Anda di halaman 1dari 20

KISI-KISI UJIAN KOMPREHENSHIF DIRASAH ISLAMIYAH

A. ULUMUL AL-QUR’AN
1. Pengertian Ulumul Qur’an
a. Secara etimologi, kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari
dua kata, yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata
“ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al-
Qur’an telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan
sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya
sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang
terkandung di dalamnaya.

b. Sedangkan menurut terminologi terdapat berbagai definisi yang dimaksud dengan


ulumul Qur’an diantara lain :
 Assuyuthi dalam kitab itmamu al-Dirayah mengatakan :
“Ilmu yang membahas tentang keadaan Al-Qur’an dari segi turunya,
sanadnya, adabnya makna-maknanya, baik yang berhubungan lafadz-
lafadznya maupun yang berhubungan dengan hukum-hukumnya, dan
sebagainya”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ulumul qur’an adalah ilmu
yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari
aspek keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun aspek pemahaman
kandunganya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia atau ilmu-ilmu
yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan
membahas al-Qur’an.
 Menurut Abu Syahbah
Kitab Allah yang diturunkan baik lafazh maupun maknanya kepada Nabi
terakhir Muhammad SAW yang diriwayatkan secara mutawatir, yakni
dengan penuh kepastian dan keyakinan akan kesesuaiannya dengan apa
yang diturunkan kepada Muhammad yang ditulis pada mushaf mulai dari
awal surat Al-fatihah sampai akhir surat An-Nas.
2. Nama-nama Al-qur’an
a) Al-Kitab (Buku): QS. Al-Baqarah (2) ayat 2 “Kitab Al-qur’an ini tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
b) Al-Furqan (pembeda benar salah): QS. Al-Furqan (25) ayat 1 “Maha suci Allah
yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada hambanya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
c) Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS. Al-Hijr(15) ayat 9 “sesungguhnya kamilah
yg menurunkan Adz-zikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya kami benar-benar
memeliharanya”
d) Al-Mau’idhah (Pelajaran/nasihat): QS.Yunus (10) ayat 57 “Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman.”
e) Asy-Syifa’ (obat/penyembuh): QS. Yunus (10) ayat 57
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
f) Al-Hukm (peraturan/hukum): QS. Ar-Ra’d (13) ayat 37 “Dan demikianlah, kami
telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa
Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang
pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara
bagimu terhadap (siksa) Allah”
g) Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS. Al-Israa’ (17) ayat 39 “itulah sebagian hikmah
yang diwahyukan tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan
yang lain disamping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam
neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).
h) Al-Huda (petunjuk): QS. Al-Jin (72) ayat 13 “Dan sesungguhnya kami tatkala
mendengar petunjuk (Al-Qur’an), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman
kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak takut
pula akan penambahan dosa dan kesalahan.”
i) At-Tanzil (yang diturunkan): QS. Asy-Syu’araa’ (26) ayat 192 “Dan
sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam.”
j) Ar-rahmat (Karunia): Qs. An-Naml (27) ayat 77 “Dan sesungguhnya Al-Qur’an
itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
k) Ar-Ruh (ruh): QS. Asy-Syuura (42) ayat 52
l) Al-Bayan (penerang): QS. Ali-Imran (3) ayat 138
m) Al-Kalam (ucapan/firman): QS. At-Taubah (9) ayat 6
n) Al-Busyra (kabar gembira): QS. An-Nahl (16) ayat 102
o) An-Nur (cahaya) QS.An-Nisaa’ (4) ayat 174
p) Al-Basha’ir (pedoman): QS. Al-Jatsiyah (45) ayat 20
q) Al-Balagh (penyampaian/kabar): QS. Ibrahim (14) ayat 52
r) Al-Qaul (perkataan/ucapan): QS. Al-Qashash (28) ayat 51

