Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Distribusi pedapatan merupakan masalah yang sangat rumit, singga


saat ini masih sering dijadikan bahn perdebatan antara ahli ekonomi.
System ekonomi kapitalis memandang seseorng individu dapat secara
bebas mengumpulkan dan menghasilkan kekayaan (pendapatan) dengan
menggunakan kemampuan yang dimiliki serta tidak ada batasan untuk
memanfaatkan dan membagi harta yang dimiliki. Sementara system
ekonomi sosialis berpendapat bahwa kebebasan secara mutlak dapat
membahayakan masyarakat. Oleh karena itu hak individu atas harta harus
dihapuskan dan wewenang dialihkan kepada Negara sehingga pemerataan
dapat diwujudkan.

Kedua system ekonomi tersebut ternyata belum dapat memberikan


solusi yang adil dan merata terhadap masalah penditribusian dalam
masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Distribusi?


2. Apa Saja Ayat - Ayat yang dijadikan dasar Distribusi?
3. Bagaimana Implikasi Ayat Al-Qur'an terhadap Distribusi?
4.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Distribusi


2. Untuk mengetahui Ayat - Ayat yang berkaitan dengan Distribusi
3. Untuk mengetahui Implikasi Ayat Al-Qur'an terhadap Distribusi

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Distribusi

Pengertian Distribusi menurut kamus besar bahasa indonesia


adalah penyaluran ( pembagian, pengiriman) barang - barang kepada
beberapa orang atau ke beberapa tempat.

Ilmuan ekonomi konvensional philip Kotler mendefinisikan


distribusi sebagai himpunan perusahaan dan perorangan yang mengambil
alih hak, atau membantu dalam mengalihkan hak atas barang atau jasa
tersebut berpindah dari produsen ke konsumen

Namun dalam perspektif Ekonomi Islam distribusi memiliki


makna yang luas, yaitu mencakup pengaturan kepemilikan, unsur-unsur
produksi dan sumber- sumber kekayaan. Oleh karena itu, distribusi
merupakan permasalahan utama dalam Ekonomi Islam.

Sistem ekonomi yang berbasis Islam menghandaki bahwa dalam


hal pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan
dan keadilan kepemilikan. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam
bertindak yang di bingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan. Sedangkan
Keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan dalam al-
Qur’an agar supaya harta kekayaan tidak diperbolehkan menjadi barang
dagangan yang hanya beredar diantara orang-orang kaya saja, akan tetapi
diharapkan dapat memberi kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat
sebagai suatu keseluruhan1

1Marabana Munthe, "Konsep Distribusi Dalam Islam". Praktisi Akademis Ekonomi Syariah. Vol 2 No.1.
2014. 76

2
2.2 Ayat - Ayat Al-Qur'an tentang distribusi

a) Al - Baqarah ayat 265

Artinya :

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya


karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka,
seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram
oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali
lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis
(pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
perbuat.”

Tafsir Ayat

Ini merupakan perumpamaan orang orang yang beriman


yang menginfakkan hartanya untuk mencari keridhaan Allah Ta'ala
<‫>وتَثْبِيتًا ِم ْن أ َ ْنفُ ِس ِه ْم‬
َ "dan untuk keteguhan jiwa mereka", Artinya
mereka benar benar yakin dan teguh bahwa Allah akan
memberikan pahala atas amal perbuatan mereka tersebut dengan
pahala yang lebih banyak.

Dan firman-Nya lebih lanjut, <ٍ‫" > َك َمث َ ِل َجنَّ ٍة ِب َرب َْوة‬Seperti
sebuah kebun yang terletak didataran tinggi" Maksudnya, seperti
َ َ‫>أ‬, " Yang
sebuah kebun di dataran tinggi Firman-Nya <‫صابَ َها َوابِل‬
disiram oleh hujan lebat ". " ‫ " َوابِل‬berarti hujan lebat, sebagaimana
dikemukakan sebelumnya. Maka kebun itu menghasilkan <‫>أ ُ ُكلَ َها‬,

3
maksudnya yaitu buah nya. <‫ض ْعفَي ِْن‬
ِ > "Dua kali lipat" jika
َ َ‫ُص ْب َها َوابِل ف‬
dibandingkan dengan kebun kebun lainnya. <‫طل‬ ِ ‫> فَإ ِ ْن لَ ْم ي‬
"jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun
sudah memadai) ". Dengan hujan lebat itu, kebun tersebut tidak
akan pernah kering dan gersang, karena meskipun kebun itu tidak
mencapat curahan hujan lebat, ia telah mendapatkan percikan
gerimis. Dan air gerimis itu pun cukup memadai. Demikianlah
amal orang mukmin, tidak akan sia sia, bahkan Allah menerimanya
dan akan diperbanyak (Pahalanya) , serta dikembangkan sesuai
jerih payah orang yang beramal. Oleh karena itu, Dia berfirman, <
ِ ‫َّللاُ ِب َما ت َ ْع َملُونَ َب‬
‫صير‬ ‫ " > َو ه‬Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan . "
Artinya tidak ada satupun dari amal hamba - hambaNya yang
tersembunyi dari-Nya.2

b) An-Nuur ayat 33

Artinya :

