Anda di halaman 1dari 77

Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah

(Metode Cepat Baca Kitab Ala Pesantren)

AINUL YAQIN, M.A.

i
Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
(Metode Cepat Baca Kitab Ala Pesantren)
Ainul Yaqin, M.A.
(c) 2019 Duta Media Publishing
Editor : Husniyatul Mukarromah, M.A.
Penyelia Akhir : Syadiril Khair
Page & Lay out : Ubailillah
@ v + 70 hlm ; 14 x 21 cm
Cetakan I : Februari 2019
Cetakan II : Februari 2020
Penerbit: Duta Media Publishing
Alamat: Duta Media Centre
Jl. Masjid Nurul Falah Bangkes Kadur Pamekasan Jawa Timur
Tlp. 081939560735, E-mail: redaksi.dutamedia@gmail.com
All Rights Reserved.
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
dalam bentuk apa pun tanpa ijin tertulis dari penerbit.
ISBN : 978-623-7161-05-9 IKAPI: 180/JTI/2017
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2002
Tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah
suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Ketentuan Pidana
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit
Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

ii
Buku ini spesial Aku persembahkan kepada:

Semua Guru-guruku;
Semua keluargaku, khususnya;
Ayahanda al-Marhum H. Moh. Syakir Hasyim dan Ibunda Hj. Suaibah Tsurayya;
Ayahanda H. Abd. Hamid, SH, M.A., dan Ibunda Hj. Umi Maslamah;
Kakanda Abd. Qodir Syakir, Siti Nazdirah Syakir (Alm), dan Ach. Syairozi Syakir;
Adinda Husniyatul Mukarromah, M.A.;
Ananda Naura Qorri Ainaya dan Tazkiya Qathrin Nada.

Without your help oh Allah, without your struggle oh Prophet


Muhammad, without climbing prayers, strands of love, outpouring of
attention and their encouragement, this book would never have been.

iii
PENGANTAR PENULIS
‫ب ِْس ِم ٱ ِهلل ٱلر ْ مح ِن ٱلر ِح ْ ِي‬
Diawali dengan untaian sejuta hamdalah ke hadirat Allah Swt., semata. Dengan Maha Pengasih
dan Maha Penyayang-Nya, telah banyak limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang penulis
rasakan, salah satunya adalah rampungnya penulisan Buku yang berjudul “Qiroatul Kutub At-
Tarbawiyah (Metode Cepat Baca Kitab Ala Pesantren)” ini. Iringan sejuta shalawat terbingkai salam,
semoga senantiasa Allah anugerahkan kepada Revolusioner dunia baginda Nabi Muhammad saw.,
seluruh keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga akhir masa yang telah
mendidik umat manusia dari gelapnya buta aksara hingga mampu menguak makna-makna tersulit,
bahkan terasing dalam al-Qur’an dan al-Hadits.
Buku sederhana ini hadir sebagai terobosan baru dan metode cepat namun praktis dalam
membaca, menterjemah dan memahami buku-buku berbahasa Arab. Di dalamnya juga dilengkapi
dengan gramatika bahasa Arab (Nahwu dan Shorrof) secara simpel, dimana kedua bidang ilmu ini
seringkali menjadi mata pelajaran “momok” mulai dari Pesantren hingga Perguruan Tinggi. Sebab
bahasannya yang terkesan rumit,“jelimet”, dan serba-serbi hafalan, sehingga lantaran hal tersebut,
notabene santri dan mahasiswa malas, bosan, bahkan “emoh” untuk belajar membaca, menterjemah
dan memahami buku-buku berbahasa Arab. Sebab itu, nampaknya Buku ini sangat diharapkan
kehadirannya, minimal sebagai obat untuk menyembuhkan kesan-kesan negatif tersebut.
Buku ini bukan saja untuk PTAIS, STAIN/IAIN/UIN Fakultas Tarbiyah, tetapi juga untuk
kalangan Pesantren dan kalangan umum yang ingin belajar baca kitab. Namun demikian, penulis
menyadari atas keterbatasan intelektualitas, pengalaman dan keberadaan literatur, sehingga tidak
mustahil terdapat kekurangan dan kesalahan dalam isi dan metode penulisan Buku ini. Karena itu,
kritik dan saran konstruktif dari para pembaca yang budiman sangat diharapkan demi kesempurnaan
Buku ini.
Selanjutnya penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,
baik berupa motivasi, sarana, penerbitan maupun pemikiran para intelektual yang penulis kutip,
sehingga terwujud nyata dalam Buku ini. Penulis hanya mampu berdoa semoga segala kebaikan,
bantuan serta partisipasi mereka semua mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah swt.
Demikianlah hantaran awal ini, akhirnya tiada yang penulis harapkan kecuali ridla Allah swt.
Semoga Buku ini dapat memberikan manfaat yang berlimpah ruah bagi pengembangan khazanah
keilmuan Islam wa al-Muslimin ila yaum al-Ma’ad, dan senantiasa menjadi investasi akhirat yang
diterima oleh Allah swt. Amin Ya Mujib as-Sailin.
Pamekasan, 15 Februari 2019

AINUL YAQIN, M.A.


Penulis
iv
DAFTAR ISI
Persembahan .............................................................................. iii
Pengantar Penulis........................................................................ iv
Daftar isi ...................................................................................... v
 Hakikat, Memahami Dan Keutamaan Ilmu ................................. 1
 Niat Dalam Belajar.............................................................. 16
 Memilih Ilmu, Guru Dan Teman ............................................ 23
 Memuliakan Ilmu Dan Pemiliknya ........................................... 27
 Kerajinan, Konsistensi Dan Cita-Cita ....................................... 32
 Permulaan, Kadar Dan Urutan Belajar ...................................... 39
 Tawakal Dalam Menuntut Ilmu .............................................. 46
 Masa Menuntut Ilmu ........................................................... 50
 Belas Kasih Dan Nasehat ....................................................... 54
 Memetik Manfaat Dan Menyesuaikan Etika ................................ 57
 Wara’ Saat Menuntut Ilmu .................................................... 60
 Faktor Hafal Dan Lupa ......................................................... 63
 Faktor Pendatang Dan Penghalang Rizki.................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 70

v
Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
(Metode Cepat Baca Kitab Ala Pesantren)
_____________________
Ainul Yaqin, M.A.

vi
‫‪Ainul Yaqin, M.A.| 1‬‬
‫‪HAKIKAT, MEMAHAMI DAN KEUTAMAAN ILMU‬‬
‫) َالْ ََمادَةََاَلْقَ ََرا ََءةَ( ‪A. Materi Bacaan‬‬
‫!‪Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah‬‬
‫يفَماهيةَالعمل‪َ،‬والفقه‪َ،‬وفضهل‬
‫قال َرسول َهللا َصىل َهللا َعليه َوسمل‪َ :‬طلب َالعمل َفريضة َعىل َلك َمسملَ‬
‫ومسلمة‪َ .‬اعمل‪َ ،‬بأنه َاليفرتض َعىل َلك َمسمل َطلب َلك َعمل َوامنا َيفرتض َعليهَ‬
‫طلبَعملَاحلالَكامَقال‪َ:‬وأفضلَالعملَعملَاحلال‪َ،‬وأفضلَالعملَحفظَاحلال‪َ.‬‬
‫ويفرتضَعىلَاملسملَطلبَماَيقعَهلَيف َحاهل‪َ،‬يف َأىَحالَاكن‪َ،‬فانهَالبدَهلَم َ‬
‫الصالةَفيفرتضَعليهَعملَماَيقعَهلَيف َصالتهَبقدرَماَيؤدىَبهَفرضَالصالة‪َ،‬‬
‫وجيبَعليهَبقدرَماَيؤدىَبهَالواجب‪َ،‬لنَماَيتوسلَبهَاىلَاقامةَالفرضَيكونَ‬
‫فرضا‪َ،‬وماَيتوسلَبهَاىلَاقامةَالواجبَيكونَواجبا‪َ .‬‬
‫وكذكلَيفرتضَعليهَعملَأحوالَالقلبَم َالتولكَواالانبةَواشخي يةَوالرىض‪َ،‬‬
‫فانه َواقع َيف َمجيع َالحوال‪َ .‬ورشف َالعمل َالخيفى َعىل َأحد َاذ َهو َاخملتصَ‬
‫ابالنسانيةَلنَمجيعَاشخصالَسوىَالعمل‪َ،‬يي َرت كَفاهاَاالنسانَوساررَاحليواانت‪َ،‬‬
‫اكليجاعةَواجلراءةَوالقوةَواجلودَواليفقةَوغريهاَسوىَالعمل‪َ.‬وبهَأظهرَهللاَتعاىلَ‬
‫فضلَأدمَعليهَالسالمَعىلَاملالركة‪َ،‬وأمرمهَابلسجودَهل‪َ .‬‬
‫وامناَرشفَالعملَبكونهَوس يةلَاىلَالربَوالتقوىَاذلىَيس تحقَهباَاملرءَالكرامةَ‬
‫عندَهللا‪َ،‬والسعادةَالبدية‪َ،‬كامَقيلَحملمدَب َاحلس َرمحةَهللاَعلاهامَشعرا‪:‬‬
‫تعملَفانَالعلـمَزيـ َلهلـــــــــه ‪ ::‬وفضـلَوعـنـوانَللكَمــــــــحامـد‬
‫وكـ َمـستـفـيداَلكَيـومَزيـادة َ ‪ ::‬م َالعـملَواسـبحَيفَحبـورَالفوائـد َ‬
‫تـفـقـهَفانَالـفــقـهَأفــضـلَقائـد َ ‪ ::‬اىلَالــربَوالتـقـوىَوأعـدلَقـاصــــد َ‬
‫هوَالعملَالهادىَاىلَسننَالهدى َ ‪ ::‬هوَاحلص َينجىَم َمجيعَاليدائد َ‬
‫فـانَفـقيــهـاَواحــــــداَمــتـورعا َ ‪ ::‬أشدَعىلَاليَــــَياانَم َأل َعابد َ‬
2 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
َ‫َاذاَقامَالبعضَيف‬،‫وأماَحفظَماَيقعَيف َالحاينيَففرضَعىلَسبيلَالكفاية‬
َ،‫َفانَ مَيك َيفَاَلبدلةَم َيقومَبهَاشرتكواَمجيعاَيفَاملأمث‬،‫بدلةَسق َع َالباقني‬
.‫َوجيربَأهلَالبدلةَعىلَذكل‬،‫فيجبَعىلَاالمامَأنَيأمرمهَبذكل‬
B. Arti Kosa Kata Materi (َ‫)ََالْ ََم َعاِنَالْم ْف َردَات‬
Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata
yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:
Indikasi : َ‫عَـنَْ ََـوان‬ Diwajibkan : َ‫يََْف َََرتض‬
Berenanglah : ‫اسـََب َْح‬
َْ Menjaga : ‫حََْفظ‬
Berbagai Jalan : َ َ َ‫س‬
‫نن‬ Kondisi : َ‫اَلْ ََحال‬
Benteng : َ ‫اَلْحَ ْ َص‬ Menunaikan : ‫يَ ََؤدَ َْي‬
Waspada : ‫مَــتََ ََـورَعَا‬ Menjadi perantara : َ‫َي َََت ََوسَل‬
Kolektif : َ‫َالكَََفاَي َة‬ْ Terjadi : َ‫َي َََقع‬
Pemimpin : َ‫َاالََمام‬ ْ Keutamaan : ‫َفَضَْ ََل‬
‫إ‬
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫لرت َمجَةََ َوالْت ْفه َْي‬ َْ ‫) َا‬
Rasulullah Saw., bersabda: Adapun mencari ilmu ialah kewajiban
individu bagi setiap muslim dan muslimah. Ketahuilah bahwasannya tidak
diwajibkan bagi setiap muslim mencari segala ilmu, hanya saja
diwajibkan baginya mencari ilmu (yang bersifat) kondisional,
sebagaimana berkata: Ilmu yang paling utama adalah ilmu kondisional dan
paling utamanya perbuatan adalah menjaga kondisi. Dan diwajibkan bagi
setiap muslim mencari ilmu yang terjadi dalam menghadapi kondisinya
sendiri, apapun bentuk kondisinya tersebut, bahwa dia tidak boleh
tidak (wajib menunaikan) shalat, sehingga dia wajib mengetahui ilmu
yang berkaitan dengan shalat sesuai tata cara dirinya menunaikan
kewajiban shalat tersebut. Dan wajib (pula) baginya mencari ilmu
(lain) sesuai (kondisinya) dalam menunaikan kewajiban. Sebab, ilmu
yang menjadi perantara untuk menunaikan kefardhuan, maka (ilmu
itu) menjadi fardhu (pula hukumnya). Begitu juga ilmu yang menjadi
perantara untuk menunaikan kewajiban, maka (ilmu itu) menjadi wajib
(pula hukumnya).
Demikian pula, diwajibkan baginya mengetahui ilmu kondisi
(dinamika) hati. Misalnya pasrah, taubat, takut, dan rela. Sebab hal itu
pasti terjadi dalam setiap kondisi. Adapun (terkait) kemulian ilmu,
Ainul Yaqin, M.A.| 3
maka tidak tersembunyi bagi seorang. Sebab, ilmu itu hanya spesial
bagi manusia. Sedangkan segala sesuatu selain ilmu, dapat dimiliki juga
oleh manusia dan semua binatang. Misalnya, keberanian, kenekadan,
kekuatan, kedermawanan, belas kasih dan sebagainya selain ilmu,
(dimana) dengan ilmu, Allah memperlihatkan keutamaan Nabi Adam
atas para Malaikat, sehingga Allah memerintahkan mereka bersujud
kepada Adam.
Sesungguhnya (alasan) kemulian ilmu itu, (ialah) disebabkan ilmu
itu menjadi perantara terhadap kebajikan dan ketakwaan yang
dengannya seseorang berhak mendapat kemulian dan kebahagian abadi
di sisi Allah. Sebagaimana dikatakan (diuntaikan) sebuah syair kepada
Muhammad bin Abdullah: Belajarlah, sesungguhnya ilmu adalah hiasan
bagi pemiliknya, keutamaan dan indikasi setiap pujian. Dan jadilah orang
yang memanfaatkan ilmu sebagai tambahan tiap hari, dan berenanglah dalam
lautan ilmu yang bermanfaat (pengetahuan). Belajarlah Fiqih, sesungguhnya
ia adalah nahkoda terutama menuju kebajikan, ketakwaan dan seadil-adilnya
keadilan. Ia (ilmu) menjadi petunjuk ke berbagai jalan hidayah, ia (pula)
menjadi benteng dari setiap kesulitan. Sesungguhnya seorang ahli Fiqih yang
waspada adalah lebih berat bagi setan daripada seribu ahli ibadah.
Adapun menjaga (mencari) ilmu yang diperlukan pada momen
khusus, maka hukumnya kewajian yang bersifat kolektif, (artinya) jika
sebagian orang dalam suatu desa telah mengetahuinya, maka gugurlah
kewajiban tersebut bagi orang yang lain. Namun jika di desa itu sama
sekali tiada orang yang mengetahuinya, maka semua (penduduk desa
itu) berdosa. Sehingga wajib bagi pemimpin (desa itu) memerintahkan
bahkan memaksa penduduk desanya untuk mengetahuinya ilmu itu.
َ
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dibahas terkait materi bacaan
di atas adalah tentang tarkib al-kalam (struktur kalimat) dan pembagian
kalimat (kata), sebagaimana deskripsi berikut:
َ َ ْ‫َحدَ ال‬
َ‫لَكم‬
Definisi Kalimat
Sempurna

َ‫َالْ َوضْ ع‬ َ‫َالْمف ْيد‬ َ‫َالْم َركب‬ ‫َالل ْفظ‬


(Bahasa Arab/
Disengaja)
(Dimengerti) (Tersusun) (Suara)
4 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
َ‫َاقْ َسامَ الْ ََك َمة‬
Pembagian
Kalimat (Kata)

َ‫( َح ْرف‬Kata Tugas) َ‫( ف ْعل‬Kata Kerja) َ‫( ا ْس‬Kata Benda/Sifat)


َ َ َ‫ع‬
‫ىل‬ ‫َ ْخيفَى‬ ‫الْع َْمل‬
(Atas) (Tersembunyi) (Ilmu)
Dari kedua tabel di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kalam adalah suatu susunan kata yang terdiri dari lafadz, murakkab,
mufid dan wadha’, seperti contoh َ‫ىلَأَ ََحد‬ َ َ َ‫رشفََاَلْعَ َْملَ ََال ََْخيََفىََع‬
َْ َ , pada contoh ini
telah memenuhi syarat untuk dikatakan kalam yang sempurna
dengan beberapa alasan berikut:
1). Karena telah terdiri dari lafazd; yakni suara yang terdiri dari
huruf abjad (hijaiyah) yang jumlahnya ada 28 huruf, yang
antara lain: alif, ‘ain, lam, mim dan seterusnya;
2). Karena telah terdiri dari murakkab; yakni tersusun minimal dari
2 kalimat atau lebih, yang antara lain: ‫ اَلْعَ َْمل‬adalah kata benda, ‫ََْخيََفى‬
adalah kata kerja, ‫ىل‬ َ َ َ‫ َع‬adalah kata tugas/penghubung;
3). Karena telah terdiri dari mufid; yakni bisa dimengerti oleh
pendengarnya, yaitu informasi tentang kemulian ilmu yang tidak
tersembunyi bagi seseorang;
4). Karena telah terdiri dari wadha’; yakni bahasa arab dan
disampaikan dengan sadar (disengaja) oleh pembicaranya,
َ َ َ‫رشفَ َاَلْعَ َْمل َ ََال ََْخيََفى ََع‬
yaitu lafadz َ‫ىل َأَ ََحد‬ َْ َ adalah bahasa arab dan
disampaikan dengan sadar oleh pembicaranya.
2. Cara mengetahui kalimat isim (kata benda/sifat), ada 2 cara, antara
lain:
1). Melalui artinya; yaitu menunjukkan arti benda, baik berakal
maupun tidak berakal atau menunjukkan sifat, seperti َ‫أَ ََحد‬
(seseorang/benda berakal) dan ‫( اَلْعَ َْمل‬ilmu/benda tidak berakal)
atau َ‫‘( عَالم‬alim/sifat);
2). Melalui tanda-tandanya; yaitu ada 5:
a. Bisa dibaca jar, seperti ‫يفََالْع َْمل‬
b. Bisa ditanwinkan, seperti ‫عَ َْمل‬
c. Bisa dimasuki alif dan lam (al), seperti ‫اَلْعَ َْمل‬
Ainul Yaqin, M.A.| 5
d. Bisa dimasuki huruf jar yang jumlahnya ada 9, yakni (َْ ‫ م‬،‫ا َىل‬
، ْ ‫ َع‬،‫ عَ َىل‬،‫ ْيف‬،‫ رب‬،‫ َاب ْء‬،‫ اكَ ْف‬،‫) َال ْم‬, seperti ‫يفََالْع َْمل‬
e. Bisa dimasuki huruf qosam/sumpah (َ‫ َواو‬،‫ َاب ْء‬،‫)َتَ ْء‬, seperti ِ‫الل‬ ِ ِ‫ب‬
3. Cara mengetahui kalimat fi’il (kata kerja), ada 2 cara, antara lain:
1). Melalui artinya; yaitu menunjukkan arti pekerjaan, seperti ‫ََْخيََفى‬
(pekerjaan samar/tersembunyi);
2). Melalui tanda-tandanya; yaitu ada 4:
a. Bisa dimasuki huruf qod (َْ‫)قَد‬, seperti ‫قدَ َ ْخيفَى‬
b. Bisa dimasuki huruf sin (َ‫)س ْ ْني‬, seperti ‫َس ََي َْخََفى‬
c. Bisa dimasuki huruf saufa (َ‫)س ْو َف‬, َ seperti ‫ف ََْخيََفى‬
َ َ ‫َس ْو‬
d. Bisa dimasuki ta’ perempuan yang sukun (َ‫)َتَ ء َالتأْنيْثَ الساكنَة‬,
seperti َْ‫ََخفَيَت‬
4. Macam-macam kalimat isim (kata benda/sifat) dapat ditinjau dari
tiga segi sebagaimana deskripsi berikut ini:
1). Kalimat isim (kata benda) ditinjau dari segi kuantitasnya
(Jumlahnya), ada 3 yaitu:
َ‫َان َْواعَ ْاال ْسَابعْت َبارَعَدَ ده‬
Macam-Macam Kata Benda
Dari Segi Kuantitasnya

َ‫َ َمج ْع‬ َ‫تَثْن َي ْة‬ َ‫م ْف َر ْد‬


Jamak, seperti ‫َزيْ ُد ْو َِن‬ ِِ ‫َزيْ َد‬
Ganda, seperti ‫ان‬ Tunggal, seperti ِ‫َزيْد‬
(3+ Zaid) (2 Zaid) (1 Zaid)

2). Kalimat isim (kata benda) ditinjau dari segi kualitasnya


(penggunaanya), ada 2 yaitu:
ْ ‫َان َْواعَ ْاال ْسَابعْت َبار‬
َ‫َاس ت ْع َماهل‬
Macam-Macam Kata Benda
Dari Segi Kualitasnya

َ‫م َؤن ْث‬ َ‫م َذك ْر‬


(Kata Benda (Kata Benda Laki-
Perempuan) Laki)
Adapun contoh kata benda laki-laki (Muzdakkar) adalah:
َ‫م َحمد‬. Sedangkan kata benda perempuan (Muannats), ciri-cirinya
6 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
dimasuki ta’ ta’nits dan alif. Kata benda perempuan ini ada 2
macam yaitu 1). Muannats haqiqi (lafadz dan artinya sama-sama
menunjukkan perempuan), seperti َ‫ فَاط َمة‬dan ‫ىل‬ َ َ ‫ ح ْب‬dan 2).
Muannats majazi (lafadznya menunjukkan perempuan, tapi
artinya menunjukkan laki-laki), seperti َ‫طلْ َحة‬.
َ
3). Kalimat isim (kata benda) ditinjau dari segi hukumnya, ada 2
yaitu:
‫َان َْواعَ ْاال ْسَابعْت َبارَح ْْك َه‬
Macam-Macam Kata Benda
Dari Segi Hukumnya

َ‫م ْع َرب‬ َ‫م ْبن‬


(Berubah-ubah tanda (Tetap tanda
i'robnya) i'robnya)
Berdasarkan tabel macam-macam isim dari segi hukumnya
di atas, isim-isim yang mabni ada 6, antara lain:
1). Isim dhomir (kata ganti), seperti ََ‫ َاان‬artinya: saya (tanda i’rob
huruf terakhirnya mabni sukun). Isim dhomir ada 14,
sebagaimana dalam sajian tabel berikut:
َ‫ص ْيغَ ْة‬ َ‫فع ْلَأ َم ْر‬ َ‫فع ْلَمضَ ار ْع‬ ْ ‫فع ْلَ َم‬
َ‫اىض‬ َ‫س ََظاه ْر‬ ْ ‫ا‬ َ ‫س‬
َْ‫ََضري‬ ْ ‫ا‬
‫إ‬ ‫إ‬
َْ ‫م ْف َردَْم َذك ْرَغَائ‬
‫ب‬ - َ ‫يؤْم‬ ‫فَ َع ََل‬ َ‫َطالب‬ ‫ه ََو‬
َْ ‫تَثْن َي ْةَم َذك ْرَغَائ‬
‫ب‬ - َ‫يؤْ منَان‬ ‫فَ َع ََال‬ َ‫َطال َبان‬ ‫َُها‬
َْ ‫َ َمج ْعَم َذك ْرَغَائ‬
‫ب‬ - ‫يؤْ من ْو ََن‬ ‫فَ َعل ْوا‬ ‫َطالب ْو ََن‬ ‫َْمه‬
‫م ْف َردَْم َؤن ْثَغَائ َب َْة‬ - َ ‫تؤْم‬ َْ‫فَ َعلَت‬ َ‫َطال َبة‬ ََ
‫ه‬
‫تَثْن َي ْةَم َؤن ْثَغَائ َب َْة‬ - َ‫تؤْ منَان‬ ‫فَ َعلَ َتا‬ َ‫َطال َب َتان‬ ‫َُها‬
‫َ َمج ْعَم َؤن ْثَغَائ َب َْة‬ - َ ‫يؤْم‬ ََ ْ‫فَ َعل‬ َ‫َطال َبات‬ َ‫ه‬
َْ ‫م ْف َردَْم َذك ْرَمخ ََاط‬
‫ب‬ ‫تَ َع َْمل‬ َ ‫تؤْم‬ ََ‫فَ َعلْت‬ َ‫َطالب‬ ََ‫َانْت‬
َْ ‫تَثْنيَ ْةَم َذك ْرَمخ ََاط‬
‫ب‬ ‫تَ َعل َما‬ َ‫تؤْ منَان‬ ‫فَ َعلْت َما‬ َ‫َطال َبان‬ ‫َانْت َما‬
َْ ‫َ َمج ْعَم َذك ْرَمخ ََاط‬
‫ب‬ ‫تَ َعلم ْوا‬ ‫تؤْ من ْو ََن‬ ‫فَ َعلْ َْت‬ ‫َطالب ْو ََن‬ ‫َان َْْت‬
‫م ْف َردَْم َؤن ْثَمخ ََاط َب َْة‬ ‫تَ َعلم َْي‬ ََ ْ ‫تؤْ من‬
‫ني‬ َ‫فَ َعلْت‬ َ‫َطال َبة‬ َ‫َانْت‬
‫تَثْنيَ ْةَم َؤن ْثَمخ ََاط َب َْة‬ ‫تَ َعل َما‬ َ‫تؤْ منَان‬ ‫فَ َعلْت َما‬ َ‫َطال َبتَان‬ ‫َانْت َما‬
‫َ َمج ْعَم َؤن ْثَمخ ََاط َب َْة‬ ََ ‫تَ َعل ْم‬ َ ‫تؤْم‬ َ‫فَ َعلْت‬ َ‫َطال َبات‬ َ‫َانْت‬
َ‫متَ ََك ْم ََو ْحدَ ه‬ َ- َ ‫ُأؤْم‬ َ‫فَ َعلْت‬ َ‫َطالب‬ ََ‫َاان‬
َ‫متَ ََكمَ َم َعَالْغ َْريَ َاوَالْم َعظمَن َ ْف َسه‬ َ- َ ‫نؤْم‬ ‫فَ َعلْنَا‬ ‫َطالب ْو ََن‬ َ ‫َ َْن‬
Ainul Yaqin, M.A.| 7
2). Isim isyaroh (kata petunjuk), seperti ‫ ه ََذا‬artinya: ini (tanda
i’rob huruf terakhirnya mabni sukun), sebagaimana tabel
berikut:
Jumlah, Hukum
Isim Hukum I’rob
No Jenis Dan I’rob Isim Contoh Kalimat Dan Arti
Isyaroh Musyar Ilaih
Jarak Isyaroh
(rofa’ dengan ‫الر ُج ُِل‬َّ ِ ‫ِه َذا‬َ َ‫َجاء‬
tanda (1 Lk ini telah datang)
Mabni sukun dhommah),
Ini 1 Lk ِ ‫الر ُج َِل‬ َّ ِ ‫ِه َذا‬َ‫ت‬ ُ ْ‫َرأَي‬
1 ‫َه َذا‬ (rofa’, nashob, (nashob dengan
Dekat (Saya melihat 1 Lk ini)
jar) tanda fathah),
(jar dengan ِ ِِ‫اِالر ُجل‬ َّ ‫تِ ِِبَ َذ‬ ُ ‫َمَرْر‬
tanda kasroh). (Saya lewat bertemu 1 Lk ini)
(rofa’ dengan ‫الر ُجالَ ِِن‬ ِِ ‫ِه َذ‬
َّ ِ ‫ان‬ َ َ‫َجاء‬
tanda alif), (2 Lk ini telah datang)
Mabni alif ِ ْ َ‫الر ُجل‬
ِ Ini 2 Lk (nashob dengan ِ ‫ي‬ َّ ِ ‫ِه َذيْ ِن‬ َ‫ت‬ ُ ْ‫َرأَي‬
2 ِ‫ه َذيْن‬/
َ ‫َه َذان‬ (rofa’) / ya’
Dekat tanda ya’), (Saya melihat 2 Lk ini)
(nashob/jar)
َّ ‫ت ِِِبَ َذيْن‬
(jar dengan ِ ‫ي‬ ِ ْ َ‫ِِالر ُجل‬ ُ ‫َمَرْر‬
tanda ya’).
(Saya lewat bertemu 2 Lk ini)
(rofa’ dengan ُ‫ِه ِذهِِال َْم ْرأَِة‬
َ‫ت‬ ْ َ‫َجائ‬
tanda (1 Pr ini telah datang)
Mabni Kasroh dhommah),
Ini 1 Pr ِ ‫ِه ِذهِِال َْم ْرأََِة‬ َ‫ت‬ ُ ْ‫َرأَي‬
3 ِِ‫َه ِذه‬ (rofa’, nashob, (nashob dengan
Dekat (Saya melihat 1 Pr ini)
jar) tanda fathah),
(jar dengan ِ ِ‫ت ِِِبَ ِذهِِال َْم ْرأَِة‬ ُ ‫َمَرْر‬
tanda kasroh). (Saya lewat bertemu 1 Pr ini)
(rofa’ dengan ِِ َ‫انِال َْم ْرأَت‬
‫ان‬ ِ َ‫تِهات‬
َ ْ َ‫َجائ‬
tanda alif), (2 Pr ini telah datang)
Mabni alif ِ ْ َ‫ِهات‬
ِ Ini 2 Pr (nashob dengan ِ‫ي‬ِ ْ َ‫يِال َْم ْرأَت‬ َ‫ت‬ ُ ْ‫َرأَي‬
4 ِ‫هاتَ ْي‬/
َ ‫َهاتَان‬ (rofa’) / ya’
Dekat tanda ya’), (Saya melihat 2 Pr ini)
(nashob/jar)
(jar dengan ِ ‫ي‬ ِ ْ َ‫يِال َْم ْرأَت‬ ِ ْ َ‫ت ِِِبَات‬ُ ‫َمَرْر‬
tanda ya’).
(Saya lewat bertemu 2 Pr ini)
(rofa’ dengan ‫ِالر ُج ُِل‬
َّ ‫َجاءَِذَ َاك‬
tanda (1 Lk itu telah datang)
Mabni sukun dhommah),
Itu 1 Lk ِ ‫ِالر ُج َِل‬ َّ ‫تِ َذ َاك‬ ُ ْ‫َرأَي‬
5 ِ‫َذ َاك‬ (rofa’, nashob, (nashob dengan
Sedang (Saya melihat 1 Lk itu)
jar) tanda fathah),
(jar dengan ِ ِِ‫ِالر ُجل‬ َّ ‫تِبِ َذ َاك‬ ُ ‫َمَرْر‬
tanda kasroh). (Saya lewat bertemu 1 Lk itu)
(rofa’ dengan ‫اكِال َْم ْرأَُِة‬
َِ َ‫تِت‬ ْ َ‫َجائ‬
tanda (1 Pr itu telah datang)
Mabni sukun dhommah),
ِ َ َ‫ت‬ Itu 1 Pr ِ ‫كِال َْم ْرأََِة‬ َِ ‫تِتِْي‬ُ ْ‫َرأَي‬
6 ِ‫ك‬
َ ‫تْي‬/‫اك‬ (rofa’) / ya’ (nashob dengan
Sedang (Saya melihat 1 Pr itu)
(nashob/jar) tanda fathah),
(jar dengan ِ ِ‫كِال َْم ْرأَِة‬ َِ ‫تِبِتِْي‬ُ ‫َمَرْر‬
tanda kasroh). (Saya lewat bertemu 1 Pr itu)
(rofa’ dengan ِ َ‫الْمرأَت‬/‫االرجالَ ِن‬
ِ‫ان‬ ِ َ‫جائ‬/‫جاء‬
Mabni sukun tanda alif), َْ ُ َّ ‫تِذَال ُك َم‬ ْ َ ََ
Itu 2 Lk/Pr (2 Lk/Pr itu telah datang)
7 ‫ذَالِ ُك َما‬ (rofa’, nashob, (nashob dengan
Sedang, Jauh
jar) tanda ya’), ِ ‫ي‬ ِ ْ َ‫ال َْم ْرأَت‬/‫ي‬ َّ ‫تِ َذالِ ُك َم‬
ِ ْ َ‫اِالر ُجل‬ ُ ْ‫َرأَي‬
(jar dengan (Saya melihat 1 Lk itu)
8 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
tanda ya’). ِ ‫ي‬ ِ ْ َ‫ال َْم ْرأَت‬/‫ي‬ ِ ْ ِ‫اِالر ُجل‬
َّ ‫تِبِ َذالِ ُك َم‬ ُ ‫َمَرْر‬
(Saya lewat bertemu 1 Lk itu)
ِ‫ال‬ ُ ‫ِالر َج‬ ِّ ‫َجاءَِذَالِ ُك ُم‬
(rofa’, nashob, (3+ Lk itu telah datang)
jar
Itu 3+ Lk
Mabni sukun
menyesuaikan
ِ ‫ال‬ َِ ‫ِالر َج‬ ِّ ‫تِذَالِ ُك ُم‬ ُ ْ‫َرأَي‬
8 ِ‫َذالِ ُك ْم‬ (rofa’, nashob, (Saya melihat 3+ Lk itu)
Sedang, Jauh dengan i’rob
ِِ ‫ِالر َج‬ ِّ ‫تِبِ َذالِ ُك ُم‬
jar) ِ ‫ال‬
isim isyaroh dan ُ ‫َمَرْر‬
bentuk katanya) (Saya lewat bertemu 3+ Lk
itu)
ُِ‫اء‬
ِ ‫ِّس‬ ِ َ‫جائ‬
(rofa’, nashob, َ َّ ‫تِ َذال ُك‬
‫ن‬ ‫ِال‬ ‫ن‬ ْ َ
jar (3+ Pr itu telah datang)
Mabni sukun ِ ‫رأَي‬
Itu 3+ Pr menyesuaikan ِ َ‫اء‬ ِ ‫ِّس‬ َ ‫تِذَال ُك َّنِالن‬
9 ِ‫ذَالِ ُك َّن‬ (rofa’, nashob, ُ َْ
Sedang, Jauh dengan i’rob (Saya melihat 3+ Pr itu)
jar)
isim isyaroh dan ِ ‫ِّس ِِاء‬ ِ ِ ‫مرر‬
َ ‫تِب َذال ُك َّنِالن‬ ُ ََْ
bentuk katanya)
(Saya lewat bertemu 3+ Pr itu)
(rofa’ dengan ‫ِالر ُج ُِل‬
َّ ‫ك‬ ِ
َ ‫َجاءَِ َذال‬
tanda (1 Lk itu telah datang)
Mabni sukun dhommah), ِ ‫رأَي‬
ِ ِ ‫ِالر ُج َِل‬ َّ ‫ك‬ َ ‫تِذَال‬ ُ َْ
10 ِ‫ك‬
َ ‫ذَال‬ Itu Lk Jauh (rofa’, nashob, (nashob dengan
jar) tanda fathah), (Saya melihat 1 Lk itu)
ِ
(jar dengan ِ ِِ‫ِالر ُجل‬ َّ ‫ك‬ َ ‫تِبِ َذال‬ ُ ‫َمَرْر‬
tanda kasroh). (Saya lewat bertemu 1 Lk itu)
(rofa’ dengan ُ‫ْكِال َْم ْرأَِة‬ َِ ‫تِتِل‬ ْ َ‫َجائ‬
tanda (1 Pr itu telah datang)
Mabni sukun dhommah),
ِ ِ ‫ْكِال َْم ْرأََِة‬ َِ ‫تِتِل‬ ُ ْ‫َرأَي‬
11 ِ‫ْك‬
َ ‫تل‬ Itu Pr Jauh (rofa’, nashob, (nashob dengan
jar) tanda fathah), (Saya melihat 1 Pr itu)
(jar dengan ِ ِِ‫ْكِال َْم ْرأَة‬ َِ ‫تِبِتِل‬ ُ ‫َمَرْر‬
tanda kasroh). (Saya lewat bertemu 1 Pr itu)
ِ‫ال‬ ُ ‫الر َج‬ ِّ ِ‫ك‬ َِ ِ‫َجاءَِاُْولَئ‬
(rofa’, nashob, (Mereka 3+ Lk telah datang)
jar
Mabni Kasroh ِ ‫ال‬َِ ‫الر َج‬ ِّ ِ‫ك‬ َِ ِ‫تِاُْولَئ‬ ُ ْ‫َرأَي‬
ِ Mereka menyesuaikan
12 ِ‫ك‬
َ ‫اُْولَئ‬ (rofa’, nashob, (Saya melihat Mereka 3+ Lk)
Lk/Pr Jauh dengan i’rob
jar)
isim isyaroh dan ِ ‫ال‬ ِِ ‫الر َج‬ ِّ ِ‫ك‬ َِ ِ‫تِبِاُْولَئ‬ ُِ ‫َمَرْر‬
bentuk katanya) (Saya lewat bertemu Mereka
3+ Lk)
‫الِ ُهنَا‬
ُِ ‫الر َج‬ َّ ‫ِالر ُجالَ ِن‬/
ِ/ َّ ‫ِالر ُج َل‬ َّ َ‫َجاء‬
(rofa’, nashob, (1,2,3+ Lk telah datang di sini)
jar ِ ‫الِ ُهنَا‬َِ ‫ِالر َج‬/ َّ ‫ي‬ ِ ْ َ‫ِالر ُجل‬/
َّ ‫ِالر ُج َل‬ َّ ‫ت‬ ُ ْ‫َرأَي‬
Di Sini Mabni sukun
menyesuaikan (Saya melihat 1,2,3+ Lk di
13 ‫ُهنَا‬ 1/2/3+ (rofa’, nashob,
dengan i’rob sini)
Lk/Pr Dekat jar)
isim isyaroh dan ‫ال ُهنَا‬ِِ ‫ِالر َج‬/َّ ‫ي‬ ِ ْ َ‫ِالر ُجل‬/
َّ ‫الر ُج ِل‬ َّ ِ‫تِب‬ ُ ‫َمَرْر‬
bentuk katanya)
(Saya lewat bertemu 1,2,3+
Lk di sini)
(rofa’, nashob, َِ َ‫الِ ُهن‬
‫اك‬ ُِ ‫ِالر َج‬/ َّ ‫ِالر ُجالَ ِن‬/ َّ ‫ِالر ُج َل‬ َّ َ‫َجاء‬
Di Sana jar (1,2,3+ Lk telah datang di
Mabni sukun
1/2/3+ menyesuaikan sana)
14 ِ‫اك‬
َ َ‫ُهن‬ (rofa’, nashob,
Lk/Pr dengan i’rob ِ ‫اك‬
َِ َ‫الِ ُهن‬ َِ ‫ِالر َج‬/ َّ ‫ي‬ ِ ْ َ‫ِالر ُجل‬/
َّ ‫ِالر ُج َل‬ َّ ‫ت‬ ُ ْ‫َرأَي‬
jar)
Sedang isim isyaroh dan (Saya melihat 1,2,3+ Lk di
bentuk katanya) sana)
Ainul Yaqin, M.A.| 9
ِ‫اك‬ ِِ ‫ِالر َج‬/
َ َ‫ال ُهن‬ َّ ‫ي‬ ِ ْ َ‫ِالر ُجل‬/ َّ ِ‫تِب‬
َّ ‫الر ُج ِل‬ ُ ‫َمَرْر‬
(Saya lewat bertemu 1,2,3+
Lk di sana)

َّ‫ث‬/
َِ ‫ك‬ ِ ُِ ‫الرج‬/ ِ َّ ‫ِالرجل‬
َ ‫الِ ُهنَال‬ َ َّ ‫الر ُجالَن‬/ َ ُ َّ َ‫َجاء‬
(1,2,3+ Lk telah datang di
(rofa’, nashob, sana)
jar ِ َِ ‫الرج‬/ ِ ْ َ‫الر ُجل‬/
Di Sana Mabni sukun / ِ َّ‫ث‬/ َِ ‫ك‬َ ‫الِ ُهنَال‬ َ َّ ‫ي‬ َّ ‫ِالر ُج َل‬
َّ ‫ت‬ُ ْ‫َرأَي‬
ِ menyesuaikan
15 َّ‫ث‬/
َِ ‫ك‬ َ ‫ُهنَال‬ 1/2/3+ fathah (rofa’, (Saya melihat 1,2,3+ Lk di
dengan i’rob
Lk/Pr Jauh nashob, jar) sana)
isim isyaroh dan
َّ‫ث‬/
َِ ‫ك‬ ِ ِِ ‫الرج‬/ ِ ْ َ‫الر ُجل‬/ َِّ ِ‫تِب‬
َّ ‫الر ُج ِل‬
bentuk katanya) َ ‫ال ُهنَال‬ َ ‫ي‬َّ ُ ‫َمَرْر‬
(Saya lewat bertemu 1,2,3+
Lk di sana)
3). Isim maushul adalah kata sambung yang memiliki shilah
(jumlah fi’il dan fa’il / fi’liyyah atau mubtada’ dan khobar /
Ismiyyah) yang berada setelah isim maushul dan memiliki
‘aid (dhomir yang kembali pada isim maushul), seperti ‫َاذل َْي‬
artinya: yang/sesuatu (tanda i’rob huruf terakhirnya mabni
sukun), sebagaimana tabel berikut:
Jumlah/Jenis Hukum I’rob
No Isim Maushul Contoh Kalimat Dan Arti
Isim Maushul Isim Maushul
ِ ِ ‫جاءِزيدِالَّ ِذ‬
ُ‫يِ َعل َمِأَبُ ْوِه‬ ْ َْ َ َ
(1 Zaid yang Bapaknya alim
telah datang)
ِ ‫يِ َعلِ َمِأَبُ ْوُِه‬ ِْ ‫ت َِزيْ ًداِالَّ ِذ‬ُ ْ‫َرأَي‬
ِْ ‫اَلَّ ِذ‬
‫ي‬ Mabni sukun (rofa’,
1 (Saya melihat 1 Zaid yang
1 Lk nashob, jar)
Bapaknya alim)
ِ ُ‫يِ َعلِ َمِأَبُ ْوِه‬ ِْ ‫تِبَِزيْ ٍدِالَّ ِذ‬ ُ ‫َمَرْر‬
(Saya lewat bertemu 1 Zaid
ِ‫ُمُْتَص‬ yang Bapaknya alim)
(Khusus) ‫انِ َعلِ َمِأَبُ ْو ُُهَا‬ ِِ ‫ِالزيْ َد ِانِالَّ َذ‬
َّ َ‫َجاء‬
(2 Zaid yang kedua Bapaknya
alim telah datang)
Mabni kasroh ِ ‫ِالزيْ َديْنِِالَّ َذيْ ِنِ َعلِ َمِأَبُ ْو ُُهَا‬ َّ ‫ت‬ ُ ْ‫َرأَي‬
ِ‫الَّ َذيْن‬/‫اَللَّ َذ ِان‬
2 (rofa’, nashob dan (Saya melihat 2 Zaid yang
2 Lk jar) kedua Bapaknya alim)
ِ ‫الزيْ َديْنِِالَّ َذيْ ِنِ َعلِ َمِأَبُ ْو ُُهَا‬ َّ ِ‫تِب‬ ُ ‫َمَرْر‬
(Saya lewat bertemu 2 Zaid
yang kedua Bapaknya alim)
10 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
‫ِالزيْ َد ْو َنِالَّ ِذيْ َِنِ َعلِ َمِأَبُ ْوُه ِْم‬َّ َ‫َجاء‬
(3 Zaid yang ketiga Bapaknya
alim telah datang)
Mabni fathah ِ ‫ِالزيْ ِديْ َنِالَّ ِذيْ َِنِ َعلِ َمِأَبُ ْوُه ِْم‬ َّ ‫ت‬ ُ ْ‫َرأَي‬
ِ‫اَلَّ ِذيْ َن‬
3 (rofa’, nashob dan (Saya melihat 3 Zaid yang
3+ Lk jar) ketiga Bapaknya alim)
ِ ‫الزيْ ِديْ َنِالَّ َذيْ َِنِ َعلِ َمِأَبُ ْوُه ِْم‬ َّ ِ‫تِب‬ ُ ‫َمَرْر‬
(Saya lewat bertemu 3 Zaid
yang ketiga Bapaknya alim)
ِ‫ِعلِ َمِأَبُ ْوَها‬
َ ‫تِال َْم ْرأَةُِالَِّ ْت‬ ْ َ‫َجائ‬
(1 Pr yang Bapaknya alim telah
datang)
ِ ‫ِعلِ َمِأَبُ ْوَها‬ َ ‫تِال َْم ْرأَةَِالَِّ ْت‬ ُ ْ‫َرأَي‬
ِْ َِّ‫اَل‬
‫ت‬ Mabni sukun (rofa’,
4 (Saya melihat 1 Pr yang
1 Pr nashob, jar)
Bapaknya alim)
ِ ‫ِعلِ َمِأَبُ ْوَها‬ ِ
َ ‫تِبِال َْم ْرأَةِالَِّ ْت‬ ُ ‫َمَرْر‬
(Saya lewat bertemu 1 Pr yang
Bapaknya alim)
‫انِ َعلِ َمِأَبُ ْو ُُهَا‬ ِِ َ‫انِاللَّت‬ ِِ َ‫تِال َْم ْرأَت‬ ِ َ‫جائ‬
َ
(2 Pr yang kedua Bapaknya alim
telah datang)
ِ ‫يِ َعلِ َمِأَبُ ْو ُُهَا‬ ِ ْ َ‫يِاللَّت‬ ِ ْ َ‫تِالْمرأَت‬
ْ َ ُ ْ‫َرأَي‬
ِِ َ‫اَللَّت‬
ِ‫اللَّتَ ْي‬/‫ان‬ Mabni kasroh
5 (Saya melihat 2 Pr yang kedua
2 Pr (rofa’, nashob, jar)
Bapaknya alim)
ِ ‫يِ َعلِ َمِأَبُ ْو ُُهَا‬ ِ ْ َ‫يِاللَّت‬ ِ ْ َ‫تِبِالْمرأَت‬
ْ َ ُ ‫َمَرْر‬
(Saya lewat bertemu 2 Pr yang
kedua Bapaknya alim)
‫تِ َعلِ َمِأَبُ ْوُه َِّن‬ ِْ ِ‫ال‬
َِّ ‫ِّساءُِِاَل‬ ِ
َ ‫َجائَتِالن‬
(3 Pr yang ketiga Bapaknya
alim telah datang)
‫تِ َعلِ َمِأَبُ ْوُه َِّن‬ ِْ ِ‫ال‬
َِّ ‫ِّساءَِِاَل‬َ ‫تِالن‬ ُ ْ‫َرأَي‬
ِْ ِ‫ال‬
‫ت‬ َِّ ‫اَل‬ Mabni sukun (rofa’,
6 (Saya melihat 3 Pr yang ketiga
3+ Pr nashob, jar)
Bapaknya alim)
‫تِ َعلِ َمِأَبُ ْوُه َِّن‬ ِْ ِ‫ال‬َِّ ‫ِّس ِاءِِاَل‬
َ ‫تِبالن‬
ِ ُ ‫مرر‬
ََْ
(Saya lewat bertemu 3 Pr yang
ketiga Bapaknya alim)

‫َم ِْن‬ Mabni sukun (rofa’, َ ‫ِاجتَ َه َد ِِِفِالت‬


ِ‫َّعلُّ ِم‬ ْ ‫ِم ْن‬ َ ‫ََنَ َح‬
7 (Sukses orang yang rajin dalam
(Orang) nashob, jar)
belajar)

‫َما‬ Mabni sukun


ِ‫ك‬ َ ‫تَ َعلَّ ْم‬
َ ‫ِماِيَْن َف ُع‬
8 ‫ُم ْشتَ َر ِك‬ (rofa’, nashob, jar) (belajarlah sesuatu yang
(Sesuatu)
(Umum) bermanfaat bagimu)

ِ‫ِعْن َدهُِاِالَِّبِِإ ْذنِِه‬


ِ ‫منِذَاِالَّ ِذيِي ْش َفع‬
ُ َْ َْ
‫ذَا‬ Mabni sukun (Siapakah Zdat yang bisa
9
(Pemilik) (rofa’, nashob, jar) memberi syafa’at di sisi-Nya,
kecuali dengan izin-Nya)
Ainul Yaqin, M.A.| 11
‫ذُ ِْو‬ Mabni sukun (rofa’, ‫اجتَ َه َِد‬
ْ ِ‫َجاءَِذُ ِْو‬
10
(Pemilik) nashob, jar) (Orang yang rajin telah datang)

‫اَ ْك ِرْمِاَيَّ ُه ْمِاَ ْح َس ُنِاَ ْخالَقًا‬


ِ َ‫ا‬
‫ي‬ Relatif (bisa mabni
11 (Muliakanlah orang yang mana
(Yang mana saja) dan bisa mu’rob)
saja yang lebih baik akhlaknya)
4). Isim istifham (kata tanya), seperti ‫ ه ََْل‬artinya: apakah (tanda
i’rob huruf terakhirnya mabni sukun), sebagaimana tabel
berikut:
N Kata
Arti Fungsi Contoh
o Tanya
َ‫َ ُْه َز ْة‬ Untuk menanyakan persetujuan: ya atau َ ‫أ ََزيْدَقَاِئَ؟‬
1 Apakah?
tidak
َْ‫هَل‬ Untuk menanyakan persetujuan: ya atau َ ‫َهلْ ََزيْدَقَاِئَ؟‬
2 Apakah?
tidak
3 ‫َ َما‬/َ‫َما َذا‬ Apa? Untuk menanyakan subjek benda َ ‫َماَ ْاال ْس َالمَ؟‬
4 َْ ‫َم‬ Siapa? Untuk menanyakan subjek orang َ ‫َم ْ َيفَالْف َْصلَ؟‬
5 َ َ ‫ َم‬/‫َأَّي ََن‬
‫ت‬ Kapan? Untuk menanyakan waktu َ ‫َم َتَتَق ْومَم َ َالن ْومَ؟‬
Yang
6 َ‫أَي‬ mana/Untuk Untuk menanyakan tujuan/pilihan ْ َ ‫ََالي‬
‫َ َاي َماَشتْ َت؟‬/‫َْيءَ؟‬
apa?
7 ََ ْ‫أي‬ Dimana? Untuk menanyakan tempat َ ‫أيْ َ ََزيْدَ؟‬
Darimana/Kapan
8 َ‫أِن‬ Untuk menanyakan tempat/waktu َ ‫أِنَشتْ ْتَ؟‬
?
9 َ َ ‫َك ْي‬ Bagaimana? Untuk menanyakan keadaan sesuatu َ ‫َك ْي َ َتَ َت َعملَالن ْح َوَ؟‬
10 ْ‫ََك‬ Berapa? Untuk menanyakan jumlah َ ‫لَكمَ؟‬َ َ ْ‫َكَْ َاقْ َسامَال‬
5). Isim syarat (kata syarat), seperti َْ ‫ َم‬artinya: siapa (tanda i’rob
huruf terakhirnya mabni sukun).
6). Isim fi’il (kata benda yang berarti pekerjaan), seperti ‫َص َْه‬
yang berasal dari kata kerja perintah َْ‫ ا ْسكت‬artinya: diamlah!
(tanda i’rob huruf terakhirnya mabni sukun).
Sedangkan isim-isim yang mu’rob ada 9, antara lain:
1). Isim mufrod (kata tunggal), seperti َ‫( َج َاء ََزيْد‬ketika rofa’ tanda
i’rob pada dal-nya menggunakan dhommah tertulis); dan َ‫َرأيْت‬
َ‫( َزيْدا‬ketika nashob tanda i’rob pada dal-nya menggunakan
fathah tertulis); dan َ‫( َم َر ْرتَب َزيْد‬ketika jar tanda i’rob pada dal-
nya menggunakan kasroh tertulis).
2). Isim tatsniyah (kata ganda), seperti َ‫( َجا َء َالزيْدَ ان‬ketika rofa’
tanda i’robnya menggunakan alif); dan َ ‫( َرأيْت َالزيْدَ ْي‬ketika
12 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
nashob tanda i’robnya menggunakan ya’); dan َ ‫َم َر ْرت َابَلزيْدَ ْي‬
(ketika jar tanda i’robnya menggunakan ya’).
3). Jamak muzdakkar salim, seperti ‫( َجا َء َالزيْد ْو ََن‬ketika rofa’ tanda
i’robnya menggunakan wawu); dan َ ‫( َرأيْت َالزيْد ْي‬ketika nashob
tanda i’robnya menggunakan ya’); dan َ ‫( َم َر ْرت َابلزيْد ْي‬ketika jar
tanda i’robnya menggunakan ya’).
4). Jamak muannats salim, seperti َ‫( َجائَت َالْم ْسل َمات‬ketika rofa’ tanda
i’rob pada ta’-nya menggunakan dhommah tertulis); dan َ‫َرأيْت‬
َ‫( الْم ْسل َمات‬ketika nashob tanda i’rob pada ta’-nya menggunakan
kasroh tertulis); dan َ‫( َم َر ْرت َابلْم ْسل َمات‬ketika jar tanda i’rob pada
ta’-nya menggunakan kasroh tertulis).
5). Jamak taksir, seperti َ‫( َجا َء َالر َجال‬ketika rofa’ tanda i’rob pada
lam-nya menggunakan dhommah tertulis); dan ‫َرأيْت َالر َجا ََل‬
(ketika nashob tanda i’rob pada lam-nya menggunakan
fathah tertulis); dan َ‫( َم َر ْرت َابلر َجال‬ketika jar tanda i’rob pada
lam-nya menggunakan kasroh tertulis).
6). Asmaul khomsah, seperti ََ‫( َجا َء َأب ْو ك‬ketika rofa’ tanda i’robnya
menggunakan wawu); dan ََ‫( َرأيْت َأ َاب ك‬ketika nashob tanda
i’robnya menggunakan alif); dan ‫ك‬ ََ ‫( َم َر ْرت َبأب ْي‬ketika jar tanda
i’robnya menggunakan ya’).
7). Isim manqush, seperti َ‫( َج َاء َالْ َقاض‬ketika rofa’ tanda i’rob pada
ya’ lazimah-nya menggunakan dhommah yang diperkirakan);
dan ‫اض‬ ََ ‫( َرأيْتَالْ َق‬ketika nashob tanda i’rob pada ya’ lazimah-nya
menggunakan fathah tertulis); dan َ‫( َم َر ْرت َابلْ َقاض‬ketika jar
tanda i’rob pada ya’ lazimah-nya menggunakan kasroh yang
diperkirakan).
8). Isim maqshur, seperti ‫َت‬ َ َ ‫( َجا َءَالْف‬ketika rofa’ tanda i’rob pada alif
lazimah-nya menggunakan dhommah yang diperkirakan);
dan ‫فت‬ َ َ ْ‫( َرأيْتَ َال‬ketika nashob tanda i’rob pada alif lazimah-nya
menggunakan fathah yang diperkirakan); dan ‫َت‬ َ َ ‫َم َر ْرت َابلْف‬
(ketika jar tanda i’rob pada alif lazimah-nya menggunakan
kasroh yang diperkirakan).
9). Isim ghairu munshorif, seperti َ‫( َج َاء َأ ْمحَد‬ketika rofa’ tanda i’rob
pada dal-nya menggunakan dhommah tertulis); dan ََ‫َرأيْت َأ ْمحَد‬
Ainul Yaqin, M.A.| 13
(ketika nashob tanda i’rob pada dal-nya menggunakan fathah
tertulis); dan ََ‫( َم َر ْرت َبأ ْمحَد‬ketika jar tanda i’rob pada dal-nya
menggunakan fathah tertulis).
5. Macam-macam kalimat fi’il (kata kerja) ada 3 macam, sebagaimana
dalam sajian tabel berikut:
َ‫َان َْواعَ ْالفْ َعال‬
Macam-Macam
Kata Kerja

َ‫فعلَْأ َم ْر‬ َ‫فعلَْمضَ ار ْع‬ َ‫اض‬


ْ ‫فعلَْ َم‬
(Kata Kerja Masa Sekarang/
(Kata Perintah) Akan Datang) (Kata Kerja Masa Lampau)
)َ‫ْص‬
ْ ‫( ان‬ )َ‫(ي َ ْنص‬ )‫َص‬
ََ َ ‫(ن‬

Berdasarkan tabel di atas, maka macam-macam kalimat fi’il (kata


kerja) dapat diperinci sebagai berikut:
N Hukum
Fi’il Ciri-Ciri Syarat Contoh
o I’rob
Jika berakhiran
Mabni fathah
wawu dan ya’ dan
tidak bertemu wawu
َ،‫ض‬
َ ‫َر‬،ََ ‫أ ْك َر َم‬
zdhahir ‫ََس ََو‬
jamak, kata ganti
rofa’ yang berharkat
1.Menunjukkan Mabni fathah
waktu muqoddar
Jika berakhiran alif ‫َس َعى‬،‫ا‬
َ َ‫َدع‬
lampau Mabni fathah
1 Madhi 2. Bisa dimasuki muqoddar/ Jika bertemu wawu
Ta’ Ta’nits mabni jamak
‫َك َتب ْوا‬
ْ ِ‫ )تَ ْاءِتَأْن‬yang
(ِ‫يث‬ dhommah
sukun Jika bertemu kata َ ،‫َك َت ْبت‬
ganti rofa’ yang
Mabni fathah
berharkat, seperti َ ،‫َ َك َتبْ َت‬
muqoddar/
mabni sukun
Ta’/Nun fa’il dan َ،‫َ َك َتبْنَا‬،‫َ َك َتبْت‬
Nun Niswah
(perempuan)
ََ ْ ‫َك َت‬
‫ب‬
1.Menunjukkan Jika berupa fi’il
waktu mudhari’ shohih
sedang/akan akhir, tidak bertemu
2.Diawali ‫ت‬ُِ ‫أَنَْي‬ Rofa’ dengan amil nashob, amil َ،‫َتَ ْكتب‬،‫أ ْكتب‬
2 Mudhari’ tanda jazm dan alif
(alif, nun, ya’
dhommah tatsniyah, wawu َ َ‫َنَ ْكتب‬،‫يَ ْكتب‬
dan ta’)
jamak, ya’ muannats
3.Bisa dimasuki
ِ mukhothabah, nun
huruf ِ،‫ي‬ْ ‫ِس‬،ْ‫ََل‬ taukid
14 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
ِ‫ف‬
َ ‫َس ْو‬ khofifah/tsakilah dan
nun niswah
(perempuan)
Jika berupa fi’il
Rofa’ dengan
mudhari’ mu’tal akhir َ،‫َيَدْ ع ْو‬،‫َخي ََْش‬
tanda
(berakhiran huruf
dhommah َ ‫يَ ْرمي‬
‘illat alif, wawu dan
muqoddar
ya’)
1. Nashob 1. Jika bertemu amil
dengan nashob
tanda
fathah 2. Jika bertemu amil ََ ‫ل َ ْ َتَ ْكت‬
َ‫ب‬
zdhahir jazm َْ ‫ل َ ْمَتَ ْكت‬
َ‫ب‬
2. Jazm َ
dengan
tanda
sukun
1. Rofa’ 1. Jika bertemu alif َ
dengan tatsniyah, wawu
tanda jamak, ya’
َ،‫تَ ْكت َبان‬
tetapnya muannats َ،‫تَ ْكتب ْو َن‬
nun mukhothabah َ ‫ني‬ ََ ْ ‫تَ ْكتب‬
(tsubutun 2. Jika bertemu nun
nuni) taukid
َ َ ‫َتَكت‬،‫تَ ْكت َ ْب‬
َ‫ب‬ ْ
2. Mabni khofifah/tsakilah َ‫تَ ْكت ْ َب‬
fathah 3. Jika bertemu nun
3. Mabni jamak niswah
sukun (perempuan)
Jika berupa fi’il amar َ‫ا ْكت ْب‬
Mabni sukun
shohih akhir
Mabni dengan
membuang َ،‫َادْع‬،‫اخ َْش‬
Jika berupa fi’il amar
huruf ‘illat
mu’tal akhir َ‫ا ْرم‬
alif/ wawu/
1.Menunjukkan
ya’
arti perintah
2.Menunjukkan 1. Jazm 1. Jika bertemu alif َ
dengan tatsniyah, wawu
3 Amar waktu akan
tanda jamak, ya’
َ،‫َا ْكتب ْوا‬،‫ا ْكت َبا‬
3.Bisa dimasuki َ‫ب‬ َْ ‫ا ْكت‬
ya’ muannats terbuangn muannats
mukhotobah ya nun mukhatobah َ ‫َاكت‬،‫ا ْكت َ ْب‬
َ‫ب‬ َ ْ
(hadzfun 2. Jika bertemu nun
nuni) taukid
َ‫ا ْكت ْ َب‬
2. Mabni khofifah/tsakilah
fathah 3. Jika bertemu nun
3. Mabni jamak niswah
sukun (perempuan)
Ainul Yaqin, M.A.| 15
E. Latihanَ(َ‫) َالتَدْ ريْ َبات‬
Setelah mengikuti pembelajaran mulai dari materi bacaan hingga
kaidah nahwiyah sebelumnya, peserta didik diharapkan mampu
membaca, menterjemah, memahami dan menuliskan kembali materi
bacaan tersebut dengan dipandu oleh pembimbing. Selain itu, setiap
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik harap dikonsultasikan
kepada pembimbing sebagai bentuk manifestasi dari adanya penguasaan
peserta didik terhadap materi yang telah disajikan melalui berbagai
metode pembelajaran. Misalnya, praktek, diskusi, dll.
‫‪16 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah‬‬
‫‪NIAT DALAM BELAJAR‬‬
‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءةَ( ‪A. Materi Bacaan‬‬
‫!‪Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah‬‬
‫يفَالنيةَيفَحالَالتعمل‬
‫مثَالبدَهلَم َالنيةَيف َزمانَتعملَالعمل‪َ،‬اذَالنيةَه َالصلَيف َمجيعَالفعالَ‬
‫لقوهلَعليهَالسالم‪َ:‬امناَالعاملَابلنيات‪َ َ .‬وروىَع َرسولَهللاَصىلَهللاَعليهَ‬
‫وسمل‪َ:‬كَم َمعلَيتصورَبصورةَمعلَادلنيا‪َ،‬مثَيصريَم َأعاملَالخرة َحبس َ‬
‫النية‪َ،‬وكَم َمعلَيتصورَبصورةَمعلَالخرةَمثَيصريَم َأعاملَادلنياَبسوءَ‬
‫النية‪َ .‬‬
‫وينبغىَأنَين َويَاملتعملَبالبَالعملَرضاءَهللاَوادلارَالخرة‪َ،‬وازاةلَاجلهلَع َ‬
‫نفسه‪َ،‬وع َساررَاجلهال‪َ،‬واحياءَادلي َوابقاءَاالسالم‪َ،‬فانَبقاءَاالسالمَابلعمل‪َ،‬‬
‫واليصحَالزهدَوالتقوىَمعَاجلهل‪َ،‬واليكرَعىل َنعمةَالعقل‪َ،‬وحصةَالبدن‪ ,‬وال‬
‫ين َويَبهَاقبالَالناسَعليه‪َ،‬والَاس تجالبَحاامَادلنيا‪َ،‬والكرامةَعندَالسلاانَ‬
‫وغريه َاال َاَذا َطلب َاجلاه َللمر َابملعروف َوالهنىى َع َاملنكر‪َ ،‬وتنفيذ َاحلق‪َ،‬‬
‫واعزاز َادلي َال َلنفسه َوهواه‪َ ،‬فيجوز َذكل َبقدر َما َيقي َبه َالمر َابملعروفَ‬
‫والهنىىَع َاملنكر‪َ .‬‬
‫وينبغىَلاالبَالعملَأنَيتفكرَيفَذكل‪َ،‬فانهَيتعملَالعملَجبهدَكثري‪َ،‬فاليصفهَ‬
‫اىلَادلنياَاحلقريةَالقليةلَالفانية‪َ.‬وينبغىَلهلَالعملَأنَاليذل َنفسهَابلامعَىفَغريَ‬
‫املامعَوحيرتزَعامَفيهَمذةلَالعملَوأههل‪َ،‬ويكونَمتواضعا‪َ،‬والتواضعَبنيَالتكربَ‬
‫َواذلةل‪َ،‬والعفةَكذكل‪َ،‬ويعرفَذكلَيفَكتابَالخالق‪.‬‬
‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَاتَ( ‪B. Arti Kosa Kata Materi‬‬
‫‪Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata‬‬
‫‪yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:‬‬
‫‪Berniat‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َي ََْن َو ََي‬ ‫‪Beberapa pekerjaan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََا ْ َل ََْمعالَ‬
‫‪Berfikir‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َي َََتََفكَ ََر‬ ‫‪Berupa‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َي َََت ََص َورَ‬
‫‪Peserta didik‬‬ ‫‪:‬‬ ‫اَلْمَََت ََعملَ‬ ‫‪Mendatangkan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ْاسَتَ َْج َ َال ََ‬
‫ب‬
Ainul Yaqin, M.A.| 17
Menyelesaikan : ‫َتََْنفََْي َذ‬ Menghilangkan : َ‫َاََز َ َاةل‬
‫إ‬
Yang hina : َ‫اَلْ ََحقَ ََْرية‬ Mengabadikan : ‫َاَبََْقا ََء‬
‫إ‬
Menjaga : َ‫ََْحي ََرتز‬ Menghidupkan : ‫َا َْحيََا ََء‬
‫إ‬
Rendah diri : ‫التَ ََواضَ ََع‬ Jabatan : َ‫اَلْ ََجاه‬
Diketahui : َ‫يَ َْع ََرف‬ Begitu pula : ََ ٰ‫ََكذ‬
‫كل‬
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي‬
Peserta didik semestinya berniat dalam mencari ilmu (belajar),
sebab niat merupakan dasar (pijakan) dalam setiap pekerjaan,
berdasarkan sabda Nabi (Muhammad) ‘alaihissalam: Sesungguhnya
berbagai pekerjaan itu tergantung dengan niatnya. Diceritakan juga dari
Rasulullah Saw: Betapa banyak dari pekerjaan yang berupa dengan rupa
pekerjaan dunia lalu menjadi pekerjaan akhirat sebab baiknya niat. Dan
betapa banyak pekerjaan yang berupa dengan pekerjaan akhirat lalu menjadi
pekerjaan dunia sebab buruknya niat.
Dan selayaknya peserta didik berniat dalam belajar untuk meraih
ridha Allah, rumah akhirat (surga), menghilangkan kebodohan dari
dirinya dan dari orang-orang yang bodoh, menghidupkan agama,
mengabadikan Islam. Sebab sesungguhnya keabadian Islam adalah
dengan ilmu, dan tidak sah kezuhudan dan ketakwaan yang disertai
kebodohan, dan bersyukur atas kenikmatan akal, kesehatan badan, dan
tidak boleh berniat untuk memalingkan (pandangan) manusia
kepadanya, dan tidak juga untuk mendatangkan barang-barang dunia,
kemuliaan di hadapan penguasa, dsb. Kecuali jika ia mencari jabatan
demi (tegaknya) seruan kebaikan dan larangan kemungkaran,
menyelasaikan kebenaran, memuliakan agama bukan untuk hawa
nafsunya, maka hal itu diperbolehkan sesuai sesuatu yang bisan
menegakkan seruan kebaikan dan larangan kemungkaran.
Dan selayaknya bagi peserta didik untuk memikirkan hal itu, sebab
ia belajar dengan susah payah, sehingga ilmunya tidak digunakan
(hanya untuk meraih) dunia yang sedikit dan rusak. Dan selayaknya
juga bagi pemilik ilmu untuk tidak menghinakan dirinya dengan sifat
serakah pada selain tempatnya, dan (berusaha) menjaga dari sesuatu
yang di dalamnya terdapat kehinaan ilmu dan pemiliknya, (sehingga) ia
haruslah bersifat rendah diri (dimana) rendah diri itu berada di antara
18 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
sifat rendah diri dan sifat sombong. Begitu pula sifat terpelihara, dan
hal itu bisa diketahui dalam buku etika.
َ
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dibahas terkait materi bacaan
di atas adalah tentang macam-macam dan tanda-tanda i’rob,
sebagaimana deskripsi berikut ini.
Pertama, i’rob adalah perubahan harkat dan tanda akhir kalimat
(kata) yang disebabkan oleh perbedaan amil (faktor) yang masuk dan
mempengaruhi pada akhir kalimat (kata) tersebut, baik dalam lafadz,
perkiraan maupun tempatnya. I’rob ada 4 macam, sebagaimana
penjelasan tabel berikut:
َ‫َان َْواعَ ْاالع َْراب‬
Macam-Macam I’rob

َ‫َج َز ْم‬ َ ْ ‫َخف‬


َ‫ َج ْر‬/‫َض‬ َ‫ن ََص ْب‬ َ‫َرفَ ْع‬
(I’rob Jazm) (I’rob Jar) (I’rob Nashob) (I’rob Rofa’)

Dari sajian tabel di atas dapat dijelaskan beberapa deskripsi berikut


ini:
1. I’rob rofa’ adalah perubahan harkat atau tanda akhir kalimat (kata)
dengan menggunakan tanda asli rofa’ yaitu dhommah/ ‫ ََض َْة‬atau tanda
pengganti dhommah yaitu wawu/ َ‫واو‬,َ alif/ َ ْ ‫ َال‬dan nun/ ‫ون‬ َْ ‫;ن‬
2. I’rob nashob adalah perubahan harkat atau tanda akhir kalimat (kata)
dengan menggunakan tanda asli nashob yaitu fathah/ ‫ فَ ْت َح ِْة‬atau tanda
pengganti fathah yaitu alif/ َ ْ ‫ َال‬, kasroh/ ‫ْسَْة‬ َ ْ ‫ َك‬, ya’/ ‫ ََّي َْء‬dan terbuangnya
nun/ َ‫; َح ْذفَالن ْون‬
3. I’rob khofadl/jar adalah perubahan harkat atau tanda akhir kalimat
(kata) dengan menggunakan tanda asli jar yaitu kasroh/ ‫ْسَْة‬ َ ْ ‫ َك‬atau
tanda pengganti kasroh yaitu ya’/ ‫ ََّي َْء‬dan fathah/ ‫;فَ ْت َح َْة‬
4. I’rob jazm adalah perubahan harkat atau tanda akhir kalimat (kata)
dengan menggunakan tanda asli jazm yaitu sukun/ ‫ون‬ َْ ‫ سك‬atau tanda
pengganti sukun yaitu terbuangnya nun/ َ‫ َح ْذف َالن ْون‬dan terbuangnya
huruf illat atau penyakit/ َ‫( َح ْذف َ َح ْرف َالْعةل‬alif, ya’ dan wawu). Untuk
contoh keempat i’rob ini dapat dilihat langsung pada tabel bab
tanda-tanda i’rob yang insyaallah akan dijelaskan berikutnya.
Ainul Yaqin, M.A.| 19
Sedangkan perbedaan antara i’rob lafdzan, taqdiron dan mahallan,
adalah sebagai berikut:
1. I’rob lafdzan adalah perubahan tanda i’rob secara lafadz (tertulis)
yang terjadi pada akhir huruf kata yang mu’rob (berubah-rubah),
seperti perubahan dari tanda dhommah ketika rofa’ ke tanda fathah
ketika nashob kemudian ke tanda kasroh yang tertulis ketika jar
sebagaimana pada contoh berikut:
1). َ‫( َجا َء ََزيْد‬ketika rofa’ tanda i’rob pada dal-nya menggunakan
dhommah tertulis);
2). َ‫( َرأيْت ََزيْدا‬ketika nashob tanda i’rob pada dal-nya menggunakan
fathah tertulis);
3). َ‫( َم َر ْرت َب َزيْد‬ketika jar tanda i’rob pada dal-nya menggunakan kasroh
tertulis).
2. I’rob taqdiron adalah perubahan tanda i’rob secara taqdiron
(perkiraan) yang terjadi pada akhir huruf kata yang mu’rob
(berubah-rubah), seperti perubahan dari tanda dhommah ketika rofa’
ke tanda fathah ketika nashob kemudian ke tanda kasroh yang
diperkirakan ketika jar sebagaimana pada contoh berikut:
َ َ ‫( َجا َء َالْف‬ketika rofa’ tanda i’rob pada ya’-nya menggunakan
1). ‫َت‬
dhommah yang diperkirakan);
َ َ ْ‫( َرأيْت َال‬ketika nashob tanda i’rob pada ya’-nya menggunakan
2). ‫فت‬
fathah yang diperkirakan);
َ َ ‫( َم َر ْرتَابلْف‬ketika jar tanda i’rob pada ya’-nya menggunakan kasroh
3). ‫َت‬
yang diperkirakan).
3. I’rob mahallan adalah adalah perubahan tanda i’rob secara mahallan
(kedudukan) yang terjadi pada akhir huruf kata yang mabni (tetap),
seperti tetapnya menggunakan tanda sukun meskipun ketika dalam
kedudukan rofa’, nashob dan jar sebagaimana pada contoh berikut:
1). ‫( َجا َء َه ََذا‬ketika rofa’ tanda i’rob pada alif-nya tetap menggunakan
sukun);
2). ‫( َرأيْت َه ََذا‬ketika nashob tanda i’rob pada alif-nya tetap
menggunakan sukun);
3). ‫َهب َذا‬ َ ‫( َم َر ْرت‬ketika jar tanda i’rob pada alif-nya tetap
menggunakan sukun).
Sementara itu, terkait definisi dan pembagian amil (faktor) yang
mempengaruhi i’rob (perubahan akhir kata) akan diulas berikut ini.
20 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
Amil adalah faktor yang mewajibkan, memerintah dan
mempengaruhi terjadinya perubahan akhir kata menjadi rofa’, nashob,
jar dan jazm. Amil dibagi menjadi 2 bagian:
1. Amil lafdzi (faktor tertulis/konkrit), ada 4 macam:
1). Amil/faktor yang memerintah rofa’ pada akhir kata, seperti
semua fi’il madhi, contoh َ‫ َجا َء ََزيْد‬fi’il madhi/amil rofa’ ‫ َجا ََء‬pada
contoh tersebut memerintah rofa’ dengan tanda dhommah pada
dal-nya lafadz َ‫َ;زيْد‬
2). Amil/faktor yang memerintah nashob pada akhir kata, seperti
semua amil an-nawashib yang jumlahnya ada 10, antara lain: 1.
an/ ‫أ َْن‬, 2. lan/ َْ َ‫ل‬, 3. idzan/ ‫ا َذ َْن‬, 4. kay/ ‫ك‬, َْ َ 5. lam kay/ ‫َك‬ َْ َ ‫ َال ْم‬, 6.
lam juhud/ ‫ َال ْمَُجوَْد‬, 7. hatta/ َ‫ َحت‬, 8. fa’ jawaban/ ‫اب‬ َ ْ ‫فَا ْءَ َج َو‬, 9. wawu
jawaban/ ‫اب‬ َ ْ ‫ َواو َ َج َو‬dan 10. aw jawaban/ ‫اب‬ َ ْ ‫ َا ْو َ َج َو‬, contoh َ‫َا َْن ِي َ َت َع َمل ََزيْد‬
huruf/amil nashob ‫ أ َْن‬pada contoh tersebut memerintah nashob
dengan tanda fathah pada mim-nya lafadz ‫;ي َ َت َع ََمل‬
3). Amil/faktor yang memerintah jar pada akhir kata, seperti
semua huruf jar, contoh َ‫ يفَ الْ ََمدْ َر َسة‬huruf/amil jar َ‫ يف‬pada contoh
tersebut memerintah jar dengan tanda kasroh pada ta’-nya lafadz
َ‫;الْ َمدْ َر َسة‬
4). Amil/faktor yang memerintah jazm pada akhir kata, seperti amil
al-jawazim yang jumlahnya ada 21, antara lain: 1. lam/ ‫ل َ َْم‬, 2.
lamma/ ‫لَما‬, 3. alamma/ ‫ألَما‬, 4. alam/ ‫أل َ َْم‬, 5. lam amar/ ‫ َال ْمَأ َم َْر‬dan 6.
lam doa/ ‫ َال ْم َدعَا َْء‬, 7. la nahi ‫ َال َََنَ ْ َىي‬, 8. la doa/ ‫ َال َدعَا َْء‬, 9. in/ ‫ا َْن‬, 10.
ma/ ‫ َما‬, 11. man/ َْ ‫ َم‬, 12. mahma/ ‫ َمهْ َما‬, 13. idzma/ ‫ا ْذ َما‬, 14. ayyun/
َ‫أي‬, 15. mata/ ‫ت‬ َ َ ‫ َم‬, 16. aynama/ ‫أيْنَ َما‬, 17. ayyana/ ‫أَّي ََن‬, 18. anna/ َ‫أِن‬,
19. haitsuma/ ‫ َح ْيث َما‬, 20. kaifama/ ‫ َك ْي َف َما‬, dan 21. idza/ ‫ ا َذا‬yang
digunakan dalam syair, contoh َ‫ لَ ْم َي َ َت َع ْمل ََزيْد‬huruf/amil jazm ْ‫ ََِل‬pada
contoh tersebut memerintah jazm dengan tanda sukun pada
mim-nya lafadz ‫ي َ َت َع َْمل‬.
2. Amil ma’nawi (faktor tidak tertulis/abstrak), ada 2 macam:
1). Amil ma’nawi ibtida’ (faktor abstrak sebagai permulaan kata)
yang memerintah rofa’ pada mubtada’, seperti َ‫ َزيْد َعَالم‬yang
memerintah rofa’ dengan tanda dhommah pada mubtada’ (Lafadz
َ‫ َ)زيْد‬tidak tertulis, namun lafadz َ‫ َزيْد‬tetap dibaca rofa’ karena
menjadi permulaan kata;
Ainul Yaqin, M.A.| 21
2). Amil ma’nawi tajarrud (faktor abstrak yang tidak dimasuki amil
lafdzi) yang memerintah rofa’ pada fi’il mudhori’, seperti َ‫ي َ َت َعمل‬
yang memerintah rofa’ dengan tanda dhommah pada lafadz َ‫ي َ َت َعمل‬
tidak tertulis, namun lafadz َ‫ ي َ َت َعمل‬tetap dibaca rofa’ karena sepi
dari amil lafdzi nashob dan amil lafdzi jazm.
Untuk lebih memudahkan dalam memahami pembagian amil di
atas, dapat dilihat dalam tabel berikut:
ِِ‫اَقْ َس ُامِال َْع ِامل‬
Pembagian Amil
(Faktor)

ِ‫ِم ْعنَ ِو ْي‬ ِ


ِ‫َع ِام ْلِلَ ْف ِظ ْي‬ َ ‫َعام ْل‬
(Tidak
(Tertulis/Konkrit)
Tertulis/Abstrak)

ِ‫َع ِام ْل َِرفَ ْع‬ ِ‫ب‬


ْ‫ص‬
ِ
َ َ‫َعام ْلِن‬ ِ‫ِم ْعنَ ِو ْيِإِبْتِ َد ْاء‬ ِ
َ ‫َعام ْل‬ َ ‫ِم ْعنَ ِو ْي‬
ِ‫َِتَُّرْد‬ ِ
َ ‫َعام ْل‬
1. Amil yang 2. Amil yang 1. Amil Ma’nawi 2. Amil Ma’nawi
Memerintah Rofa’ Memerintah Nashob Ibtida’ Tajarrud

ِ‫ِج ْر‬ ِ ِ
َ ‫عَام ْل‬ ِ‫ِجَزْم‬
َ ‫عَام ْل‬
3. Amil yang 4. Amil yang
Memerintah Jar Memerintah Jazm
Kedua, untuk tata cara mengetahui tanda-tanda i’rob (َ‫)عَ َال َماتََ ْاالع َْراب‬,
‫إ‬
baik i’rob rofa’, i’rob nashob, i’rob jar maupun i’rob jazm, maka akan
dikupas tuntas secara detail sebagaimana dalam sajian tabel berikut ini:
‫ََا َْلمْل ََةل‬ َ‫َالْ َم َواضع‬ َ‫عَ َال َمته‬ َ‫أن َْواعَ ْاالع َْراب‬
‫إ‬
‫ان َكَ َميت ََواَن ْمَ َميت ْو ََن‬ َ‫ََا ْ َال ْسَالْم ْف َرد‬
َ‫َالر َجالَقَوام ْإو َنَعَ َىلَالن َساء‬ ‫إ‬ َ‫َمجْعَالت ْكسري‬ ‫إ‬
َ‫ا َذاَ َجا َء كَ َالْمؤْ منَات‬ َ‫َمجْعَالْم َؤنثَالسالم‬ َ‫َالضمة‬
‫إ‬ ْ ‫ي‬ َ ْ ْ َ
َ‫يلَالمضَ ارعَاذل ْىَل ْمَ َتَصلَبأخرهَ نَ ْرفَعَد ََر َجاتَ َم ْ َنَيَ أء‬ ‫الف ْع‬
َ ْ ‫َش‬
َ‫َالرفْع‬

‫َوي َ ْو َمئذَي َ ْف َرحَالْمؤْ من ْو ََن‬ َ‫َمجْعَالْم َذكرَالسالم‬


َ‫َالْ َواو‬
‫ب‬ َ
‫ي ْوس ََواخ ْوهَا َحبَاىلَا يْنَا‬ َ َ َ ‫ل‬ َ‫ََا ْ َل ْ ََمْساءَالْ َخ ْم َسة‬
َ‫ه ََذانَخ َْص َمان‬ َََ‫ََا ْ َال ْسَاملث‬ َ ‫ََا ْ َلل‬
ْ
َ‫نونَابل َغ ْيب‬ َ ‫اذل ْي َ َيؤْ م‬ َ ْ
َ‫َا َلف َعالَال َخ ْم َسة‬ ْ ‫إ‬ ْ َ َ‫ثب ْوتَالن ْون‬
‫َوالَتَن َسَن َص ْي َب َكَم َ َادلنْ َيا‬ ْ َ ْ
َ‫َا َالسَالم ْف َرد‬ ْ ْ َ
‫إ‬
َ
َ‫َوعَدَ كَهللاَ َمغَاِنََكث ْ َرية‬ َ‫َمجْعَالت ْكسري‬ َ‫َالْ َف ْت َحة‬
َ‫َالن ْصب‬

َ‫ه‬‫ر‬ ‫خ‬ ‫أ‬ ‫ب‬ ََ


‫ل‬ْ ‫ص‬ ‫ت‬
َ ‫ي‬ َ‫َي‬
َ ْ ْ ‫م‬َ ‫ل‬ َ‫ى‬ ‫َاذل‬ ‫ع‬ ‫ار‬ َ‫ض‬ ‫م‬ ْ ‫ل‬ ‫َا‬‫ل‬ ‫ع‬ ْ ‫ف‬ ْ ‫ل‬ ‫ا‬ َ
‫لَ ْ َيَنَا َلَهللاَلحومهَا‬
َ ْ ‫َش‬
‫ي‬
‫‪22 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah‬‬
‫ََا َْلمْل َةلَ‬ ‫َالْ َم َواضعَ‬ ‫عَ َال َمتهَ‬ ‫أن َْواعَ ْاالع َْرابَ‬
‫إ‬
‫َم َااك َنَم َحمدَ َا َابَ َا َحدَم ْ َر َجال َْك‬ ‫ََا ْ َل ْ ََمْساءَالْ َخ ْم َسةَ‬ ‫ََا ْ َلل َ‬
‫َو ْاج َعلْنَاَم ْسل َم ْني َ ََ‬
‫َكل‬ ‫ََا َال ْسَاملثَََ‬ ‫ْ‬
‫إ‬ ‫َالْي َاءَ‬
‫فَضلََهللاَالْم َجاهد ْي ََ‬ ‫َمجْعَالْم َذكرَالسالمَ‬
‫َخلَ َقَهللاَالس َمواتَ‬ ‫مجعَاملؤنثَالسا م‬ ‫ْسةَ‬‫ْال َك ْ َ‬
‫َو َا ْنَتَص ْوم ْواَخ َْريَلَ َكْ‬ ‫ََا ْ َلفْ َعالَالْ َخ ْم َسةَ‬ ‫َح ْذفَالن ْونَ‬
‫للـهَ َماَيفَالس َمواتَ‬ ‫ََا ْ َال ْسَالْم ْف َردَالْم ْن َصفَ‬
‫إ‬
‫َ‬
‫للر َجالَن َصيْبَمماَك َس ب ْوا‬ ‫َمجْعَالت ْكس ْريَالْم ْن َصفَ‬ ‫ْسةَ‬‫ََاَْل َك ْ َ‬
‫َوق ْلَللْمؤْ منَاتَيَغْضضْ َ َم ْ َابْ َصاره َ‬
‫َ‬ ‫َمجْعَالْم َؤنثَالسالمَ‬
‫َحتَ َابْلغََ َم ْج َم َعَالْ َب ْح َرْي َ‬ ‫ََا ْ َال ْسَاملثَََ‬

‫َالْ َجرَ‬
‫إ‬
‫َوق ْلَللْمؤْ من ْ َنيَيَغضواَم ْ َابْ َصار َْمه‬
‫َ‬ ‫َمجْعَالْم َذكرَالسالمَ‬ ‫ََاَلْي َاءَ‬
‫ا ْرجع ْواَا َىلَ َاب ْي َْك‬ ‫ََا ْ َل ْ ََمْساءَالْ َخ ْم َسةَ‬
‫فَ َحي ْواَبأ ْح َس َ َمهنْ َا‬ ‫ََا ْ َال ْسَاذل ْيَ َالَي َ ْن َصفَ‬ ‫َالْ َف ْت َحةَ‬
‫إ‬
‫لَ ْمَي َ ْدل ََول َ ْمَي ْو َ َْدل‬ ‫َالْف ْعلَالْمضَ ارعَالصح ْيحَ ْالخرَ‬ ‫َالسك ْونَ‬
‫َو َم ْ َيَدْ عَ َم َعَهللاَالَهاَ َاخ ََرَ َالَب ْره ََان ََهلَ‬ ‫َح ْذفَ َح ْرفَالْعةلَ َالْف ْعلَالْمضَ ارعَالْم ْع َتلَالخرَ‬

