Anda di halaman 1dari 9

Etika Pebankan Syariah

Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang sempurna yang meliputi dan mengatur segala aspek
kehidupan manusia (syumul), ia mengatur sistem berakidah (tauhid), beribadah dan juga
bermuamalah, dimana yang satu dan lainnya saling berhubungan erat. Muamalah dalam islam
memiliki porsi yang memadai sebagaimana terdapat dalam dua dimensi lainnya. Bisnis
(tijarah) merupakan salah satu komponen utama dalam sistem muamalah. Oleh karena itu,
islam menganjurkan pemeluknya untuk menggeluti bidang ini secara professional (itqan),
sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya, keluarganya, dan kaum muslimin secara
umum.
Dalam melakukan kegiatan bisnis dimanapun, tentunya memerlukan moral sebagai
bentuk kosopanan sebagai etika yang baik dalam berbisnis. Dalam islam telah diajarkan tata
cara untuk berakhlak karimah yang tepat dalam melakukan bisnis. Etika sebagai bentuk dari
perwujudan norma-norma sosial yang berlaku di negara kita. Sehingga dalam melakukan
kegiatan bisnis yang dilakukan tidak terjadi kesalahan yang menimbulkan dosa.
Oleh karena itu, hendaknya kita terapkan bentuk dasar dari etika dan moral serta
norma-norma bisnis dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai perwujudan dari bentuk ketaatan
kita sebagai makhluk sosial di dunia ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian etika/ profei dan moral ?
2. Ruang lingkup etika perbankan islami ?
3. penerapannya dalam dunia perbankan ?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menambah ilmu dan wawasan tentang konsep etika bisnis islami.
2. Untuk menerapkan etika islami dalam dunia kerja
3. untuk mengetahui ruang limgkup etika islam

Bab II
pembahasan

A. Pengertian etika dan moral


1. Etika
Etika berasal dari bahasa yunani kuno, ethos. Dalam bentuk tunggal, kata tersebut
mempunyai banyak arti, yaitu: kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara
berpikir. Dalam bentuk jamak ( ta etha ) artinya adalah adat kebiasaan, arti terakhir inilah
yang menjadi latar belakang terbentuknya istilah ‘’etika’’ yang sudah dipakai oleh Aristoteles
(384-322 ) untuk menunjukkan filsapat moral.
Dalam kamus basar bahasa Indonesia, etika di jelaskan dengan membedakan tiga
arti. Pertama ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak). Kedua, kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan ketiga,
nilai mengenai benar dan salah yang di anut suatu golongan atau masyarakat.
K. Bertens dalam buku etika-nya, etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral
yang mejadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Yaiitu nilai dari benar salahnya yang dianut oleh suatu golongan atau masayarakat. Sampai
disini, etika. Sampai disini etika juga bisa disebut sebagai sistem nilai yang dapat berfungsi
dalam hidup manusia perorangan atau sosial.
Disamping itu etika dapat diartikan sebagai kode etik yang merupakan kumpulan asas
atau nilai moral. Seperti kode etik dokter, kode etik perd dan lain-lain. Juga etika sebagai
ilmu tentang baik dan buruk,
2. Moral
Adapun moral yang berasal dari bahasa latin mos (jamaknya mores ),secara
etimologis bermakna kebiasaan jika di definisikan, moral adalah nilai-nilai dan norma-
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah
lakunya, dalam batasan ini pengertian moral dan etika sama
Di muka telah telah di jelaskan ada persamaan antara etika dan moral, namun
keduanya dapat di bedakan. Amin Abdullah yang menulis desertasi, The idea of universality
of ethical norms in ghazali and kant, menyebut moral adalah aturan-aturan normative ( dalam
islam disebut dengan akhlak ) yang berlalku dalam suatu masyarakt tertentu yang terbataas
oleh ruang dan waktu, penerapan tata nilai moral dalam kehidupan sehari-hari dalam
masyarakaat tertentu menjadi kajian antropologi sedangkan etika adalah bidang garap filsafat.
Realitas moral dalam kehidupan masyarakat yang terjernihkan dalam studi kritis adalah
wilayah yang di bidangi etika. Jadi studi kritis tentang morlitas menjadi wilayah etika,shingga
moral tidak lain adalah objek material dari etika.

