Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Sejarah pemikiran ekonomi dalam Islam tidak perlu dimulai dengan


diskusi tentang ekonomi isi Alquran dan Sunnah. Ini harus dimulai dengan
pandangan tentang isu-isu ekonomi oleh sahabat Nabi dan generasi yang
mengikuti mereka, tidak sedikit di antara mereka adalah ahli hukum dari
eminensia.
Pentingnya tugas yang akan membuang banyak cahaya yang diperlukan
pada bagaimana pikiran Islam menanggapi perubahan kondisi ekonomi di
berbagai daerah dari seluruh dunia Islam. Kami sangat membutuhkan terang
saja ini untuk bagan kita sendiri melalui sejarah. Untuk berada di bawah ilusi
yang bisa kita lakukan tanpa itu akan meningkatkan bahaya perjalanan yang
sudah sulit.
Maka dari itu, pada makalah ini saya akan membahas tentang pemikiran
ekonomi Ibnu Hazm dan Nizam. serta seluk beluk riwayat hidup beliau.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana biografi perjalanan kehidupan Ibnu Hazm dan Nizam al-
Mulk ?
2. Apa pemikiran ekonomi Islam menurut Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk?
III. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui biografi perjalanan kehidupan Ibnu Hazm dan Nizam
al-mulk
2. Untuk mengetahui pemikiran ekonomi islam menurut Ibnu Hazm dan
Nizam al-mulk

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 1


BAB II
PEMBAHASAN
I. Pemikiran Ekonomi Islam Menurut Ibnu Hazm (994 H / 1604 M)

1. Biografi Ibnu Hazm (994 H / 1604 M)


Ibnu Hazm bernama lengkap Abu Muhammad Ali ibn Abu Umar
Ahmad ibn Sa`id ibn Hazm al-Qurthubi al-Andalusy, lahir pada akhir bulan
Ramadhan 184 H (994 M).1 Ia berasal dari sebuah keluarga bangsawan dan
ayahnya adalah Abu Umar Ahmad, seorang keturunan Persia dan wazir
administrasi pada masa pemerintahan Hajib al-Mansur Abu Amie Muhammad
bin Abu Amir al-Qanthani (192 H) dan Najib Abd al-Malik al-Mudzaffar (399
H / 1009 M).

Ia belajar hadits untuk pertama kalinya kepada Amit al-Jasur ketika


berusia 16 tahun.Pada saat itu, hadits dan fiqih merupakan dua bidang ilmu
yang berkaitan, sehingga dapat dikatakan bahwa Ibnu Hazm juga mempelajari
fiqih secara bersamaan.

Pada awalnya, Ibnu Hazm menganut Mazhab Maliki yang ketika itu
mazhab mayoritas di kawasan Andalusia dan Maghribi pada umumnya.
Mazhab Ini tidak hanya menjadi panutan masyarakat dan ulama setempat, akan
tetapi juga menjadi mazhab resmi Negara. Disamping itu Ia juga menerima
pelajaran dari ulama Maliki, seperti Abdullah bin Dahun dan Ahmad bin Jasur,
dengan mempelajari kitab karangan Imam Malik, al-Muwatha. Dengan
mempelajari kitab tersebut, Ibnu Hazm sekaligus mempelajari hadits dan fiqih
mazhab ini.2

1
Abul Hasan M, dan Aidit Ghazali, Reading in Islamic Economic Thought (Malaysia : Longman,
1992), hal 166
2
Nur Chamid, Jejak Langkah Pemikiran Ekonomi Islam (Yogyakarta :Pustaka pelajar, 2010), hal
258

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 2


Kondisi sosial dan politik yang sedemikian parah telah menempatkan
qiyas dan istishan sebagai alat bagi timbulnya kolusi antara sebagian fuqaha
dengan penguasa dalam memberikan berbagai fatwa hukum yang berkaitan
dengan realitas kehidupan yang rusak. Untuk memperbaiki kondisi tersebut,
Ibnu Hazm memilih jalur untuk mengkaji hukum Islam mulai dari awal, dengan
kebebasan berijtihad dan menolak taqlid. Menurutnya Ijtihad adalah kembali
kepada al-Qur`an dan Hadits. Oleh karena itu, aktivitas intelektualnya,
terutama dalam bidang fiqih merupakan upaya untuk mengubah aspek
pemikiran menjadi dasar berbagai penyelewengan hukum yang terjadi, untuk
seterusnya dikembalikan kepada sumbernya yaitu Al-Qur`an dan Hadits

Menurut anaknya, Abu Rafi`, Ibnu Hazm memilik 400 karya yang
terdiri dari 80.000 lembar. Karyanya meliputi bidang hukum, logika, sejarah,
etika, perbandingan agama, dan teologi.