3. Nuzul al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai malam 17
Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 dzulhijjah Haji Wada’tahun 63 dari
kelahiran Nabi atau tahun 10 H.
Proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW adalah melalui 3
tahapan, yaitu:
a) Pertama, Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah ke lauh al-mahfuzh, yaitu
suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian
Allah.
b) Tahap kedua, Al-qur’an diturunkan dari lauh al-mahfuzh itu ke bait al-izzah
(tempat yang berada di langit dunia).
c) Tahap ketiga, Al-Qur’an diturunkan dari bait al-izzah kedalam hati Nabi dengan
jalan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Ada kalanya satu ayat, dua
ayat, dan bahkan kadang-kadang satu surat.
Al-qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril
tidak secara sekaligus, melainkan turun sesuai kebutuhan.Bahkan sering wahyu
turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi
atau untuk membenarkan tindakan Nabi SAW. disamping itu, banyak pula ayat
atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian
tertentu.
4. Asbab al-Nuzul
 Secara etimologi
Asbab an-nusul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya
sesuatu. Ungkapan asbab An-nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan
sebab-sebab yg melatarbelakangi urunnya Al-Qur’an.
 Secara terminologi
Menurut Mana’ As-Qthathan, asbab An-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa
yang menyebabkan turunnya Al-qur’an berkenaan dengannya waktu
peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi.
5. Makkiyah dan Madaniyah
Empat perspektif dalam mendefinisikan terminologi makkiyah dan madaniyah, yaitu
masa turun (zaman an-nuzul), tempat turun (makan an-nuzul), objek pembicaraan
(mukhathab) dan tema pembicaraan (maudu’).
Dari perspektifmasa turun, didefenisikan bahwa makkiyah adalah ayat-ayat yang
turun sebelum Rasulullah hijrah ke madinah kendatipun bukan turun di mekkah.
Sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah rasulullah hijrah ke madinah
kendatipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat yg turun setelah peristiwa hijrah disebut
madaniyyah walaupun turun di mekah atau Arafah.
Dari perspektif tempat turun, makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di mekah dan
sekitarnya seperti mina, arafah, dan hudaibiyyah. Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat
yang turun di madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba’, dan Sul’a.
Dari perspektif objek pembicaraan, Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab
bagi orang-orang mekah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab
bagi orang-orang madinah.
Ciri-ciri makkiyah:
1. didalamnya terdapat ayat sajadah
2. ayat-ayatnya dimulai dengan kata ‘kalla’
3. dimulai dengan ungkapan ‘ya ayyuhaannas’
4. Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat-umat terdahulu
5. ayat-ayatnya bebicara tentang kisah Nabi Adam dan iblis, kecuali surat Al-
baqarah
6. ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong (huruf At-tahajji)
seperti alif lam mim dan sebagainya, kecuali surah al-baqarah dan ali’imran.
Ciri-ciri madaniyyah:
1. Mengandung ketentuan-ketentuan faraid (muamalah, berhubungan dgn Allah),
dan had (hukum dlm hubungan kemanusiaan).
2. mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surah Al-Ankabut
(29)
3. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitabin.
6. Sejarah Pengumpulan dan penulisan Al-qur’an
Dikalangan ulama, terminologi pengumpulan Al-Qur’an memiliki dua konotasi:
konotasi penghafalan Al-Qur’an dan konotasi penulisannya secara keseluruhan.
a. Proses penghapalan Al-Qur’an
begitu wahyu datang, Nabi langsung menghafal dan memahaminya. Tindakan
Nabi sekaligus merupakan suri teladan yang diikuti para sahabatnya. Imam Al-
Bukhari mencatat sekitar tujuh orang sahabat Nabi yg terkenal dgn hapalan Al-
Qur’annya. Mereka adalah Abdullah bin Mas’ud, Mu’az bin Jabal, Salim bin Mi’qal,
Muadz bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin As-Sakan, dan Abu
Ad-darda.
b. Proses Penulisan Al-Qur’an
1) Pada masa Nabi
Kerinduan Nabi terhadap kedatangan wahyu tidak saja diekspresikan dalam
bentuk hafalan tetapi jga dalam bntuk tulisan. Nabi memiliki sekretaris pribadi yg
khusus bertugas mencatat wahyu. Mereka adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali,
Abban bin Sa’id, Khalid bin Sa’id, Khalid bin al-Walid, dan Muawiyah bin Abi
Sufyan. Proses penulisan Al-qur’an pada masa Nabi sangat sederhana menggunakan
alat tulis sederhana dan berupa lontaran kayu, pelopa kurma, tulang belulang, dan
batu.
2) Pada masa Khulafa’ Al-Rasyidin
a) Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada dasarnya, seluruh Al-Qur’an sudah ditulis pada waktu Nabi masih ada.
Hanya saja pada saat itu surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis dgn terpencar-pencar.
Dan orang yg pertama kali menyusunnya dalam satu mushaf adalah Abu Bakar Ash-
Shiddiq.Usaha pengumpulan tulisan Al-Qur’an yang dilakukan Abu Bakar terjadi
setelah perang Yamamah pd tahun 12 H yang telah menjadikan 700 sahabat penghafal
Al-Qur’an syahid. Khawatir akan semakin hilangnya penghafal Al-Qur’an sehingga
kelestarian Al-Qur’an juga ikut terancam, Umar datang menemui khalifah pertama,
Abu Bakar agar segera menginstruksikan pengumpulan Al-Qur’an dari berbagai
sumber baik yg tersimpan di dlam hafalan maupun tulisan dan zaid bin Tsabit yang
menuliskannya.
b) Pada Masa Utsman bin Affan
Motivasi penulisan Al-Qur’an pada masa Utsman adalah karena terjadinya
banyak perselisihan di dalam cara membaca al-qur’an (qiraat). Utsman melakukannya
dengan menyederhanakan tulisan mushaf pada satu huruf dari tujuh huruf yang
dengannya Al-qur’an turum.
c) Penyempurnaan Pennulisan Al-Qur’an setelah masa Khalifah
Mushaf yang ditulis atas perintah Utsman tidak memiliki harakat dan tanda
titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qiraat yang tujuh. Setelah banyak orang
non Arab memeluk Islam, maka mereka kesulitan membaca mushaf yg tidak
berharakat dan bertitik itu. Kemudian dilakukan upaya penyempurnaan yg tidak
berlangsung sekaligus tetapi bertahap dan dilakukan setiap generasi sampai abad III
H.
Dan untuk pertama kalinya, Al-Qur’an dicetak di Bunduqiyyah pd tahun 1530
M. Tetapi begitu keluar, penguasa gereja mengeluarkan perintah pemusnahan kitab
suci agama islam ini. Dan baru lahir lgi cetakan selanjutnya atas usaha seorang
Jerman bernama Hinkelman pd tahun 1694 M di Hamurg Jerman. Kemudian di
Negara Arab, raja Fuad dari Mesir membentuk panitia khusus peneritan Al-qur’an pd
tahun 1923 M berhasil menerbitkan mushaf Al-Qur’an cetakan yg bagus. Mushaf yg
pertama terbit di Negara Arab ini dicetak sesuai dengan riwayat Hafsah atau qiraat
Ashim. Sejak itu berjuta-juta mushaf dicetak di Mesir dan diberbagai negara.
7. Menghafal juz 30

B. ‘ULUM AL-HADIS
1. Pengertian Al-Hadis/Al-Sunnah

Ulumul Hadis adalah istilah ilmu hadis di dalam tradisi ulama hadits.
(Arabnya: ‘ulumul al-hadist). ‘ulum al-hadist terdiri dari atas 2 kata, yaitu ‘ulum dan
Al-hadist. Kata ‘ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti
“ilmu-ilmu”; sedangkan al-hadist di kalangan Ulama Hadis berarti “segala sesuatu
yang disandarkan kepada nabi SAW dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat.”
Dengan demikian, gabungan kata ‘ulumul-hadist mengandung pengertian “ilmu-ilmu
yang membahas atau berkaitan Hadis nabi SAW”.

2. Unsur-Unsur Yang Terkandung Dalam Al-Hadis


 Sanad hadits
Kata sanad atau as-sanad menurut bahasa, dari sanada, yasnudu yang berati
mutamad (sandaran/tempat bersandar, tempat berpegang, yang dipercaya atau
yang sah). Dikatakan demikian karena, karena hadits itu bersandar kepadanya dan
dipegangi atas kebenaranya.
Secara temionologis,difinisi sanad ialah: ”silsilah orang-orang yang mehubungkan
kepada matan hadits”.
Silsilah orang maksudnya adalah susunan atau rangkaian orang-orang yang
meyampaikan materi hadits tersebut, sejak yang disebut pertama sampai kepada
Rasul SAW, yang perbuatan, perkataan, taqrir, dan lainya merupakan materi atau
matan hadits. Dengan pegertian diatas maka sebutan sanad hanya berlaku pada
serangkaian orang-orang bukan dilihat dari sudut pribadi secara perorangan.
 Matan Hadits
Kata matan atau al-matan menurut bahasa berarti ma shaluba wa irtafa’amin
al-aradhi(tanah yang meninggi). Secara temonologis, istilah matan memiliki
beberapa difinisi, yang mana maknanya sama yaitu materi atau lafazh hadits itu
sendiri.

 Rawi Hadits
Kata rawi atau arawi, berati orang yang meriwayatkan atau yang
memberitakan hadits. Yang dimaksud dengan rawi ialah orang yang
merawikan/meriwayatkan, dan memindahkan hadits.
 Takhrij Hadits
Pegertian menurut bahasa, Kata “takrhij” dari kata kharaja,yakharruju,yang
secara bahasa mempunyai bermacam-macam arti. Menurut mahmud ath-
tahhan,asal kata takhrij ialah;”berkumpulnya dua hal yang bertentangan dalam
satu persoalan”.
Pegertian secara terminologi, Menurut Mahmud ath-tahhan pegertian takhrij
adalah, “Petunjuk tentang tempat atau letak hadits pada sumber aslinya, yang
diriwayatkan dengan meyebutkan sanadnya, kemudian di jelaskan martabat atau
kedudukanya manakala di perlukan.”

