Anda di halaman 1dari 10

MENGANALISIS TAQABUDH DAN SEBAB-SEBAB AKAD BERAKHIR

Makalah ini di buat guna memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah

Dosen Pengampu:
Jureid, M.E.I

Disusun Oleh:

1. Ahmad Rezeky Halomoan : 21080028


2. Suci Aryuni : 21080029

PEOGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A 2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah atas segala limpahan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah Fiqh
Muamalah, Sholawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad saw
yang telah membimbing kita dari zaman jahiliyah hingga zaman penuh dengan
ilmu.
Berkat ridho Allah SWT, doa kedua orang tua dan juga ucapan terima kasih
kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas
ini.  kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
 Namun, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.  Dengan hati yang
terbuka kami menerima saran dan kritikan guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Panyabungan, Oktober 2022


Penulis,

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sejarah Islam............................................................. 3
B. Ruang Lingkup Sejarah Islam..................................................... 5
C. Pengertian Pendidikan Islam....................................................... 7
D. Aspek-aspek Pendidikan Islam.................................................... 9
E. Model Pendidikan Pendidikan Islam........................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................. 13
B. Saran............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA    
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kegiatan berbisnis adalah salah satu kegiatan yang tidak bisa dipisahkan
dari kehidupansehari-hari, dalam hal ini adalah jual beli.Hampir setiap hari,
manusia tidak bisa lepas dari yang namanya jual beli.1 Islam menganjurkan untuk
memproduksi barang yangbermanfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas.
Barang baik merupakan penamaan umum untuk segala sesuatu yang baik,berupa
jasa ataupun barang konsumsi. Barang itu secara umumdapat berupa makanan
pokok, tempat tinggal, pakaian, dan produksi barang jadi yang jelas
kehalalannya.2
Oleh sebab itu, pengetahuan tentang jual beli yang berprinsip syariat
sangat diperlukan. Salah satu contoh real dari konsep ini adalah dibolehkannya
beberapa akad yang banyak terjadi dikehidupan masyarakat sebagai sebuah
bentuk hukum atau syariat oleh Allah SWT. Ketetapan hukum diambil, dengan
tujuan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengaplikasikan
kepentingan mereka dan menjawab kebutuhan yang dibolehkan syari’at. Jual beli
barang merupakan transaksi paling kuatdalam dunia bisnis, bahkan itu adalah
bagian paling terpentingdalam sebuah usaha.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Taqabudh?
2. Apa yang menyebabkan akad berakhir?
3. Bagaimana mekanisme dari Taqabudh?
C. Rumusan Masalah
1. Memahami makna Taqabudh
2. Mempelajari yang menyebabkan akad berakhir
3. memahami mekanisme dari Taqabudh
1
Buchari Alma, Manajemen Bisnis Syariah, Bandung: Alfabeta, 2014, hal.142.
2
Ahmad Azhar Basyir, Azas-azas Hukum Muamalah, (Yogyakarta: UII Press,
2000),hal.4.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Taqabudh
Seluruh ulama sepakat bahwa qabdh berrati memiliki (hiyazah) barang yang
menjadi objek akad dan memanfaatkannya, baik berupa barang yang di terima
secara fisik (qadh Haqiqi) atau tidak di terima secara fisik (qabdh hukmi).
Memiliki objek akad (qabdh) adalah tujuan para pelaku akad melakukan
transaksi atau dalam bahasa fiqh muamalah tasallum wa taslim (menyerahkan dan
menerima objek akad), yakni mereka sudah bisa memiliki harga atau barang dan
bisa memanfaatkanya.3
Kata taqabudh secara bahasa berasal dari kata al-Qabdh [‫ ]القبض‬yang
memiliki banyak makna. Diantaranya, Mengambil, memenuhi, memiliki, dan
seterusnya. Sementara makna taqabudh secara istilah dikembalikan para ulama
kepada makna urf (pemahaman masyarakat). Dan kami tidak menjumpai dalam
kitab-kitab ulama madzhab yang memberikan definisi khusus untuk ‘taqabudh’.
Berikut beberapa keterangan mereka:
1. Keterangan al-Kasani (ulama Hanafiyah – wafat: 578 H).
Dalam Bada’i as-Shana’i dinyatakan

‫ وهو أن خيلي‬،‫ فالتسليم والقبض عندنا هو التخلية والتخلي‬،‫ والقبض‬،‫وأما تفسري التسليم‬
‫البائع بني املبيع وبني املشرتي برفع احلائل بينهما على وجه يتمكن املشرتي من التصرف‬
‫قابضا له‬
ً ‫ واملشرتي‬،‫مسلما للمبيع‬
ً ‫ فيجعل البائع‬،‫فيه‬

“Untuk definisi serah terima – menurut kami (Hanafiyah) – adalah


melepaskan atau mengosongkan (at-Takhliyah). Artinya, penjual telah
melepas objek transaksi untuk diserahkan ke pembeli, dengan menghilangkan

3
Izzudin Muhammad Khujah, Nazhariyyatu al-aqd fi al-fiqh al-islami, (Jeddah:Dallah al-
Baraka, 1993), hlm. 118.
semua penghalang, dimana pembeli berhak untuk mentransaksikannya.
Sehingga penjual menyerahkan objek, sementara pembeli menerimanya”.