2. Sewa Tanah dan Pemerataan Kesempatan


Sejalan dengan pendekatan zahirinya, Ibnu Hazm mengemukakan
konsep pemerataan kesempatan berusaha dibidang ekonomi yang cenderung
kepada prinsip prinsip ekonomi social Islami. Konsep ini mengarah pada
kesejahteraan masyarakat banyak namun tetap berlandaskan keadilan social dan
keseimbangan sesuai dengan petunjuk al-Qur`an dan Hadits. Karena itulah
sebagian penulis kontemporer menyatakan beliau sebagai perintis ekonomi
sosialis yang Islami.
Berkaitan dengan itu, pemikiran Ibnu Hazm tentang sewa tanah sangat
menarik untuk dicermati. Menurut beliau; menyewakan tanah sama sekali
tidak diperbolehkan, baik untuk bercocok tanam, perkebunan mendirikan
bangunan, ataupu segala sesuatu, baik untuk jangka pendek, jangka panjang,
maupun tanpa batas waktu tertentu, baik dengan imbalan dinar maupun dirham.
Bila hal ini terjadi,hukum sewa menyewa batal selamanya. Kecuali mengikuti
sistem berikut ini: tidak boleh dilakukan kecuali muzara`ah (penggarapan

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 3


tanah) dengan sistem bagi hasil produksinya atau mugharasah (kerja sama
penanaman). Jika terdapat bangunan pada tanah itu, banyak atau sedikit,
bangunan itu boleh disewakan dan tanah itu ikut pada bangunan tetapi tidak
masuk dalam penyewaan sama sekali.
Dengan pernyataan tersebut, Ibnu Hazm memberikan tiga alternative
penggunaan tanah, yaitu pertama, tanah tersebut dikerjakan atau digarap oleh
pemiliknya sendiri. Kedua, si pemilik mengizinkan orang lain menggarap tanah
tanpa meminta sewa. Ketiga, si pemilik memberikan kesempatan orang lain
untuk menggarapnya dengan bibit,alat, atau tenaga kerja yang berasal dari
dirinya, kemudian si peilik memperoleh bagian dari hasilnya dengan presentase
tertentu esuai kesepakatan. Hal ini pernah dilakukan Rasulullah saw dengan
kaum Yahudi terhadap kaum Khaibar. Dalam sistem ini, jika tanaman itu gagal,
si penggarap tidak dibebani tanggung jawab tertentu.
Pandangan tersebut disadari pemahaman zahiriahnya terhadap nash
nash berikut : dari Rafi` bin Khudaij r.a., ia berkata :Rasulullah saw melarang
penyewaan tanah (Riwayat Bukhari).
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa memiliki tanah, hendaklah ia menanaminya atau
memberikannya kepada saudaranya. Jika ia menolak, tahanlah tanah
tersebut. (Riwayat Muslim).
Agaknya pandangan Ibnu Hazm tersebut bertitik tolak dari status tanah
sebagai barang yang tidak hancur (sil`ah ghair istikhlaqiyat) yang pada
umumnya peran hasil kerja dan kreasi manusia yang menonjol. Yang tampak
ialah tanah itu ciptaan Allah SWT dimana manusia tinggal memanfaatkannya,
mengklaim kepemilikanya, dan penguasaannya. Dengan demikian, kepemilikan
tersebut tidak mutlak, tetapi justru relative selama ia memanfaatkannya.3
Jika tidak memanfaatkannya, ia harus memberika kesempatan kepada
orang lain untuk memanfaatkannya sesuai dengan atas kepemilikan umum
bahwa tanah adalah ciptaan Allah SWT. Oleh karena itu, menurut Ibnu Hazm,