“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga


kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan
karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang
menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan
mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan
berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-

2
Abdul Ghofar, et al, "Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1", (Bogor : Pustaka Imam Asy-Syafi'i 2004) Hlm. 530 - 531

4
budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka
sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari
keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka,
maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu.”

Tafsir Ayat

‫> َو ْليَ ْست َ ْعفِفِ الهذِينَ ََل يَ ِجدُونَ نِكَا ًحا َحتهىٰ يُ ْغنِيَ ُه ُم ه‬
ْ َ‫َّللاُ مِ ْن ف‬
Firman Allah <‫ض ِل ِه‬
" Dan orang orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga
kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan
karunia-Nya, " ini merupakan perintah Allah kepada siapa saja
yang tidak mampu menikah untuk menjaga kesucian diri dari
perkara - perkara haram. Firman Allah :

َ ‫" >الهذِينَ يَ ْبتَغُونَ ْال ِكت‬Dan budak


< ‫َاب مِ هما َملَكَتْ أَ ْي َمانُ ُك ْم فَكَاتِبُو ُه ْم ِإ ْن َعل ِْمت ُ ْم فِي ِه ْم َخي ًْرا‬
budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah
kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada
kebaikan pada mereka ", ini merupakan perintah dari Allah kepada
para tuan apabila budak - budak mereka meminta mukaatabah agar
memenuhinya dengan syarat si budak memiliki jalan dan usaha
untuk menebus dirinya dari tuannya. Firman Allah < ‫فَكَاتِبُو ُه ْم ِإ ْن َعل ِْمت ُ ْم‬
‫" >فِي ِه ْم َخي ًْرا‬jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka"
sebagian ulama mengatakan, maksudnya yaitu sifat amanah.

Firman Allah <‫َّللاِ الهذِي آت َا ُك ْم‬


‫" > َوآتُو ُه ْم مِ ْن َما ِل ه‬Dan berikanlah
kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu,"yaitu sebagian dari apa yang Allah wajibkan atasmu
dari harta zakat.

Firman Allah < ِ‫" > َو ََل ت ُ ْك ِرهُوا فَت َ َيا ِت ُك ْم َعلَى ْال ِبغَاء‬Dan janganlah
kamu paksa budak - budak wanitamu untuk melakukan pelacuran,"
ُّ ‫" > إِ ْن أ َ َر ْدنَ ت َ َح‬Sedang mereka sendiri
yaitu zina. Firman Allah <‫صنًا‬
menginginkan kesucian , " ini dilihat dari kebiasaan yang umum
terjadi tidak bisa diambil makna implisit dari firman Allah tersebtu.

5
Firman Allah <‫ض ْال َحيَاةِ الدُّ ْنيَا‬ َ ‫ِلتَ ْبتَغُوا‬
َ ‫ع َر‬ > "Karena kamu hendak
mencari keuntungan duniawi," yakni mengharapkan setoran
mereka, bayaran mereka dan anak anak mereka. Rasulullah
melarang mengambil uang hasil upah membekam, bayaran pelacur,
dan bayaran dukun.

Firman Allah <‫َّللاَ مِ ْن بَ ْع ِد إِ ْك َرا ِه ِه هن َغفُور َرحِ يم‬


‫" > َو َم ْن يُ ْك ِر ْه ُه هن فَإ ِ هن ه‬Dan
barang siapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah
adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang (kepada mereka)
sesudah mereka dipaksa (itu), " yakni memberi ampunan pada
mereka3

c) An-Nisa Ayat 95

Artinya :

“Tidaklah sama antara mu'min yang duduk (yang tidak ikut


berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang
berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah
melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya
atas orang-orang yang duduk satu derajat. Kepada masing-masing
mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah
melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk
dengan pahala yang besar.”

3 Abdul Ghofar, et al, "Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6", (Bogor : Pustaka Imam Asy-Syafi'i 2004) Hlm. 50 - 52

6
Tafsir Ayat

Firman-Nya < َ‫" > َل يَ ْست َ ِوي ْالقَا ِعدُونَ مِ نَ ْال ُمؤْ مِ نِين‬Tidaklah sama
antara mu'min yang duduk," adalah mutlak. (Tidak terikat satu
kriteria). Tatkalah wahyu diturunkan secara cepat, <‫> َغي ُْر أُولِي الض َهر ِر‬
"Yang tidak mempunyai udzur" Jadilah hal itu sebagai jalan keluar
bagi orang orang yang memiliki udzur untuk meninggakan jihad
seperti buta, pincang, dan sakit, yang disamakan dengan mujahidin
di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka.

