A. ULUMUL AL-QUR’AN
1. Pengertian Ulumul Qur’an
a. Secara etimologi, kata Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari
dua kata, yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ulum adalah bentuk jama’ dari kata
“ilmu” yang berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al-
Qur’an telah memberikan pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan
sejumlah ilmu yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya
sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman terhadap petunjuk yang
terkandung di dalamnaya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ulumul qur’an adalah ilmu
yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an, baik dari
aspek keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun aspek pemahaman
kandunganya sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia atau ilmu-ilmu
yang berhubungan dengan berbagai aspek yang terkait dengan keperluan
membahas al-Qur’an.
Menurut Abu Syahbah
Kitab Allah yang diturunkan baik lafazh maupun maknanya kepada Nabi
terakhir Muhammad SAW yang diriwayatkan secara mutawatir, yakni
dengan penuh kepastian dan keyakinan akan kesesuaiannya dengan apa
yang diturunkan kepada Muhammad yang ditulis pada mushaf mulai dari
awal surat Al-fatihah sampai akhir surat An-Nas.
2. Nama-nama Al-qur’an
a) Al-Kitab (Buku): QS. Al-Baqarah (2) ayat 2 “Kitab Al-qur’an ini tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.”
b) Al-Furqan (pembeda benar salah): QS. Al-Furqan (25) ayat 1 “Maha suci Allah
yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada hambanya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
c) Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS. Al-Hijr(15) ayat 9 “sesungguhnya kamilah
yg menurunkan Adz-zikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya kami benar-benar
memeliharanya”
d) Al-Mau’idhah (Pelajaran/nasihat): QS.Yunus (10) ayat 57 “Hai manusia,
sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh
bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman.”
e) Asy-Syifa’ (obat/penyembuh): QS. Yunus (10) ayat 57
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
f) Al-Hukm (peraturan/hukum): QS. Ar-Ra’d (13) ayat 37 “Dan demikianlah, kami
telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa
Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang
pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara
bagimu terhadap (siksa) Allah”
g) Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS. Al-Israa’ (17) ayat 39 “itulah sebagian hikmah
yang diwahyukan tuhanmu kepadamu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan
yang lain disamping Allah, yang menyebabkan kamu dilemparkan ke dalam
neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan (dari rahmat Allah).
h) Al-Huda (petunjuk): QS. Al-Jin (72) ayat 13 “Dan sesungguhnya kami tatkala
mendengar petunjuk (Al-Qur’an), kami beriman kepadanya. Barangsiapa beriman
kepada Tuhannya, maka ia tidak takut akan pengurangan pahala dan tidak takut
pula akan penambahan dosa dan kesalahan.”
i) At-Tanzil (yang diturunkan): QS. Asy-Syu’araa’ (26) ayat 192 “Dan
sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam.”
j) Ar-rahmat (Karunia): Qs. An-Naml (27) ayat 77 “Dan sesungguhnya Al-Qur’an
itu benar-benar menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.
k) Ar-Ruh (ruh): QS. Asy-Syuura (42) ayat 52
l) Al-Bayan (penerang): QS. Ali-Imran (3) ayat 138
m) Al-Kalam (ucapan/firman): QS. At-Taubah (9) ayat 6
n) Al-Busyra (kabar gembira): QS. An-Nahl (16) ayat 102
o) An-Nur (cahaya) QS.An-Nisaa’ (4) ayat 174
p) Al-Basha’ir (pedoman): QS. Al-Jatsiyah (45) ayat 20
q) Al-Balagh (penyampaian/kabar): QS. Ibrahim (14) ayat 52
r) Al-Qaul (perkataan/ucapan): QS. Al-Qashash (28) ayat 51
3. Nuzul al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai malam 17
Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 dzulhijjah Haji Wada’tahun 63 dari
kelahiran Nabi atau tahun 10 H.
Proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW adalah melalui 3
tahapan, yaitu:
a) Pertama, Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah ke lauh al-mahfuzh, yaitu
suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian
Allah.
b) Tahap kedua, Al-qur’an diturunkan dari lauh al-mahfuzh itu ke bait al-izzah
(tempat yang berada di langit dunia).
c) Tahap ketiga, Al-Qur’an diturunkan dari bait al-izzah kedalam hati Nabi dengan
jalan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Ada kalanya satu ayat, dua
ayat, dan bahkan kadang-kadang satu surat.