Bedasarkan definisi diatas, maka men-takhrij berati melakukan dua hal:


Pertama, berusaha menemukan para penulis hadits itu sendiri dengan
rangkaian silsilah sanad-nya.
Kedua, memberikan penilaian kulitas hadits apakah hadits tersebut itu shahih
atau tidak.
Ilmu thakrij merupakan bagian dari ilmu agama yang perlu dipelajari dan
dikuasai, sebab di dalamnya dibicarakan tentang berbagai kaidah untuk megetahui
darimana sumber hadits itu berasal, selain itu didalamnya ditemukan bayak
kegunaan dan hasil yang diperoleh khusunya dalam menentukan kualitas sanad
hadits.
a. Gelar keahlian bagi imam hadits
Mengingat jasa dan usaha para ulama hadits yang sangat besar dalam upaya
pembinaan dan pengembangan hadits, kepada mereka diberikan laqab atau
gelar-gelar tertentu, baik itu mereka yang ada pada thabaqah pertama, kedua,
ketika, dan seterusnya. Gelar itu antara lain ialah:
1. Al-muhaddits, merupakan gelar untuk ulama yang meguasai hadits, baik
dari sudut ilmu riayah maupun di rayah, mampu membedakan hadits dha’if
dari yang sahih, meguasai hadits-hadits yang mukthalif dan hallain yang
berkaitan dengan ilmu hadits.
2. Amir al-mu’minin fi al-hadits, merupakan gelar bagi ulama ahli hadits
termasyhur pada masanya, yang memiliki keistimewaan hafalan dan
pegetahuan dalam bidang ilmu hadits (baik terhadap matan atau sanadnya).
Gelar ini diberikan di antaranya kepada syu’bah bin al-hajjaj, sufyan ats-
tsauri, ishak ibn ruhawaih, malik bin anas, ahmad bin hanbal, al-bukhari,
ad-daruquthni, az zahabi, dan ibn hajar al-asqalani.
3. Al-hakim, merupakan gelar untuk ulama yang dapat meguasai seluruh
hadits, baik dari sudut matan dan sanadnya jarh dan ta’dil-nya, maupun
tariknya, ulama yang dapat gelar seperti ini, ialah Ibnu Dinar, Al-laits, dan
Asy-syafi’i.
4. Al-Hujjah, merupakan gelar untuk ulama yang dapat menghafal sekitar
300.000 hadits beserta keadaan sanadnya. Diantara ulama yang mendapat
gelar ini Muhammad ibn Abdullah ibn Amir.
5. Al- Hafizh merupakan gelar untuk ulama yang memiliki sifat-sifat seorang
Muhaddis. Ulama yang dapat gelar Al-Hafizh adalah yang dapat menghafal
dan menguasai 100.000 hadits, baik matan maupun sanadnya, meskipun
dengan jalan sanad yang berbilang, juga mengetahui hadits sahih dan ilmu
haditsnya. Menurut Al-Mizzi, gelar al-hafizh ialah untuk ulama yang kadar
lupanya sedikit daripada yang ingatannya. 
Selain gelar Al-Hafizh, ada juga gelar Hafizh Hujjah, dua gelar
disatukan. Gelar ganda ini diberikan untuk ulama yang menguasai hadits
lebih dari 100.000 sampai dengan 300.000 hadits.
b. Istilah-istilh kumpulan periwayat
Hadits-hadits yang diriwayatkan dan dihimpun oleh para mudawwin satu
dengan yang lainya tidak sama , sehingga bisa jadi sesuatu hadits diriwayatkan
oleh satu,dua,atau tiga perawi, bisa jadi pula hadits lainya hanya diriwayatkan
oleh satu perawi.berkaitan dengan ini, maka muncul istilah-istilah atau
sebutan-sebutan dalam periwayatan hadits antara lain:
1. akhrajahu syaikhani: hadits tersebaut diriwayatkan oleh kedua perawi
hadits (al-bukhari dan muslim)
2. akhrajahu shalasah: hadits tersebut diriwayatkan oleh tiga perawi
hadits(abu daud,at-turmidzi, dan an nasa’i)
3. akhrajahu arba’atun: hadits tersebut diriwayatkan oleh empat perawi (abu
daud,at-turmidzi,an-nasa’i, dan ibn-majah)
4. akhrajahu khamsatun: hadits tersebut diriwayatkan oleh (abu daud, at-
turmidzi, an-nasa’i,ibn majah, dan ahmad)
5. akhrajahu sit’tatun: hadits tersebut diriwayatkan oleh(al-
bukhari,muslim,abu daud, at turmidzi, an nasa’i, dan ibnu majah)
6. akhrajahu sab’atun: hadits tersebut diriwayakan oleh(al-bukhari, muslim,
abu-daud, at-turmidzi, an-nasai, ibn majah, ahmad)
7. akhrajahu jama’atan: hadits tersebut diriwayatkan oleh banyak ulama
hadits

3. Kedudukan Dan Fungsi Al-Hadis


1. Kedudukan Hadits
Dalam kedudukannya sebagai penjelas, hadits kadang-kadang
memperluas hukum dalam Al-Qur’an atau menetapkan sendiri hukum di luar
apa yang ditentukan Allah dalam Al-Quran.
Hadits sebagai bayani atau menjalankan fungsi yang menjelaskan
hukum Al-Quran, tidak diragukan lagi dan dapat di terima oleh semua pihak,
karena memang untuk itulah Nabi di tugaskan Allah SWT. Namun dalam
kedudukan hadits sebagai dalil yang berdiri sendiri dan sebagai sumber kedua
setelah Al-Quran, menjadi bahan perbincangan dikalangan ulama.

2. Fungsi Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar
ayat-ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang
secara amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits.
Dengan demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-
Qur’an. Hal ini telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl :64
Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran)
ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu.

Dengan demikian bila Al-Qur’an disebut sebagai sumber asli bagi


hukum fiqh, maka Hadits disebut sebagai bayani. Dalam kedudukannya
sebagai bayani  dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, ia menjalankan fungsi
senagai berikut :
1. Menguatkan dan mengaskan hukum-hukumyang tersebut dalam Al-
Qur’an atau disebut fungsi ta’kid  dan taqrir. Dalam bentuk ini Hadits
hanya seperti mengulangi apa-apa yang tersebut dalam Al-Qur’an.
Umpanya Firman Allah dalam surat Al-Baqarah :110 yang artinya :

“ Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat “ ayat itu dikuatkan oleh sabda Nabi
yang artinya :

“ Islam itu didirikan dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain
Allah dan muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat.

