A. Latar Belakang
Tasawuf adalah salah satu pilar Islam. Tasawuf adalah ajaran dan
amalan Rasulullah saw. Beserta para sahabatnya. Seungguhnya tanpa tasawuf
agama ini akan kehilangan ruhnya dan tidak ada bedanya dengan ideologi
buatan manusia. Sepeninggal Rasulullah dan para sahabatnya, setelah Islam
berkembang, ilmu-ilmu Islam pun mengalami perkembangan yang hebat. Jika
tadinya hanya iman, Islam, dan Ihsan, maka mulai muncul ilmu-ilmu baru
seperti ilmu tafsir, nahwu sharaf, musthalah hadits, ushul fiqih dan lain-lain.
Umat Islam pun terdiri dari berbagai macam bangsa dengan berbagai bahasa.
Untuk memudahkan dalam mempelajari Islam, para ulama Islam membagi
ilmu-ilmu dengan memberinya istilah baru seperti aqidah untuk iman, fiqih
untuk Islam, dan tasawuf untuk ikhsan. Dalam mempelajari ilmu Islam
dibolehkan secara terpisah, tetapi dalam mengamalkan wajib serentak antara
iman, Islam, dan ikhsan.
Tasawuf merupakan salah satu jalan dalam mendekatkan diri kepada
Tuhan, sebuah kesadaran akan adanya komunikasi dengan Tuhan. Tasawuf
sangat erat hubungannya dengan keadaan menjauhi hidup duniawi dan
kesenangan material atau biasa disebut dengan istilah zuhud. Sedang orang
yang mempunyai sifat zuhud disebut zahid. Setelah itu barulah barulah
meningkat menjadi sufi.
Perkembangan zuhud terdapat dua golongan zahid. Satu golongan
zahid meninggalkan kehidupan dunia serta serta kesenangan material dan
memusatkan perhatian pada ibadah karena didorong oleh perasaan takut akan
masuk neraka di akhirat kelak. Tuhan dipandang sebagai suatu dzat yang
ditakuti, dan perasaan takutlah yang menjadi pendorong mereka. Satu
golongan lain didorong oleh perasaan cinta kepada Tuhan. Bagi mereka,
Tuhan bukanlah dzat yang harus ditakuti dan dijauhi, namun harus dicintai
dan didekati. Maka mereka meninggalkan kehidupan duniawi dan banyak
beribadah karena ingin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kalangan sufi yang termasuk dalam kalangan ini adalah Rabiah al-
Adawiyah, dengan konsep pemikiran tasawufnya yaitu mahabbah illahiyah
1
(kecintaan kepada Tuhan). Seorang wanita sufi dari Basrah yang terkenal
dengan ibadah dan kedekatannya dengan Allah Swt dengan memasukkan
konsep kecintaan terhadap Tuhan dalam dunia tasawuf.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Riwayat Hidup Rabiah Al Adawiyah ?
2. Bagaimana Pengertian Muhabbah Menurut Rabiah Al Adawiyah dan
Pengaruhnya sampai sekarang ?
3. Apa Saja Hasil karya tentag Rabiah Al Adawiyah ?
C. Riwayat Hidup Rabiah Al Adawiyah
Nama lengkapnya Rabiah binti Ismail al-Adawiyah, seorang pemuka
sufi abad kedua hijriyah. Ia lahir di Basrah tahun 95 H./713-714 M., pendapat
lain mengatakan tahun 99 H./717 M. Rabiah Al Adawiyah adalah anak
keempat, karenanya diberi nama Rabiah yang artinya anak keempat, dari
suatu keluarga miskin.1
Kedua orang tua Rabiah Al Adawiyah telah meninggal ketika Rabiah
Al Adawiyah masih kecil. Namun hal tersebut tidak membuat Rabiah Al
Adawiyah kehilangan pedoman. Demikian berat cobaan yang dihadapi
Rabiah Al Adawiyah tetap menerimanya dengan sabar dan penuh tawakkal
kepada Allah swt.
