Anda di halaman 1dari 9

AYAT DAN HADITS TENTANG

AKUNTANSI

Disusun Oleh Kelompok XI:


Bima Suganda (2041000022)
M.Khairulipanda Nasution (2041000029)
PEMBAHASAN

Larangan mengambil keuntungan melalui riba dan perintah bersedekah, dapat


menimbulkan kesan bahwa al-Quran tidak bersimpati terhadap orang yang memiliki
harta atau mengumpulkannya. Kesan keliru itu dihapus melalui ayat ini, yang
intinya memerintahkan memelihara harta dengan menulis hutang piutang walau
sedikit, serta mempersaksikannya. Seandainya kesan itu benar, tentulah tidak akan
ada tuntutan yang sedemikian rinci menyangkut pemeliharaan dan penulisan hutang
piutang.
Perintah utang piutang dipahami oleh banyak ulama sebagai anjuran, bukan
kewajiban. Demikian praktek para sahabat ketika itu. Memang sungguh sulit
perintah diterapkan diterapkan oleh kaum muslimin ketika turunnya ayat ini jika
perintah menulis hutang piutang bersifat wajib, karena kepandaian tulis menulis
ketika itu sangat langka.
Namun demikian ayat ini mengisyaratkan perlunya belajar tulis menulis,
karena dalam hidup ini setiap orang mengalami pinjam dan meminjamkan.
Sufyan ats-Tsauri meriwayatkan dari Ibnu Abbas, “Ayat ini diturunkan
berkaitan dengan masalah salam (mengutangkan) hingga waktu tertentu.
Firman Allah, “hendaklah kamu menuliskannya” merupakan perintah dari-
Nya agar dilakukan pencatatan untuk arsip. Perintah disini merupakan
perintah yang bersifat membimbing, bukan mewajibkan.
Selanjutnya Allah swt menegaskan: “Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya
dengan adil.” Yakni dengan benar, tidak menyalahi ketentuan Allah dan perundangan yang berlaku
dalam masyarakat. Tidak juga merugikan salah satu pihak yang bermuamalah, sebagaimana dipahami
dari kata adil dan di antara kamu. Dengan demikian dibutuhkan tiga kriteria bagi penulis, yaitu
kemampuan menulis, pengetahuan tentang aturan serta tatacara menulis perjanjian, dan kejujura
Selanjutnyaa Allah swt menegaskan: “Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya
dengan adil.” Yakni dengan benar, tidak menyalahi ketentuan Allah dan perundangan yang berlaku
dalam masyarakat. Tidak juga merugikan salah satu pihak yang bermuamalah, sebagaimana dipahami
dari kata adil dan di antara kamu. Dengan demikian dibutuhkan tiga kriteria bagi penulis, yaitu
kemampuan menulis, pengetahuan tentang aturan serta tatacara menulis perjanjian, dan kejujuran.
Ayat ini mendahulukan penyebutan adil daripada penyebutan
pengetahuan yang diajarkan Allah. Ini karena keadilan, di samping
menuntut adanya pengetahauan bagi yang akan berlaku adil, juga
karena seseorang yang adil tapi tidak mengetahui, keadilannya akan
mendorong dia untuk belajar. Berbeda dengan yang mengetahui
tetapi tidak adil. Ketika itu pengetahuannya akan digunakan untuk
menutupi ketidakadilannya. Ia akan mencari celah hukum untuk
membenarkan penyelewengan dan menghindari saksi.
Sebagaimana Allah berpesan kepada para penulis, kepada para saksipun Allah berpesan,
“janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan apabila mereka dipanggil,” karena
keengganannya dapat mengakibatkan hilangnya hak atau terjadi korban
Yangg dinamai saksi adalah orang yang berpotensi menjadi saksi, walaupun ketika itu dia
belum melaksanakan kesaksian, dan dapat juga secara aktual telah menjadi saksi. Jika anda
melihat satu peristiwa, katakanlah tabrakan, maka ketika itu anda telah berpotensi memikul tugas
kesaksian, sejak saat itu anda telah dapat dinamai saksi walaupun belum lagi melakukan
kesaksian itu di pengadilan. Ayat ini dapat berarti, janganlah orang-orang yang berpotensi
menjadi saksi enggan menjadi saksi apabila mereka diminta.
. Petunjuk-petunjuk di atas adalah jika muammalah dilakukan dalam bentuk hutang-piutang.
Tetapi jika ia merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada
dosa bagi kamu (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli;
perintah di sini oleh mayoritas ulama dipahami sebagai petunjuk umum, bukan perintah wajib.
Pembahasan Tentang Akuntansi
Pada dasarnya, kegiatan akuntansi merupakan kegiatan mencatat, dilanjutkan dengan
menganalisis, menyajikan dan menafsirkan data keuangan dari aktifitas berhubungan
dengan produksi, pertukaran barang-barang danjasa-jasa, atau berhubungan dengan
pengelolaan dana-dana bagi perusahaan yang bertujuan memperoleh keuntungan, akuntansi
memberikan metode untuk menentukan apakah lembaga tersebut memperoleh keuntungan
atau sebaliknya menderita kerugian, sebagai hasil dan transaksi-transasi yang dilakukan.
Akuntansi sebagai alat bantu  manajemen (tool management) dapat memberikan informasi
tentang kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan seperti tercermin pada catatan
keuangan perusahaan yang bersangkutan.
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah Nabawiyyah,
Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa tertentu), dan ‘Uruf (adat
kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah Akuntansi dalam
Islam, memiliki karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah Akuntansi
Konvensional. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-norma masyarakat
Islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada
tempat penerapan Akuntansi tersebut.
Ada beberapa hadist lain mengenai akuntansi yaitu :