3
Ibid., hlm 261

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 4


tanah tidak bisa disamakan dengan rumah atau peralatan yang secara nyata
merupakan hasil kerja dan jerih payah manusia untuk membuatnya, sehingga
dapat disewakan.
Disamping itu, larangan penyewaan tanah dan alternative bagi hasil ,
menciptakan iklim bekerja dan berusaha yang lebih baik bagi orang orang
yang tidak mampu dengan resiko kecil dalam menanggung kerugian akibat
bencana alam atau penyakit, sehingga gagal panen. Dengan demikian,
keuntungan akan dinikmati bersama, dan begitu pula sebaliknya, resiko
kerugian dan kegagalan panen dipikul bersama.
Pandangan Ibnu Hazm tersebut berbeda dengan jumhur fuqaha yang
secara umum memperbolehkan penyewaan tanah, sebagaimana bolehnya
melakukan muzara`ah dan muraghasah. Termasuk diantara mereka adalah Abu
Hanifah, Malik, Abu Yusuf, Zufar, Muhammad ibn-Hasan al-Syaibani, al-
Syafi`I, dan Abu Sulaiman. Agaknya pendapat ini bertitik tolak dari
kepemilikan tanah secara mutlak. Si pemilik berhak sepenuhnya sendiri atau
pemanfaatannya dalam jangka waktu tertentu ia alihkan kepada orang lain
dengan ganti rugi berupa sewa yang dibayarkan kepada pemilik tanah itu sesuai
dengan kesepakatan.

3. Jaminan Sosial Bagi Orang Yang Tidak Mampu


a. Pemenuhan kebutuhan pokok (basic needs) dan pengentasan
kemiskinan.
Ibnu Hazm menebutkan empat kebutuhan pokok yang memenuhi
standar kebutuhan manusia, yaitu makanan, minuman, pakaian, dan
perlindungan (rumah). Makanan dan minuman harus memenuhi kesehatan dan
energy. Pakaian harus dapat menutupi aurat dan melindungi seseorang dari
udara panas dan dingin serta hujan. Rumah harus dapat melindungi seseorang
dari berbagai cuaca dan juga memberikan tingkat kehidupan pribadi yang layak.
Berkenaan dengan harta yang wajib dikeluarkan zakatnya, Ibnu Hazm
memperluas jangkauan dan ruang lingkup kewajiban social lain diluar zakat

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 5


yang wajib dipenuhi oleh orang kaya. Ini merupakan bentuk kepedulian dan
tanggung jawab social mereka terhadap orang miskin, anak yatim, dan orang
lemah secara ekonomi. Salah satu pandangan Ibnu Hazm yang menarik dalam
masalah ini dapat dilihat :
Orang orang kaya dari penduduk setiap negeri wajib menanggung kehidupan
orang orang fakir iskin diantara mereka. Pemerintah ini harus memaksa hal
ini terhadap mereka jika zakat dan harta kaum muslimin (bait al mal) tidak
cukup untuk mengatasinya. Orang fakir miskin itu harus diberi makanan dari
bahan makan semestinya, pakaian untuk musim dingin dan musim panas yang
layak, dan tempat tinggal yang layak bagi mereka, dari hujan, panas, matahari,
dan pandangan orang orang yang lalu lalang.
Ibnu Hazm mendasarkan pandangannya tersebut pada firman Allah
SWT :

Dan berikanlah kepada keluarga keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu
menghambur hamburkan (hartamu) secara boros. (QS Al-Israa : 26)
Hak hak yang diperintahkan Allah SWT untuk dipenuhi orang kaya,
dipahami Ibnu Hazm sebagai suatu kewajiban. Hak tersebut merupakan bagian
dari hak asasi manusia yang menjadi tanggung jawab sosialsecara bersama
sama dalam mewujudkannya, demi tercapainya keadilan social bagi seluruh
umat manusia.
b. Kewajiban mengeluarkan harta selain zakat.
Persoalan mengenai adanya kewajiban harta selain zakat merupakan
persoalan yang diselisihkan oleh para fuqaha. Sebagian ada yang setuju
diantaranya yang senada dikalangan para sahabat antara lain Umar ibn al-
Khatab, Ali bin Abi Thalib, dan banyak lagi. Selain itu diantara golongan
tabi`in yang berpendapat senada adalah Sya`bi, Mujahid, dan Thawus.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 6


Pendapat tersebut bukan erupakan sesuatu yang baru dalam fiqh islam dan Ibnu
Hazm bukan orang yang pertama berpendapat demikian.
Sebagian fuqaha yang lain menyatakan tidak ada kewajiban harta yang
lain selain zakat. Harta yang dikeluarkan selain zakat adalah sedekah atau
santunan yang disunahkan. Pendapat yang kedua ini masyhur dikalangan
fuqaha mutaakhirin, sehingga nyaris tidak dikenal pendapat yang lain. Dalil
yang dikemukakan oleh kelompok kedua ini di antaranya adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan lainnya dari sahabat Thalhah r.a., ia
berkata :
Seorang sahabat laki- laki dari penduduk Najd dengan rambut tergerai datang
mengadap Rosulullah saw. Suaranya terdengar parau dan apa yang dikatakan
tidak mudah ditangkap. Setelah mendekati Rosulullah saw, ia bertanya tentang
islam. Kemudian Rosulullah saw menjawab lima kali shalat dalam sehari
semalam. Ia bertanya, Apakah selain itu ada yang wajib bagi diriku? Rasul
menjawab, Tidak, kecuali kamu shalat sunnah. Rasul berkata, Dan berpuasa
Ramadhan. Ia bertanya, Apakah ada puasa yang lain yang wajib bagi diriku?
Rasul menjawab, Tidak, kecuali kamu berpuasa sunnah. Kemudian Rasul
menyebutkan zakat. Ia bertanya, Apakah ada kewajiban selain zakat? Rasul
menjawab, Tidak, kecuali kamu bersedekah sunnah. Lantas laki-laki itu
berbalik seraya berkata, Aku tudak akan menambahi ataupun menguranginya.
Rasulullah Saw bersabda, Dia beruntung jika jujur atau Dia masuk surga
jika jujur.
Hadits di atas menegaskan tidak ada kewajiban harta selain zakat, akan
tetapi sebenarnya harus dipahami dalam konteks kewajibannya sama persis
dengan zakat, yakni sebagai suatu kewajiban harta yang bersifat periodik,
penyebab kewajibannya melekat pada jenis dan jumlah harta itu sendiri dengan
ketentuan nisab dan kadar jumlah tertentu, tanpa memandang kondisi orang-
orang yang berhak menerimanya. Ini merupakan bentuk fardhu ain yang wajib
dipenuh oleh seseorang yang memilki harta tertentu yang mencapai satu nisab,
meskipun tidak ada fakir miskin. Dalam kondisi normal, ia tidak dituntut lebih

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 7


daripada itu. Sebenarnya perbedaan dari kedua pendapat tersebut tidak bertolak
belakang sama sekali. Kelompok pertama menyatakan sebagai kewajiban kifai,
dan kelompok kedua memandangnya sebagai sesuatu yang sangat dianjurkan.

4. Urgensi Zakat
Ibnu Hazm menekankan pada status zakat sebagai suatu kewajiban dan
juga menekankan peranan harta dalam upaya memberantas kemiskinan.
Menurutnya, pemerintah sebagai pengumpul zakat memberikan sangsi kepada
orang yang tidak mau engeluarkannya baik secara sukarela maupun terpaksa.
Jika ada yang tidak mau maka dianggap murtad. Karena seseorang harus
mengeluarkan zakat selama hidupnya dan apabila tidak terpenuhi maka
seseorang tersebut memiliki hutang dengan Allah SWT, dikarenakan kewajiban
zakat tidak akan hilang. Lain halnya dengan pajak dalam pandangan
konvensional jika tidak dibayarkan berarti tidak ada pemasukan bagi kas
Negara dalam periode waktu tertentu.

5. Persoalan Pajak
Ibnu Hazm konsen terhadap sistem pengumpulan pajak secara alami.
Menurutnya, sikap kasar dan eksploitatif dalam pengumpulan pajak juga tidak
boleh melampau batas ketentuan syari`ah. Menurutnya pendapatan pajak
potensial mungkin muncul akibat terjadinya penyimpangan dan kecerobohan
para petugas pajak.
Besarnya nilai pajak tanah umumnya adalah sebesar 1/6 atau 1/3 sesuai
dengan kualitas tanah. Praktek pengumpulan zakat sejenis ini telah dilakukan
oleh para amir (gubernur) masa dinasti bani Umayyah dan terus berlanjut pada
setelahnya dengan nilai yang sepadan ataupun dengan uang tunai. Pajak tanah
dikumpulkan dengan nilai yang sepadan dilakukan pada periode Hakam I
sejumlah 4700 mud gandum dan 7.747 mud barley. Ali ibnu mahmud (1009-
1018 M) mewajibkan orang membayar pajak tanah dalam bentuk uang tunai
sebesar 6 dinar untuk 1 mud gandum dan 3 dinar untuk 1 mud barley. untuk

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 8


orang muslim, diwajibkan membayar zakat 2,5% dari kekayaannya dan seorang
yang baru masuk islam berkewajiban membayar jizyah secara bervariasi dari
12-48 dirham setahun. Saat itu, terdapat kantor-kantor pajak di kota besar dan
kecil, pusat perdagangan dan pelabuhan. Idris menyatakan bahwa terdapat
kantor pajak di lorca da Himyari. Senjata, kuda perang, buku-buku, dan alat-
alat perkawinan bebas bea impor.
Paparan di atas bukan merupakan struktur administrasi pajak yang
meliputi berbagai elemen yang disampaikan Ibnu Hazm, tetapi merupakan
berbagai cara pengumpulan pajak tertentu yang pada saat itu berjalan meskipun
keadilan bagi pemabayar pajak tidak diperoleh saat membayar sejumlah pajak
yang ditentukan. Hal ini tidak adil dalam pandangan Ibnu Hazm. Ketiadaan
etika dapat menghancurkan sistem administrasi dan struktur yang baik karena
di akhir analisisnya ia menilai bahwa sistem ini masih dilaksanakan oleh orang
yang tidak memiliki etika yang sesuai dengan sistem administrasi yang baik.

6. Ibnu Hazm Bukan Liberalis, Bukan Sosialis.


Pengikut sosialis dan kapitalis selalu memberikan label pada
parapenganut ideologynya. Dalam hal ini, Ibnu Hazm dianggap sebagai seorang
sosialis musllim oleh kelompok sosialis. Hal ini perlu diluruskan karena
menyangkut beberapa hal berikut :
a. Memperjuangkan kesejahteraan social.
b. Menyertakan pajak pada orang kaya sehingga mereka berperan dalam
memberantas kemiskinan.
c. Mendukung adanya intervensi pemerintah terutama dalam hal pajak.
d. Ibnu Hazm cenderung pada kepentingan sosialis meskipun dirinya
berasal dari kalangan bangsawan dan Ia sendiri pernah menjabat sebagai
wazir selama beberapa periode.
Sulit dibuktikan alasan utama Ibnu Hazm dikatakan sebagai seorang
sosialis berdasarkan empat alasan tersebut. Masing masing alasan

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 9


menempatkan Ibnu Hazm pada posisi dimana kelas orang miskin dihadapkan
secara berlawanan dengan orang kaya (adanya perbedaan kelas).
Sementara itu, untuk tuduhan kalau Ibnu Haz liberalis juga harus
dibantah. Hal yang naf bila kelompok pemikir liberal mengklaim bahwa Ibnu
Hazm penganut ideology mereka berdasarkan pada aslasan berikut :
a. Perlawanan terhadap pajak (kenyataannya adalah banyak pajak yang
tidak sesuai syari`ah dalam pandangannya.
b. Perlawanana terhadap berbagai bentuk eksploitasi pengumpulan pajak.
c. Kecendrungan bahwa berbagai pajak yang tidak sesuai dengan syari`ah
berakibat hilangnya barang produksi, kewirausahaan, dan perdagangan.
d. Penolakannya terhadap barang pajak barang dagangan yang
dianggapnya dapat mempengaruhi nilai penjualan dan menimbulkan
berbagai efek lain yang terkait dengan aktivitas ekonomi.
Atas beberapa alasan yang sudah disebutkan diatas dapat disimpulkan
bahwa Ibnu Hazm menolak berbagai pajak yang tidak sesuai dengan kriteria
syari`ah , bukan pula karena Ia lebih cenderung dengan pendapat liberalism
atau kapitalisme. Lebih dari itu, Ibnu Hazm lebih menjunjung kesejahteraan
bersam dan memberantas kesenjangan antara sikaya dan simiskin.

II. Pemikiran Ekonomi Islam Menurut Nizam Al-Mulk (485H/1093 M)

1. Biografi Nizam Al Mulk


Dilihat dari tahun kelahiran dan wafatnya, Nizam al-Mulk al-Tusi hidup
semasa Daulah Abbasiyah mulai dari khalifah al-Qadir (381H/991M) sampai
khalifah al-Muqtadi (467H/1075M), yait seorang tokoh yang sangat dikenal
dalam sejarah kekhalifahan ketika Turki Saljuk berhasil menegaskan kesultanan
atas nama khalifah Abbasiyah di Baghdad.
Ia dilahirkan pada tahun 308H/1017M, di sebuah kota kecil Radhkan
atau Nuqan yang terletak di Pedalaman Tus, sekitar 50mil ke utara Mashad di
Persia. Ia merupakan anggota keluarga pemilik kelas menengah, ayahnya

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 10


adalah seorang pegawai pemerintah Gaznawi dan pada hari Gaznawinds
ditunjuk sebagai pemungut pajak dari Tus oleh Gubernur Khurasan, Abu al-
Fadhl Suri.
Pendidikan dasarnya adalah mempelajari hadits dan fiqih, atas kehendak
ayahnya yang ingin menjadikan dia sebagai seorang yang berprofesi hukum,
yang semula dibawah bimbingan Abd All-Samad Funduraji, seorang ahli
hukum terkenal, kemudian dia belajar lagi dengan seorang alim syafi`I
bernama Imam Muwaffae dari Nishapur.
Walaupun seorang Persia, Nizam al-Mulk secara perlahan menguasai
administrasi dari kekaisaran saljuk turki. Nizam al-Mulk bepergian ke Bukhara
dan Merv dan beberapa kota Transoxiana, kebanyakan untuk mendapatkan
posisi.Setelah tahun 441H/1094M Ia pergi ke Ghaznah menjadi pegawai
Ghaznawinds. Dengan kata lain Ia memperoleh kesempatan mengenal
administrasi mereka.
Pada sekitar tahun 1063, Pangeran Alp Arsalan naik tahta dan menjadi Sultan
Dinasti Seljuk. Dia mengangkat Nizam Al-Mulk sebagai perdana menteri
Dinasti tersebut. Namun pada faktanya, Nizam sebagai perdana menteri
menjadi satu-satunya penggerak dalam Dinasti Seljuk, sedangkan keberadaan
Sultan Alp Arsalan hanya memainkan peran seremonial. Sehingga hal ini
memberinya kebebasan penuh untuk mereformasi struktur-struktur sipil dan
administrasi kerajaan. Di bawah pengawasannya, Dinasti Saljuk menjadi salah
satunya dinasti yang paling kuat, makmur, dan berbudaya lebih maju pada
masanya.
Sebagai politisi yang bijak, Nizam Al-Mulk mempromosikan
pembelajaran dan pendidikan di seluruh kerajaan. Bahkan, dia mengubahnya
menjadi pusat ilmu pengetahuan, budaya, seni Islam, serta perdagangan. Karena
kebenciannya pada buta huruf, dia menawarkan pendidikan gratis di seluruh
kerajaan. Dia juga mendorong orang-orang untuk mengenyam pendidikan yang
lebih tinggi, serta melakukan penelitian dan memperluas cakrawala intelektual
mereka.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 11


Untuk mendukung kebijakan yang dibuatnya, maka Nizam Al-Mulk
mendirikan lembaga pendidikan yang berada di seluruh Dinasti Seljuk,
termasuk Nisyapur, Baghdad, dan Damaskus. Lembaga pendidikan yang
didirikannya tidak hanya menjadi perguruan tinggi pertama pada masanya,
tetapi juga sekaligus menjadi perguruan tinggi terbaik dalam sejarah Islam di
dunia. Lembaga pendidikan tersebut dikenal dengan sebutan Madrasah
Nizamiyah (Lembaga Pendidikan Nizamiyah), yang kemudian sistem
pendidikannya diadopsi oleh University of Oxford, Inggris. Madrasah
Nizamiyah juga setara dengan Harvard pada masanya. Untuk kemajuan
lembaga tersebut, Nizam Al-Mulk merekrut ilmuwan tercerdas di dunia Islam
untuk menjadi pengajar di sana, seperti Imam Al-Haramayn Abu Maali Abdul
Malik al-Juwaini lebih dikenal dengan sebutan Cahaya Agama- Imam Al-
Ghazali juga mengajar sebagai Guru Besar Pemikiran Islam di lembaga
Nizamiyah. Sehingga tidak heran, lembaga pendidikan ini menghasilkan
sejumlah pemikir paling terkenal dan tersohor di dunia Islam. Kurikulum yang
digunakan di madrasah Nizamiyah ini terdapat perimbangan yang proporsional
antara disiplin keagamaan berupa tafsir, hadits, fiqih, kalam, dan lainnya; serta
disiplin ilmu aqliyah berupa filsafat, logika, matematika, kedokteran, dan
lainnya. Bahkan saat itu kurikulum Nizamiyah menjadi kurikulum rujukan bagi
institusi pendidikan lainnya.4

2. Prinsip Maslahah Dalam Administrasi


Prinsip maslahah dalam Islam memainkan peran penting dalam
maslahah ini, dan Nizam menggunakan maslahah dalam mengambil keputusan.
Nizam al-Mulk menyadari sepenuhnya mengenai tiga arah factor factor
kemakmuran, produktivitas, dan efisiensi. Mengamankan kesejahteraan dapat
meninkatkan lebih besar produktivitas yang diharapkan dan tingkat efisiensi. Ia
mendemonstrasikan melalui kejadian dibawah ini :

4
http://cssmora.org/nizam-al-mulk-pengembang-sistem-pendidikan-kelas-dunia/

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 12


Bahwa pada saat persoalan (affairs) Ray telah mengkhawatirkan Nizam
al-Mulk, ia di beritahukan oleh spies bahwa Quthlumus telah meninggalkan
Fortress dari Kurd mulai Plundering negeri dan negeri Ray harus di serang, Alp
Arslan juga mulai menuju Nishapur dan ia dengan tentaranya mencapai
Damghan. Dengan rasa persaudaraan, Alp Arslan mengirimkan sebuah pesan
Quthlumus memintanya untuk kembali. Namun Quthlumush memenuhi tidak
menaruh perhatian dan mulai melakukan gangguan ke wilayah sekitar Ray.
Quutlumush memenuhi lembaga al-Mith dengan air agar kiriman ke Ray tidak
sampai. Situasi ini mengkhawatirkan Alp Arslan. Nizam al Mulk berkata
kepadanya sama sekali jangan khawatir, saya telah merekrut serdadu yang
tembakannya tidak pernah mleset dar target. Saya telah mengamankan
kesetiaan dari kitab suci Al Quran, ulama , dan sufi dari khurasan, kepadanya
telah saya perlakukan dengan kasih sayang. Mereka semua datang mendoakan
untuk kemenangan Sultan. Tentara anda ini adalah pendukung andayang
paling baik.
Setelah mengatakan ini, ia meletakkan senjata dan memberikan uang
kepada bala tentara. Sultan membawa membagikan uang kepada bala tentara.
Sultan membawa kudanya ke air dan menyebrangi dengan selamat beserta
angkatan daratnya. Quthlumush terbunuh. Ketika Sultan kembali ke Ray pada
tahun 456 H/ 1063 M, Admid al-Mulk menyambutnya dengan kehormatan
militer penuh. Atas kemenangannya ini Alp Aslan sangat berterima kasih
kepada Nizam al-Mulk.

3. Pemuas Kebutuhan Pokok Dan Stabilitas Nasional

Stabilitas nasional dapat dicapai denganmemastikan bahwa kebutuhan


pokok masyarakat diamankan dipenuhi secukupnya. Peningkatan selalu dapat
dipastikan mengurangi kemungkinan ratapan rakyat terhadap penguasa.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 13


4. Kesempatan Kerja dan Keamanan Nasional
Optimalisasi kesempatan kerja buruh tidak terbatas pada pertimbangan
variable ekonomi saja. Variable non ekonomi juga penting bahkan lebih.
Karena itu kebijakan dan upaya harus dilihat sebagai pertimbangan dalam suatu
kerangka kerja yang komprehensif, salah satunya keamanan nasional
sebagaimana digambarkan oleh Nizam al-Mulk.
Diceritakan oleh S.Rizwan Ali Rizvi, bahwa pengadaan pos dan pejabat
tidak perlu hanya akan membebani belanja Negara dan bekerja bertentangan
dengan efisiensi. Jika beberapa orang mengerjakan pekerjaan yang sama,
peluangnya adalah bahwa mereka akan bersekongkol terhadap satu sama lain
dan menciptakan komplikasi dan kesulitan. Akan lebih berguna untuk
memperpendekmasa jabatan dan alih tugas pemegangnya sehingga mereka
tidak menjadi begitu berurat berakar yang kemudian bersekongkol menentan
kerejaan dan menciptakan kesulitan lain.

5. Persamaan Hak Dalam Sosio Ekonomi


Nizam Al-Mulk menegaskan bahwa persamaan hak dalam kesempatan
melakukan kegiatan ekonomi adalah persyaratan awal untuk mencapai
persamaan sosial. Upaya ekonomi untuk mencapai tujuan ini mencakup
manajemen zakat yang efektif, bangunan pondok dan rumah untuk rakyat
miskin, dan tersedianya lapangan kerja bagi rakyat sesuai kapasitas dan
imbalannya.

6. Sistem Pajak yang Adil


Tentang pajak, Nizam Al-Mulk tidak menyangkal bahwa sistem pajak
yang baik menjadi basis keuangan yang sehat. Walaupun demikian, ia percaya
bahwa keuangan yang sehat bukanlah segala-galanya untuk menghindari
kesulitan nasional.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 14


7. Kebijaksanaan Pertahanan
Terkait dengan persoalan pajak tanah, Nizamal-Mulk merekomendasikan
pembatalan dari pembebanan (charge) oleh tuan tanah terhadap petani yang
tidak dapat memenuhi kewajibannya membayar pajak. Dalam pandangannya,
tuan tanah hanyalah sebatas pengumpul pajak, bahkan mereka tidak
mempunyai hak untuk menetapkan jumlah pajak karena hal tersebut merupakan
hak mutlak pemerintah. Dalam hal ini, Nizam Al-Mulk ingin mengurangi
kekuasaan dan hak mutlak para tuan tanah, dan menjadikan pemerintah menjadi
lebih berkuasa.5

8. Peranan dan Kriteria Muhtasib


Nizam al-Mulk juga memusatkan perhatian pada ekonomi pasar, dimana
Ia menuliskan buku tentang muhtasib ,yaitu sebutan bagi orang yang bertugas
sebagai pelaksana pada lembaga hisbah. Tugas utama lembaga ini adalah
menyelesaikan kasus pelanggaran terhadap prinsip dasar amar maruf nahi
munkar.
Pada prinsipnya, al-muhtasib bisa berbentuk perorangan dan sukarela
(al-muttawwi`) serta beerbentuk lembaga yang ditunjuk pemerintah. Al-
Muhasib Muttawwi lebih mirip dengan juru dakwah, ajarannya tidak mengikat
dan tidak memberikan sanksi. Sedangkan al-muhtasib petugas pemerintah
berwenang menjatuhkan sanksi.

5
http://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co.id/2014/10/makalah-
sistem-ekonomi-islam_3.html

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 15


BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Ibnu Hazm (456 H/1064 M)
Ibnu Hazm menekankan pada status zakat sebagai suatu kewajiban dan
juga menekankan peranan harta dalam upaya memberantas kemiskinan.
Menurutnya, pemerintah sebagai pengumpul zakat memberikan sangsi kepada
orang yang tidak mau engeluarkannya baik secara sukarela maupun terpaksa.
Jika ada yang tidak mau maka dianggap murtad. Lain halnya dengan pajak
dalam pandangan konvensional jika tidak dibayarkan berarti tidak ada
pemasukan bagi kas Negara dalam periode waktu tertentu.

Nizam Al-Mulk Ath-Thusi (408-485 H/1018-1093 M)


Nizam Al-Mulk menyadari sepenuhnya mengenai 3 arah faktor-faktor
kemakmuran, produktivitas dan efisiensi. Menurut Nizam Al-Mulk, stabilitas
nasional dapat dicapai dengan memastikan bahwa kebutuhan pokok masyarakat
dipenuhi secukupnya. Nizam Al-Mulk menegaskan bahwa persamaan hak
dalam kesempatan melakukan kegiatan ekonomi adalah persyaratan awal untuk
mencapai persamaan sosial.

II. Daftar Pustaka


Hasan M, Abul, dan Aidit Ghazali. Reading in Islamic Economic Thought
Malaysia : Longman.1992

Chamid, Nur. Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Kediri:


Pustaka Pelajar. 2010.

http://cssmora.org/nizam-al-mulk-pengembang-sistem-pendidikan-kelas-dunia/

http://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co.id/2014/10/makala
h-sistem-ekonomi-islam_3.html

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Hazm dan Nizam al-Mulk| 16

Anda mungkin juga menyukai