Al-qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril
tidak secara sekaligus, melainkan turun sesuai kebutuhan.Bahkan sering wahyu
turun untuk menjawab pertanyaan para sahabat yang dilontarkan kepada Nabi
atau untuk membenarkan tindakan Nabi SAW. disamping itu, banyak pula ayat
atau surat yang diturunkan tanpa melalui latar belakang pertanyaan atau kejadian
tertentu.
4. Asbab al-Nuzul
Secara etimologi
Asbab an-nusul adalah sebab-sebab yang melatarbelakangi terjadinya
sesuatu. Ungkapan asbab An-nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan
sebab-sebab yg melatarbelakangi urunnya Al-Qur’an.
Secara terminologi
Menurut Mana’ As-Qthathan, asbab An-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa
yang menyebabkan turunnya Al-qur’an berkenaan dengannya waktu
peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi.
5. Makkiyah dan Madaniyah
Empat perspektif dalam mendefinisikan terminologi makkiyah dan madaniyah, yaitu
masa turun (zaman an-nuzul), tempat turun (makan an-nuzul), objek pembicaraan
(mukhathab) dan tema pembicaraan (maudu’).
Dari perspektifmasa turun, didefenisikan bahwa makkiyah adalah ayat-ayat yang
turun sebelum Rasulullah hijrah ke madinah kendatipun bukan turun di mekkah.
Sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah rasulullah hijrah ke madinah
kendatipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat yg turun setelah peristiwa hijrah disebut
madaniyyah walaupun turun di mekah atau Arafah.
Dari perspektif tempat turun, makkiyah ialah ayat-ayat yang turun di mekah dan
sekitarnya seperti mina, arafah, dan hudaibiyyah. Sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat
yang turun di madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba’, dan Sul’a.
Dari perspektif objek pembicaraan, Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab
bagi orang-orang mekah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab
bagi orang-orang madinah.
Ciri-ciri makkiyah:
1. didalamnya terdapat ayat sajadah
2. ayat-ayatnya dimulai dengan kata ‘kalla’
3. dimulai dengan ungkapan ‘ya ayyuhaannas’
4. Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat-umat terdahulu
5. ayat-ayatnya bebicara tentang kisah Nabi Adam dan iblis, kecuali surat Al-
baqarah
6. ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong (huruf At-tahajji)
seperti alif lam mim dan sebagainya, kecuali surah al-baqarah dan ali’imran.
Ciri-ciri madaniyyah:
1. Mengandung ketentuan-ketentuan faraid (muamalah, berhubungan dgn Allah),
dan had (hukum dlm hubungan kemanusiaan).
2. mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surah Al-Ankabut
(29)
3. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitabin.
6. Sejarah Pengumpulan dan penulisan Al-qur’an
Dikalangan ulama, terminologi pengumpulan Al-Qur’an memiliki dua konotasi:
konotasi penghafalan Al-Qur’an dan konotasi penulisannya secara keseluruhan.
a. Proses penghapalan Al-Qur’an
begitu wahyu datang, Nabi langsung menghafal dan memahaminya. Tindakan
Nabi sekaligus merupakan suri teladan yang diikuti para sahabatnya. Imam Al-
Bukhari mencatat sekitar tujuh orang sahabat Nabi yg terkenal dgn hapalan Al-
Qur’annya. Mereka adalah Abdullah bin Mas’ud, Mu’az bin Jabal, Salim bin Mi’qal,
Muadz bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin As-Sakan, dan Abu
Ad-darda.
b. Proses Penulisan Al-Qur’an
1) Pada masa Nabi
Kerinduan Nabi terhadap kedatangan wahyu tidak saja diekspresikan dalam
bentuk hafalan tetapi jga dalam bntuk tulisan. Nabi memiliki sekretaris pribadi yg
khusus bertugas mencatat wahyu. Mereka adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali,
Abban bin Sa’id, Khalid bin Sa’id, Khalid bin al-Walid, dan Muawiyah bin Abi
Sufyan. Proses penulisan Al-qur’an pada masa Nabi sangat sederhana menggunakan
alat tulis sederhana dan berupa lontaran kayu, pelopa kurma, tulang belulang, dan
batu.
