PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesempurnaan agama islam dapat dilihat dimana syariat islam
diturunkan dalam bentuk yang umum dan mengglobal permasalahannya. Segala
bentuk peraturan aqidah, hukum, dan syariah tentunya sudah dituangkan kedalam
kitab al-Qur’an sebagai tuntunan umat islam dalam menjalani kehidupan.
Kesempurnaan ajaran islam telah Allah tuangkan kedalam firman-Nya:
َ ضيتُ لَ ُك ُم اإلس
ْالم دِينًا َ ُْليَ ْو َم أ َ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْمت
ِ علَ ْي ُك ْم ِن ْع َمتِي َو َر
Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi
agama bagimu.”
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian harta
2. Untuk mengetahui kedudukan harta dan anjuran untuk berusaha dan
memilikinya.
3. Untuk mengetahui fungsi harta
4. Untuk mengetahui pembagian harta dalam fiqh muamalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HARTA
Menurut etimologi, harta adalah: 1
1
Wahbah Al-Juhailli, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, Juz IV, Damsyik, Dar Al-Fikr,
1989, hlm. 40.
2
Ibid., hlm. 40 – 42
2
b. Dapat dimanfaatkan menurut kebiasaan
Segala sesuatu yang tidak bermanfaat sepeti daging bangkai, makanan
yang basi, tidak dapat disebut harta, atau bermanfaat, tetapi menurut
kebiasaan tidak diperhitungkan manusia, seperti satu biji gandum, setetes air,
segenggam tanah, dan lain-lain. Semua itu tidak disebut dengan harta sebab
terlalu sedikit sehingga zatnya tidak dapat dimanfaatkan, kecuali kalau
disatukan dengan hal lain.
2. Pendapat Jumhur Ulama Fiqih selain Hanafiyah
3
sebab dapat dikuasai dengan cara menguasai pokoknya. Selain itu,
kemanfaatan adalah maksud dari harta. Jika tidak memiliki manfaat, manusia
tidak mungkin mencari dan mencintai harta tersebut. Perbedaan pendapat di
atas, berdampak pada perbedaan dalam menetapkan beberapa ketetapan yang
berkaitan dengan hukum, terutama dalam hal gasab, persewaan, dan waris.
Jika ditelaah secara seksama, setiap barang akan memiliki alasan
sebagaiman di kemukakan oleh ulama Hanfiyah, yakni dibutuhkan oleh
pemiliknya dan akan menimbulkan pertentangan bila di gasab. Oleh karena
itu, pada dasarnya setiap orang yang meng-gasab semestinya bertanggung
jawab atas manfaat yang diambil dari benda tersebut. Berkenaan dengan hak,
seperti hak dalah Khiyar syarat dan ru’yah, menurut ulama Hanafiyah tidak
dapat diwariskan, sedangkan menurut ulama selain Hanafiyah dapat
diwariskan.
ٌٌظ يم
ِ ع
َ َّ إِنَّ َما أ َ ْم َوالُكُ ْم َوأ َ ْو َالدُكُ ْم فِتْنَة ٌ ۚ َو
َّللا ُ ِعندَه ُ أ َ ْج ٌر
Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
(bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Q.S. At-
Taghabun: 15).
4
3) Harta untuk Memenuhi kebutuhan dan mencapai kesenangan:
b. Dalam As-Sunnah
1) Kecelakaan bagi Penghamba pada harta:
َ ي َو اِ ْن لَ ْم يُ ْع
ط َ ض
ِ ي َر ِ ص ِة ا ِْن أُع
َ ْط َ ع ْبد ُ اْ ل َخ ِم ْي ِ ُ ع ْبد
َ الد ْينَا ِر َو َ ت َ ِع
َ س
.ش َ س َو اِذَا ِشي
َ َْك فَالَا ْنتَق َ س َوا ْنت َ َك َ س ِخ
َ ط ت َ ِع َ
Artinya: “Celakalah orang yang menjadi hamba dinar (uang), orang yang
menjadi hamba dirham, orang yang menjadi hamba toga atau
pakaian, jika diberi ia bangga, bila tidak diberi ia marah, mudah -
mudahan dia celaka dan merasa sakit, jika dia kena suatu musibah
dia tidak akan memperoleh jalan keluar”. (H.R. Bukhari).
5
harta kekayaan tidak mungkin datang sendiri, tetapi harus dicapai melalui
usaha. Diantara dalil-dalil tersebut adalah sebagai berikut. 3
Dalam Al-Quran pun disinggung pula perihal Nabi Nuh a.s. membuat
kapal (QS. Hud: 37,38) dan Nabi Musa a.s. menggembalakan domba selama
dua puluh tahun sebelum diutus menjadi rasul di negeri Madyan. Kita juga
mengetahui dari sejarah bahwa Nabi Muhammad SAW., dari kecil sudah
menggembalakan domba, kemudian berniaga untuk Siti Khadijah. Padahal
mereka adalah para Nabi yang suci, bergelar ulul azmi , tetapi mereka
berusaha sendiri untuk memenuhi kehidupannya.
b. Anjuran memanfaatkan dan memakan rezeki Allah SWT
وال فَا ْمشُوا فِي َمنَا ِكبِ َها َوكُلُوا ِمن َ هُ َو الَّذِي َجعَ َل لَكُ ُم ْاْل َ ْر
ً ُض ذَل
ۖ ِر ْزقِ ِه
Artinya: “Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezeki-Nya.” (QS. Al-Mulk: 15)
3
Rachmad Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 26-27
6
c. Rasulullah SAW. Menyuruh umatnya untuk bekerja
َ ع لَى
ظ ْه ِر ِه َ ب
ٍ ط َ الَ َء ْن يَأ ْ ُخذَ أ َ َحد ُ كُ ُم اْ ل َح ْبلَةَ فَيَأ ْ تِى بِ َح ْز َم ٍة ِم ْن َح
س أ َ ْعطُ ْوه ُ أ َ ْم
َ َّللا ُ بِ َه ا َو ْخ َهه ُ َخي ٌْر لَه ُ ِم ْن أ َ ْن يَ ْسأ َ َل النَّا
َّ فَيُبَيِعُ َها فَيَ ْك ِف ى
.ُ َمنَعُ ْو ه
Artinya: “Seseorang yang mengambil tali untuk mengikat kayu bakar,
kemudian memanggul dipundaknya untuk dijual kepada manusia,
sehingga Allah mencukupinya adalah lebih baik daripada meminta-
minta kepada manusia, yang kemungkinan akan memberinya atau
menolaknya.”
Selain itu, masih banyak doa dan zikir yang diajarkan Rasulullah
SAW., yang intinya memohon agar dimudahkan dalam berusaha dan
mendapatkan rezeki, seperti doa:
7
.ف َوا ْل ِغنَى
َ اَللَّ ُه َّم إِنِى أ َ ْسأَلُ َك ْال ُهد َى َوا لتُّقَى َوا ْلعَفَا
Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu atas petunjuk ketakwaan iffah
(dijauhkan dari hal-hal yang tidak halal), dan kekayaan.” (HR.
Muslim, Turmudzi, dan Ibnu Majah dari Ibn Mas’ud)
:ع ْوذ ُ بِ َك ِمنَ ا ْلكُ ْف ِر َوا ْلفَ ْق ِر قَا َل َر ُج ٌل أَيَ ْع ِد الَ ِن ؟ قَا َل
ُ َ ااَللَّ ُه َم إِنِى أ
. نَعَ ْم
Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kekufuran dan kefakiran,
seorang laki-laki berkata, apakah keduanya seimbang? Rasulullah
SAW., menjawab, Ya.”
ات َ ِصالَة
َ ع َّم ْن َم َ َكا نَ يَ ْمتَنِ ُع.م. اَنَّه ُ ص.ع.ع ْن أَبِى هُ َري َْرة َ ر
َّ ع ِن ال َ
. علَ ْي ِه دَ ْي ٌن لَ ْم يَت َ ُر ْك لَه ُ َوفَا ٌء
َ َو
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a bahwasannya Rasulullah SAW., melarang
kami untuk menyalati orang meninggal dunia yang mempunyai
utang, tetapi tidak meninggalkan harta untuk membayar utangnya.”
C. FUNGSI HARTA
Fungsi harta bagi manusia sangat banyak sekali. Harta dapat
menunjang kegiatan manusia, baik dalam kegiatan yang baik maupun dalam
kegiatan buruk. Oleh karena itu, manusia selalu berusaha untuk memiliki dan
menguasainya. Tidak jarang dengan memakai beragam cara yang dilarang
syara’ dan hukum Negara atau ketetapan yang telah disepakati oleh setiap
manusia.
8
Biasanya cara memperoleh harta, akan berpengaruh terhadap fungsi
harta. Seperti orang yang memperoleh harta dengan cara mencuri, ia
memfungsikan harta tersebut untuk kesenangan semata, seperti mabuk,
bermain wanita, judi, dan lain-lain.
Sebaliknya, orang yang mencari harta dengan cara halal, biasanya
memfungsikan atau memanfaatkan harta tersebut dengan cara yang halal pula,
biasanya memfungsikan hartanya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Dalam pembahasan ini, akan dikemukakan fungsi harta yang sesuai
dengan ketentuan syara’, antara lain: 4
ْس بِ َخي ِْر كُ ْم َم ْن ت َ َر َك الد ُّ ْنيَا ِْل َ ِخ َرتِ ِه َوالَ ا َ ِخ َر تَه ُ ِلد ُ ْنيَا ه ُ َحتَّى
َ لَي
.ِْب ِم ْن ُه َما َخ ِم ْيعًا فَ ِا َّن الد ُّ ْنيَا بَالَ غٌ إِلَى ْاْل َ ِخ َرة
َ صي
ِ ُي
4
Hendi Suhendi, Fiqih Mu’amalah, Bandung, Gunung Djati Press, 1997, hlm. 28 – 30
9
Artinya : “Bukanlah orang yang baik bagi mereka, yang menimbulkan
masalah dunia untuk masalah akhirat, dan meninggalkan
masalah akhirat untuk urusan dunia, melainkan seimbang di
antara keduanya, karena masalah dunia dapat menyampaikan
manusia kepada masalah akhirat”. (H.R. Bukhari).
5. Bekal mencari dan mengembangkan ilmu
6. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, seperti orang kaya
yang memberikan pekerjaan kepada orang miskin.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut fuqaha, harta bersendi kepada dua unsur yaitu, Unsur ‘Aniyah,
ialah harta dalam wujud nyata dan Unsur ‘Urf, ialah segala sesuatu yang
dipandang harta oleh seluruh manusia atau sebagian manusia, tidaklah manusia
memelihara sesuatu kecuali menginginkan manfaatnya, baik manfaat madiyah
maupun manfaat ma’nawiyah Harta menurut kedudukan al-qur’an dan as-sunnah.
Usaha-usaha dalam memperoleh harta antara lain: Niat,usaha,memohon kepada
Allah agar diberikan karunia dalam bentuk rezeki, dan tawakkal. Pembagian-
pembagian harta: mutaqawwim dan ghair mutaqawwim, iqar dan manqul, mitsli
dan qimi, istihlaki dan isti’mali.
Fungsi harta antara lain: Berfungsi sebagai penyempurna pelaksanaan
ibadah, Untuk meneruskan kehidupan dari periode ke periode selanjutnya, Untuk
memutar peranan kehidupan antara tuan dan pembantu, Untuk menumbuhkan
silahturahim.
11
DAFTAR PUSTAKA
Wahbah Al-Juhailli, Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuh, Juz IV, Damsyik, Dar Al-
Fikr, 1989.
12