Dalam pengertian sederhana moral adalah seperangkat tata nilai yang sudah jadi dan
siap pakai sedangkan etika mempertanyakan secara kritis rumusan rumusan baik buruk yang
telah mengkristal dalam kehidupan sosial, untuk selanjutnya di rumuskn kembali tegasnya,
jika moral lebih condong kepada pengertian “ nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan
manusia itu sendiri “ , maka etika merupan ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk
( ethics atau ‘ilm al-akhlaq ) dan moral ( akhlak ) adalah praktiknya, etika tidak berbicara
bagaimana seharusnya, namun apa yang harus dilakukan, tentu saja dalam bingkaian baik dan
buruk.[1]
3. Profesi
Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian.
a. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
b. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
c. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
d. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam
Menurut Akhmad Tafsir seseorang di sebut memiliki profesi bila ia memenuhi
kriteria sebagai berikut :
a. Profesi harus memiliki keahlian yang khusus
b. Profesi harus sebagai pemenuhan panggilan hidup, artinya lapangan pengabdian.
c. Profesi memiliki teori –teori yang baku secara universal
d. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri
e. Profesi harus di lengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompotensi aplikatif
f. pemegang profesi memiliki otonom dalam melakukan profesinya
g. Profesi hendaknya memiliki kode etik
h. Profesi harus memiliki klien yang jelas ( pemakai jasa profesi)
i. Profesi memerlukan organisasi
j. Mengenali hubungan profesi dengan bidang – bidang lain.
Menurut Pakar Pendidikan Winarno Surrakhmad (hermawan,1979 ) menyatakan bahwa
sebuah profesi harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Profesi harus mempunyai bidang pekerjaan tertentu (spesifik) tidak boleh sama dengan
pekerjaan yang di lakukan oleh profesi yang lain.
. bidang pekerjaan profesi itu harus bersifat pengabdian kepada masyarakat (public sevice)
pekerjaan yang bersifat pengabdian lazimnya lebih banyak pengorbanannya dari pada
keuntungan ekonomi finansialnya.
c. Profesi harus mempunyai keterampilan khusus, yang tidak dimiliki oleh profesi yang lain.
e. Profesi harus mempunyai sikap dan kpribadian yang khas, yang menandakan Profesi itu
berbeda dengan profesi yang lain.
f. Profesi harus mempunyai organisasi profesi, yang akan berfungsi sebagai wadah untuk
menghimpun, mengelola dan melayani anggota profesinya.
g. Profesi harus mempunyai pedoman sikap dan tingkah laku bagi para anggotanya yang di
kenal dengan nama kode etik profesi.
h. Profesi harus mempunyai dewan kehormatan Profesi, yaitu organisasi yang bertugas
mengawasi perilaku para anggotanya dalam melaksakan tugasnya sehari- hari dan
memberikan pertimbangan kepada pengurus pusat pelanggaran kode etik yang dilakukan para
anggotanya.[2]