Kemudian Allah mengabarkan keutamaan para pejuang


dibanding orang orang yang hanya duduk. Firman-Nya

<‫" > َو ُك ًّل َو َع َد َّّللاُ ْال ُح ْسنَى‬Kepada masing masing mereka , Allah
menjanjikan pahala yang baik. " Yaitu surga dan balasan yang
banyak sekali. Didalamnya terdapat dalil bahwa jihad bukan fardhi
'ain, akan tetapi fardhu kifayah.

Allah Berfirman <‫ض َل َّّللاُ ْال ُم َجا ِهدِينَ َعلَى ْالقَا ِعدِينَ أَجْ ًرا َعظِ ي ًما‬
َّ َ‫" > َوف‬Dan
Allah melebihkan orang orang yang bejihad atas orang yang
duduk dengan pahala yang besar. " kemudian Allah
memberitahukan karunia yang dilimpahkan-Nya bagi mereka
berupa derajat di kamar-kamar jannah yang tinggi, pengampunan
terhadap dosa dan kesalahan, serta limpahan berbagai rahmat dan
berjah. Sebagai kebaikan dan kemuliaan-Nya.4

2.3 Implikasi Ayat Distribusi

a. Al-Baqarah ayat 265

Salah satu tujuan dalam pendistribusian adalah


mewujudkan keadilan, baik dalam kehidupan bermasyarakat
maupun individu. Distribusi dapat berupa barang, jasa dan

4 Abdul Ghofar, et al, "Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2", (Bogor : Pustaka Imam Asy-Syafi'i 2004) Hlm. 384 - 385

7
pendistribusian pendapatan ( harta zakat, infaq, shodaqah dan
wakaf ). Pendistribusian harus dilakukan secara adil dan jujur,
sehingga dapat memberi manfaat dan menguntungkan satu sama
lain. Islam telah mengatur mengenai pendistribusian antara
produsen dan konsumen agar tidak ada pihak yang merasa
dirugikan. Apabila terjadi ketidakseimbangan distribusi, maka
menimbulkan konflik individu maupun sosial.

Penyaluran hasil produksi dapat disalurkan melalui beberapa


model distribusi :

1. Distribusi hasil produksi secara langsung


2. Distribusi hasil produksi tidak langsung

Dari kedua model distribusi tersebut objek yang


didistribusikan dapat berbentuk barang, jasa dan harta, dimana
semuanya harus dilakukan secara adil sebagaimana yang telah
termaktub pada ayat tersebut.

b. An-Nuur ayat 33
Ayat ini merupakan bentuk penegasan terhadap kewajiban
umat manusia untuk saling memperhatikan kebutuhan antar
sesamanya. Hal ini sebagai bentuk perwujudan terhadap kewajiban
kita sebagai umat Islam demi menjaga kemaslahatan bersama.

c. An-Nisaa’ ayat 95
Sebagai balasannya Allah telah memberi pahala bagi orang-
orang yang beriman dan mempercayai akan janji Allah kepada
umatnya yang berbuat kebaikan dan mermanfaat bagi
sesamanya.(Alhifni, 2018:12)

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

o Pengertian Distribusi adalah penyaluran ( pembagian, pengiriman)


barang - barang kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat.
o Ayat Al-qur'an yang dijadikan dasar distribusi diantaranya adalah :
Al-Baqarah : 265, An-nuur : 33, dan An- Nisaa' : 95
o Implikasi Ayat pada pembahasan diantaranya
1. Al- Baqarah ayat 265
Pendistribusian harus dilakukan secara adil dan
jujur, sehingga dapat memberi manfaat dan
menguntungkan satu sama lain. Islam telah mengatur
mengenai pendistribusian antara produsen dan konsumen
agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Apabila
terjadi ketidakseimbangan distribusi, maka menimbulkan
konflik individu maupun sosial
2. An-Nuur ayat 33
Ayat ini merupakan bentuk penegasan terhadap
kewajiban umat manusia untuk saling memperhatikan
kebutuhan antar sesamanya. Hal ini sebagai bentuk
perwujudan terhadap kewajiban kita sebagai umat Islam
demi menjaga kemaslahatan bersama.

3. An-Nisaa’ ayat 95
Sebagai balasannya Allah telah memberi pahala
bagi orang-orang yang beriman dan mempercayai akan
janji Allah kepada umatnya yang berbuat kebaikan dan
mermanfaat bagi sesamanya.(Alhifni, 2018:12)

Anda mungkin juga menyukai