‫َالْ َج ْزَم‬
‫َال ََتَاىف ََو َال ََت َْزِنَ‬ ‫ََا ْ َلفْ َعالَالْ َخ ْم َسةَ‬ ‫َح ْذفَالن ْونَ‬
‫) َالتدْ ريْ َباتَ( ‪E. Latihan‬‬ ‫َ‬
‫‪Setelah mengikuti pembelajaran mulai dari materi bacaan hingga‬‬
‫‪kaidah nahwiyah sebelumnya, peserta didik diharapkan mampu‬‬
‫‪membaca, menterjemah, memahami dan menuliskan kembali materi‬‬
‫‪bacaan tersebut dengan dipandu oleh pembimbing. Selain itu, setiap‬‬
‫‪kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik harap dikonsultasikan‬‬
‫‪kepada pembimbing sebagai bentuk manifestasi dari adanya penguasaan‬‬
‫‪peserta didik terhadap materi yang telah disajikan melalui berbagai‬‬
‫‪metode pembelajaran. Misalnya, praktek, diskusi, dll.‬‬
‫‪Ainul Yaqin, M.A.| 23‬‬
‫‪MEMILIH ILMU, GURU DAN TEMAN‬‬
‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءةَ( ‪A. Materi Bacaan‬‬
‫!‪Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah‬‬
‫يفَاختيارَالعملَوالس تاذَوالرشيك َ‬
‫وينبغىَلاالبَالعملَأنَخيتارَم َلكَعملَأحس نه‪َ،‬وماَحيتاجَاليهَيفَأمرَدينهَ‬
‫يفَاحلال‪َ،‬مثَماَحيتاجَاليهَيفَاملأل‪َ.‬ويقدمَعملَالتوحيدَواملعرفةَويعرفَهللاَتعاىلَ‬
‫ابدلليل‪َ،‬فانَاميانَاملقدلَوانَاكنَحصيحاَعندانَلك َيكونَأمثاَبرت كَاالس تدالل‪َ .‬‬
‫وخيتارَالعتيقَدونَاحملداثت‪َ،‬قالوا‪َ:‬عليكَابلعتيقَواَّيكَابحملداثت‪َ،‬واَّي كَأنَ‬
‫تي تغلَهبذاَاجلدالَاذلىَظهرَبعدَانقراضَالاكبرَم َالعلامء‪َ،‬فانهَيبعدَع َ‬
‫الفقهَويضيعَالعمرَويورثَالوحيةَوالعداوة‪َ،‬وهوَم َأرشاطَالساعة َوارتفاعَ‬
‫العملَوالفقه‪،‬كذاَوردَيفَاحلديث‪َ .‬‬
‫أماَاختيارَالس تاذ‪َ ،‬فينبغىَأنَخيتارَالعملَوالَورعَوالس ‪َ،‬كامَاختارَأبوَ‬
‫حنيفةَرمحةَهللاَعليه َحامدَب َسلامين‪َ،‬بعدَالتأملَوالتفكري‪َ،‬قال‪َ :‬وجدتهَش يخاَ‬
‫وقوراَحلاميَصبوراَيفَالمور‪َ .‬‬
‫وأماَاختيارَالرشيك‪َ،‬فينبغىَأنَخيتارَاجملدَوالوراعَوصاحبَالابعَاملس تقيَ‬
‫املتفهم‪َ،‬ويفرَم َالكسالنَواملعالَواملكلارَواملفسدَوالفتان‪.‬‬
‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَاتَ( ‪B. Arti Kosa Kata Materi‬‬
‫‪Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata‬‬
‫‪yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:‬‬
‫‪Indikasi/ciri‬‬ ‫‪:‬‬ ‫رشاطَ‬ ‫أَ ْ ََ‬ ‫‪Memilih‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََْخيََت ََار‬
‫‪Paling tua‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َال ََس َ‬ ‫ْ‬ ‫‪Memerlukan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََْحيََتاجَ‬
‫‪Menemukannya :‬‬ ‫ََو ََجدَْتَهَ‬ ‫‪Masa depan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫اَلْ ََمأ ََل‬
‫‪Sopan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََوقَ َْورَا‬ ‫‪Mendahulukan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫يَََقدَمَ‬
‫‪Penyabar‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََصبَ َْورَا‬ ‫‪Orang yang ikut-‬‬
‫‪:‬‬ ‫اَلْمَََقدلَ‬
‫‪ikutan‬‬
‫‪Teman‬‬ ‫‪:‬‬ ‫الرشَيْكَ‬
‫َ‬ ‫‪Kuno‬‬ ‫‪:‬‬ ‫اَلََْعتََْيقَ‬
‫‪Rajin‬‬ ‫‪:‬‬ ‫اَلْمَجَدَ‬ ‫‪Menyibukkan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َت َ ْيَََتغَ ََل‬
‫‪Provokator‬‬ ‫‪:‬‬ ‫اَلََْفتَانَ‬ ‫‪Perdebatan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫اَلْجَدََالَ‬
24 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي‬
Dan selayaknya bagi peserta didik untuk memilih ilmu yang
terbaik dan ilmu yang diperlukan dalam urusan agamanya seketika itu,
lalu ilmu yang diperlukan di masa depan, dan mendahulukan ilmu
tauhid dan ma’rifat dan mengetahui Allah dengan dalil. (Sebab),
sesungguhnya iman seorang yang ikut-ikutan walaupun sah menurut
kami, namun ia berdosa sebab tidak mecari dalilnya.
Dan hendaknya peserta didik memilih ilmu yang kuno bukan yang
baru. Ulama berkomentar: Diwajibkan bagimu mencari ilmu yang kuno
dan hindarilah ilmu yang baru. Dan hindarilah dari menyibukkan dengan
perdebatan yang tampak seusai hilangnya para pembesar ulama. Sebab
perdebatan bisa menjauhkan dari pemahaman, menyia-nyia umur,
mendorong kegelisahan dan permusuhan, dan termasuk dari ciri-ciri
kiamat, lenyapnya ilmu dan pemahaman sebagaimana hal ini dijelaskan
dalam hadits.
Adapun (dalam) memilih guru, maka selayaknya peserta didik
memilih (guru) yang paling alim, paling waspada dan paling tua,
sebagaimana Abu Hanifah Ra., memilih Hammad bin Sulaiman setelah
beliau merenung dan berfikir, lalu beliau berkata: Aku menemukannya
dalam kondisi tua, sopan, maha penyantun dan penyabar dalam berbagai
urusan.
Sedangkan (dalam) memilih teman, maka selayaknya peserta didik
memilih (teman) yang rajin, waspada, dan berwatak jujur dan cepat
memahami masalah, dan menghindari (teman) yang pemalas,
penganggur, banyak bicara, perusak dan provokator.
َ
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dijelaskan berikut ini adalah
tentang pembagian 7 isim-isim yang dibaca rofa’. Namun dalam kaidah
nahwiyah terkait materi bacaan di atas hanya akan dibahas 2 macam
saja, meliputi fa’il dan naibul fa’il. Dan untuk pembahasan 5 macam
sisanya akan dibahas pada bahasan berikutnya. Perhatikan secara
seksama, 7 isim-isim yang dibaca rofa’ dalam tabel berikut ini:
Ainul Yaqin, M.A.| 25

َ‫َم ْرف ْوعَاتَ ْال ْ ََمْساء‬


(Isim-isim yang Dibaca Rofa’)

َْ‫فَاعل‬ َْ‫انَ ئبَالْفَاعل‬ َ‫م ْب َتدَ ْأ‬ َ‫َتَ ب ْعَللْ َم ْرف ْوع‬ َْ َ ‫خ‬
‫َرب‬ ‫س ََاك َن ََوأخ ََواُتَا‬
ْ ‫ا‬ ‫خ َ َْربَان ََو َاخ ََواُتَا‬
(2.Pengganti (7. Isim yg Ikut (5. Isim Kana & (6. Khobar Inna
(1. Subjek) Subjek) (3. Kata Depan) (4. Keterangan)
Dibaca Rofa’) Saudaranya) & Saudaranya)

َْ‫ن َ َعت‬ َ ْ ‫ع ََا‬ َْ‫ت َْوكيد‬ َ‫بَدَ ْل‬


(Sifat) (Penghubung) (Penguat) (Pengganti)

Dari sajian tabel di atas dapat dipahami bahwa isim-isim yang dibaca
rofa’ ada 7 macam: 1). Fa’il; 2). Naibul fa’il; 3). Mubtada’; 4). Khobar;
5). Isim-nya kana dan saudaranya; 6). Isim-nya inna dan saudaranya; dan
7). Isim-isim yang ikut dibaca rofa’, meliputi: a). Na’at (kata sifat); b).
‘Athaf; c). Taukid dan d). Badal. Namun bahasan kali ini hanya fokus
pada fa’il dan naibul fail, seperti dalam deskripsi berikut.
Pertama, definisi fa’il dan pembagiannya. Fa’il adalah subjek
(pelaku) suatu pekerjaan yang wajib dibaca rofa’. Fa’il dibagi menjadi 2
macam, lihat tabel berikut:
َْ‫فَاعل‬
(Subjek/Pelaku)

)َ‫َصت‬ َ ‫س‬
ْ َ ‫ََض ْريَ(ن‬ ْ ‫فَاعلْ َا‬ َ َ ‫س ََظاه ْرَ(ن‬
)َ‫َص ََزيْد‬ ْ ‫فَاعلْ َا‬
(Subjek Kata Benda Tidak
(Subjek Kata Benda Tertulis)
Tertulis/Kata Ganti)

Kriteria untuk menjadi fa’il ada 4 hal: 1). Harus berupa kata benda
(isim), baik isim zhahir maupun isim dhomir, 2). Harus dibaca rofa’, 3).
Harus berada sesudah kata kerja (fi’il) dan 4). Penerjemahannya dibaca
dahulu.
Fa’il isim zhahir adalah kata benda yang menunjukkan subjek
sebuah nama secara jelas, seperti َ‫زيْد‬.َ Sedangkan fa’il isim dhomir adalah
kata benda yang menunjukkan subjek orang yang berbicara
(mutakallim), subjek orang yang diajak bicara (mukhothob) dan subjek
orang yang tidak diajak bicara (ghaib), seperti َ‫( َانْص‬saya sedang/akan
membantu), َ‫( تَ ْنص‬kamu sedang/akan membantu), َ‫( ي َ ْنص‬dia sedang/akan
membantu).
26 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
Kedua, definisi naibul fa’il dan pembagiannya. Naibul Fa’il adalah
pengganti subjek (subjek yang tidak diketahui) yang dibaca rofa’. Naibul
fa’il dibagi menjadi 2 macam, lihat tabel berikut:
َْ‫انَ ئبَالْفَاعل‬
(Pengganti Subjek/ Pelaku)

َ ‫س‬
َ‫ََض ْري‬ ْ ‫انَ ئبَالْفَاعلْ َا‬ ْ ‫انَ ئبَالْفَاعلْ َا‬
َ‫س ََظاه ْر‬
(Pengganti Subjek Kata Benda Tidak Tertulis/Kata (Pengganti Subjek Kata Benda Tertulis)
Ganti)

Adapun cara untuk membuat naibul fa’il dari fi’il madhi (kata kerja
masa lampau), yaitu dengan mendhommahkan huruf yang pertama dan
mengkasrohkan huruf sebelum terakhir dengan tanda mabni fathah pada
huruf terakhir, seperti ‫َص‬ ََ َ ‫( ن‬telah menolong) menjadi ‫ص‬ ََ ‫( ن‬telah
ditolong).
Sedangkan cara untuk membuat naibul fa’il dari fi’il mudhari’ (kata
kerja masa sekarang/akan datang), yaitu dengan mendhommahkan
huruf yang pertama dan memfathahkan huruf sebelum terakhir dengan
tanda dhommah pada huruf terakhir apabila tidak dimasuki amil nashob
dan amil jazm, seperti َ‫( ي َ ْنص‬dia sedang/akan menolong) menjadi ‫ص‬ َ َ ‫ي ْن‬
(dia sedang/akan ditolong). Namun apabila dimasuki amil nashob, maka
menggunakan tanda fathah pada huruf terakhir, seperti ‫ص‬ َ َ ‫( ي ْن‬dia
sedang/akan ditolong) menjadi ‫ص‬ ََ َ ‫( لَ ْ َي ْن‬dia tidak akan ditolong). Dan
apabila dimasuki amil jazm, maka menggunakan tanda sukun pada huruf
terakhir, seperti ‫ص‬
َ َ ‫( ي ْن‬dia sedang/akan ditolong) menjadi ‫ص‬ َْ َ ‫( ل َ ْم َي ْن‬dia
tidak akan ditolong).
َ
E. Latihan (َ‫) َالتدْ ريْ َبات‬
Setelah mengikuti pembelajaran mulai dari materi bacaan hingga
kaidah nahwiyah sebelumnya, peserta didik diharapkan mampu
membaca, menterjemah, memahami dan menuliskan kembali materi
bacaan tersebut dengan dipandu oleh pembimbing, sehingga peserta
didik bisa mengusai materi secara utuh.
‫‪Ainul Yaqin, M.A.| 27‬‬
‫‪MEMULIAKAN ILMU DAN PEMILIKNYA‬‬
‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءةَ( ‪A. Materi Bacaan‬‬
‫!‪Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah‬‬
‫يفَتعظيَالعملَوأههل َ‬
‫اعملَأنَطالبَالعملَالينالَالعملَوالينتفعَبهَاالَبتعظيَالعملَوأههل‪َ،‬وتعظيَ‬
‫الس تاذَوتوقريه‪َ .‬قيل‪َ :‬ماوصلَم َوصلَاالَابحلرمة‪َ،‬وماسق َم َسق َاالَ‬
‫برت كَاحلرمة‪َ َ.‬وم َتعظيَالعملَتعظيَالس تاذ‪َ،‬لق َولَعيلَرضَهللاَعنه‪َ:‬أانَعبدَ‬
‫م َعلمنَحرفاَواحدا‪َ،‬انَشاءَابع‪َ،‬وانَشاءَاسرتق‪َ.‬وقدَأنيدتَيفَذكل‪َ :‬‬
‫رأيتَأحقَاحلقَحقَاملعـــــمل ‪ ::‬وأوجـبهَحفظاَعىلَلكَمســـــمل‬
‫لقدَحقَأنَهيدىَاليهَكـــرامة َ ‪ ::‬لتعـــــليَحرفَواحدَأل َدرمه َ‬
‫فانَم َعلمكَحرفاَواحداَمماََتتاجَاليهَيف َادلي َفهوَأبو كَيف َادلي ‪َ .‬وم َ‬
‫توقريَاملعملَأنَالميَشَأمامه‪َ،‬والَجيلسَماكنه‪َ،‬واليبتدئَابللَكمَعندهَاالَابذنه‪َ،‬‬
‫والَيكرثَاللَكمَعنده‪َ،‬والَيسأل َشيئاَعندَماللتهَويراعىَالوقت‪َ،‬والَيدقَ‬
‫البابَبلَيصربَحتَخيرجَالس تاذ‪َ،‬وجيعهلَأسوة‪َ .‬فاحلاصل‪َ:‬أنهَيالبََرضاه‪َ،‬‬
‫وجيتنبَخساه‪َ،‬وميتثلَأمرهَيفَغريَمعصيةَهللَتعاىل‪َ،‬فانهَالَطاعةَللمخلوقَيفَ‬
‫معصيةَاشخالق‪َ .‬وم َتوقريهَتوقريَأوالدهَوم َيتعلقَبه‪َ .‬مف َتأذىَمنهَأس تاذهَ‬
‫حيرمَبركةَالعملَوالَينتفعَابلعملَاالَقليال‪َ َ.‬‬
‫وم َتعظيَالعملَتعظيَالكتاب‪َ َ،‬وأنَالَيأخذَالكتابَاالَباهارة‪َ،‬وأنَجيودَ‬
‫كتابةَالكتابَوالَيقرم ‪َ َ،‬وأن َيعظمَالرشاكء َوم َيتعملَمنه‪َ،‬وأنَيس متعَالعملَ‬
‫واحلْكةَابلتعظيَواحلرمة‪َ،‬وانََمْسعَمسأةلَواحدةَأوَحْكةَواحدةَأل َمرة‪َ َ،‬وأنَ‬
‫الخيتارَنوعَالعملَبنفسه‪َ،‬بلَيفوضَأمرهَاىلَالس تاذ‪َ،‬فانَالس تاذَقدَحصلَهلَ‬
‫التجارب َيف َذكل‪َ ،‬فاكن َأعرف َمبا َينبغي َللك َواحد َوما َيليق َبابيعته‪َ ،‬وأنَ‬
‫الجيلسَقريباَم َالس تاذَعندَالس بقَبغريَرضورة‪َ،‬بلَينبغي َأنَيكونَبينهَ‬
‫وبنيَالس تاذَقدرَالقوسَفانهَأقربَاىلَالتعظي‪َ َ،‬وأنَحيرتزَع َالخالقَاذلمميةَ‬
‫خصوصاَع َالتكرب‪َ،‬ومعَالتكربَالَحيصلَالعمل‪.‬‬
28 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
B. Arti Kosa Kata Materi (َ‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَات‬
Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata
yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:
Percobaan : َ‫التَ ََج َارب‬ Tidak mendapat : َ‫ََالَي َنََال‬
Dengan Tidak mengambil
penghormatan
: َ‫ابََلْحََْرََمة‬ manfaat
: َ‫ََالَي ََن ََْتفَع‬
Dengan
wataknya
: ‫بَ ََابََْي ََعتَ َه‬ Tidak sampai : َ‫ََم ََاو ََص َل‬
Kesimpulannya : َ‫َفَاَلْ ََحاصَل‬ Dihadiahkan : ‫َْهيدََى‬
Busur : َ‫اَلََْق َْوس‬ Tidak memulai : َ‫ََالَي َبَْتََدَئ‬
Lebih dekat : َ‫أََْق ََرب‬ Murkanya : َ‫خس ََاه‬
َْ
Satu huruf : ‫اَواحَدَا‬ ََ َ‫ََحَْرف‬ Berkaitan : َ‫َي َََت ََعلَق‬
Tercela : َ‫اذلَمََْي ََمة‬ Memasrahkan : َ‫يَََف َوض‬
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي‬
Ketahuilah! Bahwa peserta didik tidak bisa mendapatkan ilmu dan
mengambil manfaatnya kecuali dengan memuliakan dan menghormati
ilmu, pemiliknya dan gurunya. Pernah dikatakan: Tidak akan sampai
(sukses) orang yang telah sukses kecuali dengan penghormatan dan tidak akan
gugur (gagal) orang yang telah gagal kecuali sebab meninggalkan
penghormatan. Dan (termasuk sebagian) dari memuliakan ilmu adalah
memuliakan guru. Karena Ali Ra., berkata: Aku adalah hamba sahaya
orang telah mengajariku satu huruf. Jika beliau mau, maka beliau boleh
menjual(ku), jika beliau mau, maka aku tetap menjadi hamba sahayanya.
Dalam hal itu, aku (pengarang) pernah menembangkan sebuah syair:
Aku melihat paling berhaknya terhadap suatu hak adalah hak seorang guru
dan paling wajib memliharanya atas setiap muslim. Niscaya penghormatan
seribu dirham (uang perak) sungguh berhak untuk dihadiahkan kepadanya
untuk mengajar (ilmu) perhurufnya. Sebab sesungguhnya orang yang telah
mengajarimu satu huruf dari ilmu yang kau butuhkan dalam masalah
agama, maka beliau adalah Bapakmu dalam agama. Dan termasuk dari
memuliakan guru hendaknya peserta didik tidak berjalan di
hadapannya, tidak menduduki tempat duduknya, tidak memulai
berbicara di sisinya tanpa seizin beliau, tidak banyak bicara di sisinya,
tidak bertanya saat beliau capek dan mencari waktu yang lain, dan
tidak mengetuk pintu namun ia harus bersabar hingga sang guru keluar
Ainul Yaqin, M.A.| 29
terlebih dahuhu, dan menjadikannya sebagai teladan. Kesimpulannya,
bahwa peserta didik hendaknya mengharap ridha, menjauhi murka dan
melaksanakan perintah beliau selama tidak durhaka kepada Allah.
Sebab tiada ketaatan kepada makhluk dalam kedurhakan kepada Sang
Khaliq. Dan termasuk (juga) dari memuliakan guru adalah memuliakan
keturunan dan orang yang berhubungan dengan beliau. Sebab
seseorang yang menyakiti gurunya, maka dapat menghalangi
keberkahan dan kemanfaatan ilmunya kecuali hanya sedikit.
Dan termasuk dari memuliakan ilmu adalah memulikan buku,
tidak menyentuhnya kecuali dalam kondisi suci (berwudhu),
memperindah dan tidak memperkecil tulisannya, memuliakan teman-
temannya dan orang yang mengajarinya ilmu, mendengarkan ilmu dan
hikmah dengan (penuh) pemuliaan dan penghormatan walaupun ia
telah mendengarkannya seribu kali dalam satu persoalan ilmu, tidak
memilih sendiri jenis ilmu yang akan dipelajarinya, tetapi ia harus
pasrah sepenuhnya kepada sang guru. Sebab guru telah mencoba ilmu
itu terlebih dahulu, sehingga beliau lebih mengetahui kebutuhan setiap
individu (peserta didik) dan ilmu yang sesuai dengan wataknya, tidak
duduk berdekatan dengan sang guru kecuali dalam kondisi darurat,
dan selayaknya antara tempat ia duduk dan gurunya ada jarak seukuran
busur (panah), sebab hal itu lebih mendekati terhadap pemuliaan sang
guru, dan hendaknya ia menjaga dari etika tercela utamanya dari sifat
sombong. Sebab peraihan ilmu tidak mungkin disertai dengan
kesombongan.
َ
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dijelaskan berikut ini adalah
lanjutan dari isim-isim yang dibaca rofa’, meliputi mubtada’, khobar dan
amil nawasikh, sebagaimana deskripsi berikut.
Pertama, definisi mubtada’ dan pembagiannya. Mubtada’ adalah
kata benda yang posisinya berada di depan kalimat (kata), seperti َ‫زيْدَقَاِئ‬.َ
Mubtada’ ada 2 macam, perhatikan dengan seksama sajian tabel berikut
ini:
30 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
‫م ْب َتدَ َْأ‬
(Kata Depan)

َ ‫س‬
)َ‫ََض ْريَ(أانَ َقَاِئ‬ ْ ‫م ْب َتدَ أَْا‬ )َ‫س ََظاه ْرَ( َزيْدَقَاِئ‬
ْ ‫م ْب َتدَ أَْا‬
(Kata Depan Tidak Tertulis/Kata Ganti) (Kata Depan Tertulis)

Kedua, definisi khobar dan pembagiannya. Khobar adalah kata


keterangan yang biasanya berada setelah mubtada’ (kata depan).
Perhatikan tabel pembagian macam-macam khobar berikut ini:

َْ‫خ ََرب‬
(Keterangan)

َ‫غَ ْريَم ْف َر ْد‬ َ‫م ْف َر ْد‬


(Keterangan Tidak (Keterangan
Tunggal) Tunggal)

َ‫مج َ ْْةل‬ ‫ش ْبهَالْج ْم ََْةل‬


(Menyerupai
(Jumlah)
Jumlah)

َ‫مج َ ْْةلَا َْمْسي ْة‬ ‫مج َ ْْةلَف ْعلي َْة‬ َ‫َظ َر ْف‬ َ‫َج ْارَ َم ْجر ْو ْر‬
(Susunan Mubtada’ (Susunan Kata Kerja (Keterangan (Amil/Faktor yang
dan Khobar) dan Subjek) Tempat dan Waktu) meng-jar-kan dan
di-jark-kan)

Dari sajian tabel khobar di atas, dapatlah dicontohkan sebagai


berikut:
1). Contoh khobar mufrod: َ‫( َزيْدَقَاِئ‬Zaid adalah orang yang berdiri);
2). Contoh khobar ghairu mufrod yang terdiri dari jar majrur: ِ َ‫يف َالْ َمدْ َر َسة ََزيْد‬
(di sekolah ada Zaid);
3). Contoh khobar ghairu mufrod yang terdiri dari dharof: َ‫( َا َما َم َالْ َمدْ َر َسة َزيْد‬di
depan sekolah ada Zaid);
4). Contoh khobar ghairu mufrod yang terdiri dari jumlah fi’liyah: َ‫َزيْدَقَا َمَأب ْوه‬
(Zaid adalah berdiri bapaknya);
5). Contoh khobar ghairu mufrod yang terdiri dari jumlah ismiyah: َ‫َزيْدَ َج َسده‬
َ‫( قَوي‬Zaid adalah badannya kuat).
Ainul Yaqin, M.A.| 31
Ketiga, amil nawasikh (faktor perusak) mubtada’ dan Khobar. Amil
nawasikh adalah faktor yang merusak dan merubah hukum rofa’ pada
mubtada’ dan khobar, ada 3, yaitu Kana, Inna dan Zdanna, sebagaimana
penjelasan berikut:
ْ ‫عَاملْ َن ََو‬
َ‫اس‬
(Faktor Perusak)

‫َظ ََوأخ ََو َاُتا‬ ‫ان ََوأخ ََواُتَا‬ ‫َاك َن ََوأخ ََو َاُتا‬
(Zdanna dan (Kana dan
(Inna dan Saudaranya)
Saudaranya) Saudaranya)
Dari table amil nawasikh di atas, dapat dirinci uraian berikut ini:
‫َخ َواتُ َها‬
َ ‫َن َوأ‬ َّ ‫ظ‬ ‫َخ َواتُ َها‬
َ ‫إن َوأ‬َّ ‫َخ َواتُ َها‬
َ ‫َكا َن َوأ‬
ِ
ِ ‫اِم ْف ُع ْوالَنِ ََلَا‬ ِ ْ ‫بِاْ ِإل ْس َم َِوتَ ْرفَ ُع‬ ِ
َ ‫ِعلَىِأَن َُّه َم‬ َ ‫اْلَبَ َر‬
ْ ‫َِو‬
َ ‫بِال ُْمْبتَ َدأ‬
ُ ‫تَْنص‬ ِ ‫ِاْلَبَ َِر‬ ُ ‫تَْنص‬ ِ
Menashobkan mubtada’ dan Menashobkan isim
ِ ‫ِاْلَبَ َِر‬
ْ ‫ب‬ ُ ‫تَ ْرفَ ُعِاْ ِإل ْس َم َِوتَْنص‬
khobar sebagai 2 objek dan merofa’kan Merofa’kan isim dan
(maf’ul)-nya Khobar menashobkan khobar
ً‫ِعالِمِا‬ َ ً‫ُِمَ َّمدا‬
ُ‫ت‬ ُ ‫ظَنَ ْن‬ ِ‫ِعلِْيمِ َغ ُف ْور‬ َ َ‫إِنَِّالل‬ ً‫ُِمتَ ِهدِا‬ ِ
ُْ ‫َكا َنِطَالب‬
ً‫ِخالِداًِاُ ْستَاذِا‬ َ ُ ‫َحسْب‬
‫ت‬ ِ ِ
ِ‫ِصالح‬ َّ ‫إِ ْعلَ ْمِأَن‬
َ ‫َِّالر ُج َل‬ ً‫ِماهرِا‬ ِ ِ
َ ‫ص َارِالتِّ ْلمْي ُذ‬ َ
ً‫اضرِا‬ ِ ‫ِخ ْلتِاُستَاذاًِح‬ ‫تِبَكْرِ َغنِيًِّا‬ ‫ِص ِحْي ًحا‬
َ ْ ُ َ ‫لَْي‬ َ ‫ىُِمَ َّمد‬ ُ ‫اَْم َس‬
ً‫تِبَ ْكراًِنَائِمِا‬ ِ َِ ْ ‫اج ِح‬ ِ َ‫اَصبحِالْمسلِمو َنِن‬
ُ ْ‫َرأَي‬ ‫لَ َع َّلِاللَِفَاِتاًِقُلُ ْوبَنَا‬ ‫ي‬ ْ ُ ْ ُ َ َْ
‫ِص ِادقًِا‬ ‫د‬ ‫ْح‬ ‫ا‬ِ ‫زعمت‬ ِ‫َسد‬ ِ
َ َ َْ َ ُ َ ‫َِّزيْداًِأ‬
َ ‫َكأَن‬ ً‫ِمكْرمِا‬ ُ ُ‫َض َحىِال َْعاَل‬ ْ‫أ‬
ًِ‫ُِمبُ ْوبَة‬ ِ ‫علِم‬ ِ َ َ‫لَ ِك َّنِاَب‬
َْ ً‫تِهْندا‬ ُ َْ ِ‫ِم َسافر‬ ُ ‫اك‬ ‫ِم ْس َودًّا‬ُ ُ‫ظَ َّل َِو ْج ُهه‬
‫ِمتَ َعلِّ ًما‬ ِ ِ ‫باتِالْمجت ِهدِس‬
ُ ً ّ َ ُ ‫َو َج ْد‬
‫ا‬ ‫ي‬‫ل‬ ‫ِع‬ ‫ت‬ ‫اهًرا‬ َ ُ َْ ُ َ َ
ِ ِ ً‫سِال ُْم ْؤِم ُنِفتَّانِا‬
ً‫ال‬
ِ ‫ِخلْي‬ َ ‫إِ ََّّتَ َذِاللُِإِبَْراهْي َم‬ َ ‫لَْي‬
ً‫ِجديْدِا‬ ِ ِ ‫جع ْلت‬ ً‫ِس ِامعِا‬ ِ
َ ً‫ِم ْسجدا‬ َ ُ ََ َ ُ َ َ ‫َمافَت‬
‫د‬ ‫ْح‬ْ َ‫ا‬ِ ‫ئ‬
ِِ ‫ئِالْ ُق ْر‬
‫آن‬ َ ‫ت َِر ُجالًِقَا ِر‬ ِ ‫ِمتَ َعلِّ ًما‬ ِ ‫مابرِح‬
ُ ‫ََس ْع‬ ُ ‫ِخالد‬ َ ََ
ِ
َِ ْ ‫ِصائم‬
‫ي‬ ِ ِ
َ ْ ُ ْ ‫كِال ُْم‬
‫ن‬
َ ‫و‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬ َّ ‫َماانْ َف‬
‫اِم َاد َام َِر ُجلِقَا ِرئًِا‬ ِّ ِ
َ ً َ َُ ُ ‫َم َاز َالِالتِّ ْلمْي‬
‫م‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫ت‬ ‫ِم‬‫ذ‬
E. Latihan (َ‫) َالتدْ ريْ َبات‬ َ
Setelah mengikuti pembelajaran mulai dari materi bacaan hingga
kaidah nahwiyah sebelumnya, peserta didik diharapkan mampu
membaca, menterjemah, memahami dan menuliskan kembali materi
bacaan tersebut dengan dipandu oleh pembimbing, sehingga peserta
didik bisa mengusai materi secara utuh.
‫‪32 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah‬‬
‫‪KERAJINAN, KONSISTENSI DAN CITA-CITA‬‬
‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءةَ( ‪A. Materi Bacaan‬‬
‫!‪Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah‬‬
‫يفَاجلدَواملواظبةَواهلمة‬
‫مثَالبدَم َاجلدَواملواظبةَواملالزمةَلاالبَالعمل‪َ،‬لقوهلَتعاىل‪َ:‬واذلي َجاهدواَ‬
‫فيناَلهنديهنمَس بلنا‪َ.‬وقيل‪َ:‬بقدرماَتتعََتنال َماَتمتَ‪َ .‬وقيل‪َ:‬حيتاجَيف َالتعملَ‬
‫والتفقهَاىلَجدَثالثة‪َ:‬اَملتعمل‪َ،‬والس تاذ‪َ،‬والب‪َ،‬انَاكنَيف َالحياء‪َ .‬وأنيدتَ‬
‫شعرا‪َ :‬‬
‫متــَنيتَأنَمتـىسَفـقـاهاَمناظـــرا ‪ ::‬بغـــــريَعناءَواجلنونَفنـــــــــــون‬
‫وليسَاكتسابَاملالَدونَميقة َ ‪َ ::‬تمَـــــَلهاَفالعـــــــملَكـي َيكون؟ َ‬
‫والَبدَلاالبَالعملَم َسهرَاللياىل‪َ ،‬وأن َيواظبَعىلَادلرسَوالتكرارَيفَ‬
‫أولَالليلَوأخره‪َ،‬فانَماَبنيَالعيائنيَووقتَالسحرَوقتَمبار ك‪َ.‬كامَقيل‪َ :‬‬
‫‪ ::‬فـمــ َرامَاملـََلــيالَيقـــوم‬ ‫بقـدرَالـكــدَتعــاىَماَتروم‬
‫وأَّيمَالـحــداثـةَفـاغـتـنـمـهــــا َ ‪ ::‬أالَانَالــحــــــداثــةَالتــدوم َ‬
‫فالَبد َلاالبَالعمل َنفسه َم َاهلمةَالعاليةَيف َالعمل‪َ،‬فانَاملرءَياريَهبمتهَ‬
‫اكلاريَياريَجبناحيه‪َ.‬والرك َىفََتصيلَالش ياءَاجلدَواهلمةَالعالية‪َ،‬مف َاكنتَهلَ‬
‫ُهةَعاليةَو مَيك َهلَجد‪َ،‬أوَاكنَهلَجدَو مَتك َهلَُهةَعاليةَالَحيصلَهلَالعملَ‬
‫االَقليال‪َ.‬لقوهلَصىلَهللاَعليهَوسمل‪َ:‬انَهللاَحيبَمعاىلَالمورَويكرهَسفسافها‪َ.‬‬
‫وأنَاليتاكسلَيفَطلبَالعمل‪َ ،‬وقدَيتودلَالكسلَم َكرثةَالبلغمَوالرطوابت‪َ،‬‬
‫وطريقَتقليهل‪َ،‬تقليلَالاعام‪.‬‬
‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَاتَ( ‪B. Arti Kosa Kata Materi‬‬
‫‪Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata‬‬
‫‪yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:‬‬
‫‪Terbang‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َي َاَ ْ َري‬ ‫‪Kamu berharap‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َت َََمنَيَْ ََ‬
‫ت‬
‫‪Cita-cita yang‬‬
‫‪luhur‬‬
‫‪:‬‬ ‫ُهَةََ َعَالَََي َة‬ ‫‪Susah Payah‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََعَنَ َاء‬
‫‪Masa muda‬‬ ‫‪:‬‬ ‫اَلْـ ََحــدََاثَـَةَ‬ ‫‪Masih hidup‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ْ َال َْحَيَاءَ‬
Ainul Yaqin, M.A.| 33
Timbul : ‫َي َتََ ََو َدل‬ Maghrib dan
Isya’
: َ‫اَلَْعيََاَئ َ ْني‬
Rendahnya : ‫ََسَْف ََساَفَهَا‬ Dikatakan : ‫قََْي ََل‬
Dahak/lemak : َ‫اَلََْبَلْغَم‬ Kerajinan dan
konsistensi
: ََ ‫اَلْجَدََ ََواَلْمَ ََو‬
َ‫اظََبة‬
Pakar fiqih yang
Metode : َ‫ََطَرَيْق‬ jenius
: ‫َفَقَـاهَْاَمََنَاظَـ َرا‬
Makanan : َ‫الاَ ََعام‬ Sendiri : َ‫َن ََْفسَه‬
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي‬
Peserta didik semestinya memiliki kerajinan, konsistensi dan
kemantapan (dalam belajar), sebab itu, Allah Swt., berfirman: Dan
orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami, niscaya akan Kami
tunjukkan kepada mereka beberapa jalan Kami. Pernah dikatakan: Sesuai
kadarmu bersusah payah, maka kamu akan meraih sesuatu yang kamu
harapkan. Dikatakan pula: Dalam belajar dan mendalami (ilmu) diperlukan
keseriusan (kerajinan) 3 unsur, (yakni), peserta didik, guru dan orang tua jika
beliau masih hidup. Dan Aku pun menembangkan sebuah syair: Kamu
berharap menjadi pakar fiqih yang jenius tanpa susah payah, sungguh
kegilaan itu bermacam-macam. Harta tidak bisa diraih dengan tanpa susah
payah yang harus dipikulnya, lantas bagaimana ilmu itu bisa diraih?
Peserta didik semestinya pula begadang di saat malam, dan
hendaknya memiliki konsistensi dalam belajar dan mengulanginya di
awal dan akhir malam, sesungguhnya di antara maghrib dan isya’ dan
saat sahur adalah saat yang diberkahi, sebagaimana pernah dikatakan:
Sesuai kadarmu bersusah payah akan diberikan sesuatu yang kamu harapkan,
barang siapa yang mengharapkan suatu cita-cita, maka bangunlah saat
malam. Dan ambillah keuntungan di hari-hari masa mudamu, ingatlah!
Masa muda (mu) tidaklah kekal.
Sebab itu, sudah semestinya peserta didik itu sendiri memiliki cita-
cita yang luhur dalam bekerja. Sesungguhnya seseorang itu akan
terbang (tinggi) dengan cita-citanya ibarat burung yang terbang dengan
kedua sayapnya. Adapun rukun dalam meraih sesuatu ialah kerajinan
dan cita-cita yang tinggi. Sebab, barang siapa yang memiliki cita-cita
yang tinggi, tetapi ia tidak memiliki kerajinan atau memiliki kerajinan,
tetapi ia tidak memiliki cita-cita yang tinggi, maka ia tidak akan bisa
meraih ilmu kecuali hanya sedikit. Sebab itu, Rasulullah Saw.,
34 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
bersabda: Sesungguhnya Allah mencintai tingginya persoalan dan membenci
rendahnya persoalan. Dan hendaknya peserta didik tidak bermalas-
malasan dalam belajar, (dimana) kemalasan itu timbul sebab banyaknya
lemak dan cairan, sedangkan metode meminimalisirnya ialah dengan
meminimalisir makanan.
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬ َ
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dijelaskan berikut ini adalah
lanjutan dari isim-isim yang dibaca rofa’, yakni 4 macam isim-isim yang
mengikuti isim yang dibaca rofa’ meliputi: na’at (kata sifat), athaf (kata
penghubung), taukid (kata penguat), dan badal (kata pengganti) serta
pembagiannya masing-masing, sebagaimana dalam tabel berikut:
َ‫َتَ ب ْعَللْ َم ْرفو ْع‬
(Isim yang ikut isim yang dirofa’kan)

َ‫بَدَ ْل‬ َْ‫ت َْوكيد‬ َ ْ ‫ع ََا‬ َْ‫ن َ َعت‬


(Kata Pengganti) (Kata Penguat) (Kata Penghubung) (Kata Sifat)

َ ْ‫بَدَ لَالْلكَم َ َال‬


‫لك‬ َ‫بَدَ لَالْ َب ْعضَم َ َالْلك‬ َ‫لَ ْفظ ْي‬ َ‫ب َ َي ْان‬ َ‫َحق ْيق ْي‬

َ‫بَدَ لَ ْاال ْش ت َم ْال‬ ْ َ‫بَدَ لَالْ َغل‬ َ‫َم ْعنَو ْي‬ َْ‫ن َ َسق‬ َ‫َسبَ ْب‬

Pertama, definisi na’at (kata sifat) dan pembagiannya. Na’at (Kata


Sifat) adalah kata sifat yang hukum i’robnya mengikuti pada kata yang
disifati (man’utnya), baik rofa’, nashob, maupun jar-nya, seperti َ ‫َجا َء ََزيْد‬ َ
َ‫( الْ َعالم‬telah datang Zaid yang alim). Na’at (Kata Sifat) ada 2 macam,
yaitu:
1). Na’at Haqiqi, yaitu na’at yang merofa’kan dhomir (kata ganti) yang
tersimpan yang kembali pada man’utnya (kata yang disifati). Na’at
haqiqi ini harus sesuai dengan man’ut-nya dalam 4 perkara dari 10
perkara, antara lain:
a. 1). Mengikuti i’robnya man’ut: (1). Rofa’; (2). Nashob; (3). Jar,
seperti contoh ini َ‫ َجا َء ََزيْدَ َالْ َعالم‬, ‫رأيْت ََزيْداَ َالْ َعال ََم‬,َ َ‫; َم َر ْرتَب َزيْدَ َالْ َعالم‬
b. 2). Mengikuti khusus dan umumnya man’ut: (4). Ma’rifat; (5).
Nakiroh, seperti َ‫ِ َج َاء ََزيْدَالْ َعالم‬dan َ‫; َج َاءَ َرجلَعَالم‬
Ainul Yaqin, M.A.| 35
c. 3). Mengikuti tunggal, ganda dan jamaknya man’ut: (6). Mufrod;
(7). Tatsniyah; (8). Jamak, seperti َ‫ َجا َء ََزيْد َالْ َعالم‬dan َ‫ َجا َء َالزيْدَ ان َالْ َعال َمان‬dan
‫; َجا َءَالزيْد ْو َنَالْ َعالم ْو ََن‬
d. 4). Mengikuti laki-laki dan perempuannya man’ut: (9).
Muzdakkar; (10). Muannats, seperti َ‫ َجا َء ََزيْدَالْ َعالم‬dan َ‫ َجائَتَالْفَاط َمةَالْ َعال َمة‬.
2). Na’at Sababi, yaitu na’at yang merofa’kan isim zdahir (kata benda
tertulis) dan memiliki dhomir (kata ganti) yang kembali pada man’ut-
nya. Na’at sababi ini harus sesuai dengan man’ut-nya dalam 2
perkara dari 5 perkara, antara lain:
a. 1). Mengikuti i’robnya man’ut: (1). Rofa’; (2). Nashob; (3). Jar,
seperti contohَ‫ َجا َء ََزيْدَ َالْ َعالمَ َاب ْوه‬, َ‫رأيْت ََزيْداَ َالْ َعال َمَ َاب ْوه‬,َ َ‫; َم َر ْرتَب َزيْدَ َالْ َعالمَ َاب ْوه‬
b. 2). Mengikuti khusus (ma’rifat) dan umumnya (nakiroh)-nya
man’ut: (4). Ma’rifat; (5). Nakiroh, seperti contoh َ ‫ِ َجا َء ََزيْد َالْ َعالم َ َاب ْوه‬
dan َ‫ َجا َء ََرجلَعَالمَ َاب ْوه‬.
Kedua, definisi athaf (kata penghubung) dan pembagiannya. Athaf
adalah kata penghubung yang hukum i’robnya mengikuti pada kata
yang dihubungkan (ma’thuf ‘alih-nya) dengan memakai perantara huruf
athaf atau tidak, baik rofa’, nashob, jar maupun jazm, seperti َ‫َجا َء ََزيْد ََو َم ََحمد‬
(telah datang Zaid dan Muhammad). Athaf ada 2 macam, yaitu:
1). Athaf nasaq, yaitu athaf dengan menggunakan perantara hufuf athaf
yang jumlahnya ada 10 huruf, seperti pada tebel berikut:
Huruf
No Contoh Kalimat Arti
Athaf
ِ 1 ‫َو َاو‬ َ‫َج َاء ََزيْد ََوَم َحمد‬ Zaid dan Muhammad telah dating
ِ 2 ‫فَا َْء‬ ‫َج َاءَ َع ْبدَهللاََفَ َزيْ َد‬ Abdullah telah datang kemudian Zaid
ِ 3 َ‫مث‬ ََ ْ‫قَ َرأَبَ ْكرَالْق ْرأ َنَمثَالْ َحدي‬
‫ث‬ Bakar membaca Al-Qur’an lalu Hadis
ِ 4 ‫أ َْو‬ َ‫خَادلَ َماهرَأ َْوَم ْجَتَ د‬ Khalid cerdas atau rajin
ِ 5 ‫أ َْم‬ َ‫َجلَ َسَ َا ْمحَدَأ ْم ََزيْد‬ Ahmad duduk atau Zaid
ِ 6 ‫اما‬ َ‫اَصالحَوَاماَ َطالح‬ َ ‫ََا ْ َالن ْ َسانَام‬ Manusia, baik sholeh maupun jelek
‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ إ‬
ِ 7 ‫ب َ َْل‬ َ‫َماَ َج َاء ََرئيْسَالْج ْمه ْوريةَبَلْ ََوك ْيهل‬ Presiden tidak datang melainkan wakilnya
ِ 8 ‫ََال‬ َ‫انَ َم ََرجلَالََا ْم َرأة‬ Laki-laki itu tidur bukan Perempuan
ِ 9 َْ ‫لَك‬ َ‫لَي َْس ََزيْد ََمج ْيالَلك ْ َ َماهرا‬ Zaid tidak tampan tapi cerdas
ِ 10 َ‫َحت‬ َ ‫اَ َ َْكتَالس َم َك َةَ َحت‬
‫ََرأ َْسهَا‬ Saya memakan ikan hingga kepalanya
Pada contoh َ‫( َجا َء ََزيْد ََو َم َحمد‬telah datang Zaid dan Muhammad),
lafadz َ‫ م َحمد‬disebut ma’thuf (lafadz yang dihubungkan) dengan
perantara huruf athaf (kata penghubung) wawu/ ‫ ََو‬dan dibaca rofa’
36 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
dengan menggunakan tanda dhommah karena mengikuti pada lafadz
َ‫ َزيْد‬yang disebut ma’thuf ‘alih (lafadz yang dijadikan hubungan) yang
juga dibaca rofa’ dengan menggunakan tanda dhommah.
2). Athaf bayan, yaitu athaf (kata penghubung) tanpa menggunakan
perantara hufuf athaf, seperti contoh َ‫( َجا َء ََزيْد َم َحمد‬telah datang Zaid
rupanya Muhammad). Pada contoh tersebut lafadz َ‫ م َحمد‬sebagai
ma’thuf yang dibaca rofa’ dengan menggunakan tanda dhommah
karena mengikuti lafadz َ‫ َزيْد‬sebagai ma’thuf ‘alih yang juga dibaca
rofa’ dengan menggunakan tanda dhommah dengan tanpa
menggunakan perantara huruf athaf (kata penghubung).
Ketiga, definisi taukid (kata penguat) dan pembagiannya. Taukid
adalah kata penguat yang hukum i’robnya mengikuti pada kata yang
dikuatkan (muakkad-nya), baik rofa’, nashob, maupun jar dengan tujuan
untuk menghilangkan beberapa kemungkinan multi tafsir, seperti َ ‫َجا َء‬
َ‫( َزيْدَن َ ْفسه‬Zaid telah datang sendiri). Taukid ada 2 macam, yaitu:
1). Taukid lafdzi, yaitu 1 kata penguat yang diulangi 2 kali, seperti َ‫َجا َءَ َزيْد‬
َ‫( َزيْد‬telah datang Zaid, Zaid). Pada contoh tersebut kata َ‫ َزيْد‬yang
kedua disebut taukid lafdzi (penguat kata) dan dibaca rofa’ dengan
menggunakan tanda dhommah karena mengikuti kata َ‫ َزيْد‬yang
pertama yang menjadi muakkad (kata yang dikuatkan) yang juga
dibaca rofa’ dengan menggunakan tanda dhommah dengan tujuan
untuk menguatkan kata َ‫ َزيْد‬yang pertama, artinya bahwa orang yang
datang adalah benar-benar Zaid dan bukan orang lain.
2). Taukid ma’nawi, yaitu kata penguat dengan cara mengikuti pada kata
yang dikuatkan (muakkad-nya) dalam i’robnya (rofa’, nashob dan jar)
dan ma’rifat (kekhususan) muakkad-nya. Dengan kata lain,
penguatan pernyataan dengan menggunakan lafadz-lafadz taukid
ma’nawi. Lafadz (kata) yang dapat digunakan dalam taukid ma’nawi
ada 5, sebagaimana tabel berikut:
Lafadz
No Contoh Kalimat Arti
Taukid Ma’nawi
َ‫َج َاء ََزيْدَن َ ْفسه‬ Zaid telah datang sendiri
1 َ‫ن َ ْفس‬/‫َانْفس‬ َ‫َالْم ْسلم ْو َنَي َ ْع َمل ْو َنَالصال َحات‬ Orang-orang Islam
‫أنْفسه َْم‬ mengerjakan amal shaleh
sendiri
2 َ‫عَ ْني‬/‫أعْني‬ َ‫َجيْرىَالْ َماءَ َع ْينه‬ Air mengalir sendiri
Ainul Yaqin, M.A.| 37
‫َج َاء ََرج َالنَاَعْيهن َما‬ Dua orang laki-laki datang
sendiri
َ‫َالْم ْسلم ْو َنَي َصل ْو َنَ َمج َاعَةَيفَ ْامل َ ْسجد‬ Semua umat Islam melakukan
3 َ‫لك‬
‫َكه َْم‬ shalat berjama’ah di Masjid
‫َا ْمج ََع‬ َ‫ي َ ْن َصحَ ْا ُل ْس َتاذَا َىلَالت َالم ْيذَ َا ْمجَع ْ َني‬ Guru menasehati semua
4
murid
َ‫تَوابعَ َا ْمجَع‬
(Lafadz yang artinya َ‫ي َ ْن َصحَ ْا ُل ْس َتاذَا َىلَالت َالم ْيذَاَ ْك َتع ْ َني‬
ََ ْ ‫ي َ ْن َصحَ ْا ُل ْس َتاذَا َىلَالت َالم ْيذَ َابْ َتع‬ Guru menasehati semua
5 sama dengan Ajma’u) ‫ني‬
yaitu: ََ ْ ‫ي َ ْن َصحَ ْا ُل ْس َتاذَا َىلَالت َالم ْيذَ َابْ َصع‬
‫ني‬ murid
.‫َأبْ َصع‬،‫َأبْ َتع‬،‫َأ ْك َتع‬
Pada contoh َ‫ َجا َء ََزيْد َن َ ْفسه‬, kata َ‫ ن َ ْفسه‬disebut taukid ma’nawi (penguat
arti) dan dibaca rofa’ dengan menggunakan tanda dhommah karena
mengikuti kata َ‫ َزيْد‬yang menjadi muakkad (kata yang dikuatkan) yang
juga dibaca rofa’ dengan menggunakan tanda dhommah. Kata nafsuhu
dipasang dengan tujuan sebagai penguat untuk menghilangkan
adanya penafsiran bahwa orang yang datang adalah Zaid sendiri dan
bukan wakilnya Zaid.
Keempat, definisi badal (kata pengganti) dan pembagiannya. Badal
adalah kata pengganti yang hukum i’robnya mengikuti pada kata yang
digantikan (mubdal minhu-nya), baik rofa’, nashob, maupun jar dengan
tanpa menggunakan perantara huruf athaf, seperti ََ‫( َجا َء ََزيْد َأخ ْو ك‬Zaid,
saudaramu telah datang). Pada contoh tersebut kata ََ‫ أخ ْو ك‬disebut badal
dengan tanda rofa’ wawu, karena terdiri dari asmaul khamsah. Sedangkan
kata َ‫ َزيْد‬disebut mubdal minhu dengan tanda rofa’ dhommah, karena
terdiri dari isim mufrod. Badal ada 4 macam, yaitu:
1). Badal kul min kul (badal/pengganti merupakan keseluruhan jenis/isi
dari mubdal minhu), seperti contoh ََ‫( َج َاء ََزيْدَأخ ْو ك‬Zaid, saudaramu telah
datang);
2). Badal ba’dhi min kul (badal/pengganti merupakan sebagian jenis/isi
dari mubdal minhu), seperti َ‫( اَ َ َْكت َالْخ ْ َْب َن ْصفَه‬Saya telah memakan roti,
separuhnya);
3). Badal isytimal (badal/pengganti adalah tercakup/terkandung dalam
mubdal minhu), seperti contoh َ‫( ن َ َف َع ْن ََزيْد َعلْمه‬Zaid, ilmunya, telah
berguna bagiku);
4). Badal ghalath (badal/pengganti yang disebutkan untuk
menghilangkan dan menyusuli kesalahan lisan ketika menyebutkan
38 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
َ َ ‫( َرك ْبت ََزيْدا َ َالْف ََر‬Saya telah mengendarai Zaid,
mubdal minhu), seperti ‫س‬
Kuda).
َ
E. Latihan (َ‫) َالتدْ ريْ َبات‬
Setelah mengikuti pembelajaran mulai dari materi bacaan hingga
kaidah nahwiyah sebelumnya, peserta didik diharapkan mampu
membaca, menterjemah, memahami dan menuliskan kembali materi
bacaan tersebut dengan dipandu oleh pembimbing. Selain itu, setiap
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik harap dikonsultasikan
kepada pembimbing sebagai bentuk manifestasi dari adanya penguasaan
peserta didik terhadap materi yang telah disajikan melalui berbagai
metode pembelajaran. Misalnya, praktek, diskusi, dll.
‫‪Ainul Yaqin, M.A.| 39‬‬
‫‪PERMULAAN, KADAR DAN URUTAN BELAJAR‬‬
‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءةَ( ‪A. Materi Bacaan‬‬
‫!‪Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah‬‬
‫يفَبدايةَالس بقَوقدرهَوترتيبه‬
‫اكنَش يخَاالسالمَبرهانَادلي َيوق َبدايةَالس بقَيومَالربعاء‪َ،‬لقولَرسولَ‬
‫هللاَصىلَهللاَعليهَوسمل‪َ:‬ماَم َش يَبدئَيومَالربعاءَاالَوقدَمت‪َ.‬ولنَيومَ‬
‫الربعاءَيومَخلق َهللا َفيهَالنور‪َ ،‬وهوَيومََنسَيف َحقَالكفار‪َ ،‬فيكونَمباراكَ‬
‫للمؤمنني‪َ .‬‬
‫وأما َقدر َالس بق َللمبتدئ َفَينبغى َأن َيكون َقدر َما َميك َضباه َابالعادةَ‬
‫مرتنيَابلرفقَويزيدَلكَيومََكمةَحتَأنهَوانَطالَوكرثَميك َضباهَابالعادةَ‬
‫مرتني‪َ ،‬ويزيد َابلرفق َوالتدرجي‪َ ،‬وأما َاذا َطال َالس بق َيف َاالبتداء َواحتاج َاىلَ‬
‫االعادةَعرشَمراتَفهوَيفَاالنَتاءَأيضاَيكونَكذكل‪َ،‬لنهَيعتادَذكل‪َ،‬والَيرت كَ‬
‫تكلَاالَعادةَاالَجبهدَكثري‪َ.‬واَّي كَوالكسلَيف َاالعادة َلكيالَيزولَماَيضباه َيفَ‬
‫الس بق َالول َزوالاَفاحَيا‪َ.‬وينبغيَهلَأن َيعتاد َاالعادة َوالتكرار َولوَأل َمرة‪َ،‬‬
‫اكراما َواَجالال َملا َيضباه َيف َمجيع َس بقه َم َقبل‪َ ،‬كام َقيل‪َ :‬الس بق َحرف‪َ،‬‬
‫والتكرارَأل ‪َ َ.‬وأنَيبتدئَبي يَيكونَأقربَاىلَفهمهَتسهيالَهل‪َ.‬وأنَجيَتدَيفَ‬
‫الفهمَع َالس تاذَابلتأملَوابلتفكرَتفك َراَمعيقاَوكرثةَالتكرارَوغريهَمماينفعَهل‪.‬‬
‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَاتَ( ‪B. Arti Kosa Kata Materi‬‬
‫‪Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata‬‬
‫‪yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:‬‬
‫‪Diberkahi‬‬ ‫‪:‬‬ ‫مَبََ ََار َاك‬ ‫‪Menepatkan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫يَ ََوقَ َ‬
‫‪Lama‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََطا ََلَ‬ ‫‪Hari sial‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َي ََْومََ َََْنسَ‬
‫‪Demi memuliakan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َا َْج َ َالالَ‬ ‫‪Bagi pemula‬‬ ‫‪:‬‬ ‫لََلْمََْبََتدَئَ‬
‫إ‬
‫‪Berenung‬‬ ‫‪:‬‬ ‫التَأَمَلَ‬ ‫‪Menghafalnya‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ضَََْباَهََ‬
‫‪Menambah‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َيََزَيْدَ‬ ‫‪Dengan pengulangan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ابَ َْالَعَا ََدةَ‬
‫‪Berfikir mendalam‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َتَََفكَ َر َ‬
‫اَمع ْيقا‬ ‫‪2 kali‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََم إَرَتَ ْ َ‬
‫ني‬
‫‪Supaya tidak‬‬ ‫‪:‬‬ ‫لَ ََكَْي َالَ‬ ‫‪Sedikit demi sedikit‬‬ ‫‪:‬‬ ‫التَدََْرَيْجَ‬
40 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي‬
Syaikh al-Islam Burhanuddin menepatkan permulaan belajar pada
hari rabu. Hal ini, sebab Rasulullah Saw., bersabda: Tiada suatu perkara
yang dimulai pada hari rabu, melainkan ia akan menjadi sempurna. Sebab
sesungguhnya pada rabu itu Allah menciptakan cahaya dan hari itu juga
merupakan hari sial bagi orang-orang kafir, sehingga menjadi hari
berkah bagi orang-orang yang beriman.
Sedangkan kadar belajar bagi pemula, selayaknya baginya memulai
belajar sekadar sesuatu yang memungkinnya mampu menghafal
pelajarannya dengan cara mengulang secara pelan sebanyak 2 kali, dan
setiap harinya ia menambah 1 kalimat, sehingga walaupun (kalimat) itu
panjang dan banyak masih memungkinkan ia untuk menghafalnya
dengan cara mengulang sebanyak 2 kali dan menambahnya secara
pelan-pelan dan sedikit demi sedikit. Namun jika pelajaran pertama
cukup panjang dan membutuhkan pengulangan sebanyak 10 kali, maka
begitu juga untuk selanjutnya hingga terakhir. Sebab ia telah
membiasakan hal tersebut, sehingga ia tidak boleh meninggalkan
pengulangan itu kecuali dengan kerja keras yang maksimal. Dan
takutlah kamu bersama sifat malas dalam mengulangi (pelajaran)
supaya pelajaran pertama yang telah dihafal tidak menjadi hilang sama
sekali (lenyap). Dan selayaknya ia membiasakan pengulang-ulangan
(pelajaran) walaupun sebanyak 1000 kali demi memuliakan pelajaran
yang telah dihafalnya dari seluruh pelajaran sebelumnya. Sebagaimana
dikatakan: Pelajaran itu 1 huruf dan pengulangannya 1000 kali. Dan
hendaknya ia memulai dengan sesuatu yang lebih dekat dengan
pemahamannya, supaya lebih memudahkannya. Dan hendaknya ia
bersungguh-sungguh dalam memahami (penjelasan) dari gurunya
dengan cara berenung, berfikir dengan berfikir mendalam dan
pengulangan sebanyak-banyaknya dan lain sebagainya dari hal-hal yang
bisa bermanfaat baginya.
َ
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dijelaskan berikut ini tentang
pembagian 13 isim-isim yang dibaca nashob. Namun terkait materi
bacaan di atas hanya akan dibahas 5 macam saja, meliputi maf’ul bih,
maf’ul lahu, maf’ul fih, maf’ul muthlaq dan maf’ul ma’ahu. Dan untuk
pembahasan 8 macam sisanya akan dibahas pada bahasan berikutnya.
Ainul Yaqin, M.A.| 41
Perhatikan secara seksama, 13 isim-isim yang dibaca nashob dalam tabel
berikut ini:
َ‫َمنْص ْو َابتَ ْال َْمْسَاء‬
(Isim-isim yang
Dibaca Nashob)

‫ َم َاك َْن‬/‫ان‬
َْ ‫َظ َر ْفَزَ َم‬
َ‫َمفْع ْو ْلَبه‬ ‫َم ْصدَ َْر‬ َْ ‫َح‬
‫ال‬ ‫تَ ْمي ْ َْي‬
(3. Keterangan
(1. Objek) (2. Masdar) (4. Keadaan) (5. Pembedaan)
Waktu/Tempat)

َ‫َمفْع ْو ْلَ َم َعه‬


َََ ْ ‫م ْس َتث‬ ‫ا ْسَ ََال‬ ‫منَادَى‬ َ‫َمفْع ْو ْلَم ْ َأ ْجهل‬
(10. Objek
(6. Pengecualian) (7. Isimnya La) (8. Panggilan) (9. Objek Alasan)
Kebersamaan)

َ‫خ ََرب ََاك َن ََوأخ ََواُتَا‬ َ‫َتَ ب ْعَللْ َم ْنص ْوب‬ َ‫ا ْسَان ََوأخ ََواُتَا‬
(11. Khobar Kana (13. Isim yg Ikut (12. Isim Inna &
& Saudaranya) Dinashobkan) Saudaranya)

َ ْ ‫ع ََا‬ ‫بَدَ َْل‬


َْ‫ن َ َعت‬ َ ْ‫ت َْوكيد‬
(2. Kata (4. Kata
(1. Kata Sifat) (3. Kata Penguat)
Penghubung) Pengganti)

Dari sajian tabel di atas, dapat dipahami bahwa isim-isim yang


dibaca nashob ada 13, meliputi: 1). Maf’ul bih; 2). Maf’ul mutlaq
(masdar); 3). Maf’ul fihi (dhorof); 4). Hal; 5). Tamyiz; 6). Mustatsna; 7).
Isim-nya La; 8). Munada; 9). Maf’ul lahu; 10). Maf’ul ma’ah; 11).
Khobar-nya Kana; 12). Isim-nya Inna; dan 13). Isim-isim yang mengikuti
isim yang dibaca nashob, meliputi: a). Na’at; b). Athaf; c). Taukid; dan
d). Badal. Namun berikut hanya akan dibahas 5 macam saja.
Pertama, definisi maf’ul bih dan pembagiannya. Maf’ul bih adalah
objek (sasaran) suatu pekerjaan yang wajib dibaca nashob. Maf’ul bih ada
2 macam, seperti dalam tabel berikut ini:
َ‫َم ْفع ْو ْلَبه‬
(Objek/Sasaran)

َ ‫س‬
ْ َ ‫ََض ْريَ(ن‬
)َْ‫َصن‬ ْ ‫َم ْفع ْو ْلَبهَا‬
ْ ‫َم ْفع ْو ْلَبهَا‬
َ َ ‫س ََظاه ْرَ(ن‬
)‫َص ََزيْدَم َحمدا‬
(Objek Kata Benda Tidak
(Objek Kata Benda Tertulis)
Tertulis/Kata Ganti)
Kriteria untuk menjadi maf’ul bih ada 4 hal: 1). Harus berupa kata
benda (isim), baik isim zhahir maupun isim dhomir; 2). Harus dibaca
42 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
nashob; 3). Harus berada sesudah subjek; dan 4). Penerjemahannya
dibaca setelah subjek.
Maf’ul bih isim zhahir adalah isim (kata benda) yang menunjukkan
obejk nama diri sendiri secara jelas, seperti objek ‫ م َحمدا‬pada contoh di
atas. Sedangkan maf’ul bih isim dhomir adalah isim yang menunjukkan
objek orang yang berbicara (mutakallim), objek orang yang diajak bicara
(mukhothob) dan objek orang yang tidak diajak bicara (ghaib), seperti
ََ َ ‫( ن‬dia telah membantuku), ََ‫َص ك‬
‫َص َْن‬ َ َ ‫( ن‬dia telah membantumu), َ‫َصه‬
َ َ ‫( ن‬dia
telah membantunya).
Kedua, definisi maf’ul mutlaq (masdar) dan pembagiannya. Masdar
adalah kalimat isim (kata benda) yang menunjukkan arti pekerjaan yang
dibaca nashob yang terletak pada urutan ketiga dalam tasrifan fi’il,
seperti ‫َجل ْوسا‬-َ‫َ َجيْلس‬-َ‫ َجلَ َس‬. Masdar ada 2, sebagaimana tabel berikut:
َ‫َم ْصدَ ْر‬
(Kata Benda yang Berarti Pekerjaan)

‫َم ْعنَو َْي‬ َ‫لَ ْفظ ْي‬


(Sama Artinya) (Sama Lafadznya)
Apabila lafadz dan arti masdar sama seperti lafadz amil/faktornya
masdar, maka disebut masdar lafdzi, sepertiَ‫( َجلَ ْست َجل ْوسا‬Saya telah duduk
dengan duduk sebenarnya). Sedangkan apabila lafadz masdar berbeda
lafadznya dengan lafadz faktornya masdar, namun arti lafadznya sama,
maka disebut masdar ma’nawi, seperti َ‫( ق ْمتَوق ْوفا‬Saya telah berdiri dengan
berdiri sebenarnya). Pada contoh tersebut lafadz ‫ جل ْوسا‬disebut masdar
lafdzi karena lafadz dan artinya sama persis seperti faktornya yaitu
lafadz ‫س‬َ َ َ‫ َجل‬. Sedangkan pada lafadz ‫ وق ْوفا‬disebut masdar ma’nawi karena
makna/artinya sama seperti faktornya yaitu sama-sama memiliki arti
berdiri meskipun lafadznya berbeda. Sedangkan fungsi masdar ada 3,
sebagaimana tabel berikut:
َ‫فَ َوائدَالْ َم ْصدَ ر‬
(3 Fungsi Masdar)

َ‫م َبنيَل َعدَ ده‬ َ‫م َبنيَلنَ ْوعه‬ َ‫م َؤكدَل َعامهل‬
(Menjelaskan Jumlah Masdar) (Menejelaskan Jenis Masdar) (Menguatkan Amil/Faktor Masdar)
Ainul Yaqin, M.A.| 43
Adapun contoh masdar yang menguatkan amil-nya adalah ‫َجلَ ْست َجل ْوسا‬
(Saya duduk dengan duduk sebenarnya). Dan contoh masdar yang
menjelaskan jenisnya adalahَ ‫( َجلَ ْست َجل ْو َس ََش ْيخ‬Saya duduk seperti
duduknya seorang Kyai). Sedangkan contoh masdar yang menjelaskan
jumlahnya adalah َ‫( َجلَ ْستَجل ْو َس ْني‬Saya duduk sebanyak 2 kali).
Ketiga, definisi dhorof zaman/makan (keterangan waktu/tempat)
dan pembagiannya. Dhorof adalah isim yang dibaca nashob dengan
menyimpan artinyaِ َْ‫( يف‬di dalam/pada) yang menunjukkan keterangan
waktu (dhorof zaman) atau keterangan tempat (dhorof makan),
sebagaimana tabel berikut ini:
(Macam-macam Dhorof) ‫اع الظَّْرف‬
ُ ‫اَنْ َو‬
(Keterangan Tempat) ‫ف َم َكا ْن‬
ْ ‫ظََر‬ (Keterangan Waktu) ‫ف َزَما ْن‬ ْ ‫ظََر‬
Di depan : ‫َا َما ََم‬
Hari ini/Sekarang : ‫َالْ َي ْوََم‬
Di belakang : َ َ ْ‫َخل‬
Malam ini/Sekarang : ‫َالل ْي َََةل‬
Di depan : ‫قدا ََم‬
Pagi setelah subuh : َ‫غَدَ وة‬
Di atas : ‫فَ ْو َ َق‬
Pagi setelah fajar : َ‫ب ْك َرة‬
Di bawah : ََ‫ََتْت‬
Waktu sahur : َ‫َسرا‬ ََ
Di dekat : Besok ََ‫ع ْند‬ : َ‫غَدا‬
Bersama : Sepertiga malam ‫َم ََع‬
: ‫ة‬
َ ‫َع َت َم‬
Di hadapan : Pagi ‫ا َزا ََء‬
: َ‫َص َباحا‬
Di hadapan : Sore ‫تلْ َق ََاء‬
: َ‫َم َساء‬
Di hadapan : ‫ح َذ ََاء‬
Selamanya : َ‫َابَدا‬
Di sini : ‫هنَا‬
Selamanya setahun : ‫َا َمدا‬
Di sana : Ketikaََ‫ه َنا ك‬ : ‫ا‬ ‫ح ْين‬
Di sana : ‫ََمث‬
Adapun contoh dhorof zaman adalahَ ‫( َاز ْور َا َىل َبَيْت َك َغَدا‬Saya akan
berkunjung ke rumahmu besok). Sedangkan contoh dhorof makan
adalahَ ‫( َزيْد َ َا َما َم َالْ َمدْ َر َسة‬Zaid berada di depan sekolah). Pada contoh
tersebut, lafadz ‫ غَدا‬disebut dhorof zaman dan dibaca nashob dengan tanda
fathah. Sedangkan pada lafadz ‫ َا َما ََم‬disebut dhorof makan dan juga dibaca
nashob dengan tanda fathah.
Keempat, definisi maf’ul lahu/min ajlih (objek alasan) dan
pembagiannya. Maf’ul lahu adalah objek (sasaran) yang wajib dibaca
nashob yang digunakan untuk menjelaskan alasan atau sebab terjadinya
suatu pekerjaan.
44 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
Syarat-syarat untuk diperbolehkan menjadi maf’ul lahu ada 5,
sebagaimana penjelasan tabel berikut:
No Syarat Maf’ul Lahu Contoh Kalimat
1 Harus berupa masdar
Harus berupa masdar qolbi (pekerjaan yang
2
dilakukan hati)
َ‫قَا َم ََزيْدَا ْك َراماَلم َحمد‬
Harus menjadi ‘illat (alasan) fi’il (pekerjaan)
3 Zaid berdiri, karena
sebelumnya
memuliakan
Waktu maf’ul lahu harus cocok dengan waktu
4 Muhammad
amilnya
Subjek maf’ul lahu harus cocok dengan subjek
5
amil-nya (subjeknya satu)
Lafadz ‫ ا ْك َراما‬diperbolehkan menjadi maf’ul lahu, karena telah
memenuhi 5 alasan di atas, antara lain:
1). Berupa masdar dari lafadz ‫َا ْك َراما‬-َ‫;اَ ْك َر َمَ–َي ْكرم‬
2). Berupa masdar qolbi (pekerjaan hati), yaitu “pemuliaan”;
3). Menjadi ‘illat (alasan) fi’il (pekerjaan) sebelumnya, yaitu “alasan
berdirinya Zaid”;
4). Waktu maf’ul lahu cocok dengan waktu amil-nya, yaitu
“lampau/telah dikerjakan saat itu juga”;
5). Subjeknya satu, yaitu Zaid.
Kelima, definisi maf’ul ma’ah (objek kebersamaan) dan
persyaratannya. Maf’ul ma’ah adalah isim yang wajib dibaca nashob yang
menjelaskan bahwa pekerjaan terjadi bersamaan dengan isim tersebut.
َ َ ‫( َجا َء َ ْالم ْري ََوالْ َجي‬Raja telah datang bersamaan Tentara). Syarat
Seperti ‫ْش‬
untuk menjadi maf’ul ma’ah ada 3, seperti penjelasan tabel berikut:
No Syarat Maf’ul Ma’ah Contoh Kalimat Keterangan
Pada contoh tersebut,
َ‫َجا َءَ ْالم ْري ََوالْ َجي َْش‬
Harus berupa isim (kata lafadz ‫ش‬
َِ ‫اْلَْي‬
ْ disebut maf’ul
1 (Raja telah datang
benda) ma’ah yang terdiri dari kata
bersamaan Tentara)
benda;
Harus berada setelah َ‫َج َاءَ ْالم ْري ََوالْ َجي َْش‬ ِ‫( َو‬Wawu-nya) disebut wawu
wawu ma’iyyah (wawu
2 (Raja telah datang ma’iyyah (wawu yang
yang berarti
“bersamaan”) bersamaan Tentara) berarti “bersamaan”);
َ‫َج َاءَ ْالم ْري ََوالْ َجي َْش‬ Lafadz ‫ش‬ َِ ‫اْلَْي‬
ْ berada setelah
Harus berada setelah
(Raja telah datang
3 fi’il (kata kerja) َِ ‫( َج‬kata kerja);
‫اء‬
bersamaan Tentara)
Atau berada setelah َ‫ْالم ْري ََسارر ََوالْ َجي َْش‬ Lafadz ِ‫ش‬
َ ‫اْلَْي‬
ْ berada setelah
Ainul Yaqin, M.A.| 45
syibhul fi’li (isim yang (Raja berjalan ِ‫( َسائِر‬isim yang menyerupai
menyerupai fi’il/isim bersamaan Tentara) kata kerja/ isim yang
yang berarti berarti pekerjaan).
pekerjaan), seperti isim
fa’il
َ
E. Latihan (َ‫) َالتدْ ريْ َبات‬
Setelah mengikuti pembelajaran mulai dari materi bacaan hingga
kaidah nahwiyah sebelumnya, peserta didik diharapkan mampu
membaca, menterjemah, memahami dan menuliskan kembali materi
bacaan tersebut dengan dipandu oleh pembimbing. Selain itu, setiap
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik harap dikonsultasikan
kepada pembimbing sebagai bentuk manifestasi dari adanya penguasaan
peserta didik terhadap materi yang telah disajikan melalui berbagai
metode pembelajaran. Misalnya, praktek, diskusi, dll.
‫‪46 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah‬‬
‫‪TAWAKAL DALAM MENUNTUT ILMU‬‬
‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءةَ( ‪A. Materi Bacaan‬‬
‫!‪Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah‬‬
‫يفَالتولكَيفَطلبَالعمل‬
‫مثَالَبدَلاالبَالعملَم َالتولكَعىلَهللاَحقَالتولكَداعياَومترضعاَهلَعىسَ‬
‫أنَيفتحَفكرهَوقلبهَيفَطلبَالعمل‪َ،‬والَهيتَلمرَالرزقَوالَييغلَقلبهَبذكل‪َ.‬‬
‫لقوهلَتعاىل‪َ:‬وماَم َدابةَيفَالرضَاالَعىلَهللاَرزقها‪َ.‬وقوهلَصىلَهللاَعليهَ‬
‫وسمل‪َ:‬م َطلبَالعملَتكفلَهللاَبرزقه‪َ.‬فانَم َاش تغلَقلبهَبأمرَالرزقَم َ‬
‫القوتَوالكسوةَقلَماَيتفرغَلتحصيلَماكرمَالخالقَومعاىلَالمور‪َ .‬‬
‫فينبغىَلاالبَالعمل َأَنَييغل َنفسهَبأعاملَاشخريَحتَالييغل َنفسهَهبواها‪َ،‬‬
‫والهيتَالعاقلَلمرَادلنيا‪َ ،‬لنَاهلمَواحلزنَالَيردَاملصيبة‪َ ،‬والَينفعَبلَيرضَ‬
‫ابلقلبَوالعقل‪َ ،‬وخيلَبأعاملَاشخري‪َ َ ،‬وأنَهيتَلمرَالخرةَلنهَينفع‪َ،‬وأنَحيس َ‬
‫الظ َابهللَحمتس باَلنقصانَاجَتادهَيفَطلبَالعمل‪َ.‬‬
‫وال َبد َلاالب َالعمل َم َتقليل َالعالئق َادلنيوية َبقدر َالوسع َفلهذا َاختارواَ‬
‫الغربة‪ ،‬والَبدَهلَم ََتملَالنصبَوامليقةَيف َسفرَالتعمل‪َ ،‬ليعملَأنَسفرَالعملَ‬
‫الخيلوَع َالتعب‪َ،‬لنَطلبَالعملَأمرَعظيَوهوَأفضلَم َالغزاةَعندَأكرثَ‬
‫العلامء‪َ،‬والجرَعىلَقدرَالتعبَوالنصب‪َ،‬مف َصربَعىلَذكلَالتعبَوجدَذلةَ‬
‫العملَتفوقَذلاتَادلنيا‪َ.‬‬
‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَاتَ( ‪B. Arti Kosa Kata Materi‬‬
‫‪Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata‬‬
‫‪yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:‬‬
‫‪Tidak lepas‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََال ََْخيلَ ْوَ‬ ‫‪Seraya berdoa‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََداعَيَا‬
‫‪Perjalanan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََسََف ََر‬ ‫‪Hewan melata‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََدابَةَ‬
‫‪Melebihi‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َتَفَ َْوقَ‬ ‫‪Tidak bersedih‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََالهيََْتََ‬
‫‪Kelezatan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َ َذلََة‬ ‫‪Seraya introspeksi‬‬ ‫‪:‬‬ ‫مَ َْحَت َسَبَا‬
‫‪Makanan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫اَلْقَ َْوتَ‬ ‫‪Pengasingan‬‬ ‫‪:‬‬ ‫اَلْغَ َْرَب َ ََة‬
Ainul Yaqin, M.A.| 47
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي‬
Peserta didik semetinya berpasrah kepada Allah dengan sebenarnya
pasrah seraya berdoa dan munajat kepada-Nya agar Dia membuka akal
dan kalbunya dalam menuntut ilmu, dan ia tidak boleh merasa sedih
akan urusan rizkinya dan tidak pula menyibukkan kalbunya sebab hal
itu. Sebab Allah Swt., berfirman: Dan tiada hewan yang melata di bumi
(ini) kecuali Allah menanggung akan rizkinya. Rasulullah Saw., juga
bersabda: Barang siapa yang menuntut ilmu, maka Allah yang menjamin
akan rizkinya. Maka sesungguhnya seseorang yang menyibukkan
kalbunya akan soal rizkinya makanan pokok dan pakaiannya, sedikit
sekali ia dapat fokus untuk meraih akhlak mulia dan urusan luhur.
Maka selayaknya bagi penuntut ilmu untuk menyibukkan dengan
perbuatan-perbuatan baik, sehingga dirinya tidak disibukkan oleh
hawa nafsunya, dan seorang yang berakal tidak pernah sedih akan soal
dunia. Sebab kesedihan dan kesusahan tidak bisa menolah ujian dan
juga tidak berguna malah berbahaya bagi kalbu dan akal dan merusak
perbuatan baik. Namun hendaknya ia bersedih lantaran soal
akhiratnya. Sebab hal itu berguna baginya, ia juga hendaknya berbaik
sangka kepada Allah seraya introspeksi diri terhadap kurangnya
kesungguhan dirinya dalam menuntut ilmu.
Peserta didik semestinya meminimalisir hubungan-hubungan
duniawi sesuai kemampuannya, sebabnyalah para ulama lebih memilih
pengasingan diri. Dan semestinya pula ia mampu memikul jerih payah
dan kesulitan dalam perjalanan menuntut ilmu, supaya ia mengetahui
bahwa perjalanan menuntut ilmu itu tidak lepas dari kepayahan. Sebab
menuntut ilmu merupakan perkara yang agung bahkan menurut
mayoritas ulama lebih utama dari pada para laskar perang. Dan pahala
itu juga sesuai dengan kadar jerih payahnya, sehingga barang siapa yang
bersabar atas jerih payahnya itu, maka ia akan menemukan kelezatan
ilmu yang melebihi berbagai kelezatan dunia.
َ
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dibahas terkait materi bacaan
di atas adalah lanjutan dari isim-isim yang dibaca nashob, yakni tentang
hal (keadaan) dan cara menerjemahkannya, sebagaimana dalam
deskripsi berikut ini.
48 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
Hal adalah isim yang dibaca nashob yang menjelaskan kesamaran
suatu keadaan/kondisi. Syarat-syarat menjadi hal ada 3, sebagaimana
tabel berikut:
No Syarat Hal Contoh Kalimat
Shohibul hal (orang yang memiliki hal)
1 harus berupa isim ma’rifat (kata benda
‫قَ َرأَم َحمدَالق َْراَ َن َََسيْعا‬
khusus)
Muhammad Membaca
Hal harus berupa isim nakiroh (kata
2 Al-Qur’an
benda umum)
Dengan Cepat
Hal harus berada setelah kalimat
3
sempurna
Pertama, lafadz َ‫ م َحمد‬disebut shohibul hal (orang yang memiliki hal)
yang terdiri dari isim ma’rifat, yang mana hukum i’robnya tergantung
amil/faktor sebelumnya. Kedua, lafadz ‫ ََسيْعا‬disebut hal-nya (kondisi
Muhammad ketika membaca Al-Qur’an) yang terdiri dari isim nakiroh
dengan tanda nashob fathah. Ketiga, lafadz ‫( ََسيْعا‬hal) berada setelah
kalimat sempurna, yaitu berada setelah lafadz ‫قَ َرأ َم َحمد َالق ْراَ ََن‬. Sedangkan
cara menerjemahkan hal ada 5 dan untuk membuat pertanyaan hal
dengan cara menggunakan huruf pertanyaan (istifham)ِ َ َ ‫ِ َك ْي‬
(bagaimana?), sebagaimana tabel berikut:
Contoh Cara Buat
No Arti Hal Arti
Kalimat Pertanyaan Hal
َ‫جئْتَ َماش ياَعَ َىل‬ Bagaimana Kamu datang?
“Dengan ‫َك ْي َ َجئ َْت؟‬
1 Saya datang dengan cara
Cara” َ‫ْال ْقدَ ام‬ jalan kaki
Bagaimana Kamu membaca
2 “Dengan” ‫قَ َر ْأتَالْق ْرأ َن َََسيْعا‬ ‫َك ْي َ َقَ َر ْأ َتَالْق ْرأ َن؟‬ Al-Qur’an? Saya membaca
Al-Qur’an dengan cepat
Bagaimana Guru
َ‫َرشحَ ْا ُل ْس َتاذ‬
َْ‫ي‬ َ ْ ‫َك ْي َ َي‬
َ‫َرشحَ ْا ُل ْس َتاذ‬ menerangkan pelajaran?
3 “Secara”
‫ادل ْر َسَبَينا‬ ‫ادل ْر َس؟‬ Guru menerangkan
pelajaran secara jelas
Bagimana Kamu pulang
“Dalam َ‫َر َج ْعتَم َ َالْ َمدْ َر َسة‬ َ َ ‫َك ْي َ ََر َج ْع َتَم‬ dari sekolah? Saya pulang
4
Keadaan” ‫َجائعا‬ ‫الْ َمدْ َر َسة؟‬ dari sekolah dalam keadaan
lapar
“Langsung
Bagaimana Kamu Makan?
pada
5
Terjemahan
َ‫اَ َ َْكتَالرزَ َكث ْرياَجدا‬ ‫َك ْي َ َاَ َ َْك َتَالرز؟‬ Saya makan nasi banyak
sekali
Lafadznya”
Ainul Yaqin, M.A.| 49
E. Latihanَ(َ‫) َالتدْ ريْ َبات‬
Setelah mengikuti pembelajaran mulai dari materi bacaan hingga
kaidah nahwiyah sebelumnya, peserta didik diharapkan mampu
membaca, menterjemah, memahami dan menuliskan kembali materi
bacaan tersebut dengan dipandu oleh pembimbing. Selain itu, setiap
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik harap dikonsultasikan
kepada pembimbing sebagai bentuk manifestasi dari adanya penguasaan
peserta didik terhadap materi yang telah disajikan melalui berbagai
metode pembelajaran. Misalnya, praktek, diskusi, dll.
50 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
MASA MENUNTUT ILMU
A. Materi Bacaan (َ‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءة‬
Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah!
َ ‫يفَوقتََتصيلَالعمل‬
َ ‫ َ َودخلَحس َب َزَّيدَيف َالتفقهَوهوَاب‬.‫َووقتَالتعملَم َاملهدَاىلَاللحد‬
َ.‫ َو م َيبت َعىل َالفراش َأربعني َس نة َفأفت َبعد َذكل َأربعني َس نة‬،‫مثانني َس نة‬
َ .‫َوماَبنيَالعيائني‬،‫َووقتَالسحر‬،‫وأفضلَالوقاتَرشخَالي باب‬
َ‫ َوأنَيس تفرغَمجيعَأوقاته‬،‫وينبغى َلاالبَالعمل َأنَيس تغرقَمجيعَأوقاته َتعلام‬
َ‫َواكنَاب َعباسَرىضَهللاَعنهَاذاَمل‬.‫َفاذاَملَم َعملَيي تغلَبعملَأَخر‬،‫تفقها‬
َ‫َواكن‬،‫َواكنَمحمدَب َاحلس َالَينامَالليل‬.‫َهاتواَديوانَاليعراء‬:‫م َاللَكمَيقول‬
َ‫َواكنَيضعَعنده‬،‫َواكنَاذاَملَم َنوعَينظرَيف َنوعَأَخر‬،‫يضعَعندهَادلفاتر‬
َ‫َوأنَيزدادَعلامَوأخالقا‬.‫َانَالنومَم َاحلرارة‬:‫َواكنَيقول‬،‫َويزيلَنومهَابملاء‬،‫املاء‬
َ‫ َوأنَيعملَبعلمه َوينرشهَلغريه َولوَاكنَملقالَذرةَعلامَليكَينتفعَنفسه‬،‫لك َيوم‬
.‫وغريهَبعلمهَاذليَينالَيفَوقتَالَتحصيل‬
B. Arti Kosa Kata Materi (َ‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَات‬
Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata
yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:
Liang lahat : َ‫اَلَْلَ َْحد‬ Buaian ibu : ‫اَلْ ََمهْ َد‬
Jenis : َ‫َن ََْوع‬ Awal masa muda : َ ‫رشخََاليَََب‬
‫اب‬ َْ َ
Memfokuskan : ‫َي َ ْسَََتَْفَرََغ‬ Menghabiskan : ‫َي َ ْسَََت َْغ َر َ َق‬
Buku-buku : ‫ادلََفَاتَ ََر‬ Tempat tidur : َ‫اَلْفَ ََراش‬
Belajarnya : ‫َتَََعلَمَا‬ 40 tahun : َ‫نيَ َسَنََة‬ ََ ْ َ‫أََْرَب َع‬
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي‬
Adapun masa menuntut ilmu ialah mulai dari buaian ibu hingga ke
liang lahat. (misalnya) Hasan bin Ziyad mulai mendalami ilmu saat
beliau berumur 80 tahun, beliau jarang tidur selama 40 tahun hingga
beliau menjadi pemberi fatwa setelah itu selama 40 tahun. Sedangkan
yang paling utama (untuk belajar) ialah di awal masa muda, saat sahur,
dan antara maghrib dan isya’.
Ainul Yaqin, M.A.| 51
Selayaknya bagi peserta didik untuk menghabiskan semua
waktunya untuk belajarnya, dan memfokuskan semua waktunya untuk
pendalamannya, sehingga jika ia merasa bosan dari satu bidang ilmu,
maka ia bisa menyibukkan diri dengan bidang ilmu lainnya. (misalnya)
Ibnu Abbas ketika bosan berbicara (tentang ilmu), beliau berkata:
Berikanlah buku-buku para penyair (kepadaku). Sementara
Muhammad bin Hasan, beliau jarang tidur di waktu malam, beliau
senantiasa meletakkan buku-buku di sisinya, dan ketika beliau merasa
bosan dari satu jenis ilmu, maka beliau melihat jenis ilmu yang lainnya,
beliau pun (saat belajar) selalu meletakkan air di sisinya, dan
menghilangkan kantuknya dengan cara meminum air, (sembari) beliau
berkata: Sesungguhnya kantuk itu berasal dari panasnya mata. Dan
hendaknya dia bertambah ilmu dan akhlaqnya setiap hari, dan
hendaknya dia (juga) mengamalkan dan menyebarkan ilmunya kepada
orang lain walaupun hanya sebesar biji jagung ilmunya, supaya dia
sendiri dan orang lain bisa mengambil manfaat terhadap ilmu yang
diperolehnya pada saat dia menuntut ilmu.
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬ َ
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dibahas terkait materi bacaan
di atas adalah lanjutan dari isim-isim yang dibaca nashob, yakni tentang
tamyiz (pembedaan) dan pembagiannya, sebagaimana ulasan berikut.
Tamyiz adalah isim yang dibaca nashob yang menjelaskan dzat
(benda) dan nisbat (hubungan) yang masih samar. Tamyiz dibagi
menjadi 2 bagian sebagaimana penjelasan tabel berikut:
َ‫َالت ْمي ْي‬
(Pembedaan)

َ‫مج َ ْْةل‬/‫ن ْس َب َْة‬ َ‫م ْف َر ْد‬/َْ‫َذات‬


(Hubungan/Jumlah) (Dzat/Mufrod)

َ‫غَ ْريَم َحو ْل‬ ‫ش ْبهَم ْقدَ َْار‬ ‫م ْقدَ َْار‬ َ‫عَدَ ْد‬
َ‫م َحو ْل‬
(Bukan (Menyerupai (Ukuran) (Bilangan)
(Pindahan)
Pindahan) Ukuran)

َ‫َع َالْم ْب َتدَ ا‬ َ‫َع َالْ َم ْفع ْولَبه‬ ‫َع َالْفَاع َل‬
‫إ‬
(Dari Kata (Dari Objek) (Dari Subjek)
Depan)
52 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
Agar sajian tabel di atas dapat dipahami dengan mudah, maka perlu
diuraikan penjelasan berikut ini:
Pertama, tamyiz dzat disebut juga dengan tamyiz mufrod yaitu
pembedaan (tamyiz) yang menjelaskan dzat/benda yang masih samar.
Amil/faktor yang menashobkan tamyiz dzat bisa berupa isim ‘adad
(bilangan), isim miqdar (ukuran) dan syibhu miqdar (menyerupai
ukuran). Tamyiz dzat/mufrod ada 3, antara lain:
1. Pembedaan (tamyiz) dari ‘adad (bilangan), sepertiََ‫( ا ْش َ َرتيْتَع ْرشْي َ َك َتااب‬Saya
‫إ‬
membeli 20 kitab);
2. Pembedaan (tamyiz) dari miqdar (ukuran), sepertiَ َ‫( لَنَا َش ْرب َأ ْرضا‬Kami
memiliki sejengkal tanah); Pembedaan (tamyiz) dari syibhu miqdar
(menyerupai ukuran), sepertiَ ‫( ملْ َق َال َ َذرة َخ َْريا‬seberat biji jagung
kebaikannya);
Kedua, tamyiz nisbat disebut juga dengan tamyiz jumlah yaitu
pembedaan yang menjelaskan nisbat (tetapnya hukum pada mahkum
‘alaih) yang masih samar. Amil/faktor yang menashobkan tamyiz nisbat
bisa berupa fi’il (kata kerja) dan isim sifat (kata benda yang berarti
sifat), seperti isim fa’il. Tamyiz nisbat/jumlah ada 2, antara lain:
1. Tamyiz muhawwal yaitu tamyiz yang asalnya pindahan dari perkara
lain. Tamyiz muhawwal ini ada 3, antara lain:
1). Tamyiz muhawwal anil fa’il (pindahan dari subjek), seperti َ ‫ت ََصب َب‬
َ‫( َزيْدَع ْرقا‬Zaid bercucuran keringatnya) asalnya َ‫;ت ََصب َبَع ْرق ََزيْد‬
2). Tamyiz muhawwal anil maf’ul bih (pindahan dari objek),
sepertiَ ‫( َوفَج ْرانَ َ ْال ْر َض َعي ْوان‬Saya/Allah yang memancarkan mata air)
asalnya َ‫َ;وفَج ْرانَ َعي ْو َنَ ْال ْرض‬
3). Tamyiz muhawwal anil mubtada’ (pindahan dari kata depan),
sepertiَ‫( َزيْد َ َا ْمجَل َمن َْك ََو ُْجا‬Zaid lebih tampan wajahnya daripadamu)
asalnya ‫ْك‬ ََ ‫و ْجه ََزيْدَ َا ْمجَلَمن‬.َ
2. Tamyiz ghairu muhawwal yaitu tamyiz yang disusun sejak permulaan
menjadi tamyiz dan bukan perpindahan dari perkara lain, seperti
َ‫ْستَالْ َقلْبَ َم َحبة‬ َ َ ‫( َا ْن َك‬Hati telah menjadi pudar cintanya).
‫إ‬
Sedangkan syarat-syarat untuk menjadi tamyiz ada 3, antara lain
adalah:
1. Tamyiz harus dibaca nashob, seperti َ‫ْستَالْ َقلْبَ َم ََحبة‬ َ َ ‫;َا ْن َك‬
‫َ إ‬
2. Tamyiz harus berupa isim nakiroh, seperti َ‫ْستَالْ َقلْبَ َم َحبة‬ َ َ ‫;َا ْنك‬
‫إ‬
Ainul Yaqin, M.A.| 53
3. Tamyiz harus berada setelah kalimat sempurna, misal َ‫ْستَالْ َقلْبَ َم َحبة‬
َ َ ‫َا ْن َك‬.
‫إ‬
َ
E. Latihan (َ‫) َالتدْ ريْ َبات‬
Setelah mengikuti pembelajaran mulai dari materi bacaan hingga
kaidah nahwiyah sebelumnya, peserta didik diharapkan mampu
membaca, menterjemah, memahami dan menuliskan kembali materi
bacaan tersebut dengan dipandu oleh pembimbing. Selain itu, setiap
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik harap dikonsultasikan
kepada pembimbing sebagai bentuk manifestasi dari adanya penguasaan
peserta didik terhadap materi yang telah disajikan melalui berbagai
metode pembelajaran. Misalnya, praktek, diskusi, dll.
54 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
BELAS KASIH DAN NASEHAT
A. Materi Bacaan (َ‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءة‬
Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah!
َ ‫يفَاليفقةَوالنصيحة‬
َ‫َفاحلسدَيرضَوال‬،‫َوينبغىَأنَيكونَصاحبَالعملَميفقاَانحصاَغريَحاسد‬
َ‫َولنهَيألكَاحلس ناتَكامَتألكَالنارَاحلاب َاالَالغباةَفاَنا َتَنفع َلزَّيدة‬،‫ينفع‬
َ‫ َواكنَش يخَاالسالم َبرهانَادلي َرمحهَهللا‬.‫حرصه َيفَطلبَالعملَوالتفقهَفيه‬
َ‫َلنَاملعملَيريدَأنَيكونَتلميذهَيفَالق َراٰنَعاملا‬،‫َانَاب َاملعملَيكونَعاملا‬:‫يقول‬
َ .‫فبربكةَاعتقادهَوشفقتهَيكونَابنهَعاملا‬
َ‫َوقد‬.‫َلنهَيفضحهَ َويضيعَأوقاته‬،‫َوينبغىَأنَالَينازعَأحداَوالَخيامصهَاالَحبق‬
َ :‫أنيدَفيهَيوس َاهلمذاِنَشعرا‬
‫ س يكفيهَمــاَفيهَوماَهوَفاعهل‬:: ‫الَجتزَانساانَعىلَسوءَفعهل‬
َ‫َفاذاَأقام َمصاحل َنفسه َتضم َذكل‬،‫َوأنَيَي تغلَمبصاحل َنفسه َالَبقهرَعد َوه‬
َ ‫َاحمتلواَم‬:‫َكامَقالَعيىسَب َمرمي‬.‫َوعليهَابلتحملَالس اميَم َالسفهاء‬.‫قهرَعد َوه‬
.‫السفيهَواحداَكَترحبواَعرشا‬
B. Arti Kosa Kata Materi (َ‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَات‬
Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata
yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:
Dengki : ‫اَلْ ََح ََس َد‬ Iri hati/cemburu : َ‫اَلْغََْب ََا َة‬
Apalagi : ‫ََالسَََي ََما‬ Belas kasih : َ‫اليَََفََقة‬
Musuhnya : َ‫َعَدَ َوه‬ Kecuali dengan benar : َ‫َحبق‬ ََ َ‫َاال‬
‫إ‬
Dungu/bodoh : َ‫السَفََْيه‬ Mencakup : ََ َ‫َتَضََم‬
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي‬
Selayaknya bagi orang yang berilmu menjadi orang yang mengasihi
dan penasehat dan bukan menjadi pendengki, sebab sifat iri dengki bisa
membahayakan dan tidak berguna. Selain itu, dengki juga bisa
melenyapkan berbagai kebaikan ibarat api melahap kayu bakar kecuali
sifat cemburu (ingin sama seperti prestasi orang lain tanpa berusaha
Ainul Yaqin, M.A.| 55
menghilangkan prestasi orang lain tsb), sebab sifat cemburu berguna
untuk meningkatkan motivasinya dalam menuntut ilmu dan
mendalaminya. Syaikh Burhanuddin berkata: Sesungguhnya putra sang
guru adalah seorang alim, sebab sang guru menginginkan muridnya mahir
dalam al-Qur’an. Maka berkat belas kasihnya kepada muridnya, purta beliau
menjadi seorang alim.
Dan selayaknya orang yang berilmu itu tidak menentang dan
memusuhi seseorang kecuali dengan benar, sebab hal itu bisa
menjelekkannya dan membuang-buang waktunya saja. Dalam hal ini,
Yusuf al-Hamdani menembangkan sebuah syair: Janganlah kamu
membalas atas kejelekan seseorang, sebab perbuatan jeleknya sendirilah yang
akan membalasnya.
Dan hendaknya orang yang berilmu itu menyibukkan diri untuk
memperbaiki dirinya dan bukan dengan memusuhi musuhnya, sebab
jika ia selalu melakukan perbaikan diri, maka hal itu cukuplah untuk
memusuhi musuhnya. Dan diharuskan baginya untuk menanggung
(bersabar) lebih-lebih dalam menghadapi orang yang dungu,
sebagaimana Isa bin Maryam bersabda: Bersabarlah kamu dengan seorang
yang bodoh, maka kamu akan beruntung dengan sepuluh (orang yang sukses).
َ
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dibahas terkait materi bacaan
di atas adalah lanjutan dari isim-isim yang dibaca nashob, yakni tentang
istitsna’ (pengecualian) dan pembagiannya, sebagaimana urain berikut.
Istitsna’ adalah mengecualikan sesuatu dengan huruf/perangkat
istitsna’ (pengeculian), yakni َ‫اال‬/illa atau salah satu perangkatnya,
‫إ‬
sebagaimana penjelasan tabel berikut:
Perangkat Hukum I’rob Contoh
No Syarat
Istitsna’ Mustatsna Kalimat
Apabila terdiri dari ‫قَا َمَالْ َق ْومَاال ََزيْدا‬
Nashob kalam tam mujab, baik ‫إ‬
muttashil/ munqothi’
‫قَا َمَالْ َق ْومَاالَب َ َقرا‬
‫إ‬
Badal Apabila terdiri dari َ‫َماَقَا َمَالْ َق ْومَاال ََزيْد‬
1 َ‫اال‬ (Pengganti) / kalam tam manfi yang ‫إ‬
‫إ‬ Nashob muttashil
‫َماَقَا َمَالْ َق ْومَاال ََزيْدا‬
‫إ‬
Apabila terdiri dari
Nashob kalam tam manfi yang ‫َماَقَا َمَالْ َق ْومَاال ََزيْدا‬
munqothi’ ‫إ‬
56 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
Relatif / ‫َماَقَا َمَاال ََزيْ َد‬
Apabila terdiri dari ‫إ‬
Tergantung َ ‫اَرأيْتَاال ََزيْدا‬ ‫َم‬
tuntutan amilnya
kalam naqish ‫َ إ‬
َ‫َماَ َم َر ْرتَاالَب َزيْد‬
‫إ‬
َ،‫َس َوى‬،‫غَ ْ َري‬ Karena mustatsna َ،‫َس َوى‬،‫قَا َمَالْ َق ْومَغَ ْ َري‬
2 Jar disandarkan (mudhaf
‫َس َوأ ََء‬،‫ى‬
َ ‫س َو‬ ilaih)
َ‫َس َوأ ََءَ َزيْد‬،‫ى‬ َ ‫س َو‬
Apabila huruf tersebut ‫قَا َمَالْ َق ْومَ َخ َال ََزيْدا‬
Nashob difungsikan sebagai alat َ ‫اَزيْدا‬ َ َ‫قَا َمَالْ َق ْومَعَد‬
َ،‫َعَدَ ا‬،‫َخ َال‬ pengecualian/fi’il madhi َ‫اَزيْدا‬ َ َ‫قَا َمَالْ َق ْومَ َحاش‬
3
‫َحاشَ ا‬ Apabila huruf tersebut َ‫قَا َمَالْ َق ْومَ َخ َال ََزيْد‬
Jar difungsikan sebagai َ َ‫اَزيْد‬ َ َ‫قَا َمَالْ َق ْومَعَد‬
huruf jar َ‫اَزيْد‬َ َ‫قَا َمَالْ َق ْومَ َحاش‬
Untuk lebih jelasnya terkait sajian tabel di atas, maka dapat dilihat
contoh dalam tabel berikut ini:
‫قَا َمَالْ َق ْومَاال ََزيْدا‬
‫إ‬
‫َزيْدَا‬ َ‫اال‬ َ‫الْ َق ْوم‬ ‫قَا ََم‬
‫إ‬
Mustatsna Adat istitsna’ Mustatsna minhu Fi’il
(Perangkat (Sumber
(Pengecualian) (Kata kerja)
pengecualian) pengecualian)
Sedangkan untuk memahami istilah-istilah pada tabel sebelumnya,
maka akan dijabarkan pada deskripsi berikut ini:
1). Kalam tam mujab adalah kalimat yang sempurna (kalimat yang
menyebutkan mustatsna dan mustatsna minhu) dan tidak terdiri dari
nafi (kata negatif);
2). Kalam tam manfi adalah kalimat yang sempurna (kalimat yang
menyebutkan mustatsna dan mustatsna minhu), akan tetapi
terdiri/didahului nafi (kata negatif);
3). Kalam naqish adalah kalimat yang tidak sempurna (kalimat yang
hanya menyebutkan mustatsna saja)
4). Istitsna’ muttashil adalah kalimat yang antara mustatsna dan mustatsna
minhu-nya sejenis;
5). Istitsna’ munqothi’ adalah kalimat yang antara mustatsna dan
mustatsna minhu-nya tidak sejenis.
َ
E. Latihan (َ‫) َالتدْ ريْ َبات‬
Lakukanlah evaluasi seperti pada bahasan sebelumnya!
Ainul Yaqin, M.A.| 57
MEMETIK MANFAAT DAN MENYESUAIKAN ETIKA
A. Materi Bacaan (َ‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءة‬
Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah!
‫يفَاالس تفادةَواقتباسَالدب‬
َ‫والَشكَأنَيكونَطالبَالعملَمس تفيداَيفَلكَوقتَحتَحيصلَهلَالفضل‬
َ‫َوطريقَاالس تفادةَأنَيكونَمعهَيفَلكَوقتَحمربةَحتَيكتب‬.‫والكاملَىفَالعمل‬
َ .‫َم َحفظَفرَوم َكتبَقر‬:‫َكامَقيل‬.‫ماَيسمعَم َالفوائدَالعلمية‬
َ‫َالعملَعز‬:‫َكامَقيل‬،‫والَبدَلاالبَالعملَم ََتملَامليقةَواملذةلَيفَطلبَالعمل‬
َ‫َوالمتلقَمذمومَاَالَيفَطلبَالعملَفانهَال‬.‫َالَيدر كَاالَبذلَالَعزَفيه‬،‫الَذلَفيه‬
َ.‫بدَهلَم َالمتلقَللس تاذَوالرشيكَوغريمهَلالس تفادةَمهنم‬
B. Arti Kosa Kata Materi (َ‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَات‬
Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata
yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:
Tiada kecukupan/mesti : ‫ََالَبَ َد‬ Tiada keraguan : َ ََ‫ََالَش‬
‫ك‬
Tempat tinta : َ‫مَ َْح َََربة‬ Kehinaan : َ‫اَلْ ََم ََذةل‬
Cari muka : َ‫التَ ََملَق‬ Saling memanfaatkan : َ‫ْ َاال ْسَتَََفا ََدة‬
Penyesuaian : َ‫اَْقتَََباس‬ Tidak bisa diraih : َ‫َ إَالَيَدَََْر ك‬
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي‬
Tiada keraguan lagi bahwa peserta didik hendaknya bisa memetik
manfaat setiap harinya, sehingga ia bisa memperoleh keutamaan dan
kesempurnaan ilmu. Sedangkan cara memetik manfaat ilmu ialah
hendaknya ia selalu membawa tempat tinta (pena), sehingga ia bisa
mencatat faedah-faedah keilmuan yang ia dengar. Sebagaimana pernah
dikatakan: Barang siapa yang menghafal (sesuatu), maka (catatannya) itu
akan hilang, dan barang siapa yang mencatat (sesuatu), maka (catatannya)
itu akan abadi.
Dan sudah semestinya peserta didik mampu memikul beban
kesulitan dan kehinaan dalam menuntut ilmu, sebagaimana pernah
dikatakan: Ilmu itu adalah kemuliaan yang tiada kehinaan di dalam (ilmu
itu sendiri). Ilmu tidak bisa diraih kecuali dengan kehinaan yang tiada
kemuliaan di dalam (kehinaan itu sendiri). Adapun mencari muka
58 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
merupakan sifat tercela kecuali dalam mencari ilmu. Sebab itulah ia
semestinya boleh mencari muka kepada guru, teman dan orang lain
supaya ia bisa memetik manfaat dari mereka.
َ
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dibahas terkait materi bacaan
di atas adalah lanjutan dari isim-isim yang dibaca nashob, yakni tentang
isim-nya La dan pembagiannya, sebagaimana deskripsi berikut ini.
La (َ‫ َ)ال‬yang dimaksud pada pembahasan ini adalah َ‫ََال َ َال ِْت َلنَ ْفي َالْجنْس‬
yaitu ‫ ََال‬yang menashobkan isim nakiroh (kata benda umum) dengan
tanpa tanwin dan menafikan (menegatifkan) dengan cara menghabiskan
ََ La nafi jinis ini
(istighroq) semua jenis kata benda (isim) setelahnya ‫ال‬.
memiliki amal (tugas/fungsi) yang sama seperti amil nawasikh Inna (َ‫)ان‬
‫إ‬
yaitu menashobkan isim-nya dan merofa’kan khobar-nya.
Sedangkan macam-macam isim-nya La ada 3 macam bentuk,
sebagaimana dalam tabel berikut:
Bentuk Hukum I’rob
No
Isim La
Syarat Contoh Kalimat
Isim La
Jika isim-nya La ‫الَ َِر ُج َلِِِفِالدَّا ِر‬
berupa: (tiada seorang laiki-laki
1. isim mufrod itu di dalam Rumah)
Mabni fathah 2. jamak taksir
‫الَِ ِر َج َال ِِِفِالدَّا ِر‬
(tiada orang-orang laiki-
laki itu di dalam Rumah)
Jika isim-nya La ‫ي ِِِفِالدَّا ِر‬ ِ ْ َ‫الَِر ُجل‬
Mufrod َ
berupa: (tiada 2 orang laiki-laki
(tidak berupa 1. isim tatsniyah
1 mudhof atau syibhul itu di dalam Rumah)
2. jamak ِِ
mudhof) Mabni ya’ ‫ي ِِِفِالدَّا ِر‬ َ ْ ‫الَِنَائم‬
mudzakkar
salim (tiada orang-orang yang
tidur itu di dalam
Rumah)
Jika isim-nya La ‫ات ِِِفِالدَّا ِر‬ ِ ‫الَِمسلِم‬
َ ُْ
berupa jamak (tiada orang-orang
Mabni kasroh muannats salim muslimah itu di dalam
Rumah)
ِ ِ َ‫ال‬
Mudhof
Jika isim-nya La ِ‫ض ْوب‬ ُ ‫ِعام َلِعْل ٍم َِم ْغ‬ َ
berupa Mudhof (tiada orang yang
2 (susunan mudhof Nashob (susunan mudhof
dan mudhof ilaih) mengamalkan ilmunya
dan mudhof ilaih) ِitu dibenci)
Jika isim-nya La ِ‫ض ْوب‬ ِ ِ َ‫ال‬
3
Syibhul Mudhof
Nashob ُ ‫اِم ْغ‬
َ ‫ِعامالًِعْل ًم‬ َ
(lafadz yang berupa Syibhul (tiada orang yang
Ainul Yaqin, M.A.| 59
dihubungkan Mudhof (lafadz mengamalkan ilmunya
dengan lafadz lain yang dihubungkan itu dibenci)
untuk arti lafadz dengan lafadz lain
yang diserupakan untuk arti lafadz
dengan mudhof) yang diserupakan
dengan mudhof)
Selanjutnya, ada beberapa ketentuan dari La nafi jinis ini kapan La
difungsikan (َ‫)ا ْ َمعال َ َال‬, kapan tidak difungsikan/disia-siakan (َ‫)الْغَاء َ َال‬, dan
‫إ‬ ‫إ‬
kapan boleh memfungsikan dan menyia-nyiakan La (َ‫)ا ْ َمعال َ َال ََوالْغَاء َ َال‬,
‫إ‬ ‫إ‬
sebagaimana penjelasan tabel berikut:
Hukum I’rob Contoh
No Syarat
Isim La Kalimat
1. Jika isim dan khobarnya berupa
isim nakiroh
Nashob dengan 2. Jika isimnya mendahui khobarnya
1 memfungsikan La 3. Jika La tidak bersamaan huruf jar َ‫َال ََرجلََيفَادلار‬
(َ‫)ا ْ َمعالَ َال‬ 4. Jika Mubasyaroh (bertemu
‫إ‬
langsung antara La dan isimnya)
5. Jika La tidak disebut berulang-ulang
Rofa’ dengan
Jika La disebut berulang-ulang dan
tidak
2 tidak bertemu langsung/terpisah َ‫َالَيفَادلار ََرجل ََو َالَا ْم َرأة‬
memfungsikan La
dengan isimnya
(ََ‫)الْغَاءَال‬
‫إ‬
Nashob dengan
memfungsikan La َ‫َال ََرجلََيفَادلارَ َو َالَا ْم َرأ َة‬
(َ‫)ا ْ َمعالَ َال‬ Jika La disebut berulang-ulang dan
3 ‫إ‬
Rofa’ dengan tidak bertemu lansung dengan isimnya
memfungsikan La َ‫َال ََرجلَيفَادلار ََو َالَا ْم َرأة‬
(َ‫)الْغَاءَ َال‬
‫إ‬
1. Dibaca fathah Jika isim La yang pertama dibaca َ‫َال ََرجلََيفَادلار ََو َالَا ْم َرأ َة‬
2. Dibaca Nashob fathah, maka isim La yang kedua ada َ‫َال ََرجلََيفَادلار ََو َالَا ْم َرأة‬
3. Dibaca Rofa’ 3 hukum i’rob َ‫َال ََرجلََيفَادلار ََو َالَا ْم َرأة‬
4
1. Dibaca Rofa’ Jika isim La yang pertama dibaca َ‫َال ََرجلَيفَادلار ََو َالَا ْم َرأة‬
rofa’, maka isim La yang kedua ada 2
2. Dibaca fathah hukum I’rob
‫َال ََرجلَيفَادلار ََو َالَا ْم َرأََة‬
َ
E. Latihan (َ‫) َالتدْ ريْ َبات‬
Lakukanlah evaluasi seperti pada bahasan sebelumnya!
60 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
WARA’ SAAT MENUNTUT ILMU
A. Materi Bacaan (َ‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءة‬
Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah!
َ ‫يفَالورعَيفَحاةلَالتعمل‬
َ‫َعليكََّيَطالبَالعمل َأنَيتحرزَع َالي بعَوكرثةَالنوم‬،‫وم َالورعَالاكمل‬
َ‫َلنَطعامَالسوق‬، ‫َ َوع َأَلكَطعامَالسوقَانَأمك‬،‫وكرثةَاللَكمَفاميَالَينفع‬
َ‫َولنَأبصار‬،‫َوأبعدَع َذكرَهللاَوأقربَاىلَالغفةل‬،‫أقربَاىلَالنجاسةَواشخباثة‬
َ .‫َفيتأذونَبذكلَفتذهبَبركته‬،‫الفقراءَتقعَعليهَوالَيقدرونَعىلَالرشاءَمنه‬
َ‫وم َالورع َعليك َأهيا َالاالب َأن َجيتنب َم َأهل َالفساد َواملعاىص‬
َ‫َ َوعليكَأيضا ََّي َطالباَابلعمل‬.‫ َفانَاجملاورةَمؤثرة‬،‫َوأنَجياورَالصلحاء‬،‫والتعايل‬
َ .‫َلنَذكلَيْسقَمعر كَويضيعَأوقاتك‬،‫أنَيتحرزَع َالغيبةَوع َجمالسةَاملكلار‬
َ‫َوم َُتاونَابلدب‬،‫َوينبغيَعليكََّيَطالبَعملَأنَالَيَتاونَابلدابَوالسنن‬
َ‫ َوم َُتاون َابلفرائض َحرم‬،‫ َوم َُتاون َابلسنن َحرم َالفرائض‬،‫حرم َالسنن‬
.‫َوالتعملَهلَأيْسَوفوائدهَأكرث‬،‫َفَكامَاكنَطالبَالعملَأورعَاكنَعلمهَأنفع‬.‫الَخرة‬
B. Arti Kosa Kata Materi (َ‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَات‬
Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata
yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:
Berpengaruh : ‫مَ ََؤثَ ََرَة‬ Wahai peserta didik : َ‫بَعَ ْمل‬ََ َ‫َََّيَ ََطال‬
Orang-orang shaleh : ََ‫الصََلَ ََحاء‬ Kenyang : َ‫اليَََبع‬
Meremehkan : ‫ُتَََ ََاو ََن‬ Kotoran : َ‫اَلْ ََخََباَثَة‬
Lebih mudah : َ َ ْ‫أََي‬
‫ْس‬ Gosip : ََ‫اَلَْغَْيََبة‬
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي‬
Termasuk dari kewaspadaan yang sempurna, diharuskan atasmu
wahai peserta didik untuk menjaga dari kenyang, banyak tidur, banyak
bicara hal-hal tak bermanfaat, dan memakan makanan pasar jika
memungkinkannya. Sebab, makanan pasar lebih mendekati najis dan
kotor, lebih menjauhkan dari mengingat Allah dan lebih mendekatkan
terhadap lupa diri (kelalaian). Selain itu, pandangan orang-orang fakir
yang tidak mampu membelinya juga tertuju pada makanan pasar itu,
Ainul Yaqin, M.A.| 61
dan hal itu bisa menyakiti (perasaan) mereka, sehingga menyebabkan
hilangnya keberkahan makanan pasar tersebut.
Termasuk (juga) dari kewaspadaan, diharuskan atasmu wahai
peserta didik untuk menjauhi orang-orang yang suka berbuat onar dan
maksiat serta pengangguran, dan hendaknya bergaul dengan orang-
orang sholeh. Sebab pergaulan itu juga berpengaruh, dan diharuskan
atasmu wahai peserta didik untuk menjaga dari gosip dan bergaul
dengan orang yang banyak bicara hal tak berguna. Sebab hal itu hanya
akan mencuri umur dan menyia-nyiakan waktumu.
Dan selayaknya juga bagimu wahai peserta didik untuk tidak
meremehkan etika dan berbagai kesunahan. Sebab barang siapa yang
meremehkan etika, maka ia akan terhalangi dari berbagai kesunahan,
dan barang siapa yang meremehkan berbagai kesunahan, maka akan
terhalangi dari berbagai kewajiban, dan barang siapa yang meremehkan
berbagai kewajiban, maka akan terhalangi akhiratnya. Sehingga jika
peserta didik menjadi orang yang lebih waspada, maka ilmunya bisa
lebih bermanfaat, belajarnya lebih mudah dan faedah-faedah (yang
diraih) lebih banyak.
َ
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dibahas terkait materi bacaan
di atas adalah lanjutan dari isim-isim yang dibaca nashob, yakni tentang
munada (panggilan) dan pembagiannya, sebagaimana ulasan berikut.
Munada adalah panggilan yang dibaca nashob yang ditujuakan agar
orang yang dipanggil mendatangi orang yang memanggil dengan
menggunakan salah satu huruf nida’ (panggilan). Dalam penggunaan-
nya, huruf nida’ ada 4 macam, sebagaimana ulasan tabel berikut:
No Jarak Huruf Nida’ Contoh Kalimat Arti
1 Dekat ‫َأ‬ َ‫أ َزيْد‬ Wahai Zaid
2 Sedang ‫َََّي‬ َ‫ََّي َزيْد‬ Wahai Zaid
3 Jauh ‫أ َْي‬-َ‫أ‬-‫ َا َََّي‬-‫ َه َيا‬-‫ََوا‬ َ‫أَ ََعَْبدَََهللا‬ Wahai Abdullah
Umum LK ‫ََّي َاهيَا‬ ْ َ‫ََّي َاهي‬
َ‫اَاالَن ْ ََسان‬ Wahai Manusia
4 ‫إ‬
Umum PR ‫ََّي َايَتَا‬ َ‫ََّي َايَتَاَالن ْفس‬ Wahai Jiwa
Sementara cara penggunaan beberapa huruf nida’ dalam tabel di
atas, biasanya: 1). Huruf nida’َ‫ َوأ‬biasanya digunakan pada kondisi susah.
62 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
Contoh: ‫ َ َوأ ََظه َْراَْه‬،‫( َوأ ََزيْدَ اَْه‬Aduh…sakitnya punggung!), (aduh…Zaid!); 2).
Kalimat َ‫ ََّي َاهلل‬bisa dirubah menjadi َ‫ َاللهم‬.
Sedangkan macam-macam munada ada 5, sebagaimana penjelasan
tabel berikut:
Contoh
No Munada Hukum I’rob Arti
Kalimat
Mabni dhommah,
1 َ‫م ْف َردَْعَ َ ْمل‬ َ‫ََّي َزيْد‬ kedudukan nashob
Wahai Zaid!
Mabni dhommah,
2 َ‫نَك َرةَْ َم ْقص ْو َد ْة‬ َ‫ََّي َرجل‬ kedudukan nashob
Wahai Lelaki!

َ‫نَك َرةَْغَ ْ َريَ َم ْقص ْو َد ْة‬ َ‫ََّي ََرجالَخ ْذَب َيد ْي‬ Wajib nashob dengan Wahai Lelaki!
3 tanda fathah Penganglah tanganku
Wajib nashob dengan
4 َ‫مضَ ْاف‬ َ‫ََّي َرس ْو َلَهللا‬ tanda fathah
Wahai Utusan Allah!
Wajib nashob dengan Wahai Dzat Pengasih
5 َ‫ش ْبهَالْمضَ اف‬ َ‫ََّي َرف ْيقاَابلْع َباد‬ tanda fathah para hamba
Agar beberapa istilah munada dalam tabel di atas lebih mudah
dipahami, maka perlu dijelaskan dalam deskripsi berikut ini: 1).
Munada mufrod ‘alam adalah panggilan yang tidak berupa mudhof atau
syibhul mudhof. Dengan kata lain, munada yang bisa terdiri dari isim
mufrod, isim tatsniyah dan jamak yang dimabnikan sesuai tanda rofa’nya,
yakni tanda dhommah, alif dan wawu. Seperti ‫َ ََّي َزيْد ْو ََن‬،‫َ ََّي َزيْدَ ان‬،‫ َ;َّي َزيْد‬2). Munada
nakiroh maqshudah adalah panggilan kepada seseorang yang telah
ditentukan/dimaklumi; 3). Munada nakiroh ghairu maqshudah adalah
panggilan kepada seseorang yang tidak ditentukan/dimaklumi; 4).
Munada mudhof adalah panggilan yang tersusun dari isim mudhof dan
mudhof ilaih; 5). Munada syibhul mudhof adalah panggilan yang berupa
lafadz yang membutuhkan lafadz lain untuk kesempurnaan artinya.
َ
E. Latihan (َ‫) َالتدْ ريْ َبات‬
Setelah mengikuti pembelajaran mulai dari materi bacaan hingga
kaidah nahwiyah sebelumnya, peserta didik diharapkan mampu
membaca, menterjemah, memahami dan menuliskan kembali materi
bacaan tersebut dengan dipandu oleh pembimbing. Selain itu, setiap
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik harap dikonsultasikan
kepada pembimbing sebagai bentuk manifestasi dari adanya penguasaan
peserta didik terhadap materi yang telah disajikan melalui berbagai
metode pembelajaran. Misalnya, praktek, diskusi, dll.
‫‪Ainul Yaqin, M.A.| 63‬‬
‫‪FAKTOR HAFAL DAN LUPA‬‬
‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءةَ( ‪A. Materi Bacaan‬‬
‫!‪Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah‬‬
‫فاميَيورثَاحلفظَوالنس يان‬
‫وأقوى َأس باب َاحلفظ َعَلَيك ََّيطالب َالعمل َنفسه َمخسة َأش ياء‪َ :‬اجلد‪َ،‬‬
‫واملواظبة‪َ،‬وتقليلَالغذاء‪َ،‬وصالةَالليل‪َ،‬وقراءةَالقرأن‪َ،‬وهَم َأس بابَاحلفظ‪َ.‬‬
‫كامَقيل‪َ:‬ليسَش يَأزيدَللحفظَم َقراءةَالقرأنَنظرا‪َ.‬والقراءةَنظراََتماَأفضل‪َ،‬‬
‫لقوهلَعليهَالصالةَوالسالم‪َ:‬أعظمَأعاملَأمِتَقراءةَالقرأنَنظرا‪َ .‬‬
‫وينبغيَهلَأنَيكونَجمَتدا َيفَتعملَادلرس‪َ،‬ومازالَمكرراَفيهَولوَاكنَوقتَ‬
‫املذاكرةَقليال‪َ،‬لنَالعملَقدَيزولَاالَأنَيكرثَالتعملَوالتكرارَوتعويدهام‪.‬‬
‫وأما َأقوىَماَيورثَالنس يانَهلَفَقسمَاملصن َأربعةَأش ياء‪َ:‬املعايص‪َ ،‬وكرثةَ‬
‫اذلنوب‪َ ،‬وكرثة َاهلمومَوالحزانَيف َأمورَادلنيا َالفانية‪َ،‬وكرثةَاالش تغالَوالعالئق‪َ.‬‬
‫كامَييكوَاليافعىَرضَهللاَعنهَاىلَش يخهَشعرا‪َ :‬‬
‫شكوتَاىلَوكيعَسوءَحفظي ‪ ::‬فأرشــــدِنَاىلَتر كَاملعايص‬
‫فانَاحلفظَفضلَمــــــــ َاهل َ ‪ ::‬وفضلَهللاَالَيعاىَلعاىص َ‬
‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَاتَ( ‪B. Arti Kosa Kata Materi‬‬
‫‪Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata‬‬
‫‪yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:‬‬
‫‪Pembiasaan keduanya‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َتََْع َوَيْدََ ََُها‬ ‫‪Terkuat‬‬ ‫‪:‬‬ ‫أََْق ََوى‬
‫‪Maka membagi‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َفَََقسَ ََم‬ ‫‪Yang sempurna‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َتََمَا‬
‫‪Selalu‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََم ََازا ََل‬ ‫‪Mengadu‬‬ ‫‪:‬‬ ‫َي َيَْكَ َْو‬
‫‪Berbagai relasi‬‬ ‫‪:‬‬ ‫اَلََْع َ َالئَقَ‬ ‫‪Jam belajar‬‬ ‫‪:‬‬ ‫ََوَْقتََاَلْمَ ََذا ََك ََرةَ‬
‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي( ‪C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi‬‬
‫‪Adapun faktor terkuat yang menyebabkan hafal bagi peserta didik‬‬
‫‪sendiri ada lima hal: 1). Rajin/tekun; 2). Konsisten; 3). Sedikit makan; 4).‬‬
‫‪Shalat malam; dan 5). Membaca al-Qur’an dengan melihat. Dan hal itu‬‬
‫‪termasuk faktor penyebab hafal, sebagaimana dikatakan: Tiada hal yang‬‬
‫‪lebih meningkatkan hafalan dari pada membaca al-Qur’an dengan melihat.‬‬
‫‪Sedangkan membaca al-Qur’an dengan penglihatan yang sempurna‬‬
64 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
adalah lebih utama. Sebab itu, Nabi juga pernah bersabda: Paling
agungnya perbuatan umatku adalah membaca al-Qur’an dengan melihat.
Dan selayaknya bagi peserta didik untuk tekun dalam mempelajari
pelajaran dan selalu mengulaginya, walaupun jam belajarnya hanya
sebentar. Sebab ilmu itu terkadang hilang keculia ia memperbanyak
dan membiasakan belajar dan mengulang-ulangnya.
Sedangkan faktor terkuat yang menyebabkan lupa bagi peserta
didik, maka pengarang membaginya terhadap empat hal: 1). Berbuat
maksiat; 2). Banyak dosa; 3). Sering susah dan sedih dalam urusan duniawi
yang fana; dan 4). Banyak kesibukan dan berbagai relasi (tak berguna). Hal
ini sebagaimana Imam Syafi’ie pernah mengadu kepada gurunya dalam
sebuah syair: Aku pernah mengadu kepada Imam Waki’ terkait jeleknya
hafalanku, sehingga beliau mengarahkanku untuk meninggalkan kemaksiatan.
Sebab hafalan itu merupakan anugerah ilahi, sementara anugerah Allah tidak
akan diberikan kepada orang yang suka bermaksiat.
َ
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫)ََالْ َق َواعدَالن ْحوية‬
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dibahas terkait materi bacaan
di atas adalah lanjutan dari isim-isim yang dibaca nashob, yakni tentang:
1). Khobar Kana dan saudaranya; 2). Isim Inna dan saudaranya; dan 3).
Isim-isim yang mengikuti isim yang dibaca nashob, meliputi: na’at, athaf,
taukid dan badal, sebagaimana ulasan berikut.
Pertama, khobar Kana dan saudaranya. Kana dan saudaranya
termasuk salah satu amil nawasikh yang bertugas untuk merusak hukum
i’rob pada khobar-nya yang awalnya rofa’ dengan tanda dhommah dirusak
menjadi nashob dengan tanda fathah. Misalnya pada kata yang bergaris
di bawahnya, َ‫ََو ْقَتََالَْم ََذَا َك ََرَةََقََلَ ْيَال‬
ََ ‫( َاك ََن‬jam belajarnya hanya sebentar)
Kedua, isim Inna dan saudaranya. Isim Inna dan saudaranya juga
termasuk salah satu amil nawasikh yang bertugas untuk merusak hukum
i’rob pada mubtada’ (isim)-nya yang awalnya rofa’ dengan tanda
dhommah dirusak menjadi nashob dengan tanda fathah. Misalnya pada
kata yang bergaris di bawahnya, َ‫( فََاَنَ َالَْحََْفظَ َفََضَْل‬sesungguhnya hafalan
‫إ‬
adalah anugerah).
Ketiga, isim-isim yang mengikuti isim yang dibaca nashob, meliputi:
1). Na’at, na’at-nya ikut nashob dengan tanda fathah. Misalnya pada
kata yang bergaris di bawahnya, ‫( ن َ َْظَرَا ََتََمَا‬dengan pandangan yang
sempurna); 2). Athaf, ma’thuf-nya ikut nashob dengan tanda fathah.
Ainul Yaqin, M.A.| 65
Misalnya pada kata yang bergaris di bawahnya, ‫َار‬ ََ ‫َمل ََوَالتَ ْك ََر‬
ََ ‫( التَ َع‬belajar dan
mengulang); 3). Taukid, taukid-nya ikut nashob dengan tanda fathah.
Misalnya pada kata yang bergaris di bawahnya, َ‫َمل ََن َ ْف ََسَه‬ َْ ‫َب َالَْع‬
ََ ‫( ََّي ََطَال‬wahai
peserta didik, sendirinya); dan 4). Badal, badal-nya ikut nashob dengan
tanda fathah. Misalnya pada kata yang bergaris di bawahnya, َ:‫أََْرَب َََع ََة َأَ ْشَََيا ََء‬
َْ ‫( اَلْ ََم َع‬terhadap 4 hal: berupa kemaksiatan).
‫َايص‬
َ
E. Latihan (َ‫) َالتدْ ريْ َبات‬
Setelah mengikuti pembelajaran mulai dari materi bacaan hingga
kaidah nahwiyah sebelumnya, peserta didik diharapkan mampu
membaca, menterjemah, memahami dan menuliskan kembali materi
bacaan tersebut dengan dipandu oleh pembimbing. Selain itu, setiap
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik harap dikonsultasikan
kepada pembimbing sebagai bentuk manifestasi dari adanya penguasaan
peserta didik terhadap materi yang telah disajikan melalui berbagai
metode pembelajaran. Misalnya, praktek, diskusi, dll.
66 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
FAKTOR PENDATANG DAN PENGHALANG RIZKI
A. Materi Bacaan (َ‫) َالْ َمادةَالْق َرا َءة‬
Bacalah materi berikut ini dengan benar sesuai kaidah nahwiyah!
‫فاميَجيلبَومينعَالرزق‬
َ.‫ َليتفرغَيف َطلبَالعمل‬،‫مثَالبدَلاالبَالعملَم َمعرفةَماَجيلبَومينعَالرزق‬
َ‫ َ َوأقواه َينقسم َاىل َمخسة‬،‫واعمل ََّيطالب َالعمل َأن َما َجيلب َالرزق َكثري َجدا‬
َ،‫ َوالبكور‬.‫َاس تزنلواَالرزقَابلصدقة‬:‫َلقوهلَصىلَهللاَعليهَوسمل‬،‫َالصدقة‬:‫أقسام‬
َ ‫َوحس َاحلظَم‬،‫وهوَمبار كَيزيدَيف َمجيعَالنعم َاجلزيةل َخصوصاَيف َالرزق‬
َ .‫َوطيبَاللَكم‬،‫َوبس َالوجه‬،‫مفاتيحَالرزق‬
َ‫َوأقواهَينقسمَاىل َمثانية‬،‫مث َاعملََّيطالبَالعمل َأن َماَمينعَالرزق َكثريَجدا‬
َ‫ َوهو َم َسبب َحرمان َالرزق َخصوصا َالكذب َفانه‬،‫ َارتاكب َاذلنب‬:‫أقسام‬
َ‫َوتر ك‬،‫َبلَتورثَالفقرَوفقرَالعملَأيضا‬،‫َوكرثةَالنوم‬،‫َونومَالصبحة‬،‫يورثَالفقر‬
َ.‫َوالَتا َونَيفَالمور‬،‫َوالكسل‬،‫َ َواالَساف‬،‫َوالبخل‬، ‫ادلعاءَللوادلي‬
B. Arti Kosa Kata Materi (َ‫) َالْ َم َعاِنَالْم ْف َردَات‬
Dari materi bacaan di atas, akan diuraikan beberapa arti kosa kata
yang dianggap urgen, sebagaimana berikut:
Supaya fokus : َ‫لَََيََتََفَر َغ‬ Nikmat-nikmat yang mulia : َ‫النَ ََعمََاَلْ ََجَزَيْ َةل‬
Terhalangnya : َ‫حََْرََمان‬ Berbuat dosa : َ ْ ‫بَاذلَن‬
‫ب‬ َ ‫َاَْرتَ ََاك‬
‫إ‬
Dengan sedekah : َ‫ابَلصَدَََقَة‬ Kunci-kunci rizki : َ‫الر َْزق‬ َ ََ‫ََمََفاتََْيح‬
Dan pelit : َ‫ََواَلْبَ َْخل‬ Wajah berseri-seri : َ‫َب َ َْس َاَلْ ََو َْجه‬
C. Terjemahan Dan Pemahaman Materi (‫) َالرت َْمجَة ََوالْت ْفه َْي‬
Maka semestinya bagi peserta didik untuk mengetahui faktor
pendatang dan penghalang rizki, supaya ia bisa fokus dalam menuntut
ilmu. Dan ketahuilah! Wahai peserta didik bahwa faktor pendatang
rizki banyak sekali, dan (faktor) terkuatnya terbagi dalam 5 bagian,
berupa: 1). Bersedekah, sebab Nabi Saw., bersabda: Turunkanlah rizki itu
dengan bersedekah; 2). Berpagi-pagi, hal itu merupakan keberkahan yang bisa
menambah dalam segala kenikmatan-kenikmatan yang mulia, utamanya soal
Ainul Yaqin, M.A.| 67
rizki; 3). Memperindah tulisan termasuk beberapa kunci rizki, 4). Wajah
berseri-seri; dan 5). Berbicara baik.
Kemudian ketahuilah juga! Wahai peserta didik bahwa faktor
penghalang rizki banyak sekali, dan faktor terkuatnya terbagi dalam 8
bagian, berupa: 1). Berbuat dosa, hal itu termasuk penyebab terhalangnya
rizki, utamanya berdusta, bahkan bisa menyebabkan kefakiran; 2). Tidur
pagi; 3). Banyak tidur, bahkan bisa menyebabkan kefakiran dan juga fakir
ilmu; 4). Meninggalkan doa untuk kedua orang tua; 5). Pelit; 6). Boros; 7).
Malas; dan 8). Meremehkan berbagai persoalaan.
D. Kaidah Nahwiyah (َ‫) َالْ َق َواعدَالن ْحوية‬ َ
Adapun kaidah nahwiyah yang akan dibahas terkait materi bacaan
di atas adalah tentang isim-isim yang dibaca jar (َ‫ ) َمخْ ف ْوضَ ات َ ْال ْ ََمْساء‬dan
pembagiannya, sebagaimana dalam sajian tabel berikut:
َ‫َمخْف ْوضَ اتَ ْال ْ ََمْساء‬
(Isim-isim yang Dibaca Jar)

َ‫َتَ بعَللْ َمخْف ْوض‬ ‫َمخْف ْوضَابالضَ افَة‬ َ ‫َمخْف ْوضَابلْ َح ْر‬
‫ف‬
‫إ‬
(Dibaca Jar Sebab Mengikuti (Dibaca Jar Sebab (Dibaca Jar Sebab Dimasuki
Isim-Isim yang Dibaca Jar) Disandarkan Pada Kata Lain) Huruf Jar)

َ‫بَدَ ْل‬ َْ‫ت َْوكيد‬ َ ْ ‫ع ََا‬ َْ‫ن َ َعت‬


(Kata Pengganti) (Kata Penguat) (Kata Penghubung) (Kata Sifat)

Berdasarkan tabel di atas, bisa dipahami bahwa isim-isim yang


dibaca jar ada 3 macam, sebagaimana penjelasan tabel berikut:
Isim-Isim
Contoh
No Yang Dibaca Keterangan
Kalimat
Jar
Dibaca jar sebab
dimasuki huruf
ِ‫تِبَِزيْ ٍد‬
ُ ‫َمَرْر‬
jar yang Lafadz ‫ َزيْ ٍِد‬dibaca jar dengan tanda
1 jumlahnya ada 9 (Saya berjalan
ِ ِ kasroh, sebab dimasuki huruf jar ba’
ْ ِ َ‫ِعل‬،
(ِ،‫ِِف‬،‫ى‬ َ ‫ِع ْن‬،
َ ‫م ْنِا ََل‬ bertemu Zaid)
،‫ِالَ ْم‬،‫ف‬
ْ َ‫ِكا‬،‫اء‬
ْ َ‫ِب‬،‫ب‬
َّ ‫)ر‬
ُ
Dibaca jar sebab ِ‫تِبَِر ُس ْوِل َِزيْ ٍد‬
ُ ‫َمَرْر‬ Lafadz ‫ َزيْ ٍِد‬dibaca jar dengan tanda
disandarkan (Saya berjalan kasroh, sebab menjadi mudhof ilaih
2
(menjadi mudhof bertemu utusan (disandarkan) pada lafadz ِ‫ َر ُس ْوِل‬yang
ilaih) Zaid) menjadi mudhof (sandaran)
68 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
ِ ‫مررتِبِزي ٍدِاَلْع‬
ِ‫اَل‬ َ َْ ُ ْ َ َ ِِ ‫ اَل َْع‬dibaca jar dengan tanda
Lafadz ‫اَل‬
(Saya berjalan kasroh, sebab menjadi na’at/sifat yang
bertemu Zaid mengikuti pada man’ut/maushuf-nya
yang ‘alim) yang dibaca jar, yaitu lafadz ‫)زيْ ٍِد‬َ
Lafadz ‫ ُُمَ َّم ٍِد‬dibaca jar dengan tanda
ِ‫ُِمَ َّم ٍد‬
ُ ‫تِبَِزيْ ٍد َِو‬
ُ ‫َمَرْر‬ kasroh, sebab menjadi ma’thuf/kata
(Saya berjalan yang dihubungkan yang mengikuti
Dibaca jar sebab bertemu Zaid pada ma’thuf alaih/kata yang
mengikuti isim- dan Muhammad) dihubungi yang dibaca jar, yaitu
isim yang dibaca lafadz ‫)زيْ ٍِد‬
َ
3 jar yang
ِ‫تِبَِزيْ ٍدِنَ ْف ِس ِه‬ ِ ِ
Lafadz ‫ نَ ْفس ِه‬dibaca jar dengan tanda
jumlahnya ada 4 ُ ‫َمَرْر‬
(na’at, athaf, (Saya berjalan kasroh, sebab menjadi taukid/penguat
taukid, dan badal) bertemu Zaid yang mengikuti pada muakkad/kata
sendiri) yang dikuatkannya yang dibaca jar,
yaitu lafadz ‫)زيْ ٍِد‬
َ
ِ‫ك‬ ِ ‫مررتِبِزي ٍدِأ‬ Lafadz ‫ك‬ ِ
َِ ‫ أَخْي‬dibaca jar dengan tanda
َ ‫َخْي‬ َْ ُ ْ َ َ
(Saya berjalan ya’, sebab menjadi badal/pengganti
bertemu Zaid, yang mengikuti pada mubdal
Saudaramu) minhu/kata yang digantikannya yang
dibaca jar, yaitu lafadz ‫)زيْ ٍِد‬
َ
َ
E. Latihan (َ‫) َالتدْ ريْ َبات‬
Setelah mengikuti pembelajaran mulai dari materi bacaan hingga
kaidah nahwiyah sebelumnya, peserta didik diharapkan mampu
membaca, menterjemah, memahami dan menuliskan kembali materi
bacaan tersebut dengan dipandu oleh pembimbing. Selain itu, setiap
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik harap dikonsultasikan
kepada pembimbing sebagai bentuk manifestasi dari adanya penguasaan
peserta didik terhadap materi yang telah disajikan melalui berbagai
metode pembelajaran. Misalnya, praktek, diskusi, dll.
‫‪Ainul Yaqin, M.A.| 69‬‬
‫)‪Contoh Tabel Wazan (kata yang terdiri dari fa’, ain dan lam fi’il secara urut‬‬
‫‪Tashrif Ishthilahi (perubahan kata secara horizontal) Dan Bentuk-Bentuknya‬‬
‫سَ‬
‫َا َْ‬ ‫سَ‬
‫َا َْ‬ ‫فَعَ َْلَ فَعَ َْلَ‬ ‫سَ‬
‫َا َْ‬ ‫سَ‬ ‫سَ َا َْ‬ ‫سَ َا َْ‬ ‫ََم ْ َصدََ َْرَ َا َْ‬ ‫فَعَ َْلَ‬ ‫فَعَ َْلَ‬
‫ان\ََم ََاك ْنَ إ أَ َْةلَ‬
‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫َ‬ ‫إ‬ ‫ََم ْ َصدََ ْرَ‬
‫أَََم ْرَ َنََ ْىيَ ََزََم َْ‬ ‫ََمَْفعَ َْ‬
‫ول‬ ‫َضريَْ َفَاعَ َْل َاشََ ََارَْة‬
‫َ‬ ‫مَ ْيَ‬ ‫مَضََ َارَْع‬ ‫ََم َْ‬
‫اض‬
‫إ‬
‫افْع َْل َالتَ ْفع َْل َم ْف َعلَ‪ ×٢‬مف َعلَ‬
‫ْ‬ ‫َم ْفع ْولَ‬ ‫َ‬
‫ي َ ْفعلَ ف ْعالَ َو َمف َعالَ فه ََو فاعلَ َوذا كََ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫فَ َع ََل‬
‫)‪Contoh Tabel Mauzun (kata yang tidak terdiri dari fa’, ain dan lam fi’il secara urut‬‬
‫ْص َ َالتَ ْن َْ‬
‫ص َ َمن َْصَ‪ َ ×٢‬من َ َ‬
‫ْص َ‬ ‫َص َ ي َ ْنصَ َ ن َْصا َ َو َمن َْصا َ فَه ََو َ انَ صَ َ َو َذا كََ َ َمنْص ْورَ َ ان َْ‬ ‫ن َ ََ‬
‫‪Secara umum, wazan dalam ilmu morfologi (tashrif, yakni ilmu tentang‬‬
‫‪perubahan kata dari satu bentuk ke bentuk lain yang berbeda-beda untuk‬‬
‫‪mencapai berbagai makna yang diharapkan) secara horizontal, ada 4 macam‬‬
‫‪pola, meliputi: 1). Tsulatsi mujarrod (pola 3 huruf asli, dimana setiap akar‬‬
‫‪kata dalam bahasa arab berasal dari 3 huruf); 2). Ruba’ie (pola 4 huruf yang‬‬
‫‪berasal dari pola 3 huruf asli + 1 huruf tambahan); 3). Khumasi (pola 5 huruf‬‬
‫‪yang berasal dari 3 huruf asli + 2 huruf tambahan; 4). Sudasi (pola 6 huruf‬‬
‫‪yang berasal dari 3 huruf asli + 3 huruf tambahan), sebagaimana berikut:‬‬
‫‪1. Wazan tsulatsi mujarrod (pola 3 huruf asli) ada 6 bab, meliputi:‬‬
‫فَ َعلََي َ ْفعلَفَ ْعالَ َو َم ْف َعالَفَه َوَفَاعل ََو َذا كَ َ َم ْفع ْولَافْع ْلَ َالتَ ْفع ْلَ َم ْف َعلَ‪َ×٢‬م ْف َعلَ َ‬
‫فَ َعلََي َ ْفعلَفَ ْعال ََو َم ْف َعالَفَه َوَفَاعل ََو َذا كَ َ َم ْفع ْولَافْع ْلَ َالتَ ْفع ْلَ َم ْفعلَ‪َ×٢‬م ْف َعلَ َ‬
‫فَ َعلََي َ ْف َعلَفَ ْعال ََو َم ْف َعالَفَه َوَفَاعل ََو َذا كَََ َم ْفع ْولَافْ َع ْلَ َالتَ ْف َع ْلَ َم ْف َعلَ‪َ×٢‬م ْف َعالَ َ‬
‫فَعلََي َ ْف َعلَفَ ْعال ََو َم ْف َعالَفَه َوَفَاعل ََو َذا كَ َ َم ْفع ْولَافْ َع ْلَ َالتَ ْف َع ْلَ َم ْف َعلَ‪َ َ×٢‬‬
‫فَعلََي َ ْفعلَف ْعال ََو َم ْف َعالَفَه َوَفَ َعلَافْع ْلَ َالَتَ ْفع ْلَ َم ْف َعلَ‪َ ×٢‬‬
‫فَع ََل ي َ ْفعلَ ف ْع َالان ََو َم ْف َعالَ فَه ََو فَاعلَ َوذ َا كََ َم ْفع ْولَ افْع َْل َالتَ ْفع َْل َم ْفعلَ‪َ ×٢‬‬
‫‪2. Wazan tsulatsi mazid/ruba’ie (pola 4 huruf) ada 3 bab, meliputi:‬‬
‫فَعلََيفَعلَتَ ْفع ْيالَتَ ْفع َةلَتَ ْف َعاالَت ْف َعاالَمفَعالَفَه َوَمفَعل ََو َذا كَ َمفَعلَفَع ْلَ َالتفَع ْلَمفَعلَ‪َ َ×٢‬‬
‫فَاعَلََيفَاعلَمفَاعَ َةل ََوف َعاالَ َوف ْي َعاالَفَه َوَمفَاعل ََو َذا كَ َمفَاعَلَفَاع ْلَ َالتفَاع ْلَمفَاعَلَ‪َ ×٢‬‬
‫َافْ َعلََي ْفعلَافْ َعاالَ ََوم ْف َعالَفه َوَم ْفعل ََوذ َا كَ َم ْف َعلَ َافْع ْلَ َالت ْفعَ ْلَم ْف َعلَ‪َ ×٢‬‬
‫‪3. Wazan tsulatsi mazid/khumasi (pola 5 huruf) ada 5 bab, meliputi:‬‬
‫تَفَاعَلََي َ َتفَاعَلَتَفَاعالَ ََومتَفَاعَالَفَه َوَمتَفَاعلََ َو َذا كَََمتَفَاعَلَتَفَاعَ ْلَ َالتَ َتفَاعَ ْلَمتَفَاعَلَ‪َ ×٢‬‬
‫تَفَعلََي َ َتفَعلَتَفَعالَ ََوم َتفَعالَفَه َوَم َتفَعل ََو َذا كَ َم َتفَعلَتَفَع ْلَ َالتَ َتفَع ْلَم َتفَعلَ‪×٢‬‬
‫افْتَ َعلََي َ ْفتَعلَافْت َعاالَ ََوم ْفتَ َعالَفَه َوَم ْفتَعل ََو َذا كَ َم ْفتَ َعلَافْتَع ْلَ َالَتَ ْفتَع ْلَم ْفتَ َعلَ‪َ ×٢‬‬
‫إ‬
‫انْ َف َعلََي َ ْنفَعلَانْ َف َعاالَ ََومنْ َف َعالَفَه َوَمنْفَعل ََو َذا كَ َمنْفَ َعلَانْفَع ْلَ َالتَ ْنفَع ْلَمنْ َف َعلَ‪َ ×٢‬‬
‫إ‬
‫افْ َعلَي َ ْف َعلَافْع َالالَ ََوم ْف َعالَفَه َوَم ْف َعل ََو َذا كَ َم ْف َعلَافْ َعلَ َالتَ ْف َعلَم ْف َعلَ‪َ ×٢‬‬
‫إ‬
‫‪4. Wazan tsulatsi mazid/sudasi (pola 6 huruf) ada 4 bab, meliputi:‬‬
‫ا ْس َت ْف َعلََي َْس َت ْفعلَا ْس ت ْف َعاالَ ََوم ْس َت ْف َعالَفَه َوَم ْس َت ْفعل ََوذ َا كَ َم ْس َت ْف َعلَا ْس َت ْفع ْلَ َالت َ ْس َت ْفع ْلَم ْس َت ْف َعلَ‪َ ×٢‬‬
‫َالتَ ْف َع ْوع ْلَم ْف َع ْوعَلَ‪َ ×٢‬‬‫اَفَْ َع ْوعَلََي َ ْف ََع ْوعلَافْع ْي َعاال ََوم ْف َع ْوعَالَفَه ََوَم ْف َع ْوعلَ َوذ َا كَََم ْف َع ْوعَلَافْ َع ْوع ْل ََ‬
‫افْ َعالَي َ ْف َعالَافْع ْي َالال ََوم ْف َعاالَفَه َوَم ْف َعالَ َوذ َا كَََم ْف َعالَافْ َعال ََالتَ ْف َعالََم ْف َعالَ‪َ ×٢‬‬
‫افْ َعو َلَي َ ْف َعولَافْعواال ََوم ْف َعوالََفَه ََوَم ْف َعولَ َوذ َا كَََم ْف َعولَافْ َعو ْل ََالتَ ْف َعو َْلَم ْف َعولَ‪×٢‬‬
70 | Qiroatul Kutub At-Tarbawiyah
DAFTAR PUSTAKA
Ali. Muhammad Ma’shum bin, Amtsilah At-Tahsrifiyyah, Surabaya: Salim
Nabhan, t.t.
Ar-Ra’ieni. Muhammad bin Muhammad, Mutammimah Al-Ajurumiyyah,
Mesir: Maktabah Ibnu Taimiyah, t.t.
Az-Zarnuji, Ta’lim al-Muta’allim, Surabaya: Al-Hidayah, t.t.
Bik. Hefni, et.all, Qawa’id al-Lughah al-‘Arabiyah, Surabaya: Al-Hidayah,
t.t.
Fakhruddin. Ahmad, Al-Lubab ala Thariq al-Barqi fi Ta’allum al-Kitab,
Depok: Duta Grafika Nusantara, 2010.
Maftuhin. Muhammad, Jadwal An-Nahwi Al-Awwal, Sukodadi: t.p, t.t.
Malik. Jamaluddin Muhammad bin Abdullah bin, Ibnu ‘Aqil, Surabaya:
Maktabah Al-Hidayah, t.t.
Na’im. Abu, Sang Pangeran Nahwu al-Ajurumiyyah, Kediri: Mu’jizat
Group, 2009.
Shofwan. M. Sholehuddin, Mabadi’ An-Nahwiyah, Jombang: Darul
Hikmah, 2007.
Ainul Yaqin, M.A.| 71

Biodata Penulis

Ainul Yaqin, M.A., Putera terakhir dari empat


bersaudara dari pasangan H. Moh. Syakir
Hasyim (Alm) dan Hj. Suaibah Tsurayya, lahir
di Pamekasan, 30 Desember 1987, berdomisili
di Pondok Pesantren An-Nasyiin, Dusun
Pancor, Desa Grujugan, Kecamatan Larangan,
Kabupaten Pamekasan. Riwayat pendidikan:
RA. Tarbiyatun Nasyiin 1 Pamekasan (1994);
MI. Tarbiyatun Nasyiin 1 Pamekasan (2000);
MTs. Mambaul Ulum Bata-bata Pamekasan
(2004) dan mengenyam pendidikan Pesantren
di Pesantren tersebut; MA. Tarbiyatun Nasyiin 1 Pamekasan (2007); S1
STAIN Jember Jurusan Tarbiyah, Prodi PAI (2011); S2 Universitas Islam
Lamongan Magister Agama, Konsentrasi PAI (2014). Saat ini aktif sebagai
tenaga edukatif di Pesantren An-Nasyiin, Dosen Luar Biasa STAIN
Pamekasan 2014-2015 dan Dosen Tetap Non PNS IAIN Madura 2016-
Sekarang pada Fakultas Tarbiyah. Sebelumnya juga pernah menjadi
Dosen Luar Biasa di STAIMU Pamekasan 2013-2015 dan di UIM
Pamekasan 2014-2015. Selain itu, juga pernah aktif dalam berbagai
organisasi kemasyarakatan, antara lain: Aswaja Center PCNU Kab.
Pamekasan; Devisi Kajian Ahlussunnah Wal Jama’ah, Lembaga Bahtsul
Masa’il Pesantren An-Nasyiin dan Pesantren Darul Karomah Pamekasan,
serta memberikan dakwah kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai