Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BAITUL MAL WA TAMWIL

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Transaksi
Keuangan Syariah

Dosen Pengampu : Ganjar Santika, SEI., ME

Disusun oleh :
Abdur Rochman Adi Wijaya
1861206001

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM AR-RISALAH CIAMIS
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Baitul
Mal Wa Tamwil” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Transaksi Keuangan Syariah di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Ar-Risalah.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang Penjaminan Dalam Prespektif Islam.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ganjar


Santika, SEI., ME selaku dosen mata kuliah Transaksi Keuangan Syariah. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, 20 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2

1.3 Maksud dan Tujuan......................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Definisi BMT ( Baitul Maal Wat Tamwil)...................................................3

2.2 Landasan Hukum BMT ( Baitul Maal Wat Tamwil)...................................4

2.3 Tujuan Dan Fungsi BMT ( Baitul Maal Wat Tamwil)................................4

2.4 Prosedur Pendirian BMT ( Baitul Maal Wat Tamwil).................................5

2.5 Prospek Dan Tantangan BMT Di Masa Depan............................................7

BAB 3 PENUTUP.................................................................................................10

3.1..............................................................................Simpulan
....................................................................................................................10

3.2.................................................................................. Saran
....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam merupakan agama yang bersifat paripurna dan universal. Juga
merupakan agama yang lengkap dalam memberikan tuntunan dan panduan bagi
kehidupan umat manusia. Ajaran islam bukan hanya ibadah belaka. Islam
merupakan suatu sistem kehidupan yang seharusnya dijalankan oleh manusia
selaku Khalifah Allah SWT. Di muka bumi ini. Syariah islam merupakan syariah
yang bersifat komprehensif dan juga universal. Dengan penjelasan akan hal
tersebut menunjukka bahwa syariah yang berada dalam ajaran islam mencakup
berbagai aspek kehidupan umat manusia, baik dalam hal ibadah maupun sosial,
politik, dan ekonomi.

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dari tahun ke tahun terus


menunjukkan perkembangan yang sangat mengembirakan. Salah satu wujud dari
pesatnya perkembangan ekonomi syariah adalah dengan berkembangnya
perbankan yang berdasarkan syariah. Kemunculan perbankan syariah semakin
menguat tatkala dalam kondisi krisis ekonomi perbankan konvensional mengenai
keterpurukan sementara perbankan syariah tetap bertahan. Sehatnya
perekonomian satu bangsa ditandai dengan majunya ekonomi rakyat yang
sebagian besar adalah pengusaha kecil.

BMT ( Baitul Maal Wat Tamwil) merupakan lembaga keuangan yang


berpedoman Al-Qur’an dan Hadist, berbasis kerakyatan dengan pemberdayaan
usaha kecil dan menengah. Dalam aspek ekonomi, terdapat Lembaga Keuangan
adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana,
menyalurkan dana atau kedua duanya. BMT berkembang dari kegiatan Baitul
maal : bertugas menghimpun, mengelola, dan menyalurkan zakat, infak dan
shodaqah. Yang mana BMT sendiri memiliki visi untuk mewujudkan keuangan

1
syariah yang professional dan dapat meningkatkan tatanan perekonomian
masyarakat madani yang adil, makmur, berlandaskan syari’ah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Itu BMT ?
2. Bagaimana Landasan Hukum BMT?
3. Apa Tujuan Dan Fungsi BMT?
4. Bagaimana Prosedur Pendirian BMT ?
5. Bagaimana Prospek Dan Tantangan BMT Di Masa Depan?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk Mengetahui Tentang Definisi BMT.
2. Untuk Mengetahui Tentang Landasan Hukum BMT.
3. Untuk Mengetahui Tentang Tujuan Dan Fungsi BMT.
4. Untuk Mengetahui Tentang Proses Pendirian BMT.
5. Untuk Mengetahui Tentang Prospek Dan Tantangan BMT Di Masa Depan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI BMT (BAITUL MAL WA TAMWIL)


Baitul mal wa tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan
dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkemgangkan bisnis usaha mikro dan  kecil
dalam rangka mengangkat martabat dan serta membela kepentingan kaum fakir
miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi Baitul Tamwil (Bait =
Rumah, At Tamwil = Pengembangan Harta). Jadi BMT adalah balai usaha
mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha proktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas
kegitan ekonomi pengusaha bawah dan kecil dengan antara lain mendorong
kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan.