2) Pada masa Khulafa’ Al-Rasyidin
a) Pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq
Pada dasarnya, seluruh Al-Qur’an sudah ditulis pada waktu Nabi masih ada.
Hanya saja pada saat itu surat-surat dan ayat-ayatnya ditulis dgn terpencar-pencar.
Dan orang yg pertama kali menyusunnya dalam satu mushaf adalah Abu Bakar Ash-
Shiddiq.Usaha pengumpulan tulisan Al-Qur’an yang dilakukan Abu Bakar terjadi
setelah perang Yamamah pd tahun 12 H yang telah menjadikan 700 sahabat penghafal
Al-Qur’an syahid. Khawatir akan semakin hilangnya penghafal Al-Qur’an sehingga
kelestarian Al-Qur’an juga ikut terancam, Umar datang menemui khalifah pertama,
Abu Bakar agar segera menginstruksikan pengumpulan Al-Qur’an dari berbagai
sumber baik yg tersimpan di dlam hafalan maupun tulisan dan zaid bin Tsabit yang
menuliskannya.
b) Pada Masa Utsman bin Affan
Motivasi penulisan Al-Qur’an pada masa Utsman adalah karena terjadinya
banyak perselisihan di dalam cara membaca al-qur’an (qiraat). Utsman melakukannya
dengan menyederhanakan tulisan mushaf pada satu huruf dari tujuh huruf yang
dengannya Al-qur’an turum.
c) Penyempurnaan Pennulisan Al-Qur’an setelah masa Khalifah
Mushaf yang ditulis atas perintah Utsman tidak memiliki harakat dan tanda
titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qiraat yang tujuh. Setelah banyak orang
non Arab memeluk Islam, maka mereka kesulitan membaca mushaf yg tidak
berharakat dan bertitik itu. Kemudian dilakukan upaya penyempurnaan yg tidak
berlangsung sekaligus tetapi bertahap dan dilakukan setiap generasi sampai abad III
H.
Dan untuk pertama kalinya, Al-Qur’an dicetak di Bunduqiyyah pd tahun 1530
M. Tetapi begitu keluar, penguasa gereja mengeluarkan perintah pemusnahan kitab
suci agama islam ini. Dan baru lahir lgi cetakan selanjutnya atas usaha seorang
Jerman bernama Hinkelman pd tahun 1694 M di Hamurg Jerman. Kemudian di
Negara Arab, raja Fuad dari Mesir membentuk panitia khusus peneritan Al-qur’an pd
tahun 1923 M berhasil menerbitkan mushaf Al-Qur’an cetakan yg bagus. Mushaf yg
pertama terbit di Negara Arab ini dicetak sesuai dengan riwayat Hafsah atau qiraat
Ashim. Sejak itu berjuta-juta mushaf dicetak di Mesir dan diberbagai negara.
7. Menghafal juz 30
B. ‘ULUM AL-HADIS
1. Pengertian Al-Hadis/Al-Sunnah
Ulumul Hadis adalah istilah ilmu hadis di dalam tradisi ulama hadits.
(Arabnya: ‘ulumul al-hadist). ‘ulum al-hadist terdiri dari atas 2 kata, yaitu ‘ulum dan
Al-hadist. Kata ‘ulum dalam bahasa arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti
“ilmu-ilmu”; sedangkan al-hadist di kalangan Ulama Hadis berarti “segala sesuatu
yang disandarkan kepada nabi SAW dari perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat.”
Dengan demikian, gabungan kata ‘ulumul-hadist mengandung pengertian “ilmu-ilmu
yang membahas atau berkaitan Hadis nabi SAW”.
Rawi Hadits
Kata rawi atau arawi, berati orang yang meriwayatkan atau yang
memberitakan hadits. Yang dimaksud dengan rawi ialah orang yang
merawikan/meriwayatkan, dan memindahkan hadits.
Takhrij Hadits
Pegertian menurut bahasa, Kata “takrhij” dari kata kharaja,yakharruju,yang
secara bahasa mempunyai bermacam-macam arti. Menurut mahmud ath-
tahhan,asal kata takhrij ialah;”berkumpulnya dua hal yang bertentangan dalam
satu persoalan”.