Pada usia menjelang dewasa, ia pergi dan berpisah dari saudara-
saudaranya, namun di tengah perjalanan yang tidak tentu arah, ia ditangkap
oleh seorang penjahat lalu menjualnya kepada seseorang dengan harga enam
dirham. Sejak saat itu ia menjalani hidupnya sebagai seorang budak. Di siang
hari ia harus bekerja berat melayani tuannya dan pada malam hari ia
beribadah kepada Allah swt.
Pada suatu malam terjadi suatu peristiwa aneh yang merubah jalan
hidupnya; tuannya terjaga dari tidurnya dan melalui jendela melihat Rabiah
sedang beribadah dan sujud, di atas kepalanya nampak cahaya yang
menerangi seluruh rumahnya, dalam ibadahnya Rabiah berdoa: Ya Allah
Engkau tahu bahwa hasrat hatiku adalah untuk dapat memenuhi perintah-Mu.
Jika Engkau dapat mengubah nasibku ini, niscaya aku tidak akan beristirahat
sekejappun dari mengabdi kepada-Mu. Melihat kejadian tersebut, sang tuan
2
merasa takut dan tidak dapat memejamkan matanya hingga menjelang fajar.
Pada pagi harinya, ia memanggil Rabiah dan memerdeka-kannya. Sejak saat
itu ia menghirup udara kemerdekaannya sebagai manusia.
Setelah Rabiah bebas, ia memusatkan perhatian pada kegiatan
spritual. Di sana ia memiliki suatu majelis yang banyak dikunjungi oleh
murid-muridnya yang terdiri dari pada zhid untuk belajar dan bertukar
pikiran.
Rabi`ah memilih menjalani kehidupannya seorang diri, Rabi`ah tidak
pernah kawin, sungguh pun setidaknya ada 2 (dua) orang yang sudah pernah
melamarnya untuk berumah tangga. Dalam hidupnya yang yang diarahkan
pada dimensi spritual, Rabiah al-Adawiyah menjauhi kehidupan duniawi
(zuhud, ascetic). Ia hidup dalam kemiskinan dan menolak segala bantuan
materi yang diberikan kepadanya. Kehidupan Rabiaah yang ascetic ini bisa
dimaklumi, dengan dua pendekatan, pertama, Rabiah menyadari latar
belakang hidup keluarganya sebagai orang yang miskin. Secara psikologis
pengalaman masa lalunya sebagai orang yang miskin dan bekas budak
membawanya untuk tidak perlu hidup bermewah-mewah. kedua, sebagai
seorang sufi, hal pertama yang harus ditempuh sebelum bergumul dalam
dimensi spritual.
Rabiah al-Adawiyah menghabiskan sisa hidupnya di Bashrah hingga
wafatnya tahun 185 H./801 M. Rabiah al-Adawiyah tidak meninggalkan
ajaran tertulis. Langsung dari tangannya sendiri. Ajarannya hanya dapat
diketahui melalui para muridnya dan baru dapat dituliskan beberapa tahun
setelah kematiannya.2
D. Pengertian Muhabbah Menurut Rabiah Al Adawiyah Dan Pengaruhnya
Sampai Sekarang
Secara bahasa al-mahabbah diartikan mayl al-thab` ilaa al-syay al-
laadzdz atau suatu kecenderungan terhadap sesuatu yang melezatkan/
mengenakkan.3 Menurut Harun Nasution: Al-Mahabbah adalah cinta dan
3
yang dimaksud ialah cinta kepada Tuhan. Pengertian yang diberikan kepada
mahabbah antara lain, yang berikut4:
1. Memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sikap melawan padaNya.
2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.
3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari diri yang dikasihi.