2. Memberikan penjelasan terhadap apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an


dalam halaman
3. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-Qur’an
4. Merinci apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secari garis besar.
5. Membatasi apa-apa yang dalam Al-Qur’an disebutkan secara umum
6. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-Qur’an

Contoh menjelaskan arti kata dalam Al-Qur’an umpamanya kata shalat yang
masih samar artinya, karena dapat saja shalat itu berarti do’a sebagaimana yang biasa
dipahami secara umum waktu itu. Kemudian Nabi melakukan serangkaian perbuatan,
yang terdiri dari ucapan dan pebuatan secara jelas yang dimulai dari takbiratul
ihram dan berakhir dengan salam. Sesudah itu Nabi bersabda :inilah shalat itu,
kerjakanlah shalat sebagimana kamu melihat saya mengerjakan shalat.

3. Menetapkan suatu hukum dalam hadits yang secara jelas tidak terdapat dalam
Al-Qur’an. Dengan demikian kelihatan bahwa Hadits menetapkan sendiri
hukumyang tidak ditetapkan dalam Al-Qur’an. Fungsi hadits dalam bentuk ini
disebut itsbat. Sebenarnya bila diperhatikan dengan teliti akan jelas bahwa apa
yang ditetapkan hadits itu pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap apa
yang disinggung Al-Qur’an atau memperluas apa yang disebutkan Al-Qur’an
secara terbatas. Umpamanya Allah SWT mengharamkan memakan bangkai,
darah, dan daging babi. Larangan Nabi ini menurut lahirnya dapat dikatakan
sebagai hhukum baru yang ditetapkan oleh Nabi, karena memang apa yang
diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Tetapi kalau
dipahami lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai penjelasan terhadap
larangan Al-Qur’anlah memakan sesuatu yang kotor.

4. Pembagian Hadis Dari Segi Kuantitas Dan Kualitas


a. Hadits Dari Segi Kualitas
Ditinjau dari segi kualitas sanad dan matan-nya, atau berdasarkan kepada kuat
dan lemahnya, hadits terbagi menjadi 2 golongan, yaitu: hadits maqbul & hadits
mardud.
Yang dimaksud dengan hadits maqbul adalah hadits yang memenuhi syarat
untuk diterima sebagai dalil dalam perumusan hukum  atau untuk beramal
dengannya. Hadits maqbul ini terdiri dari hadits hahih dan hadits hasan.
Sedangkan yang dimaksud dengan hadits mardud adalah hadits yang tidak
memenuhi syarat-syarat qabul, dan hadits mardud dinamai juga dengan
hadits dha’if.
1. Hadits Sahih
Kata “Sahih” menurut bahasa berarti: sehat, selamat, sah dan
sempurna. Ulama biasa menyebut kata sahih sebagai lawan dari kata
“saqim” yang bermakna sakit. Makna hadits shahih secara bahasa adalah
hadis yang sehat, selamat, benar, sah, sempurna dan yang tidak sakit.
Sedangkan menurut istilah yaitu “ Hadis yang dinukilkan (diriwayatkan)
oleh rawi yang adil, sempurna ingatannya, bersambung sanadnya, tidak
ber’illat (cacat),  dan tidak syadz (janggal).” Demikian pengertian hadis
shahih menurut pendapat muhadditsin
Syarat-syarat hadits sahih :
 Bersambung sanadnya
 Perawinya adil
 Perawinya dhabith
 Tanpa syadz (janggal)
 Tanpa ‘illat (cacat)

Hadits sahih terbagi dalam dua macam :

 Hadits li dzatihi adalah  hadis yang didalamnya telah terpenuhi


syarat-syarat hadis maqbul atau yang memenuhi syarat-syarat
diatas secara sempurna.
 Hadis sahih li ghairihi adalah hadis yang keshahihannya
dibantu oleh adanya hadis lain. Pada mulanya hadis ini
memiliki kelemahan berupa periwayatan yang kurang dhabith,
sehingga dinilai tidak memenuhi syarat untuk dikategorikan
sebagai hadis sahih. Tetapi setelah diketahui ada hadis lain
dengan kandungan matan yang sama dengan kualitas sahih
maka hadis tersebut naik menjadi hadis sahih.

2. Hadits Hasan
Hadits hasan adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
kurang kuat hafalannya, bersambung sanadnya, tidak mengandung ‘illat
(cacat), dan tidak mengandung kejanggalan (syadz).
Hadits hasan terbagi dalam dua macam :
 Hadits hasan li dzatihi, adalah hadis yang memenuhi lima unsur
persyaratan hadis sahih, tetapi salah satu rawi kurang kuat
hafalannya.
 Hadits hasan li ghairihi, adalah hadis dha’if yang  didukung
oleh hadis lain yang sahih dengan matan yang sama, sehingga
naik menjadi hadis hasan li ghairihi.
3. Hadits Dha’if
Hadis dha’if adlah hadis yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat
hadis shahih dan syarat-syarat hadis hasan.

b. Hadits Dari Segi Kuantitas


1. Hadits Mutawatir
Secara bahasa, mutawatir adalah isim fa’il dari at-tawatur yang artinya
berurutan. Sedangkan mutawatir menurut istilah adalah “apa yang
diriwayatkan oleh sejumlah banyak orang yang menurut kebiasaan mereka
terhindar dari melakukan dusta mulai dari awal hingga akhir sanad”. Atau :
“hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang banyak pada setiap tingkatan
sanadnya menurut akal tidak mungkin para perawi tersebut sepakat untuk
berdusta dan memalsukan hadits, dan mereka bersandarkan dalam
meriwayatkan pada sesuatu yang dapat diketahui dengan indera seperti
pendengarannya dan semacamnya”.
Hadits mutawatir terbagi menjadi dua bagian, yaitu Mutawatir Lafdhy
dan Mutawatir Ma’nawi.
2. Hadits Ahad
Ahad menurut bahasa mempunyai arti satu. Dan khabarul-wahid
adalah khabar yang diriwayatkan oleh satu orang. Sedangkan hadits ahad
menurut istilah adalah hadits yang belum memenuhi syarat-syarat mutawatir.
Hadits ahad terbagi menjadi 3 macam, yaitu: Masyhur, ‘Aziz, dan Gharib:
 Masyhur          : Masyhur (‫ )المشهور‬adalah hadits yang diriwayatkan
oleh tiga rawi disetiap tingkatan, tapi belum sampai pada derajat
mutawatir.Contohnya perkataan Nabi Muhammad SAW.

‫المسام من سلم المسلمون من لسانه و يده‬

“Muslim sejati adalah muslim yang saudaranya terbebas dari gangguan


lisan dan tangannya.”
 ‘Aziz                 : ‘Aziz (‫)العزيز‬ adalah hadits yang diriwayatkan oleh
dua rowi saja dimasing-masing tingkatan. Contohnya perkataaan Nabi
Muhammad SAW.