            Baitul mal wa tamwil atau pendanaan balai usaha mandiri terpadu
adalah lembaga ekonomi atau keuangan mikro yang dioperasikan berdasarkan
prinsip bagi hasil dan disebut sebagai lembaga keuangan syariah non perbankan
yang sifatnya informal. Disebut informal karen alembaga ini dibentuk atau
didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang berbeda dengan
lembaga keuangan perbankan dan lembga keuangan formal lainnya. Sebagai
lembaga keuangan ia bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT)
dan menyalurkan dana kepada masyarakat (anggota BMT) . sebagai lembaga
ekonomi ia juaga berhak melakukan kegiatan ekonomi, seperti perdagangan,
industri, dan pertanian.

Dengan begitu, BMT dikelola secara profesional sehingga mencapai tingkat


efiiensi ekonomi tertentu, demi mewujudkan kesejahteraan anggota, seiiring
penguatan kelembagaan BMT itu sendiri. Pada sudut pandang sosial, BMT (dalam
hal ini baitul mal) berorientasi pada peningkatan kehidupan anggota yang tidak
mungkin dijangkau dengan prinsip bisnis. Stimulan melalui dana ZIS akan
mengarahkan anggota untuk mengembangkan usahanya, untuk pada akhirnya
mampu mengembangkan dana bisnis.

3
2.2 LANDASAN HUKUM BMT (BAITUL MAL WA TAMWIL)
BMT (Baitul Maal wa Tamwil) berasaskan pancasila dan UUD 1945 serta
berlandaskan prinsip syariah islam, keimanan, keterpaduan, kekeluargaan atau
koperasi, kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme.

Dengan demikian, keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah dan legal.
Sebagai lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-
prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mau tumbuh
dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai
sukses di dunia dan akhiratjuga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial
dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai
kesuksesan tersebut diraih secara bersama. Kemandirian berarti BMT tidak dapat
hidup hanya dengan bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus
berkembang dari meningkatnya partisipasi anggota dan masyarakat, untuk itulah
pola pengelolaannya harus profesional.

2.3 TUJUAN DAN FUNGSI BMT (BAITUL MAL WA TAMWIL)


1) Tujuan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)
a) Penghimpun dan penyalur dana dengan penyimpan uang di BMT,
uang tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit
surplus (pihak yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak
yang kekurangan dana).
b) Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran
yang sah mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi
kewajiban suatu lembaga/perorangan.
c) Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan
memberi pendapatan kepada para pegawainya.
d) Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai
risiko keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.
e) Sebagai satu lembaga keuangan mikro Islam yang dapat memberikan
pembiayaan bagi usaha kecil, mikro, menengah dan juga koperasi

4
dengan kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan bagi
UMKM tesebut.

2) Fungsi Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)


a) Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong dan
mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi anggota,
kelompok anggota muamalat dan daerah kerjanya.
b) Meningkatkan kualitas SDI (Sumber Daya Insani) anggota menjadi
lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh
dalam menghadapi persaingan global.
c) Menggalang dan memobilisir potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
d) Menjadi perantara keuangan (Financial Intermediary) antara aghniya
sebagai shohibul maal dengan duafa sebagai mudharib, terutama
untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf dan hibah.

2.4 PROSEDUR PENDIRIAN BMT (BAITUL MAL WA TAMWIL)


Sebelum masuk kepada langkh-langkah pendirian BMT, ada beberapa hal
yang perlu untuk diperhatikan, yaitu mengenai lokasi atau tempat usaha BMT.
Sebaiknya berlokasi di tempat kegiatan-kegiatan ekonomi para anggotanya 
berlangsung, baik anggota  penyimpan dana maupun pengembang usaha atau
pengguna dana.  Selain itu, BMT dalam operasinalnya  bisa menggunakan masjid
atau secretariat pesantren sebagai basis kegiatan.

Untuk mendirikan BMT  terdapat beberpa tahapan  yang harus dilalui,


sebagaimana berikut: 

1) Perlu ada pemrakarsa, motivator yang telah mengetahui BMT.


Pemrakarsa mencoba meluaskan jaringan para sahabat dengan
menjelaskan tentang BMT  dan peranannya dalam mengangkat harkat
dan martabat rakyat. Jika dukungan cukup ada, maka perlu

5
berkonsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat setempat yang
berpengaruh, baikyang formal maupun yang informal.
2) Di antara pemrakarsa  membentuk Panitia Penyiapan Pendirian BMT
(P3B) di lokasi jamaah masjid, pesantren, desa miskin, kelurahan,
kecamatan, atau lainnya. Jika dalam satu kecamatan terdapat beberapa
P3B, maka P3B kecamatan menjadi  coordinator P3B yang ada.
3) P3B mencari modal awal atau modal perangsang sebesar
Rp.10.000.000.00 sampai dengan Rp.30.000.000,00 agar BMT
memulai operasi dengan syarat modal itu. Modal awal ini  dapat
berasal dari perorangan, lembaga , yayasan, BAZIS, Pemda, dan
sumber lainnya.
4) P3B bisa juga mencari modal-modal pendiri (Simpanan Pokok Khusus
/SPK semacam saham) dari sekitar 20-44 orang di kawasan tersebut
untuk mendapatkan dana urunan. Untuk kawasan perkotaan mencapai
jumlah Rp.20 sampai 35 juta rupiah. Sedangkan untuk kawasan
pedesaan SPK antara 10-20 juta.
5) Jika calon pemodal-pemodal pendiri telah ada, maka dipilih pengurus
yang ramping (3 orang maksimal 5 orang) yang akan mewakili pendiri
dalam mengarahkan kebijakan BMT. Pengurus mewakili para pemilik
modal BMT.
6) P3B atau pengurus jika telah adamencari dan memilih calon pengelola
BMT.
7) Mempersiapkan legalitas hokum untuk usaha sebagai :
a) KSM/LKM dengan mengirim surat ke PINBUK.
b) Koperasi  Simpan Pinjam (KSP) Syariah atau Koperasi Serba
Usaha (KSU) unit syariah dengan menghubungi kepala
kantor/dinas/badan koperasi dan pembinaan pengusaha kecil di
ibukota  kabupaten/kota.
8) Melatih calon pengelola sebaiknya juga diikuti oleh satu orang
pengurus dengan menghubungi kantor PINBUK terdekat.

6
9) Melaksanakan persiapan-persiapan sarana kantor dan berkas
administrasi yang diperlukan.
10) Melaksanakan bisnis operasi BMT.

Setelah BMT berdiri maka perlu diperhatikan bahwa struktur organisasi


BMT yang paling sederhana harus terdiri dari badan pendiri, badan pengawas,
anggota BMT, dan badan pengelola.

Badan pendiri adalah orang-orang yang mendirikan BMT dan mempunyai


hak prerogative yang seluas-luasnya dalam menentukan arah dan kebijakan BMT.
Dalam kapasitas ini, badan pendiri adalah salah ssatu truktur dalam BMT yang
berhak mengubah anggaran dasar dan bahkan sampai membubarkan BMT. Badan
pengawas adalah badan yang berwenang dalam menetapkan kebijakan operasional
BMT. Pihak-pihak yang bisa masuk menjadi badan  pengawas ini adalah anggota
badan pendiri, penyerta modal awal yang memiliki penyertaan tetap, dan anggota
BMT yang diangkat dan ditetapkan badan pendiri atas usulan badan pengawas.
Anggota BMT adalah orang-orang yang secara resmi mendaftarkan diri sebagai
anggota BMT dan dinyatakan diterima oleh badan pengelola. Badan pengelola
adalah sebuah badan yang mengelola BMT serta dipiilih dari dan oleh anggota
badan pengawas  (badan pendiri dan perwakilan anggota).

2.5 PROSPEK DAN TANTANGAN BMT (BAITUL MAL WA TAMWIL) DI


MASA DEPAN
Baitu Al-Maal Wa Al-Tamil (BMT) mengalami perkembangan yang sangat
pesat di tengah pertumbuhan roda ekonomi syari’ah. Saat ini jumlah BMT tidak
kurang dari 4.000 koperasi yang tersebar di seluruh pondok pesantren dan
lembaga keIslaman di Indonesia.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin menegaskan, bahwa BMT dapat berpotensi


menjadi penggerak perekonomian dari bawah sehingga diharapkan dapat menjadi
salah satu mesin penggerak ekonomi sosial. Dalam pandangannya, potensi
perkembangan BMT akan terus melesat mengingat bahwa pemerintah memiliki

7
kemauan politik yang sangat tinggi untuk mengembangkan ekonomi dan
keuangan syariah.

“Pengembangan ekonomi dan keuangan Syariah difokuskan kepada empat


hal yaitu: Pengembangan Industri Produk Halal, Pengembangan Industri
Keuangan Syariah, Pengembangan Dana Sosial Syariah, dan Pengembangan dan
perluasan kegiatan usaha Syariah”

Ke empat fokus upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di


atas, menurutnya, sangatlah erat kaitannya dengan pengembangan UMKM.
Kedepannya kesuksesan pelaksanaan 4 fokus tersebut akan menghasilkan UKM
termasuk BMT yang tangguh dan memiliki daya saing.

Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan perdagangan,


konsep baitul mal yang sederhana itu pun berubah, tidak sebatas menerima dan
menyalurkan harta tetapi juga mengelolanya secara lebih produktif untuk
memberdayakan perekonomian masyarakat. Penerimaannya juga tidak terbatas
pada zakat, infak dan shodaqoh, juga tidak mungkin lagi dari berbagai bentuk
harta yang diperoleh dari peperangan. Lagi pula peran pemberdayaan
perekonomian tidak hanya dikerjakan oleh negara.

Selain itu, dengan kehadiran BMT di harapkan mampu menjadi sarana


dalam menyalurkan dana untuk usaha bisnis kecil dengan mudah dan bersih,
karena didasarkan pada kemudahan dan bebas riba/bunga,
memperbaiki/meningkatkan taraf hidup masyarakat bawah, Lembaga keuangan
alternatif yang mudah diakses oleh masyarakat bawah dan bebas
riba/bunga,Lembaga untuk memberdayakan ekonomi ummat,mengentaskan
kemiskinan,meningkatkan produktivitas.

8
A. Tantangan BMT  Baitu Al-Maal Wa Al-Tamil
Dalam perkembangan BMT tentunya tidak lepas dari berbagai kendala.
Adapun kendala-kendala tersebut diantaranya:
1) Akumulasi kebutuhan dana masyarakat belum bisa dipenuhi BMT.
2) Adanya rentenir yang memberikan dana yang memadai dan pelayanan
yang baik dibanding BMT.
3) Nasabah bermasalah.
4) Persaingan tidak Islami antar BMT.
5) Sumber Daya Manusia kuranng.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN

Dari berbagai data di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa BMT secara


hukum berbeda status dengan bank syariah. Dengan begitu, BMT menerapkan
konsep syariah lebih baik dari Bank Syariah karena tidak diatur oleh regulasi
Bank Indonesia. Selain itu, BMT memiliki pangsa pasar yang berbeda dengan
Bank Syariah, khususnya dalam hal luasnya. Hal tersebut pula yang kemudian
berimbas pada perbedaan dalam hal mekanisme kerja keduanya. Proporsi
pendapatan dalam nisbah bagi hasil selalu lebih besar bagi pihak BMT, khususnya
dalam produk simpann.

Gerakan BMT yang gencar ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.
Pemerintah misalnya, perlu meregulasikan perundang-undangan yang jelas bagi
BMT, sehingga kinerjanya lebih optimal dan tidak terbentur urusan hukum.
Masyarakat pun akan mulai mempercayakan kebutuhan ekonominya pada
lembaga mikro syariah ini, khususnya masyarakat dengan tingkat ekonomi
menengah ke bawah.

3.2 SARAN
Apabila dalam makalah ini terdapat kata-kata yang salah ataupun kurang
tepat, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan
penulis untuk kesempuranaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Malik, Anas. 2017. Prospek Dan Tantangan Bmt Di Masa Depan. Retrieved
from prospek Dan Tantangan Bmt Di Masa Depan (sherliandini.blogspot.com)

Minanews. Net. 2021. Ma’ruf: Perkembangan BMT Sangat Pesat.


Retrieved from prospek Dan Tantangan Bmt Di Masa Depan
(sherliandini.blogspot.com)

Sarjana Ekonomi. 2020. BMT (Baitul Maal Wat Tamwil). Retrieved from
prospek Dan Tantangan Bmt Di Masa Depan (sherliandini.blogspot.com)

Dasar Hukum dan Peraturan Hukum terkait dengan BMT ~ MODEL


PENGEMBANGAN BMT (bmtwat-tamwil.blogspot.com)

Makalah: Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) (rahman8194.blogspot.com)

makalah BMT - Makalah

11

Anda mungkin juga menyukai