■Hadits tentang penghitungan


Raulullah bersabda ”Hitunglah diri kalian sebelum kalian dihitung (hisab) timbanglah diri
kalian sebelum kalian ditimbang. Adalah lebih ringan kalian menghitung diri kalian
sebelum besok dihitung”
■Hadits tentang Kejujuran
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Bersabda Rasulullah : Kalian harus jujur karena
sesungguhnya jujur itu menunjukan kepada kebaikan dan kebaikan itu menunjukkan kepada
jannah. Seseorang senantiasa jujur dan berusaha untuk jujur sehingga ditulis di sisi Allah
sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian dusta karena sesungguhnya dusta itu
menunjukkan kepada keburukan dan keburukan itu menunjukkan kepada neraka. Seseorang
senantiasa berdusta dan berusaha untuk berdusta sehingga ditulis disisi Allah sebagai
seorang pendusta” (HR Muslim)
■Hadits tentang ketelitian
Rasulullah saw: Perlahan-lahan itu dari Allah dan tergesa-gesa itu dari setan. (Al Mahâsin)
Kesimpulan

Nilai terpenting dari kesadaran yang harus dimiliki oleh manusia adalah sifat
ketundukan dan kepatuhannya kepada tuhan semesta ala mini, menjadikan
konsekuensi bahwa manusia dalam melakukan semua aktifitas dalam seluruh masa
hidupnya harus dioperasikan atas dasar nilai-nilai etika atau syariah yang berlaku,
yang dalam kaitannya dengan akuntansi dinamakan etika akuntansi (akuntansi
syariah). Sebuah prinsip dasar dalam akuntansi perbankan syari’ah adalah kejujuran,
keadilan, ketelitian, kecermatan dan asas kesungguh-sungguhan. Setiap angkuntan
perbankan syariah harus berpegang teguh pada ajaran islam sebagai landasan
filsofis. Suatu hal yang terpenting adalah kejujuran dalam menjalankan tugasnya
yaitu mencatat. Akuntan diminta menyajikan laporan sesuai dengan fakta yang ada.

Anda mungkin juga menyukai