‫ال يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده و الناس أجمعين‬

“Tidak sempurna iman kalian hingga Aku lebih dia cintai dari orang tua,
anaknya bahkan manusia seluruhnya.”

 Ghorib             : Ghorib (‫ )الغريب‬adalah hadits yang diriwayatkan oleh


satu orang saja. Contohnya perkataan Nabi Muhammad SAW.

‫ وإنما لكل امرئ ما نوى‬،‫إنما األعمال بالنيات‬

“Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu hanyalah dinilai bila disertai


dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang hanya memperoleh sesuai apa
yang diniatkannya” (HR. Bukhori dan Muslim)

5. Hadis-Hadis Tentang Pendidikan (Minimal 5 Hadis)

C. FIQH
1. Thaharah (Bersuci)
Perihal bersuci meliputi beberapa perkara berikut:
a. Alat bersuci seperti air tanah dan sebagainya.
b. kaifiat (cara) bersuci.
c. macam dan jenis-jenis najis yg perlu disucikan
d. benda yg wajib disucikan
e. sebab-sebab atau keadaan yg menyebabkan wajib bersuci.
Bersuci ada dua bagian:
a. Bersuci dari hadas, Bagian ini khusus untuk badan, seperti mandi, berwudu, dan
tayammum.
b. Bersuci dari najis. Bagian ini berlaku pada badan, pakaian, dan tempat.
Macam-Macam Air dan pembagiannya
1. Air yang suci dan menyucikan
Air yg demikian boleh diminum dan sah dipakai untuk menyucikan (membersihkan)
benda yg lain. Yaitu air hujan, air laut, air sumur, air es yg sudah hancur kembali, air embun,
dan air yg keluar dari mata air.

2. Air Suci, tetapi tidak menyucikan


Contohnya air kopi, air susu, air teh. Air sedikit, kurang dari dua kullah (banyaknya
air dua kullah adalah: kalau tempatnya empat persegi panjang, maka panjangx dan dalamx
1 ¼ hasta, kalau tempatnya bundar, maka garis tengahnya 1 hasta dan dalam 2 ¼ hasta, dan
keliling 3 1/7 hasta). Sudah terpakai untuk menghilangkan hadas atau menghilagkan hukum
najis sedangkan air itu tidak berubah sifatnya dan tidak pula bertambah timbangannya. Air
pohon-pohonan atau air buah-buahan.
3. Air yg bernajis
a. sudah berubah salah satu sifatnya (warna, rasa, dan bau) oleh najis. Air ini tidak
boleh dipakai lagi, baik airnya sedikit ataupun banyak sebab hukumnya seperti najis.
b. Air bernajis, tetapi tidak berubah salah satu sifatnya. Air ini kalau sedikit berarti
kurang dari dua kullah tidak boleh dipakai lagi bahkann hukumnya sama dengan najis. Kalau
air itu banyak berarti dua kullah atau lebih hukumnya tetap suci dan menyucikan.
4. Air yg makruh, yaitu air yg terjemur oleh matahari dalam bejana selain bejana emas atau
perak. Air ini makruh dipakai untuk badan tetapi tidak makruh untuk pakaian kecuali air yg
terjemur di tanah seperti air sawah, air kolam, dan tempat-tempat yg bukan bejana yg mgkin
berkarat.