B. Ruang Lingkup Etika


tika sangat luas sehingga terbagi atau terpecah menjadi beberapa bagian atau bidang
atau bidang seperti :
1. Etika terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. Etika Profesi
4. Etika Politik
5. Etika Lingkungan
6. Etika Ideologi
a. Etika profesi Bank Syariah
Etika perbankan didefinisikan sebagai suatu kesepakatan para bankir yagn yang
merupan suatu norma sopan santun dalam menjalankan usahanya, dan merupakan prinsip-
prinsip moral atau nilai-nilai mengenai hal-hal yang dianggap baik dan mencegah yang tidak
baik [3]
Bank Syariah sebagai lembaga keuangan syariah yang mematuhi nilai-nilai Syariah
dalam menjalankan transaksi bisnisnya. Nilai-nilai syariah dalam perbankan syariah secara
otomatis memaksa perbankan syariah untuk mematuhi etika-etika yang berlaku dalam Islam.
Oleh karena itu etika bisnis dalam Islam menjadi salah satu penilaian kesyariah-an suatu
perbankan syariah.
b. Berikut beberapa ketentuan Umum dari Etika Islam yang harus dipatuhi perbankan syariah
dalam menjalankan transaksi bisnis sehari-hari.
1) Kesatuan (Tauhid/Unity)
Dalam hal ini adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang
memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik,
sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan
keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial
demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi
terpadu, vertikal maupun horisontal, membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam
sistem Islam.
2) Keseimbangan (Equilibrium/adil)
Islam sangat mengajurkan untuk berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat
curang atau berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun keadilan. Kecelakaan
besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain meminta untuk dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang
selalu dikurangi. Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis tersebut, karena
kunci keberhasilan bisnis adalah kepercayaan.
3) Kehendak Bebas (Free will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi kebebasan
itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya
batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja
dengan segala potensi yang dimilikinya.
Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang
tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya
melalui zakat, infak dan sedekah.
4) Tanggung jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena
tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan
keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan tindakanya secara logis
prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa
yang bebas dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang
dilakukannya.
5) Kebenaran: Kebajikan dan Kejujuran
Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari
kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks bisnis
kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi proses akad
(transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses
upaya meraih atau menetapkan keuntungan.
Dengan prinsip kebenaran ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku
preventif terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi,
kerjasama atau perjanjian dalam bisnis.
Etika pada sistem perbankan syariah digunakan sebagai tolak ukur kesyariahan suatu
perbankan syariah dalam operasional sehari-hari. Penting bagi tiap-tiap individu di Perbankan
syariah memahami akan pentingnya etika perbankan. Dikarenakan pentingnya hal tersebut,
maka pihak perbankan sudah sewajarnya memberikan anggaran khusus yang digunakan
untuk membentuk sumber daya insani yang melek akan etika perbankan syariah.
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bila mana
dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi
pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang
memerlukan.
Tanpa etika profesi, apa yang semula di kenal sebagai sebuah profesi yang terhormat
akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa yang sedikit
pun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme yang akhirnya tidak ada lagi kepercayaan
masyarkat terhadap elite profesional tsb.[4]
c. Kode Etik Profesi
Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh sekelompok
profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya
berbuat dan sekaligus menjamin mutu profesi itu dimata masyarakat. Apabila anggota
kelompok profesi itu menyimpang dari kode etiknya, maka kelompok profesi itu akan
tercemar di mata masyarakat. Oleh karena itu, kelompok profesi harus mencoba
menyelesaikan berdasarkan kekuasaannya sendiri.
Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara
sebagai pedoman berperilaku.
Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan
yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-
nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya.
Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada
masyarakat.
Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.(Chung, 1981
mengemukakan empat asas etis, yaitu :
1) Menghargai harkat dan martabata
2) Peduli dan bertanggung jawab
3) Integritas dalam hubungan
4) Tanggung jawab terhadap masyarakat.
Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus
sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan tujuan
mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan
monopoli profesi., yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang melindungi
kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364)
mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.
Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan,
tata cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi.
Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta mejiwai akan Pola, Ketentuan, aturan karena
pada dasarnya suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan berhadapan dengan
sanksi.
Kode etik profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan diubah
seiring perkembangan zaman. Kode etik profesi merupakan pengaturan diri profesi yang
bersangkutan, dan ini perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar.
Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai
yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Setiap kode etik profesi selalu dibuat tertulis
yang tersusun secara rapi, lengkap, tanpa catatan, dalam bahasa yang baik, sehingga menarik
perhatian dan menyenangkan pembacanya. Semua yang tergambar adalah perilaku yang baik-
baik. Bukan algoritma sederhana yang dapat menghasilkan keputusan etis atau tidak etis
Kadang-kadang bagian-bagian dari kode etik dapat terasa saling bertentangan ataupun dengan
kode etik lain.Kita harus menggunakan keputusan yang etis untuk bertindak sesuai dengan
semangat kode etik profesi.Kode etik yang baik menggariskan dengan jelas prinsip-prinsip
mendasar yang butuh pemikiran, bukan kepatuhan membuta.[5]

C. Norma, Konflik Norma Dan Dekadensi Moral.


Norama adalah tata aturan yang kalau di ikkuti akan membuat seseorang atau
sekelompok orang menjadi normal. Sebaiknya yang melanggarnya dianggap abnormal.
Setiap orang cenderung mengikuti norma yang ingin terlihat normal. Nnorma yang dapat
dalam suatu masyarakat itu juga ada bermacam-macam sesuai dengan struktur
masyarakatnya.
Dalam kehidupan sosial dapat dibedakan empat jenis norma yang paling umum norma
adat istiadat yang timbul dari kebiasaan dari turun temurun, yang paling kuat sangsinay
karena dipaksa oleh Negara adalah noram hukum, yang dalam Negara kita mengikuti ( civil
law system ) tertuang dalam perundang-undangan ( legal statuates ). Yang paling mendalam
nilainya, karena terkait dengan sacral adalah norma agama. Meskippun tidak memiliki sangsi
langsung, tetapi norma susila-apa yang dianggap baik oleh hatii nurani perorangan-juga
sangat menentukan pilihan banyak orang dalam bertingkah laku dan dalam menilai tingkah
laku orang lain yang terakhir inilah yang juga dikenal dengan budi pekerti
Meskipun empat norma diatas dibedakan untuk kepentingan analasisi, tetapi dalam
kehidupan sehari-hari keempatjenis norma ini saling tumpang tindih, bahkan sering
mennimbulkan mutasi, integrsi, maupun asimilasi. Contohnya, banyak norma adat ataupun
agama, yang kemudian diresmikan sebagai norma hukum suatu Negara atau peraturan suatu
daerah (perda). Norma hukum mengaruskan memakai helm, tetapi bagi orang muslim yang
mengenakan peci ketika pergi solat jum’at atau orang india yang tradisinya mengharuskan ia
memakai turban secara aformal maupun informal di kecualikan ,juka keempat norma diatas
sama atau sejajar, maka bertambah kuatlah keberlakuan dan ketaatan masyarakat untuk
mengikutinya atau memberikan sangsi kepada mereka yang melanggarnya jika sesuatu
dilarang oleh dilarang oleh norma agama, dibenci oleh norma susila serta dinistakan norma
adat maka bertambah kuatlah pengakuan dan kepatuhan masyarakat untuk menjauhinya
Dalam kontek bisnis , konflik norma ini sering terjadi. Disatu sisi agama melarang
praktek bisnis curang namun tradisi yang berkembang menutut khilaian seseorang untuk
melihat peluang yagn ada, terlepas apakah merugikan orang lain, ini pulalah yang di
keluarkan Rosita mengunggah etika bisnis orde baru ia menggambarkakn sangat gamblang
bagaimana Pt Indofood Sukses Makmur ( Ism )salah satu anak perusahaan grupp yang
memproduksi mi instan bermerek Sarimi menghambat dan membatsi gerak Sanmaru Dan
Supermii Indonesia dengan jalan mengganggu pasokan bahan bakku utama, tepung terigu dan
produksi pabrik gandum yang nota bene juga dimiliki oleh kelompok salim .
Contoh lain yang menyangkut konflik yang terjadi antara norma adat, agama dan
tradisi bisnis yang berkembang terjadi pada kasus perkayaun baik noram adat dan norma
agama mengajarkan bahewa hutan dan segala isinya diperuntukkan utntuk kesejahteraan
manusia namun pengelolaan dan pemanfaatannya haruslah mengindahkan keselamatan
mahluk yang ada di sekitarnyay mengabikan kelestarian alam tidak saja merusak alam itu
sendir tetapi dapat mengakibatkan kehancuran manusia seperti banjir tanah longsor dan
sebagainya, inilah makna penting kedudukan manusia sebagai khalifah yang memiliki tugas
untuk memakmurkan bumi.
Namun sering kali ini tidak disadari oleh pelaku bisnis, diakui kekayaan hutan
memang menjajikan keuntungan yang tidak bisa dikatakan kecil bagi pengusaha. Apalagi
pemerintah pasar kayu,, baik nasional maupun dunia semakin lam semakin meningkat.
Pilihan antara memelihara kelestrian hutan dan rangsangan keuntunga yang cukup besar
menjadi konflik tersendi bagi pelaku bisnis sanyangnya pilihan dijatuhkan untuk meraih
keuntunga yang besar walupun resiko kerugian yang dihadapi seringkali yang merasakan