2. Kadar cinta kepada Allah itu harus tidak ada pamrih apapun.
Artinya, seseorang tidak dibenarkan mengharapkan balasan dari Allah,
baik ganjaran (pahala) maupun pembebasan hukuman, Dan melalui jalan
3 Hadi purwanto, Rabiah Al Adawiyah, dalam, http :// hadibesc
.blogspot. co.id/ 2013/ 06/rabiah -al-adawiyah-a.html, di akses 23/03/2017
4 Ibid,,, http :// hadibesc .blogspot. co.id/ 2013/ 06/rabiah -al-adawiyah-
a.html,
4
cinta inilah, jiwa yang mencintai akhirnya mampu menyatu dengan Yang
Dicintai dan di dalam kehendak-Nya itulah akan ditemui kedamaian.
5
aku beribadah kepada-Mu hanya karena takut kepada neraka-Mu maka
bakarlah aku di neraka-Mu. Dan apabila aku beribadah kepada-Mu hanya
menginginkan surga-Mu maka keluarkanlah aku dari surga-Mu. Tetapi, jika
aku beribadah kepada-Mu hanya untuk-Mu semata, berikanlah kepadaku
keindahan-Mu yang abadi . Begitu tingginya kadar kecintaan Rabi`ah
kepada Allah hingga pada gilirannya, dia menilai tidur itu tidak saja sebagai
bagian dari rangkaian mata rantai ibadahnya, akan tetapi juga sekaligus
sebagai musuhnya yang telah menyebabkan berkurangnya ibadah. Bahkan
dalam solatnya selama 30 tahun ia selalu berdoa Tenggelamkanlah aku
didalam kecintaanMu supaya tidak suatu pun yang dapat memalingkan aku
dariMu . Begitu terpusatnya cinta Rabi`ah kepada Allah, pada gilirannya
cinta bagi Rabi`ah adalah fanaa kepada Allah, hanya tertuju kepada-Nya.
Cinta bagi Rabi`ah itu tenggelam dalam renungan mengenai Allah dan
berpaling daripada segala makhluk, hingga tidak ada lagi dalam jiwanya
perasaan marah atau benci terhadap musuh.Tujuan akir tasawufnya adalah
penyatuan denganNya.
Tasawuf di tangan Rabi`ah telah menimbulkan revolusi rohani. Islam
sebagai agama yang cinta iman dan amal shaleh, oleh Rabi`ah dengan 2 (dua)
macam cintanya diubah menjadi cinta rindu, berzikir pada Allah, melupakan
semuanya, dengan segala konsekuensinya. Tujuan hidup mencari akhirat
dinilai sebagai tabir menyesatkan yang wajib dilenyapkan. Harapan surga dan
takut neraka dihina sebagai pedagang mencari laba dan ganti rugi. Padahal
cinta Islam adalah agar zikir, pikir untuk amal dengan etos kerja tinggi untuk
membangun dunia (Q. S. Al-Baqarah: 126), diganti jadi zikir dan merenung.
Zikir sebagai pengendalian diri secara bertanggung jawab digeser jadi wasilah
atau sarana meditasi, menyongsong terbukanya tabir ghaib dan anugerah
fanaa` fi Allah.
Pengaruh Rabah al-Adawiyyah dalam pengembangan tasawuf
sangat signifikan sekali karena ia telah memberikan corak yang baru dalam
bertasawuf. Setidak-tidaknya ada tiga kontribusi Rabah al-Adawiyyah
dalam dunia tasawuf. Pertama, ia berhasil mentransformasikan konsep al-
6
khawf dan al-raj dari Hasan al-Bashr kepada mahabbah (cinta). Jadi, ia
menyembah Allah swt bukan semata-mata karena takut kepada api neraka dan
mengharap surga tapi ia menyembah-Nya karena cinta. Kedua, ia
memberikan corak baru dalam dunia tasawuf. Walaupun, ia sangat menderita
dalam hidupnya tetapi ia mampu menjadi seorang yang kuat dalam
bertasawuf. Ketiga, dalam hal gender, ia mengubah pandangan para sejarah
bahwa seorang wanita mampu untuk menjadi seorang sufi. Konsep mahabbah
yang dikemukakan oleh Rabah al-Adawiyyah sangat istimewa sekali
karena ia memberikan contoh yang sangat menarik sekali kepada kita dan
relevan sepanjang masa bagaimana kita menyembah Allah swt dengan penuh
ketulusan. Jadi, pada saat ini umat Islam harus belajar dari seorang sufi
wanita ini bagaimana menyembah Allah swt tanpa harus takut akan neraka
dan mengharap surga serta meraih kesenangan dunia semata, tetapi
menyembah Allah swt dengan penuh ketulusan mahabbah (cinta).