Pegertian secara terminologi, Menurut Mahmud ath-tahhan pegertian takhrij
adalah, “Petunjuk tentang tempat atau letak hadits pada sumber aslinya, yang
diriwayatkan dengan meyebutkan sanadnya, kemudian di jelaskan martabat atau
kedudukanya manakala di perlukan.”
2. Fungsi Hadits
Dalam uraian tentang Al-Qur’an telah dijelaskan bahwa sebagian besar
ayat-ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis besar yang
secara amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari hadits.
Dengan demikian fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-
Qur’an. Hal ini telah sesuai dengan penjelasan Allah dalam surat An-Nahl :64
Artinya: Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran)
ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka
perselisihkan itu.
“ Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat “ ayat itu dikuatkan oleh sabda Nabi
yang artinya :
“ Islam itu didirikan dengan lima pondasi : kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain
Allah dan muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat.
Contoh menjelaskan arti kata dalam Al-Qur’an umpamanya kata shalat yang
masih samar artinya, karena dapat saja shalat itu berarti do’a sebagaimana yang biasa
dipahami secara umum waktu itu. Kemudian Nabi melakukan serangkaian perbuatan,
yang terdiri dari ucapan dan pebuatan secara jelas yang dimulai dari takbiratul
ihram dan berakhir dengan salam. Sesudah itu Nabi bersabda :inilah shalat itu,
kerjakanlah shalat sebagimana kamu melihat saya mengerjakan shalat.
3. Menetapkan suatu hukum dalam hadits yang secara jelas tidak terdapat dalam
Al-Qur’an. Dengan demikian kelihatan bahwa Hadits menetapkan sendiri
hukumyang tidak ditetapkan dalam Al-Qur’an. Fungsi hadits dalam bentuk ini
disebut itsbat. Sebenarnya bila diperhatikan dengan teliti akan jelas bahwa apa
yang ditetapkan hadits itu pada hakikatnya adalah penjelasan terhadap apa
yang disinggung Al-Qur’an atau memperluas apa yang disebutkan Al-Qur’an
secara terbatas. Umpamanya Allah SWT mengharamkan memakan bangkai,
darah, dan daging babi. Larangan Nabi ini menurut lahirnya dapat dikatakan
sebagai hhukum baru yang ditetapkan oleh Nabi, karena memang apa yang
diharamkan Nabi ini secara jelas tidak terdapat dalam Al-Qur’an. Tetapi kalau
dipahami lebih lanjut larangan Nabi itu hanyalah sebagai penjelasan terhadap
larangan Al-Qur’anlah memakan sesuatu yang kotor.
2. Hadits Hasan
Hadits hasan adalah hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang adil,
kurang kuat hafalannya, bersambung sanadnya, tidak mengandung ‘illat
(cacat), dan tidak mengandung kejanggalan (syadz).
Hadits hasan terbagi dalam dua macam :
Hadits hasan li dzatihi, adalah hadis yang memenuhi lima unsur
persyaratan hadis sahih, tetapi salah satu rawi kurang kuat
hafalannya.
Hadits hasan li ghairihi, adalah hadis dha’if yang didukung
oleh hadis lain yang sahih dengan matan yang sama, sehingga
naik menjadi hadis hasan li ghairihi.
3. Hadits Dha’if
Hadis dha’if adlah hadis yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat
hadis shahih dan syarat-syarat hadis hasan.
ال يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده و الناس أجمعين
“Tidak sempurna iman kalian hingga Aku lebih dia cintai dari orang tua,
anaknya bahkan manusia seluruhnya.”
C. FIQH
1. Thaharah (Bersuci)
Perihal bersuci meliputi beberapa perkara berikut:
a. Alat bersuci seperti air tanah dan sebagainya.
b. kaifiat (cara) bersuci.
c. macam dan jenis-jenis najis yg perlu disucikan
d. benda yg wajib disucikan
e. sebab-sebab atau keadaan yg menyebabkan wajib bersuci.
Bersuci ada dua bagian:
a. Bersuci dari hadas, Bagian ini khusus untuk badan, seperti mandi, berwudu, dan
tayammum.
b. Bersuci dari najis. Bagian ini berlaku pada badan, pakaian, dan tempat.
