Anda di halaman 1dari 14

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Nama Kelompok II

1. Eka Nurmaya Dewi (2001862)


2. Danang Rio Pambudi (2001830)
3. Hasrur Sidik (2001886)
4. Nur Mala Sari (2001827)

FIQIH MUAMALAH
HARTA DAN PERMASALAHANNYA

Dosen Pengampu Jaidil Kamal, M.E. Sy


Pengertian Harta
Dalam bahasa Arab harta disebut dengan sebutan al-mal. Berasal dari
kata ‫ َميْ ًال‬-‫ َي ِمي ُْل‬-َ‫ مَال‬yang mempunyai arti condong, cenderung dan miring. Al-ma ljuga b
isa disebut hal yang menyenangkan manusia, yang mereka pelihara baik itu dalam b
entuk materi, maupun manfaat. Begitu berharganya sebuah harta sehingga banyak m
anusia yang cenderung ingin memiliki dan menguasai harta.
Sedangkan menurut istilah syar’i harta diartikan sebagai segala sesuatu yang
dimanfaatkan pada sesuatu yang legal menurut hukum syara’ (hukum islam), seperti j
ual-beli (al-bay), pinjam-meminjam (‘ariyah), konsumsi dan hibah atau pemberian. B
eradasarkan pengertian tersebut. maka, segala sesuatu yang digunakan dan dimanfaa
tkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari disebut dengan harta. Seperti uang, t
anah, rumah, kendaraan, perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil peternakan, p
erkebunan, dan juga pakaian semuanya termasuk dalam kategori al-amwal.
Adapun secara istilah ahli fiqih, harta yaitu:
a) Menurut Ulama Hanafiyah, Segala sesuatu yang mempunyai nilai dan
dapat dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusak dan
melenyapkannya.
b) Menurut Ulama Madzhab Maliki, Harta adalah hak yang melekat pada
seseorang yang menghalangi orang lain untuk menguasainya dan
sesuatu yang diakui sebagai hak milik secara ‘uruf (adat).
c) Menurut Ulama Madzhab Syafi’i, Harta adalah sesuatu yang bermanfaat
bagi pemiliknya dan bernilai.
d) Menurut Ulama Madzhab Hambali, Harta adalah sesuatu yang
mempunyai nilai ekonomi dan dilindungi undang-undang
Kedudukan Harta Bagi Manusia
Disebutkan harta termasuk salah satu keperluan pokok manusia dalam menjalani kehidupa
n didunia ini, sehingga oleh para ulama ‘ushul fiqh persoalan harta dimasukkan kedalam
salah satu ad-dharuriyat al-khamsah (lima keperluan pokok), yang terdiri atas : agama, jiw
a, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena itu banyak manusia yang mempertahankan harta
dengan segala upaya yang dilakukan, sehingga dalam Al-Qur’an dan Hadits banyak
membicarakan harta serta kedudukannya.
Dalam ayat-ayat al-Qur’an, harta memiliki kedudukan antara lain:
• Harta sebagai amanah (titipan) dari allah SWT
• Harta merupakan sarana untuk memenuhi kesenangan
• Harta sebagai ujian keimanan
• Harta sebagai sarana untuk memperoleh bekal menuju kehidupan akhirat
• Harta sebagai perhiasan,
Fungsi Harta

Harta dipelihara manusia karena manusia membutuhkan manfaat harta tersebut,


maka fungsi harta amat banyak, baik kegunaan dalam yang baik, maupun kegunaan
dam hal yang jelek, yaitu:
• Untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah yang khas (mahdhah), sebab untuk
ibadah memerlukan alat-alat seperti kain untuk menutup aurat dalam
pelaksanaan shalat, bekal untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat, shadaq
ah, hibbah dan yang lainnya.
• Untuk meningkatkan keimanan (ketaqwaan) kepada Allah.
• Untuk menyelaraskan (menyeimbangkan) antara kehidupan dunia dan akhirat.
• Untuk meneruskan kehidupan dari satu periode ke periode berikutnya.
Fungsi Harta

• Untuk mengembangkan dan menegakkan ilmu-ilmu, karena menurut ilmu tanpa m


odal akan tersa sulit, seperti sesorang tidak bisa kuliah di perguruan tinggi bila ia
tidak memiliki biaya.
• Untuk memutarkan (mentasharuf) peranan-peranan kehidupan yakni adanya
pembantu dan tuan. Adanya orang kaya dan miskin sehingga antara pihak saling
membutuhkan karena itu tersusunlah masyarakat yang harmonis dan
berkecukupan.
• Untuk menumbuhkan silahturrahim, karena adanya perbedaan dan keperluan
sehingga terjadilah interaksi dan komunikasi silaturrahim dalam rangka saling
mencukupi kebutuhan.
Pembagian Harta

Dalam Islam sistem pembagian harta dibagi menjadi beberapa kelompok.


Pertama, menjelaskan harta dilihat dari segi wujud atau bentuknya harta.
• Bentuk harta terbagi menjadi dua, yaitu berupa ‘ain (benda atau barang)
dan manaafi’ (manfaat).
• Kedua, berdasarkan boleh tidaknya untuk memanfaatkan harta dibagi
menjadi mutaqawwim dan ghairul mutaqawwim.
• Ketiga, harta dilihat dari sisi ada atau tidaknya persamaan dari harta
tersebut di pasaran, terbagi menjadi mitsli dan qiimi.
‘Ain dan Manaafi’
Harta ‘ain atau materi ialah harta yang secara sifat benar-benar berwujud, bisa
disentuh, dipegang, diraba, dilihat, dan sebagainya. menyangkut hal ini,
Musthafa Ahmad al-Zarqa’ menyatakan “setiap materi (‘ain) yang mempunyai
nilai yang beredar dikalangan manusia”. Contohnya: rumah, lemari, komputer, H
P, sepeda motor, dan lain-lain.
Harta berwujud (‘ain) jika diklasifikasikan menurut wujud yang menyertainya, d
apat dibagi menjadi: ‘iqaar (barang tidak bias dipindahkan), manquul (barang d
apat dipindahkan), ‘uruudl (barang dagang), dan atsmaan (emas dan perak).
Mutaqawwim dan Ghairul Mutaqawwim
Harta mutaqawwim ialah harta yang halal (menurut syara’) untuk diambil manfaatnya.
Sedangkan ghairul mutaqawwim adalah harta yang tidak halal dimanfaatkan
(menurut syara’). Pembedaan pembagian harta Mutaqawwim dan Ghairul
Mutaqawwimakan terlihat jelas dalam hal keabsahan pemanfaatan harta tersebut
menurut syara’. Bangkai, babi dan khamr dalam Islam bukanlah harta yang halal
dimanfaatkan (menurut syara’).
Oleh sebab itu, tidak sah dilakukan akad terhadap benda-benda tersebut. Dari segi
ganti rugi, jika melenyapkan dengan sengaja harta Ghairul Mutaqawwim yang dimiliki
oleh seorang muslim, tidak dikenakan ganti rugi, karena harta tersebut tidak halal b
agi umat Islam. Berbeda halnya dengan khamr dan babi milik kafir dzimmi, m
enurut ulama mazhab Hanafi, jika dilenyapkan oleh seorang muslim, wajib dibayar ga
nti rugi, sebab menurut kafir dzimmi, kedua bentuk harta tersebut termasuk mu
taqawwim.
Mitsli dan Qiimi
Al-mitsli adalah harta yang terdapat padanannya di pasaran, tanpa adanya perbedaa
n atas bentuk fisik atau bagian-bagiannya, atau kasatuannya
Harta mitsli dapat dikategorikan menjadi empat bagian:
• Al-makiilat (sesuatu yang dapat ditakar) seperti; gandum, terigu, beras.
• Al-mauzunaat (sesuatu yang dapat ditimbang) seperti kapas, besi, tembaga.
• Al-‘adadiyaat (sesuatu yang dapat dihitung dan memiliki kemiripan bentuk fisik)
seperti; pisang, telor, apel, begitu juga dengan hasil-hasil industri, seperti; mobil
yang satu tipe, buku-buku baru, perabotan rumah, dan lainnya.
• Adz-dzira’iyaat (sesuatu yang dapat diukur dan memiliki persamaan atas bagian-
bagiannya) seperti; kain, kertas, tapi jika terdapat perbedaan atas juz-nya (bagian),
maka dikategorikan sebagai harta qimi, seperti tanah.
Al-qimi adalah harta yang tidak terdapat padanannya di pasaran,
atau terdapat padanannya, akan tetapi nilai tiap satuannya berbeda.
Al-maal al-qimi juga biasa disebut barang bernilai tinggi. Seperti
domba, tanah, kayu, dan lain-lainnya. Walaupun sama jika dilihat
dari fisiknya, akan tetapi setiap satu domba memiliki nilai yang
berbeda antara satu dan lainnya. Juga termasuk dalam harta qimi
adalah durian, semangka yang memiliki kualitas dan bentuk fisik
yang berbeda.
Permasalahan Harta
Harta juga berkedudukan sebagai amanat (fitnah). Karena harta sebagai titipan, maka
manusia tidak memiliki harta secara mutlak karena itu dalam pandangan tentang harta
terhadap hak-hak lain seperti zakat harta dan yang lainnya. Kedudukan harta juga dapat
sebagai musuh. Dimana dengan harta manusia bisa beribadah, dengan harta juga manusia
bisa berbuat kemungkaran. Karena inilah diantara hikmah mengapa Allah membatasi
rizkinya kepada sebagian umatnya. Agar umatnya tidak melakukan perbuatan melampaui
batas atau tindakan berlebih-lebihan.
Terdapat tiga golongan manusia ketika berhadapan dengan fitnah harta, yaitu
• Golongan pertama pertama, mereka yang mencari dan mengumpulkan harta
secukupnya, tapi juga tidak lupa untuk beramal atau berzakat.
• Golongan kedua adalah mereka yang berpikir bahwa harta dunia akan meningkatkan
derajatnya.
• dan golongan ketiga adalah mereka yang tidak berupaya mencari dunia, tapi dunia yan
g menghampiri mereka.
Permasalahan Harta

Oleh karena itu bagaimana cara dan metode agar kita selamat dari fitnah
harta tersebut? Maka hendaklah kita menggunakan harta ini dalam jalan
Allah, bukan jalan syetan dan hendaknya kita juga melaksanakan akan
hak harta itu, baik yang wajib maupun yang sunah. Seperti zakat dan
shadaqah. Karena kalau kita kaji buah yang akan kita peroleh dan kita
dapat dari zakat dan sadaqah itu sangat banyak sekali. Diantaranya Sadaqa
h ialah pembersih dan penyuci, Sadaqah menghindarkan musibah, Sadaqah
merupakan tanda dan bukti keimanan yang benar, Sadaqah akan mendapat
kan pahala yang tak putus meskipun orang sadaqah telah meninggal dan
Sadaqah menghapus kesalahan.
‫‪TERIMA‬‬
‫‪KASIH‬‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Anda mungkin juga menyukai