Berikut Puisi-puisi Sufi Rabiah al-Adawiyah5.
7
Dalam pertarungan yang tiada berpantai.
O, tujuan hidupku
8
E. Hasil karya tentag Rabiah Al Adawiyah
Rabiyah Al Adawiyah merupakan sufisme yang luar biasa dan
menjadi pengaruh terhadap peradaban islam setelah peninggalannya, banyak
karya tentang Rabiyah Al Adawiyah, baik itu berupa buku dan lainya, berikut
beberapa buku yang menerangkan bagaiman kehidupan Rabiyah Al
Adawiyah :
1. Buku "Tuhan, Haramkanlah Surga-Mu Bagiku" - Biografi dan Ajaran
Mahabbah Sufi Rabiah Al-Adawiyah Radhiyallahu 'Anha
2. Buku Rabiah al-Adawiyah : Tauladan Kezuhudan Kaum Sufi
3. Skripsi Biografi dan pemikiran Rabiah Al Adawiyah
4. Makrifat Cinta Rabiah Al Adawiyah by Mohamad Fathollah
5. Syahadat Cinta Rabi'ah al 'Adawiyah by Mohamad Guntur Romli
6. Rabiah al-Adawiyah: Cinta Allah dan Kerinduan Spiritual Manusia6
F. KESIMPULAN
Rabi'ah al-Adawiyah adalah sufi wanita yang memberi nuansa
tersendiri dalam dunia tasawuf dengan pengenalan konsep mahabbah. Sebuah
konsep pendekatan diri kepada Tuhan atas dasar kecintaan, bukan karena
takut akan siksa neraka ataupun mengharap surga. Cinta Rabiah merupakan
cinta yang tidak mengharap balasan.
Rabiah adalah seorang zahidah sejati. Beliau merupakan pelopor
tasawuf mahabbah, yaitu penyerahan diri total kepada kekasih (Allah) dan
ia pun dikenang sebagai ibu para sufi besar (The Mother of The Grand
Master). Hakikat tasawufnya adalah habbul-ilh (mencintai Allah SWT).
Cinta Ilahi (al-Hubb al-Ilah) dalam pandangan kaum sufi memiliki
nilai tertinggi. Bahkan kedudukan mahabbah dalam sebuah maqamat sufi tak
ubahnya dengan maqam marifat, atau antara mahabbah dan marifat
merupakan kembar dua yang satu sama lain tidak bisa dipisahkan.
9
Daftar Pustaka
Hadi purwanto, Rabiah Al Adawiyah, dalam, http :// hadibesc .blogspot. co.id/
2013/ 06/rabiah -al-adawiyah-a.html, di akses 23/03/2017
No Name, Rabiah Al Adawiyah, dalam, http :// www. Kumpulan makalah. Com /
2015 /11 /rabiah-al-adawiyah.html, di akses 23/03/2017
No Name, Rabiyah Al Adawiyah, dalam http://www.perkuliahan.com/makalah-
mahabbah-rabiah-al-adawiyah/, di akses 23/03/2017
No Name, Resensi Buku Rabiah Al Adawiyah Cinta Allah Dan Kerinduan
Spritual Manusia, Dalam, https: // renoputi. wordpress.com /2014/02/05/
resensi-buku-rabiah-al-adawiyah-cinta-allah-dan-kerinduan-spiritual-
manusia-2/, di akses 23/03/2017
10