Anda di halaman 1dari 15

Fungsi Investasi dalam Perspektif Islam

Novita Irawati 1
Risna Nurhaida Hafni2
Pascasarjana Program Studi Ekonomi Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung1.2

Novita.irawati94@gmail.com
nurhaidarisna@gmail.com

Abstrak
Dizaman moderen saat ini, berinvestasi merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kekayaan atau meningkatkan modal dalam berbisnis atau hanya
sekedar menyimpan kekayaan yang dijadikan sebagai simpanan untuk dimasa yang
akan datang. Maka dari itu, berinvestasi tidak hanya dalam bentuk uang saja. Akan
tetapi, dalam berinvestasi dapat dilakukan dalam bentuk emas, property, apartemen,
dan lain sebagainya. Untuk itu, dalam berinvestasi harus mengetahui investasi itu
seperti apa, dan bagaimana hukum dalam Islam mengenai investasi, serta apa fungsi
investasi dalam persepketif Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah studi
literatur yaitu membandingkan dari berbagai sumber literatur. Hasil penelitian ini
memberikan penjelasan bahwa Allah SWT. sangat menganjurkan bagi umatnya untuk
melakukan investasi yang sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam Al-Quran
dan As-Sunnah.
Kata Kunci: Investasi, ekonomi, perspektif Islam.

Pendahuluan
Investasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengembangkan harta
kekayaannya yang dimiliki secara produktif. Banyaknya pilihan produk investasi
yang ditawarkan kemudian menjadikan investasi memiliki banyak wadah yang bisa

1
digunakan untuk memutar uang yang sudah susah payah dikumpulkan, apalagi
mekanisme perpindahan dana investasi dari satu wadah ke wadah lain bisa dilakukan
dengan cepat tanpa terikat batasan ruang dan waktu.
Masalahnya, banyak varian produk beserta kemudahan yang diberikan tidak
serta merta sesuai dengan syariah. Meski banyak produk investasi memiliki peluang
untuk memberikan return yang tinggi, harus diingat bahwa keuntungan yang
diperoleh dari kekayaan yang kita miliki tidak semata-mata berupa keuntungan
duniawi tetapi juga keuntungan ukhrawi.
Dengan begitu, setiap pemodal yang memilih untuk memutar uangnya dengan
berinvestasi secara syariah sudah semestinya tidak hanya mempertimbangkan materi
semata, tetapi juga dimensi lain yaitu aturan yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an
dan As-Sunnah.

Metode
Tulisan ini termasuk dalam kajian pustaka, sehingga metode pendekatan
dilakukan berdasarkan pada kaidah-kaidah penelitian kepustakaan (library research).
Maksud dari penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan hanya melalui
bahan-bahan pustaka atau literatur kepustakaan saja yang digunakana sebagai sumber
tertulis. Oleh karena itu, pendekatan penulisan yang dilakukan adalah pendekatan
secara kontekstual maupun melalui pendekatan konseptual.

Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Investasi dalam Islam tidak hanya menganjurkan bagi para umatnya
untuk berinvestasi dalam bentuk harta benda. Para investorpun dapat memilih
alternatif untuk memafaatkan dananya seperti memegang dana dalam bentuk
tunai, dalam bentuk aset-aset yang tidak menghasilkan pendapatan (missal:
deposito bank, pinjaman, property, perhiasan), serta menginvestasikan dananya
dalam kegiatan poyek untuk menambah persediaan modal negara. Agama sangat
menganjurkan untuk berinvestasi dalam bentuk meningkatkan dan

2
mempersiapkan generasi yang kuat, baik dalam aspek kepribadian ataupun fisik
yang dibaluti dengan keimanan. Sehingga, dengan keimanan akan terbentuk
akidah, ketaatan kepada Allah SWT, disiplin dalam bekerja, dan juga bermanfaat
untuk orang lain.
2. Pembahasan
a. Definisi Investasi
Investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu investmen yang
berawal dari kata dasar invest1 yang berarti menanam. Sedangkan dalam
bahasa Arab investasi disebut dengan istilah istismara2 yang bermakna
menjadikan berbuah, berkembang dan bertambah jumlahnya. Secara
istilah, yang dimaksud dengan investasi adalah barang tidak bergerak atau
barang milik perseorangan atau perusahaan yang dimiliki dengan harapan
untuk mendapatkan pendapatan periodik atau keuntungan atas penjualan
dan pada umumnya dikuasai untuk periode yang relatif panjang3. Selain
itu, dalam kamus istilah pasar modal keuangan, investasi diartikan
sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahan atau proyek
untuk tujuan memperoleh keuntungan4
Di kalangan masyarakat pada umumnya investasi memiliki
pengertian yang cukup luas karena mencakup investasa langsung (direct
investment) yaitu adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal
dalam kegiatan pengolahan modal untuk melakukan usaha di wilayah
negara Republik Indonesia, investasi tidak langsung (portofolio
investment) yaitu jual beli saham atau mata uang dalam jangka waktu
yang relatif singkat, hal ini tergantung adanya fluktuasi nilai saham dan
mata uang yang hendak mereka jual belikan.5

1
Ahmad Antoni K. Muda, Kamus Lengkap Ekonomi. (Gitamedia Press, 2003), hlm 195.
2
Bank Indonesia, Kamus Istilah Keunagan dan Perbankan Syariah, hlm 30
3
Elif Pardiansyah, Investasi Berdasarkan Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis dan Empiris,
Economica: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 8 No. 2 Th. 2017, hlm. 340
4
Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alfabet, 2003), hlm. 7.
5
Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis (Bogor; Ghalia Indonesia, 2010), hlm 259

3
Adapun pendapat lain, yang dimaksud dengan investasi diartikan
sebagai komitmen atas jumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan
di masa yang datang6.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan investasi adalah menanam modal atau harta dengan
jumlah nominal tertentu, dengan harapan adanya tambahan atau
keuntungan dikemudian hari. Namun, yang harus dipahami dalam
kegiatan investasi tidak selalu memberikan keuntungan, sehingga
adakalanya dalam investasi tersebut mengalami kerugian. Akan tetapi
investasi yang dimaksud dalam buku pengantar ekonomi makro
bahwasannya investasi sama dengan tabungan.7 Tentu hal ini banyak
prtanyaan apakah benar investasi sama dengan menabung akan tetapi
apabila kita lihat dari beberapa pengertian di atas tentulah beda karena
investasi yaitu untuk mendapatkan sejumlah pendapatan keuntungan.
Sehingga, dalam konteks perekonomian menurut Tandelilin alasan
seseorang melakukan investasi, diantaranya:8
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang
akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi. Faktor inflasi tidak pernah
dihindarkan dalam kehidupan ekonomi, yang dapat dilakukan
adalah meminimalkan resiko akibat adanya inflasi. Karena, pada
variabel inflasi dapat mengoreksi seluruh pendapatan yang ada.
Sehingga investasi dalam sebuah bisnis tertentu dapat
dikategorikan sebagai langkah yang efektif.

6
Deny Setiawan, Yabar Yusuf, Perspektif Islam dalam Investasi di Pasar Modal Syariah Suatu Studi
Pendahuluan, Jurnal Ekonomi, Vol. 17 No. 3 Desember 2009, hlm. 91
7
N. Gregory Mankiw Euston Quah Peter Wilson, Pengantar Ekonomi Makro, (Jakarta; Salemba
Empat, 2014), hlm 71
8
Ibid, hlm. 91

4
c. Sebagai usaha untuk menghemat pajak. Di beberapa negara
belahan dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian
fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi
pada usaha tertentu.
Berdasan beberapa uraian di atas maka unsur-unsur terpenting
dalam kegiatan investasi adalah sebagai berikut:
a. Adanya motif untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai
modalnya.
b. Modal tidak hanya mecakup hal-hal yang bersifat kast mata dan
dapat diraba (tangible), tetapi juga mencakup sesuatu yang bersifat
tidak kasat mata dan tidak dapat diraba (intangible). Intangible
mencakup keahlian, pengetahuan, jaringan dan sebagainya yang
dalam berbagai kontrak kerja sama (joint venture agreement)
biasanya di sebut (valuable service).9
b. Fungsi Investasi
investasi merupakan sebuah bisnis yang tidak dapat diprediksi dan
beresiko, karena investasi tidak harus mengikuti pergerakan yang sama
dengan produk nasional bruto (GNP) beda halnya dengan pengeluaran
konsumsi yang dapat mempengaruhi nilai produk nasional bruto
(GNP). Invesatasi merupakan aktivitas tersendiri dari sektor swasta
dan sektor pemerintah.
Peristiwa dimana investasi tidak sejlaan dengan laju
pertumbuhan produk nasional bruto ditemukan pada saat terjadinya
resesi dalam siklus ekonomi juga dalam perekonomian yang sedang
mengalami inflasi. Jika nilai suatu produk nasional bruto tinggi dan

9
Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis…, hlm 258

5
tingkat suku bunga juga tinggi keadaan ini dapat mnegurangi investasi.
10

Dari semua factor di atas maka dapat menghsilkan fungsi


investasi dalam formasi, sebagai berikut:
I=I (i,r, Q T)
dengan, dI/di<0;dI/dQ > 0; dI/dT > 0;

dimana:
I = Tingkat Investasi
i = Tingkat Suku Bunga
r = tingkat pengembalian sebagai indicator dari keuntungan
Q = Produk nasional bruto
T = perubahan teknologi yang mempengaruhi permintaan
investasi
Keberadaan i menyebabkan ketidakpastian dalam semua variable,
dalam fungsi di atas r mempunyai sifat acak dalam keberadaan i
karenaketidak pastian yang di sebabkan oleh harapan-harapan
investor. Karenanya, Q tidak dapat meningkat selama masih terdapat
kelambatan (lag) pada harapan-harapan investor. Juga karena
mengalami kelambatan (lag) dan efek beruntun antara ketidakpastian
yang disebabkan oleh i dan iklim ekonomki keseluruhan akan
terbentuk.
Masuknya variable i ke dalam fungsi investasi mengasusmsi bahwa
pengusaha meminjam kredit dari bank untuk melakukan investasi. Hal
ini bisa menjadi perbandingan apakah return r dari bisnisnya lebih
tinggi dari tingkat bunga i. Bila r > i, maka ia akan melakukan
investasi. Sebaliknya jika r < i, ia tidak akan melakukan investasi.

10
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam. (Depok; PT Raja Grafindo, 2015), Edisi Ke-III, hlm
294

6
Asumsi ini bisa berubah apabila kita menggunakan sumber dana dari
bank, maka saat ini ada perbankan syariah yang tidak menggunakan
system bunga. 11
c. Fungsi Investasi dalam Ekonomi Islam
M.M Metwelly (1993) mengemukakan bahwa suatu fungsi
investasi dalam perekonomian Islam akan sangat berbeda dengan
investasi konvensional. Model yang dikembangkan mengasumsikan
tingkat suku bunga nol, ia mengganti variabel suku bunga dengan
variabel expected rate of profit (r). Penggantian variabel ini membawa
perubahan mendasar karena tingkat suku bunga ditentukan oleh pasar
kredit (credit market), dan bukan ditentukan oleh tingkat profitabilitas
bisnis pengusaha. Sedangkan variable expected rate of profit di
tentukan oleh karakteristik bisnis pengusaha. Asumsi lain yang
digunakannya adalah terdapat denda untuk menimbun aset-aset yang
tidak bermanfaatkan (idle as-sets), dilarangnya segala bentuk
spekulasi dan tindakan perjudian, tingkat suku bunga pada semua jenis
dana pinjaman adalah nol.12
Menurut beberapa pandangan ekonom kontemporer, seorang
Muslim yang menginvestasikan dana atau tabungannya tidak akan
dikenakan pajak pada jumlah yang telah diinvestasikannya, tetapi di
kenakan pajak hanya pada keuntungannya yang di hasilkan dari
investasinya, karena dalam perekonomian islam semua aset-aset yang
tidak termanfaatkan dikenakan pajak, investor muslim akan lebih baik
memanfaatkan dananya untuk investasi daripada mempertahankan
dananya dlam bentuk yang tidak termanfaatkan.
Factor lain juga yang mempengaruhi tingkat investasi dalam
perekonomian islam adalah ketidakberadaan dari suku bunga. Islam

11
Adiwaraman A. Karim, Ekonomi Makro…, hlm 295
12
Ibid,… hlm 296

7
melarang pembayaran bunga pada semua jenis pinjaman (pribadi,
komersial, pertanian, industry, dan lainnya) walaupun pinjaman
pinjaman ini dilakukan untuk teman, perusahaan swasta maupun
public, pemerintah atau entitas lainnya. Jelas bahwa investasi di dalam
islam adlah fungsi dari tingkat keuntungan yang di harapkan. Tingkat
keuntungan yang diharapkan juga bergantung pada bagian relative dari
keuntungan yang dialokasikan anatar investor dan mereka yang
menyediakan dana-dananya pada bentuk kerjasama atau pinjaman.13
M.M Metwally merumuskan fungsi investasi islam sebagai
berikut: masukan rumus yang ada di halaman 298

d. Sumber Hukum Investasi Dalam Islam


Adapun sumber hukum dalam berinvestasi yaitu terdapat
dalam firman Allah SWT adalah:
1) Qs. Al-Hasyr (59): 18
 
 
   
  
   
  
 
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada
Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
2) Qs. Lukman (31): 34

13
Ibid,… hlm 297

8
   
 
  
   
   
    
    
   
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan
hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di
bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi
Maha Mengenal.”
3) Qs. Al-Baqarah (2): 261
  
  
  
 
  
 
   
   
  
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui.”

9
4) Qs. An-Nisa (4): 9
  
  
 
 
 
 
 
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar.”
Konsep investasi dalam ajaran Islam yang ditujukan dalam
bentuk non financial yang berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi
yang kuat. Ayat-ayat al-quran di atas mengajarkan untuk berinvestasi
dengan mempersiapkan generasi yang kuat, baik aspek intelektualitas,
fisik, maupun aspek keimanan sehingga terbentuklah sebuah
kepribadian yang utuh dengan kapsitas yang telah memenuhi seperti
akidah, ibadah, akhlak yang mulai, intelektualitas memadai, mampu
bekerja, disiplin atas waktu dan bermanfaat bagi orang lain.14
5) Fatwa DSN MUI
Fatwa DSN Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 4 Oktober
2003 tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip
syariah di bidang pasar modal, telah mennetukan tentang kriteria
produk-produk islami yang sesuai dnegan ajaran islam. 15
e. Etika dalam Berinvestasai
Menurut Syafi'i Antonio terdapat perbedaan yang sangat
mendasar antara investasi dengan membungakan uang baik dalam segi

14
Ibid, Deny Setiawan, Ysbar Yusuf, hlm. 92-93
15
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah. (Malang; Uin Maliki Press, 2010), hlm 25

10
definisi maupun makna yang terdapat pada masing-masing istilah.
Investasi merupakan jenis kegiatan usaha yang mengandung resiko
karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian, sehingga berpengaruh
terhadap return (kembalian) yang tidak pasti dan tidak tetap.
Sedangkan, yang dimaksud dengan membungakan uang adalah
kegiatan usaha yang kurang mengandung resiko karena perolehan
return (kembaliannya) yang berupa bunga relatif pasti dan tetap. Oleh
karena itu Islam sangat mengecam perilaku membungakan uang, dan
kegiatan tersebut masuk dalam kategori riba16.
Sebaliknya Islam mendorong masyarakat ke arah usaha riil
(nyata) atau produktif dengan cara menginvestasikan. Sesuai dengan
definisi di atas, menyimpan uang di Bank Islam termasuk kategori
kegiatan investasi karena perolehan kembalian (return) dari waktu ke
waktu tidak pasti. Besar kecilnya perolehan kembali itu tergantung
pada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan oleh Bank
sebagai pengelola dana (mudarib). Bank Islam tidak hanya
menyalurkan uang melainkan harus terus menerus melakukan upaya
meningkatkan kembalian (return of investment) sehingga lebih
menarik dan lebih memberi kepercayaan bagi pemilik dana tanpa
harus keluar dari batasan norma-norma syari'ah, seperti praktik riba,
zulm, maysir dan gharar.17
Adapun cara agar terhidar dari investasi yang tidak Islami,
maka ada beberapa hal yang sangat penting dan layak untuk dijadikan
sebagai bahan acuan dan landasan untuk para investor, diantaranya:18
a. Tidak mencari rezeki dalam hal-hal yang haram, baik haram
berdasarkan zatnya atau haram berdasarkan cara perolehannya,

16
Syafi'i Antonio, Bank Islam Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), hlm. 59
17
Ibid, hlm. 60
18
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm 16

11
b. Tidak mendzalimi,
c. Keadilan dalam melakukan pendistribusian pendapatan,
d. Transaksi atau kegiatan ekonomi dilakukan atas keridhaan diantara
kedua belah pihak,
e. Dalam kegiatan tersebut tidak ada unsut maysir, riba, spekulasi,
atau gharar.
Dari beberapa uraian di atas Islam sangat menganjurkan
investasi tapi bukan semua bidang usaha diperbolehkan dalam
berinvestasi. Aturan-aturan diatas menetapkan batasan-batasan yang
halal atau boleh dilakukan dan haram atau tidak boleh dilakukan.
Tujuannya adalah untuk mengendalikan manusia dari kegiatan yang
membahayakan masyarakat.19
Semua kegiatan investasi harus mengacu kepada hukum syariat
yang berlaku. Perputaran modal investasi tidak boleh disalurkan
kepada jenis industri yang melakukan kegiatan haram misalnya
pembelian saham pabrik minuman keras, resto yang menyajikan
makanan yang diharamkan dan semua hal yang diharamkan oleh
syariah harus ditinggalkan. Semua transaksi yang terjadi di bursa efek
misalnya harus atas dasar suka sama suka, tidak ada unsur pemaksaan,
tidak ada pihak yang di dzalimi atau mendzalimi, tidak ada unsur riba,
unsur spekutif atau judi (maysir). Semua transaksi harus transparan,
haram jika ada unsur insider traiding.20
Inilah hal- hal yang harus kita patuhi apabila ingin berinvestasi
dengan benar dan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Sehingga
mencapai kesejahteraan didunia maupun diakhirat.
f. Norma dalam Investasi
Beberapa Norma yang digunakan dalam investasi syariah, Yaitu:

19
Ibid, hlm. 16
20
Ibid, hlm 17

12
1) Terbebas dari unsure Riba
Riba adalah penambahan atas harta pokok tanpa adnaya
transaksi bisnis rill. Secara garis besar riba di kelompokan
menjadi dua, masing-masing dalah riba utang piutang dan riba
jual beli.
2) Terhidnar dari unsure gharar
Gharar di katakan sebagai suatu yang bersifat tidak pasti
(uncertainty). Jual beli gharar berarti sebuah jual beli yang
mengandung unsur ketidaktahuan atau ketidakpastian (jahalah)
antara dua pihak yang bertransaksi, atau jual beli sesuatu yang
objek akad tidak diyakini dapat di serahkan.
3) Terhindar dari unsure judi (Masyir)
Masyir adalah salah satu bentuk perjuadian orang Arab masa
jahiliyah dengan menggunakan azlam, atau sebuah permainan
yang menggunakan qidah dalam segala sesuatu.
4) Terhindar dari unsur haram
Sesuatu yang haram merupakan segala sesuatu yang dilarang
oleh Allah Swt. Dan Rasull-Nya Saw dalam Al-Qur’an dan
Hadits.
5) Terhindar dari unsur syubhat
Syubat yaitu sesuatu perkara yang tercampur (aqntara halal dan
haram), akan tetapi tidak diketahui secara pasti apakah ia
sesuatu yang halal atau haram, dan apakah ia hak atau batil.21
6) Transaksi yang dilakukan atas harta yang memberikan nilai
manfaat dan menghindari setiap transaksi yang zalim
7) Uang sebagai alat tukar bukan sebgai komoditas perdagangan.

21
Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal. (Jakarta; Kencana, 2007),
hlm 24-29

13
8) Setiap transaksi haruslah transparan, tidak meinimbulkan
kerugian atau unsur penipuan.
9) Risiko yang ditimbulkan harus dikelola sehingga tidak
menimbulkan risiko yang melebihi kemampuan menanggung
risiko.
Sebagaiamana telah dijelaskan di atas bahwa terdapat karakteristik
tersendiri dalam melakukan investasi syari’ah, termasuk juga di
pasar sektor pasar modal. Batasan tersebut adalah berupa
kesesuaian suatu produk investasi atas prinsip-prinsip ajaran
islam.22

Penutup
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa investasi termasuk kegiatan
yang sangat dianjurkan dalam Islam meskipun dalam beberapa literature Islam klasik
tidak ditemukan adanya terminology investasi dan istilah-istilah lainnya seperti pasar
modal, investasi saham, obligasi dan lain sebagainya. Akan tetapi kebutuhan umat
Islam terhadap investasi yang berdasarkan prinsip syariah sangat diperlukan untuk
meminimalkan investasi pada lembaga-lembaga konvensional.
Agar tidak tertipu oleh investasi invesatasi bodong yang semakin marak maka
banyak bank-bank syariah yang menawarkan investasi berbasis syariah agar terhindar
dari unsur-unsur yang tidak di perbolehkan dalam Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Adiwaraman A. Karim, Ekonomi Makro Islam. Jakarta; PT Rajagrafindo, 2015
Ahmad Antoni K. Muda, Kamus Lengkap Ekonomi. Gitamedia Press, 2003
Abdul Aziz, Manajemen Investasi Syariah. Bandung: Alfabeta, 2010
Bank Indonesia,

22
Ibid, Indah Yuliana,…hlm 24

14
Deny Setiawan, Yabar Yusuf, Perspektif Islam dalam Investasi di Pasar Modal
Syariah Suatu Studi. Jurnal Ekonomi, Vol. 17 No. 3 Desember 2009.
Elif Pardiansyah, Investasi Berdasarkan Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan
Teoritis dan Empiris, Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 8 No. 2 Th. 2017.
Endang Purwaningsih, Hukum Bisnis. Bogor; Ghalia Indonesia, 2010
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang; Uin Maliki Press, 2010
N. Gregory Mankiw Euston Quah Peter Wilson, Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta;
Salemba Empat, 2014
Nurul Huda & Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal. Jakarta; Kencana,
2007
Syafi'i Antonio, Bank Islam Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani Press, 2001
Zainal Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Alfabet, 2003

15

Anda mungkin juga menyukai