akibatnya bukan pelaku tetapi rakyat kecil jauh lebih besar
Konflik norma membuat tingkah laku pelaku bisnis menjadi bertentangn dari yang
diharapkan tidaklah mengherakan jika berkembang suatu ungkapan, menjungjung etika
dalam kegiatan bisnis akan menghambat tujuan kegiatan bisnis itu sendiri dalam kondisi yang
seperti itu , pelaku bisnis memilih salah satu dari norma-norma yang bertentnagn itu. Ini
berarti mematuh yang satu dan melanggar yang lain atau tidak mematuhi keduanya sama
sekali dan beralih kenorma lain dalam memlih mana yang dipatuhi dan mana yang dilanggar
banyak factor yang menentukan factor sangsi merupakan salah satu yang paling berpengaruh
Meskipun seseorang mungkin saja telah mengakui dan mengetahui norma yang benar
dan berlaku, tetapi mengapa ia masih melanggarnya ? para pakar telah banyak mengkajinya
jawabannya sangat beragam. Ada yang mengatakan bahwa jahat itu masalah tabiat yagn
terdapat dalam kepribadian manusia lebiah umum adalah pendapat yang mengatakan bahwa
pada dasarnya setiap manusia ingin mengetaahui norma ingin hidup normal, jika tidak maka
ia pasti di jangkiti ‘pathos’ atau penyakit di sebabkan factor tertentu , manusia tersebut
beranni melanggar norma-norma tersebut .
Konflik norma lebih dipersulit dengan adanya kenyatan bahwa sebenarnya kehidupan
manusia, baik secara individual maupun sosial tidak ada yang statis normapun terus
mengalami perubahan .biaiasnya lamban, terkadang cepat masarakat akan mengalami
transisi, yang bisa membuat warga bingug atau ektsrim ketika norma sudah goyah dan
menarik, sedangkan norma baru belum kokoh dan di kenal. Jjika keadaan makin memburuk
malah bisa menimbulkan situasi anomie .ketika tidak ada norma-norma yang jelas mengatur
dan dipatuhi oleh masyarakat , maka setiap orang akan semaunya bertindak. Akkhirnya
masyarakat menjadi chaos dan hukum rimbalah yang berkuasa.
Pada situsi seperti inilah dibuthkan satu norma yang jelas, tegas meyakinkan,
sekaligus menyejukkan, inilah yang ditawarkan ole agama, hidayah tuhan dan panduan
agama memeberikan wawasan, arah, makna malah kaedah tinhkah ;aku dalam situasi konflik
dan kondisi anomi terseebiut, mereka yang tidak beragama, atau tidak memperdulikan nilai-
nilai religious biasanyalebih mudah mengalami stress, bingung frustasi atau malah
melakukan tindakan konfensatif atau memlih alternatif yang salah dan membahayakan, bukan
saja bagi orang lain tetapi bahkan kepada dirinya sendiri.
Meskipun peran dan fungsi agama bagi kehidupan manusia sangat bervariasi, dari
satu zaman kezaman berikutnya, secara umum semua agama berperan sebagai pemberi
makna medalam dan pembentuk identitas penganutnya. Disamping itu agama berfungsi,
dalam kadar yang berbeda, sebagai pembentuk solidaritas, pengaruh keyakinan dan pengatur
tingkah laku penganutnya.
Berbagai hasil penelitian telah mengonfirmasikan bahwa berbagai upaya
penanggulangan problem sosial lebih berhasil jikka di dukung oleh semua perangkat norma,
terutama norma agama. Pentingnya norma agama ini sudah jelas terlebih lagi masyarakat
yang religius, seperti halnya Indonesia,meskipun begitu di berbagai masyarak modern. Peran
agama banyak diambil alih oleh perangkat sumber nilai dan acuan lain, seperti iptek, paling
tidak peranan agama telah dikucilkan dan hanya mengurusi masalah masalah yang bersifat
spiritual dan hubungan vertical kepada tuhhan semata.
Salah satu yang bisa kita lakukan adalah melakukn formulasi norma-norma tersebut
dan memberikan tekanan yang lebih pada norma agama, Karena ia memiliki sumber yang
absolute yaitu Allah SWt. Dalam kegiatan ekonomi, keberadaan norma agama sangat
penting . Sayyid Qutub telah meengingatkan “bisnis/ kegiatan ekonomi “ merupakan aktivitas
pertama yang menanggalkan etika.[6]