2. Keterangan Kholil bin Ishaq (ulama Malikiyah – wafat: 776 H)


Dalam Mukhtashar Kholil dinyatakan,

‫ وغريه بالعرف‬،‫…وقبض العقار بالتخلية‬


“Serah terima properti adalah dengan at-Takhliyah (dilepaskan). Sementara
untuk objek yang lain dikembalikan kepada Urf (pemahaman masyarakat).”

3. Keterangan an-Nawawi (ulama Syafiiyah – wafat: 676 H).


Dalam al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab dinyatakan,

‫ الرجوع يف القبض إىل العرف‬:‫قال أصحابنا‬


“Para ulama madzhab kami (syafi’iyah) mengatakan, terkait serah terima
transaksi, dikembalikan ke urf (pemahaman masyarakat)”.

4. Keterangan Syaikhul Islam (ulama Hambali – wafat: 728 H)


Dalam Majmu’ al-Fatawa dinyatakan,

‫ وتارة بالعرف كالقبض والتفرق‬،‫األمساء تعرف حدودها تارة بالشرع كالصالة‬


“Ada istilah yang batasannya dikembalikan kepada definisi syariat, seperti
shalat, dan terkadang ada yang dikembalikan ke urf (pemahaman
masyarakat), seperti serah terima atau perpisahan”.

An-Nawawi memberikan rincian, bahwa dilihat dari objeknya,


taqabudh ada banyak ragam,
a. Properti diam, seperti tanah atau rumah
Objek ini, bentuk taqabudhnya adalah dengan at-Takhliyah, yaitu
penjual melepas setiap atribut pribadinya dan mengizinkan pembeli
untuk menggunakannya. Untuk saat ini ditandai dengan akta jual beli di
depan notaris. Atau jika tidak didaftarkan ke notaris, pihak penjual
mengizinkan pembeli untuk melakukan apapun terhadap objek itu.

b. Properti yang bisa dipindahkan namun berat, seperti kayu, karungan


gandum, dst.
Bentuk serah terimanya adalah dikeluarkan dari wilayah kekuasaan
penjual. Kata an-Nawawi,

‫فقبضه بالنقل إىل مكان ال اختصاص للبائع به سواء نقل إىل ملك املشرتى أو موات أو‬

‫شارع‬
“Taqabudhnya dengan dipindahkan ke tempat yang bukan wilayah
penjual, baik dipindahkan ke wilayah pembeli atau ditaruh di lahan
kosong atau di pinggir jalan.”

c. Benda yang bisa dipegang tangan, seperti dinar, dirham, kitab, atau
benda-benda kecil lainnya.
Bentuk taqabudhnya adalah dengan diterima fisiknya oleh pembeli. Kata
an-Nawawi,

‫فقبضه بالتناول بال خالف‬


Taqabudh untuk benda-benda kecil adalah dengan diterima oleh
pembeli – tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini.4

B. Mekanisme Taqabudh
Para fuqaha berbeda-beda menentukan cara taqabudh, karena perbedan
tradisi dan’urf sehingga syara’ tidak menjelaskan teknis taqabudh. Oleh karena
itu, yang menjadi standar qabdh adalah setiap cara yang merealisasikantujuan
akad. Misalnya cek adalah salah satu cara qabdh (menerima) uang, rahn resmi
adalah salah satu cara qabdh (menerima) rahn.

4
https://pengusahamuslim.com/7425-mengenal-taqabudh-serah-terima.html
Standar syariah dalam Al-mi’yar asy-syar’i no. 18 menjelaskan tentang
qabdh. Hal-hal yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Qabd berarti memiliki sesuatu sesuai dengan 'urf.


Para ahli fiqih sesuai sepakat bahwa 'urfmenjadi rujukan untuk
menentukan bentuk dan mekanisme taqabudh (serah terima). Al-Khatib
menjelaskan:“Ketika syariat Islam ini mewajibkan taqabudh tanpa
menjelaskan mekanismenya,maka yang menjadi rujukan adalah'urf.5 Pada
bagian lain Al-Khathabi mengatakan: “Teknis dan mekanis-menya taqabudh
atau serah terima itu berbeda-beda sesuai dengan tradisi masyarakat
setempat“.6
Ibnu Taimiyah mengatakan: “Setiap ketentuan yang tidak ada
batasannya baik dalam bahasa ataupun syara, maka yang menjadi rujukan
adalah tradisi setempat, seperti qabd yang disebutkan dalam hadis
Rasulullah Saw.:“Barangsiapa yang membeli makanan maka jangan
menjualnya sebelum ada serah terima“.7

2. Kedua, Qabd yang dimaksud bisa terealisir dengan cara-cara berikut:


Pertama, Qabd hakiki (serah terima fisik) dalam property itu bisa
dengan takhliah wa tamkin (memberikan kuasa kepada penyewa untuk
menempatinya). linisesuai dengan pendapat mayoritas ulama (Hanafiyah,
Nalikiah,Syafi'iyah,Hanabilah,Dzahiriyah) bahwa property itubala kuasa
kepada penyewa untuk menempatinya).5 Hanafiah mengatakan: "Jika rumah
memiliki kunci, maka serah terimanya dengan menyerahkan kuncinya".8
Kedua, Qabd hakiki (serah terima fisik) dalam barang-barang yrang
bisa dipindahtangankan itu dengan serah terima fisik. Sedangkan qabd hukmi
(serah terima non fisik) dalam barang-barang yang bisa dipindahtangankan
dengan takhliah wa tamkin karena menyerahkan barang menurut bahasa
5
Al Khatib,Mughnil Muhtaj,2/72.
6
Khatabi, MIa'ali Sunan, 3/136.
7
Ibnu Taimiyah,Majmu Fatawa,3/272.
8
atawa Hindia 3/16,Raudhatu Thalibin 3/515 Al-Mughni 4/333,Al-Muhala 8/89. Raudhul
Mukhtar 4/561.
adalah menyerahkan barang hak kepemilikan sehingga barang itu menjadi
hak milik pembeli. Di antara contohnya adalah sebagai berikut:
a. Tagabudh dalam akad sharf(jual beli mata uang) yaitu dengan serah
terima secara tunai di tempat akad.
b. Tagabudh (serah terima) dalam bank draft dan personal check itu
termasuk taqabudh hukmi karena tradisi itu bagian dari tradisi perbankan.
Pendapat ini juga dikuatkan oleh keputusan Lembaga Fikih OKI.
Menggunakan kartu ATM itu termasuk juga qabd hukmi karena telah
menjadi bagian dari tradisi perbankan. Begitu pula ketika seseorang
menyimpan sejumlah uang di rekening tertentu itu termasuk taqabudh hukmi
sesuai dengan keputusan Lembaga Fikih Islam OKI. Standar syariah AAOIFI
di atas menegaskan bahwa meka-nisme serah terima objek akad bisa
dilakukan dengan cara-cara lain.

C. Taqabudh Menjadi Syarat Sah Akad


Dari penjelasan di atas telah kita ketahui bahwa akad jual beli yang sah akan
berdampak beralihnya kepemilikan barang dari penjual kepada pembeli,
kepemilikan beralih dikarenakan akad. Dengan demikian, qabdhu berarti pihak
pembeli telah dapat menggunakan barang tersebut.
Dalam proses transaksi, baik secara umum atau khusus, taqabudh
merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Istilah taqabudh atau lebih
mudahnya kita sebut dengan “serah terima”, merupakan proses lanjutan setelah
terjadi kesepakatan antar pelaku transaksi. Bahkan terkadang proses ini
mendahului adanya kesepakatan dari kedua belah pihak. Hal lain yang tidak boleh
diremehkan adalah karena lalai terhadap masalah ini seseorang dapat terjatuh
dalam riba.
Ada dua hal yang merupakan konsekwensi taqabudh:
1. Kewenangan menggunakan barang, seperti: menjualnya kembali. Dan tidak sah
seseorang yang membeli barang kemudian dia jual kembali sebelum terjadi
taqabudh/qabdh atas barang tersebut. Nabi Muhammad SAW Bersabda :
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Nabi Saw bersabda: “Barang siapa
membeli makanan maka jangan dijual sebelum terjadi serah terima barang”
(HR. Bukhari-Muslim)
2. Tanggung jawab barang berpindah dari pihak penjual kepada pembeli. Jikalau
barang lenyap setelah terjadi jual beli dan sebelum terjadi qabdh maka barang
berada dalam tanggungan pihak penjual karena barang masih dalam
garansinya, kecuali sebab lenyapnya karena sipembeli.

Anda mungkin juga menyukai