Macam-Macam Air dan pembagiannya
1. Air yang suci dan menyucikan
Air yg demikian boleh diminum dan sah dipakai untuk menyucikan (membersihkan)
benda yg lain. Yaitu air hujan, air laut, air sumur, air es yg sudah hancur kembali, air embun,
dan air yg keluar dari mata air.
D. AKIDAH AKHLAK
1. Pengertian Akidah Akhlak
Aqidah berasal dari bahasa Arab ً َعقِ ْي َدة,ُ يَ ْعقِد,َ َعقَدberarti ikatan, kokoh, dan perjanjian.
Secara umum aqidah adalah kepercayaan, keyakinan, dengan simpul yang kokoh.
Menurut Hasan Albanna aqidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati untuk
membenarkannya, membuat jiwa tenang/tentram menjadi suatu kepercayaan yang
bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah
adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang
bersumber dari ajaran islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber
keyakinan yang mengikat.
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu kholaq yg
artinya tingkah laku, tabi’at, watak, moral, atau budi pekerti. Jadi, akhlak merupakan
sikap yg telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam
tingkah laku atau perbuatan.
Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka
disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah atau akhlak mahmudah.
Akan tetapi, apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang
jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.
2. Rukun Iman
3. Akhlaq Mahmudah dan Akhlaq madzmumah
1. Akhlaq Mahmudah
1) husnudzon
Husnudzon berasal dari kata hasanah yang berarti bagus dzon adalah berarti
merasa. Jadu husnudzon adalah mempunyai prasangka yang baik kepada Allah SWT
atas apa yg digariskan kepada kita berupa takdir yang baik ataupun takdir yang buruk.
Selain itu husnudzon juga berlaku untuk sesama manusia jadi ketika manusia
husnudzon kepada manusia yang lain akan menjadikan kemaslahatan ataupun
kebaikan untuk sesama manusia tersebut dalam surat Al-Hujurat ayat 12.
Nabi Muhammad s.a.w lahir pada hari Senin tanggal 20 April 571 M tahun
Gajah di suatu tempat ya ng tidak jauh dari Ka’bah, ia berasal dari kalangan
bangsawan Quraisy. Ayahnya Abdullah bin Abdul Muththalib dan ibunya
Aminah binti Wahab. Kakeknya Abdul Muththalib memberi nama
Muhammad kepada cucunya yang artiya “Agar menjadi orang terpuji di langit
dan terpuji di bumi”.
Nabi menikah dengan Khadijah pada usia 25th dan Khadijah berusia 40th,
dengan mahar 20 ekor unta. Dari pernikahan mereka, Khadijah melahirkan 2
orang anak laki-laki dan 4 anak perempuan, akan tetapi anak laki-lakinya
mereka meninggal dunia sejak masih kecil. Setelah itu Nabi menikah lagi dan
dia meperoleh anak laki-laki lagi akan tetapi anak beliau inipun meninggal
dunia.
Dalam usia 35th, beliau sudah terkenal di lingukang penduduk Makkah karena
dia berhasil mendamaiakan kaum Quraisy yang seang berdebat tentang
meletakkan Hajar Al-Aswad saat dinding Ka’bah dibangun.
Dalam usia 40th, beliau setiap tahunnya mengasingkan diri ke Gua Hira’
untuk merenungi alam dan penciptanya. Saat itu pula Malaikat Jibril
mendatagainya pada tanggal 17 Ramadhan 611M untuk meyampaikan wahyu
Allah y;
Sebagai rasul yang terpilih, Nabi Muhammad memiliki kewajiban untuk menyebarkan ajaran
tersebut dan mengabarkan kebenaran ke seluruh umat di dunia. Maka sejak saat itu, Nabi
Muhammad SAW bertekad untuk melaksanakan tugasnya dan menyebarkan ajaran Islam ke
seluruh dunia. Pada awalnya, beliau hanya mengajarkan kepercayaan tersebut pada orang
terdekatnya secara tertutup. Secara perlahan, dakwaan beliau mulai disampaikan secara
terbuka dan dari dakwaan tersebut, ada yang menerima dan tentunya ada yang sangat
menolaknya. Tantangan hebat tersebut datan dari kaumnya sendiri yaitu suku Quraisy.
Pertentangan tersebut berujung pada kekejaman terhadap kaun muslimin dan ancaman
pembunuhan beliau, maka Nabi Muhammad SAW pun hijrah ke luar Mekkah menuju ke kota
Yastrib (yang kemudian diubah menjadi Madinah). Disana, Nabi Muhammad lebih diterima
dimana banyak penfufuk Yastrib bersedia untuk memeluk agama yang diajarkan. Adapun
strategi dakwa Muhammad SAW adalah sebagai berikut:
Nabi Muhammad SAW memperkenalkan tauhid pada para sahabat dan kaumnya sebagai
dasar kehidupan manusia dimana hakikat penciptaan manusia adalah untuk menyembah
Allah SWT. Maksud dari ajaran ini adalah ketika seseorang telah beriman kepada Allah
SWT, maka ia wajib itu mengaplikasikannya ke kehidupan sehari-hari, termasuk dalam
membela kepentingan agama dan membela Islam. Maksud inilah yang membuat para sahabat
Nabi Muhammad SAW rela berkorban demi membela agama Islam.
Dalam berdakwa, beliau menggunakan tahapan dan strategi yang jelas, dimana beliau
memulai dengan keluarganya sendiri sebelum menyebarkan ke lingkunga terdekat, dan
kemudian dilanjutkan ke masyarakat luar sedikit demi sedikit. Selain itu, rasul juga mengajak
para sahabat yang disegani oleh bangsa Quraisy untuk ikut serta dalam menyebarkan agama
Islam. Rasul juga mengajarkan nilai-nilai Islam dan cara menjalankan ibadah secara bertahap,
seperti shalat, puasa, zakat, sedekah, haji, dan sebagainya.
Nabi Muhammad SAW menggunakan potensi manusia yang ada dalam dakwanya secara
efektif. Salah satu caranya adalah dengan menikahi Khadijah dan mengajak pamannya yang
memiliki kekayaan berlimpah untuk memberikan dana untuk dakwanya. Selain itu, rasul juga
memiliki sahabat yang memiliki pengaruh besar dalam suku Quraisy. Merekalah yang
membantu dan melindungi rasul dalam perang. Nabi Muhammad SAW juga memanfaatkan
potensi intelektual sahabatnya demi kepentingan penyebaran agama Islam seperti Ali bin Abi
Thalib, Zaid bin Tsabit, dan Abdullah bin Mas’ud.
Keunggulan diplomasi dan dakwa Nabi Muhammad SAW menyebabkan umat Islam
memasuki fase yang sangat menentukan. Saat peperangan antara Madinah dan Mekkah
terjadi, banyak penduduk Mekkah yang sebelumnya menolak ajaran Islam berbalik untuk
memeluk Islam. Yuk simak juga sejarah perang Arab Israel. Setelah kota Mekkah ditaklukan,
usaha keras Nabi Muhammad SAW pun mulai berbunga di bangsa Arab, dimana pada
akhirnya hampir seluruh Jazirah Arab telah memeluk agama Islam pada saat beliau
meninggal dunia.
Setelah kematian Nabi Muhammad SAW, beliau digantikan bukan dengan nabi melainkan
dengan khalifah. Ada empat khalifah yang manjadi pengganti Nabi Muhammad SAW,
disebut dengan Khulafaur Rasyidin. Khalifah ini adalah sahabat terdekat Nabi Muhammad
SAW yaitu Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib. Mereka berempat memiliki tugas penting yakni untuk memastikan bahwa umat Islam
tetap menjalankan perintah agama Islam yang telah diajarkan sebelumnya. Hasilnya, agama
Islam telah berkembang secara luas ke seluruh dunia seperti sejarah Kerajaan Champa.
Setelah masa Khulafaur Rasyidin berakhir, muncullah kekaisaran Arab seperti Bani
Abbasiyah, Bani Umayyah, dan Kekaisaran Utsmaniyah yang menghubungkan daya dari
keempat khalifah pertama Islam. Peningkatan kekuatan dinasti tersebut sejalan dengan
menguatkan pengaruh agama Islam ke Eropa dan Afrika, seperti sejarah berdirinya Al-Azhar.