D. Tiga Kaedah Untuk Mengukur Baik Dan Buruk


Persoalan yan ghendak dikemukan disini adalah bagaimana mengukur dan menentukan
sebuah perbuatan ini baik dan buruk terlebih lagi berhadapan dengan kasus-kasus bisnis ?
menurut Bertens ada tiga alat ukur yang dapat digunakan untuk menentukan perbuatan baik
atau buruk
Pertama, hati nurani, suatu perbuatan baik jika dilakakan sesuai dengan hati nurani
(hati yang disinari atau diberi cahaya ), dan suatu perbuatan lain adalah buruk, jika di lakukan
bertentangan dengan suara hati nuranni, kita menghancurkan identitas pribadi, karena kita
menyimpang dengan keyakinan kita yang mendalam. Hati nurani mengikat kita dalam arti,
kita harus melakukan apa yang diperintahkan oleh hati nurani dan tidak boleh melakukan
apa-apa yang dilarang oleh hati nurani
Kedua, kaedah emas, cara yang lebih obyektif untuk menilai baik buruknya perilaku
moral adalah mengukurnya dengan kaedah emas yang berbunyi “ hendaklah memperlakukan
orang lain sebagaimana sebagaimana anda ingin diperlakukan”. Perilaku saya bisa dianggap
secara moral baik, bila saya memperlakukan orang lain tertentu sebagaiman saya sendiri
ingin diperlakukan orang secara baik, maka saya harus memperlakukan orang juga secara
baik kaedah emas ini juga dapat dirumuskan secara negativ, “ janganlah melakukan terhadap
oorang lain apa yang anda sendiri tidak ingin akan dilakukan terhadap diri anda”. Jika tidak
ingin disakiti oleh orang lain, maka jangan menyakiti orang lain.
Ketiga, penilaian umum, cara ini dipandang paling ampuh untuk menentukan baik
buruknya suatu perbuatan ataupun perilaku dengan menyerahkannya kepda masyarakat
umum untuk menilainya. Cara ini bisa juga disebut “audit sosial” asumsi kaedah ini adalah
masyarakat umum dalam arti jumlah yang cukup banyak tidakk mungkin sepakat untuk
berdusta sehingga menyebut sesuatu yang baik itu buruk dan sesuatu yang buruk itu baik.
Sejatinya sebuah perbutan baik haruslah sesuai dengan ketiga macam ukuran yang telah
disebut dimuka, baik menurut hati nurani, kaedah emas, maupun penilaian umum. Dalam
konteks islam harus ditambahkan lagi perbuatan itu baik jika sesuai dengan bingkaian syariat.
Namun jika sebuah periaku sesuai dengan tiga ukuran yagn telah di sebut di muka itu, bisa
dipastikan, menurut agama juga baik.[7]

[1] Nur Ahmad Fadhil Lubis dan Azhari Akmal Taringan, Etika Bisinis
Dalam Islam (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2002),hlm 27

[2] http://666rza.blogspot.co.id/2011/08/etika-profesi-dan-ruang-
lingkupnya.html, di akses 17 februari 2016 pukul 10.12 WIB

[3] http://bahyati75.blogspot.co.id/2012/09/ruang-lingkup-etika.html,
diakses 17 februari 2016pukul 10. 30 WIB

[4] http://cokelat-hijau.blogspot.co.id/2015/06/etika-dalam-
sistem-perbankan-syariah.html diakses 17 februari 2016 pukul 10. 40 WIB

[5] http://amelia086.blogspot.co.id/2009/05/makalah-pentingnya-etika-
profesi.html diakses 17 februari 2016 pukul 10. 45 WIB

[6] Nur Ahmad Fadhil Lubis dan Azhari Akmal Taringan, Op. Cit., hlm 39-
44
[7] Nur Ahmad Fadhil Lubis dan Azhari Akmal Taringan, Op. Cit., hlm 45
Diposting 15th July 2017 oleh Unknown
Lokasi: Padang Sidempuan, North Padangsidimpuan, Padang Sidempuan City,
North Sumatra, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai