul Qur’an, bahkan
terdapat peringatan Nuzulul Qur’an sebagai bentuk penghormatan
dan pengagungan terhadap Al-Qur’an. Kebanyakan masyarakat
hanya sebatas mengetahui bahwa Al-Qur’an diturunkan pada Bulan
Ramadhan, namun sebenarnya ada beberapa tahapan Al- Qur’an
itu turun kepada Nabi Muhammad Saw. hingga dapat kita baca
sekarang ini. Menurut Al-Zarqani dalam manahil Al-Irfan
berpendapat bahwa proses turunnya Al-Qur’an terdiri atas tiga
tahapan:
1. Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah ke Lauh Al-
Mahfuzh, yaitu suatu tempat yang merupakan catatan
tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Disebutkan
dalan Surat Al-Buruj ayat 21-22, yang artinya:

“Bahkan yang didustakan ialah Al-Qur’an yang mulia, yang


(tersimpan) dalam lauh al-mahfuzh”.
2. Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh ke
Bait Al-Izzah (tempat yang berada di langit dunia),
sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Qadar
ayat 1, yang artinya :

”Sesungguhnya Kami telah menurunkan- nya (Al-


Qur’an) pada malam kemuliaan..
3. Al-Qur’an diturunkan dari Bait Al-Izzah ke dalam hati
Nabi dengan jalan berangsur-angsur sesuai dengan
kebutuhan. Hal ini diisyaratjkan dalam Q.S. Asy-Syu’ara
ayat 193-195, yang artinya:

“Dia dibawa turun oleh ar-ruh al-Amin (Jibril), ke dalam


hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang
diantara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa
Arab yang jelas”.
1. Al- quran diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW
melalui malaikat Jibril. Al Quran diturunkan secara berangsur- angsur.
Waktu turun al- quran selama kurang lebih 23 tahun atau tepatnya 22
tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri dari 30 juz, 114 surah, 6.236 ayat, 74.437
kalimat dan 325.345 huruf.

2. Surah pertama yang diturunkan adalah al- ‘Alaq ayat 1-5, diturunkan
pada malam 17 ramadhan tahun 610 M di Gua Hira.. Dengan diterimanya
wahyu pertama ini nabi Muhammad resmi diangkat menjadi Rasul, yang
diberi wahyu untuk disampaikan kepada umatnya.

3. Surah yang terakhir turun adalah Q.S.AL MAIDAH ayat 3 . Ayat


tersebut turun pada tanggal 9 Dzulhijah tahun 10 hijriah di padang arafah
, ketika itu beliau sedang menunakan haji wada (haji perpisahan).
Beberapa hari sesudah menerima wahyu tersebut ia wafat .
Tantangan untuk Membuat Padanan al- Qur’an "Dan jika kamu
(tetap) dalam keraguan tentang Al Qur'an yang Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang
semisal dengan Al Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolong
kalian selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar" (QS Al
Baqarah : 23).

“Bahkan mereka mengatakan,’Muhammad itu telah membuat-


buat Al Qur`an itu.’ Katakanlah,’(Kalau demikian), maka
datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang
menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang
yang benar.” (QS Huud : 13)
Musailamah Al-Kadzdzab Mencoba Menjawab
Tantangan itu Dia membuat padanan surah al-Fiil

“al-Fiil, Mal fiil, Wa ma adraka mal fiil, Lahu


dzanbun wabiilun, Wa hurtumun thawiilun” (Gajah,
apa itu gajah? Tahukah kamu apa itu gajah?
Telinganya lebar, belalainya panjang)
SIAPAPUN TIDAK AKAN DAPAT MEMBUAT PADANAN
AL-QUR’AN

“Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin


berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’an ini,
niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi
penolong sebagian yang lain” (al-Isra’88) “
Mengimani Al-Qur’an menjadi hal wajib bagi seorang muslim

“Barangsiapa ingkar (kufur) terhadap satu ayat saja dari Al Qur`an, maka
sungguh sungguh dia telah kafir.” (HR. Ath Thabrani)

"Maka demi Rabbmu, mereka itu (pada hakekatnya) tidak beriman


sebelum mereka menjadikan kamu (Muhammad) sebagai hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa di
dalam hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang engkau
berikan, dan mereka menerima (pasrah) dengan sepenuhnya" (QS An
Nisaa` : 65).  
 “Inilah al-Kitab, yang tidak ada
keraguan di dalamnya. Petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa”
(al-Baqarah 2)
“Dan sesungguhnya Al-Tanzil (Al Qur`an) ini benar-
benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa
turun oleh Al- Ruhu Al-Amin (Jibril).” (QS Asy Syu’ara:
192-193)  

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al- Dzikra,


dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”
(QS Al Hijr : 9)  
Pengumpulan Al-Qur’an

Dalam penulisan Al-Qur’an kita mengenal istilah Jam’u


Al-Qur’an (pengumpulan Al-qur’an) yang mempunyai
dua pengertian yaitu, al-hifdzu (menghafal) dan al-
kitabah (menulis) yakni menulis al-qur’an pada benda-
benda yang dapat ditulis. Kata pengumpulan dalam arti
penghafalannya adalah proses ketika Allah Swt.
menyemayamkan wahyu yang diturunkan ke dalam
lubuk hati Nabi Muhammad SAW..
Proses Penulisan Al- Qur’an Proses penulisan Al-Qur’an (rasmu Al-Qur’an)
terdiri dari beberapa tahapan atau masa. Yaitu pada masa Nabi
Muhammad SAW., pada masa Khulafa’ur Rasyidin, dan pada masa setelah
Khulafa’ur Rasyidin.

1.Masa Nabi Muhammad SAW. Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi


Muhammad ditempuh dengan dua cara:

a) Al-Jam’u fis Sudur Rasulullah amat menyukai wahyu, dan senantiasa


menunggu turunnya wahyu dengan rasa rindu, lalu menghafal dan
memahaminya. Nabi Muhammad Saw adalah hafiz (penghafal) Al-Qur’an
pertama dan merupakan contoh paling baik bagi para sahabat dalam
menghafalnya, sebagai bentuk kecintaan mereka kepada pokok agama dan
sumber risalah. Setiap kali Rasulullah menerima wahyu, para sahabat
langsung menghafalnya diluar kepala.
b) Al-Jam’u fis Suthur Selain di hafal, Rasulullah juga mengangkat
para penulis wahyu Al- Qur’an dari sahabat-sahabat terkemuka
seperti Ali, Mu’awiyah, Ubay bin Ka’b dan Zaid bin Sabit. Bila ayat
turun, beliau memerintahkan mereka menuliskan dan menunjukan
tempat ayat tersebut dalam surah, sehingga penulisan pada lembaran
itu membantu penghafalan didalam hati. Proses penulisan Al-Qur’an
pada masa Nabi Muhammad Saw. sangatlah sederhana. Mereka
menggunakan alat tulis sederhana dan berupa lontaran kayu, pelepah
kurma, tulang belulang dan berbagai tempat lainnya.
2. Masa Khulafa’ur Rasyidin
a. Pada Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq Pada masa pemerintahan
Abu Bakar terjadilah Jam’ul Quran yaitu pengumpulan naskah-naskah
atau manuskrip Al-Quran yang susunan surah- surahnya menurut riwayat
masih berdasarkan pada turunnya wahyu (hasbi tartibin nuzul). Usaha
pengumpulan tulisan Al-Qur’an yang dilakukan Abu Bakar terjadi setelah
Perang Yamamah pada tahun 12 H. Peperangan tersebut mengakibatkan
70 orang sahabat penghafal Al-Qur’an syahid. Khawatir akan hilangnya
Al-Qur’an karena para penghafal Al-Qur’an banyak yang gugur dalam
medan perang. Lalu Umar bin Khattab menemui Khalifah Abu Bakar Ash-
Shiddiq untuk mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai sumber, baik yang
tersimpan didalam hafalan maupun tulisan.
b. Pada Masa Khalifah ‘Utsman bin ‘Affan Pada masa pemerintahan Usman
bin ‘Affan terjadi perluasan wilayah islam di luar Jazirah arab sehingga
menyebabkan umat islam bukan hanya terdiri dari bangsa arab saja
(’Ajamy). Salah satu dampak yang terjadi adalah ketika mereka membaca
Al- Quran, karena bahasa asli mereka bukan bahasa arab. Fenomena ini
ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang sahabat yang juga sebagai
panglima perang pasukan muslim yang bernama Hudzaifah bin Al- Yaman.
Inisiatif ‘Utsman bin ‘Affan untuk menyatukan penulisan Al-Qur’an
tampaknya sangat beralasan. Betapa tidak, menurut beberapa riwayat,
perbedaan cara membaca Al-Qur’an pada saat itu sudah berada pada titik
yang menyebabkan umat Islam saling menyalahkan dan pada ujungnya
terjadi perselisihan diantara mereka.
3. Masa setelah Khulafa’ur Rasyidin Pada masa ini, Al-Qur’an mulai
dalam tahap penyempurnaan dalam penulisannya. Mushaf yang ditulis
pada masa ‘Utsman bin ‘Affan tidak memiliki harakat dan tanda titik
sehingga dapat dibaca dengan salah satu qira’at yang tujuh. Setelah
banyak orang non-Arab memeluk Islam, mereka merasa kesulitan
membaca mushaf yang tidak berharakat dan bertitik itu. Pada masa
khalifah ‘Abd Al-Malik (685-705), ketidak memadainya mushaf ini telah
dimaklumi para sarjana muslim terkemuka saat itu dan pada karena itu
pula penyempurnaan mulai segera dilakukan. Upaya penyempurnaan itu
tidak berlangsung sekaligus, tetapi bertahap dan dilakukan oleh setiap
generasi sampai abad III H (akhir abad IX M.).

The End

Anda mungkin juga menyukai