Benda-Benda Yg Termasuk Najis


1. Bangkai binatang darat yg berdarah selain dari mayat manusia
Adapun bangkai binatang laut seperti ikan dan bangkai binatang darat yg tidak
berdarah ketika ketika masih hidupnya seperti belalang serta mayat manusia, semuanya suci.
2. Darah, segala macam darah itu najis, selain hati dan limpa.
3. Nanah
4. segala benda cair yg kluar dri dua pintu
5. Arak, setiap minuman keras yg memabukkan
6. Anjing dan babi
Semua hewan suci kecuali anjing dan babi.
Cara mencuci benda yg kena najis
1. Najiz Mugallazah (tebal) yaitu najiz anjing. Benda yg terkena najis ini hendaklah dibasuh
tujuh kali, satu kali diantaranya hendaklah dibasuh dengan air yg dicampur dengan tanah.
2. Najis mukhaffafah (ringan), misalnya kencing anak laki-laki yg belum memakan makanan
lain selain ASI. Mencuci benda yg kena najis ini sudah memadai dengan memercikkan air
pada benda itu meskipun tidak mengalir. Adapun kencing anak perempuan yg belum makan
apapun selai ASI, kaifiat mencucinya hendaklah dibasuh sampai air mengalir di atas benda yg
trkena najis itu, dan hilang zat najis dan sifat-sifatnya sebagaimana mencuci kencing orang
dewasa.
Wudhu (mengambil air untuk shalat)
Perintah wajib wudhu bersamaan dengan perintah wajib salat lima waktu, yaitu satu
tahun setengah sebelum tahun hijriyah.
Firman Allah swt:
“Hai orang-orang yg beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basulah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai
dengan kedua mata kaki.” (Al-Maidah ayat 6)
Syarat-syarat Wudu
1. Islam
2. Mumayiz
3. tidak berhadas besar
4. dengan air yg suci dan menyucikan
5. tidak ada yg menghalangi sampainya air ke kulit seperti getah dan sebagainya yg melekat
di atas kulit anggota wudu.
Fardu (rukun wudu)
1. Niat, hendaklah berniat (menyengaja) menghilanngkan hadas atau menyengaja berwudhu.
2. Membasuh muka
3. Membasuh dua tangan sampai ke siku
4. menyapu sebagian kepala, walaupun hanya sebagian kecil sebaiknya tidak kurang dari
selebar ubun-ubun baik yg disapu itu kulit kepala ataupun rambut.
5. membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki. Maksudnya dua mata kaki wajib juga
dibasuh.
6. Menertibkan rukun-rukun di atas.
Yg Membatalkan Wudu
1. keluar sesuatu dari dua pintu atau dari salah satunya baik berupa zat atau angin.
2. hilang akal, karena mabuk atau gilla
3. bersentuhan kulit laki2 dengan kulit perempuan. Dengan bersentuhan i2 batal wudu yg
menyentuh dan yg disentuh, dngan syarat dengan syarat bahwa keduax sudah sampai umur
atau dewasa, dan bukan mahram (menurut imam syafii). Sedangkan mazhab lain adapula yg
berpendapat bahwa bersentuhan kulit laki2 dan perempuan itu tdk membatalkan wudhu , yg
membatalkan wudhu adalah bersetubuh.
4. menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan, baik kemaluan sendiri
ataupun kemaluan org lain (dewasa atau kanak-kanak). Menyentuh ini hax membatalkan
wudu yg menyentuh saja.
Mandi Wajib
Yang dimaksud dengan mandi disini ialah mengalirkan air ke seluruh badan dengan niat.
Firman Allah swt: Al-Maidah: 6
“Dan jika kamu junub, maka mandilah.
Sebab-sebab wajib Mandi
1. Bersetubuh, baik keluar mani ataupun tidak.
2. Keluar mani, baik keluarnya karena bermimpi ataupun sebab lain dengan sengaja atau
tidak, dengan perbuatan sendiri atau bukn.
3. Mati. Orang Islam yang mati fardu kifayah atau muslimin yg hidup memandikannya,
kecuali orang yg mati syahid.
4. Haid.apabila seseorang perempuan telah berhenti dari haid, ia wajib mandi agar ia dapat
salat dan dapat bercampur dengan suaminya.
5. Nifas. Yg dinamakan nifas ialah darah yg keluar dari kemaluan perempuan sesudah
melahirkan anak. Darah itu merupakan darah haid yg berkumpul, tidak keluar sewaktu
perempuan itu mengandung.
6. Melahirkan, baik anak yg dilahirkn itu cukup umur ataupun tidak, seperti keguguran.
Fardu (rukun) mandi
1. Niat, orang yg junub hendaklah berniat (menyengaja) menghilangkan hadas junubnya,
perempuan yg baru habis (selesai) haid atau nifas hendaklah berniat menghilangkan hadas
kotorannya.
2. mengalirkan air ke seluruh badan.
Sunnah-sunnah mandi
1. membaca bismillah pada permulaan mandi
2. Berwudu sebelum mandi
3. menggosok-gosok seluruh badan dengan tangan
4. mendahulukan yg kanan daripada yg kiri
5. berturut2
Tayammum
Tayammum adalah mengusapkan tanah ke muka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayammum adalah pengganti wudu atau mandi, sebagai rukhsah
(keringan) untuk orang yg tidak dapat memakai air karena beberapa halangan (uzur), yaitu:
1. Uzur karena sakit. Kalau ia memakai aiir, bertambah sakitnya atau lambat sembuhnya.
2. karena dalam perjalanan
3. karena tidak ada air. Firman Allah: Al-Maidah ayat 6.
Syarat Tayammum
1. Sudah masuk waktu salat.tayamum disyariatkan untuk orang yg terpaka. Sebelum masuk
waktu salat ia belum terpaksa, sebab salat belum wajib atasnya ketika itu.
2. sudah diusahakan mencari air tetapi tidak dapat sedangkan waktu sudah masuk.
3. dengan tanah yg suci dan berdebu. Menurut pendapat imam Syafii, tidak sah tayamum
selain dengan tanah. Menurut pendapat imam yg lain boleh(sah) tayamum dengan tanah,
pasir, atau batu.
4. Menghilangkan najis berarti sebelum melakukan tayamum itu hendaklah ia bersih dari
najis, menurut pendapat sebagian ulama ttapi menurut pendapat yg lain tidak.
Pekerjaan yang dilarang karena Hadas
1. Hal-hal yg dilarang karena hadas kecil
1) Mengerjakan salat baik salat fardu ataupun salat sunat.begitu juga sujud tilawah,
sujud syukur, dan khotbah jum’at. Sabda Rasulullah: “Allah tidak menerima salat salah
seorang kamu apabila ia berhadas ingga ia berwudu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
2) Tawaf, baik tawaf fardhu ataupun tawaf sunah.
3) Menyentuh, membawa, atau mengangkat mushaf (qur’an) kecuali jika dalam
keadaan terpaksa untuk menjaganya agar jangan rusak, terbakar atau tenggelam.dalam
keadaan demikian mengambil qur’an menjadi wajib, untuk menjaga kehormatannya.
2. hal-hal yg dilarang karena hadas junub
1) Salat
2) Tawaf
3) Menyentuh, membawa, atau mengangkat mushaf (qur’an)
4) Membaca Al-qur’an
5) berhenti dalam mesjid
3. Hal-hal yg dilarang karena Hadas, Haid, atau Nifas
1. mengerjakan salat, baik salat fardu ataupun salat sunat
2. Mengerjakan tawaf
3. Menyentuh atau membawa Al-qur’an
4. Diam di dalam mesjid
5. puasa
6. suami haram menalak istrinya yg sedang haid atau nifas
7. suami istri haram bersetubuh ketika istri dalam haid atau nifas sampai ia suci dari
haid atau nifasnya dan sesudah ia mandi.
4. Hukum lima (wajib, sunnat, haram, makruh, dan mubah)
1) Wajib, yaitu perintah yg mesti dikerjakan. Jika perintah tersebut dipatuhi
(dikerjakan), maka yang mengerjakannya mendapat pahala, jika tidak dikerjakan
maka ia berdosa.
2) Sunnah, yaitu anjuran, jika dikerjakan dapat pahala, jika tidak dikerjakan tidak
berdosa.
3)Haram, yaitu larangan keras. Kalau dikerjakan berdosa, jika tidak dikerjakan
(ditinggalkan) mendapat pahala.
4) Makruh, yaitu larangan yang tidak keras. Kalau dilanggar tidak dihukum (tidak
berdosa), dan jika ditinggalkan diberi pahala.
5) Mubah, yaitu sesuatu yg boleh dikerjakan dan boleh pula ditinggalkan. Kalau
dikerjakan tidak berpahala dan tidak pula berdosa, kalau ditinggalkan tidak bepahala
dan tidak pula berdosa.

D. AKIDAH AKHLAK
1. Pengertian Akidah Akhlak
Aqidah berasal dari bahasa Arab ً‫ َعقِ ْي َدة‬,ُ‫ يَ ْعقِد‬,َ‫ َعقَد‬berarti ikatan, kokoh, dan perjanjian.
Secara umum aqidah adalah kepercayaan, keyakinan, dengan simpul yang kokoh.
Menurut Hasan Albanna aqidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati untuk
membenarkannya, membuat jiwa tenang/tentram menjadi suatu kepercayaan yang
bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah
adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang
bersumber dari ajaran islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber
keyakinan yang mengikat.
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu kholaq yg
artinya tingkah laku, tabi’at, watak, moral, atau budi pekerti. Jadi, akhlak merupakan
sikap yg telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam
tingkah laku atau perbuatan.
Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka
disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah atau akhlak mahmudah.
Akan tetapi, apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang
jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.
2. Rukun Iman
3. Akhlaq Mahmudah dan Akhlaq madzmumah
1. Akhlaq Mahmudah
1) husnudzon
Husnudzon berasal dari kata hasanah yang berarti bagus dzon adalah berarti
merasa. Jadu husnudzon adalah mempunyai prasangka yang baik kepada Allah SWT
atas apa yg digariskan kepada kita berupa takdir yang baik ataupun takdir yang buruk.
Selain itu husnudzon juga berlaku untuk sesama manusia jadi ketika manusia
husnudzon kepada manusia yang lain akan menjadikan kemaslahatan ataupun
kebaikan untuk sesama manusia tersebut dalam surat Al-Hujurat ayat 12.

Hai orang-orang yg beriman, jauhilah kebanyakan pra sangka (kecurigaan), karena


sebagian dari purba sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seseorang diantara kamu yg suka
memakan daging saudaranya yg sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima
taubat lagi maha penyayang.
2) Syukur Nikmat
xMensyukuri akan nikmat yang Allah berikan, Nikmat iman nikmat kesehatan.
Nikmat-nikmat yang diberikan harus disyukuri dengan sebaik-baiknya. Contoh
seseorang yg mensyukuri nikmat adalah menggunakan kesehatan dgn hal-hal yg
positif menggunakan pikiran untuk berdzikir kepada Allah dan memikirkan kebesaran
Allah. menggunakann waktu luang yg dibeikan oleh Allah untuk hal-hal kebaikan
seperti shalat, mengaji, belajar.
3) Tawadhu’
Tawadhu’ adalah tidak sombong dan tidak rendah diri. Tawadhu’ memiliki
arti sama dengan rendah hati. Seperti dalam peribahasa orang yg tawadhu’ bagaikan
padi yg semakin berisi semakin menunduk (rendah hati).
4) Haya’/ pemalu, malu disini adalah malu untuk berbuat dosa.
5) Amanah
Amanah merupakan tanggung jawab yg diberikan oleh Allah kepada manusia
yg wajib untuk disampaikan ataupun dierikan oleh manusia kepada manusia untuk
disampaikan kepada yg berhak.
6) zuhud, merupakan sifat yg tidak bergantung kepada harta benda duniawi dengan
demikian seseorang tidak merasa bangga ketika memiliki harta yang melimpah
keanehan trsebut berasal dari karunia Allah swt.

E. SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM


1. Sejarah Nabi Muhammad saw
a. Periode Makkah
 Sebelum Diangkat Menjadi Rasul

Nabi Muhammad s.a.w lahir pada hari Senin tanggal 20 April 571 M tahun
Gajah di suatu tempat ya ng tidak jauh dari Ka’bah, ia berasal dari kalangan
bangsawan Quraisy. Ayahnya Abdullah bin Abdul Muththalib dan ibunya
Aminah binti Wahab. Kakeknya Abdul Muththalib memberi nama
Muhammad kepada cucunya yang artiya “Agar menjadi orang terpuji di langit
dan terpuji di bumi”.

Ketika Muhammad lahir wanita-wanita dari desa Sa’ad lebih, kurang 60 km


dari Makkah, datang ke Makkah menghubungi keluarga-keluarga yang akan
menyusukan anak mereka dengan mengharapkan upah. Karena kondisi
ekonomi Aminah yang lemah tidak ada di antara wanita-wanita tersebut yang
mau mengasuh Muhammad kecuali Halimah setelah minta izin sama
suaminya Haris, mau mengasuhnya sambil berharap mudahmudahan Tuhan
memberkati kehidupan mereka. Aminah dan Abdul Muththalib pun
melepaskannya dengan penuh senang hati42 Deceritakan lebih lanjut bahwa
kehadiran Muhammad dalam keluarga miskin tersebut sungguh membawa
berkah. Rumput yang digunakan mengembala kambing tumbuh subur,
kambing yang mereka pelihara menjadi gemuk-gemuk, air susunya menjadi
banyak sehingga kehidupan mereka yang suram dan susah berubah menjadi
penuh bahagia dan kedamaian, mereka percaya anak yatim itulah yang
membawa berkah dalam kehidupan mereka, sengsara membawa nikmat.
Ketika ia masih tiga bulan dalam kandungan Ayahnya meninggal dunia pada
saat pergi berniaga ke Yatsrib, sementara ibunya Aminah wafat di Abwa
sewaktu pulang dari menziarahi makam Abdullah, ketika itu ia berusia 6
tahun. Kakeknya Abdul Muthalib mengasuhnya selama dua tahun, kemudian
kakeknya itu pun meninggal dunia pula dalam usianya 8 tahun, dan ia diasuh
oleh pamannya Abu Thalib. Dari kisah Nabi tersebut dapat diketahui bahwa
tanggung jawab hak asuh anak apabila ayahnya meninggal berturut-turut dari
ibu ke kakek, kemudian ke paman. Ada dua jenis pekerjaan yang
dilakukannya sebelum menjadi Rasul. Pertama, mengembala kambing ketika
ia bersama ibu susuannya Halimahtus Sa’diyah tinggal di desa. Kedua,
berdagang ketika ia tinggal bersama pamannya, ia mengikuti pemannya
berdagang ke negeri Syam, sampai ia dewasa dan dapat berdiri sendiri. Dalam
perjalanan itu, di Bushra, sebelah selatan Syria (Syam) dia bertemu dengan
pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta itu melihat tanda-tanda kenabian
pada diri Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Pendeta itu
menasehati Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki Syria, sebab
dikhawatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahi tanda-tanda itu akan
berbuat jahat terhadapnya.43 Sebagai seorang pemuda ia tidak mengikuti
kebiasaan masyarakat di kala itu, yaitu minum Khamar, berjudi, mengunjungi
tempat-tempat hiburan dan menyembah berhala. Secara populeria dikenal
sebagai seorang pemaaf, rendah hati, berani dan jujur, sehinggaia dijuluki al-
Amin.

Sebagai seorang pedagang, selainia berdagang dengan pamannya,ia juga


melakukan kerjasama dagang dengan Khadijah, seorang janda kaya. Khadijah
memberinya modal untuk berdagang ke negeri Syam, dan beliau memperoleh
untung besar. Khadijah tertarik pada kejujuran dan akhlaknya yang baik, dan
ingin menjadi suaminya, setelah sebelumnyaia berkali-kali menolak pinangan
bangsawan Quraisy.

Nabi menikah dengan Khadijah pada usia 25th dan Khadijah berusia 40th,
dengan mahar 20 ekor unta. Dari pernikahan mereka, Khadijah melahirkan 2
orang anak laki-laki dan 4 anak perempuan, akan tetapi anak laki-lakinya
mereka meninggal dunia sejak masih kecil. Setelah itu Nabi menikah lagi dan
dia meperoleh anak laki-laki lagi akan tetapi anak beliau inipun meninggal
dunia.

Dalam usia 35th, beliau sudah terkenal di lingukang penduduk Makkah karena
dia berhasil mendamaiakan kaum Quraisy yang seang berdebat tentang
meletakkan Hajar Al-Aswad saat dinding Ka’bah dibangun.

Dalam usia 40th, beliau setiap tahunnya mengasingkan diri ke Gua Hira’
untuk merenungi alam dan penciptanya. Saat itu pula Malaikat Jibril
mendatagainya pada tanggal 17 Ramadhan 611M untuk meyampaikan wahyu
Allah y;

 pertama surat AlAlaq (ayat 1-5) dan Muhammad dilantik menjadi


Nabi akhir zaman. Setelah 2tahun kemudian, malaikat Jibril datang
lagi membawa wahyu.
 ke2, Q.S al-Mudatsir (1-7). Setelah itu, Nabi memulai untuk
berdakwah tetapi secara diam2 berlangsung selama 3tahun dimulai
dari keluarga dan kerabat dekatnya.
 Ke3 surah Al-Syu’ara’ (ayat 214), dakwahnya pad aketurunan Abdul
Muthalib (Paman Khadijah), akan tetapi Abu Lahab mengutuk Nabi
sehingga turunlah Surah
 ke4 al-Masad (1-5). Setelah itu beliau berdakwah pada semua oarang
setlah wahyu Allah surah al-Hijir (ayt 94).
2. Khulafa’ al-Rasyidun
3. Sebab-sebab kemajuan peradaban Islam
4. Sebab-sebab kemunduran peradaban Islam
Agama Islam pertama kali lahir di negara Arab, dimana kedatanganya diawali dengan
kelahiran Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW adalah nabi akhir zaman
dan diangkat oleh Allah SWT menjadi rasul. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW pun
menyebarkan Islam kepada seluruh kaum Arab. Nabu Muhammad SAW lahir di
Mekkah pada 12 Rabi’ul Awal Tahun Gajah, atau pada tanggal 20 April 571. Beliau
adalah seorang yatim piatu dengan ayahnya bernama Abdulla bin Abu Muthalib yang
wafat saat berdagang. Sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab yang
meninggal saat beliau berusia 7 tahun.
Pada usia 40 tahun, Nabi Muhammad sering menyendiri dan bertafakur di Gua Hira.
Hingga pada akhirnya pada 17 Ramadhan 11 SH atau 6 Agustus 611, beliau
dikunjungi oleh Malaikat Jibril yang dating untuk menyampaikan wahyu pertama dari
Allah SWT kepada beliau “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
Menciptakan …” (QS. 96:1-5). Dengan turunnya wahyu tersebut, Nabi Muhammad
SAW dipilih sebagai rasul oleh Allan SWT.
 Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam Menyebarkan Islam

Sebagai rasul yang terpilih, Nabi Muhammad memiliki kewajiban untuk menyebarkan ajaran
tersebut dan mengabarkan kebenaran ke seluruh umat di dunia. Maka sejak saat itu, Nabi
Muhammad SAW bertekad untuk melaksanakan tugasnya dan menyebarkan ajaran Islam ke
seluruh dunia. Pada awalnya, beliau hanya mengajarkan kepercayaan tersebut pada orang
terdekatnya secara tertutup. Secara perlahan, dakwaan beliau mulai disampaikan secara
terbuka dan dari dakwaan tersebut, ada yang menerima dan tentunya ada yang sangat
menolaknya. Tantangan hebat tersebut datan dari kaumnya sendiri yaitu suku Quraisy.

Pertentangan tersebut berujung pada kekejaman terhadap kaun muslimin dan ancaman
pembunuhan beliau, maka Nabi Muhammad SAW pun hijrah ke luar Mekkah menuju ke kota
Yastrib (yang kemudian diubah menjadi Madinah). Disana, Nabi Muhammad lebih diterima
dimana banyak penfufuk Yastrib bersedia untuk memeluk agama yang diajarkan. Adapun
strategi dakwa Muhammad SAW adalah sebagai berikut:

 Menanamkan iman pada sahabat

Nabi Muhammad SAW memperkenalkan tauhid pada para sahabat dan kaumnya sebagai
dasar kehidupan manusia dimana hakikat penciptaan manusia adalah untuk menyembah
Allah SWT. Maksud dari ajaran ini adalah ketika seseorang telah beriman kepada Allah
SWT, maka ia wajib itu mengaplikasikannya ke kehidupan sehari-hari, termasuk dalam
membela kepentingan agama dan membela Islam. Maksud inilah yang membuat para sahabat
Nabi Muhammad SAW rela berkorban demi membela agama Islam.

 Dakwa secara bertahap

Dalam berdakwa, beliau menggunakan tahapan dan strategi yang jelas, dimana beliau
memulai dengan keluarganya sendiri sebelum menyebarkan ke lingkunga terdekat, dan
kemudian dilanjutkan ke masyarakat luar sedikit demi sedikit. Selain itu, rasul juga mengajak
para sahabat yang disegani oleh bangsa Quraisy untuk ikut serta dalam menyebarkan agama
Islam. Rasul juga mengajarkan nilai-nilai Islam dan cara menjalankan ibadah secara bertahap,
seperti shalat, puasa, zakat, sedekah, haji, dan sebagainya.

 Manfaatkan potensi yang ada

Nabi Muhammad SAW menggunakan potensi manusia yang ada dalam dakwanya secara
efektif. Salah satu caranya adalah dengan menikahi Khadijah dan mengajak pamannya yang
memiliki kekayaan berlimpah untuk memberikan dana untuk dakwanya. Selain itu, rasul juga
memiliki sahabat yang memiliki pengaruh besar dalam suku Quraisy. Merekalah yang
membantu dan melindungi rasul dalam perang. Nabi Muhammad SAW juga memanfaatkan
potensi intelektual sahabatnya demi kepentingan penyebaran agama Islam seperti Ali bin Abi
Thalib, Zaid bin Tsabit, dan Abdullah bin Mas’ud.

Keunggulan diplomasi dan dakwa Nabi Muhammad SAW menyebabkan umat Islam
memasuki fase yang sangat menentukan. Saat peperangan antara Madinah dan Mekkah
terjadi, banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menolak ajaran Islam berbalik untuk
memeluk Islam. Yuk simak juga sejarah perang Arab Israel. Setelah kota Mekkah ditaklukan,
usaha keras Nabi Muhammad SAW pun mulai berbunga di bangsa Arab, dimana pada
akhirnya hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam pada saat beliau
meninggal dunia.

Sejarah Berdirinya Agama Islam di Dunia

Setelah kematian Nabi Muhammad SAW, beliau digantikan bukan dengan nabi melainkan
dengan khalifah. Ada empat khalifah yang manjadi pengganti Nabi Muhammad SAW,
disebut dengan Khulafaur Rasyidin. Khalifah ini adalah sahabat terdekat Nabi Muhammad
SAW yaitu Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib. Mereka berempat memiliki tugas penting yakni untuk memastikan bahwa umat Islam
tetap menjalankan perintah agama Islam yang telah diajarkan sebelumnya. Hasilnya, agama
Islam telah berkembang secara luas ke seluruh dunia seperti sejarah Kerajaan Champa.

Setelah masa Khulafaur Rasyidin berakhir, muncullah kekaisaran Arab seperti Bani
Abbasiyah, Bani Umayyah, dan Kekaisaran Utsmaniyah yang menghubungkan daya dari
keempat khalifah pertama Islam. Peningkatan kekuatan dinasti tersebut sejalan dengan
menguatkan pengaruh agama Islam ke Eropa dan Afrika, seperti sejarah berdirinya Al-Azhar.

Anda mungkin juga menyukai