Disusun oleh:
Kelompok 10
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat taufiq-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PEMERINTAH SEBAGAI
INVESTOR BESAR”. Yang diharapkan nanti dapat membantu proses diskusi mata kuliah
“EKONOMI MAKRO ISLAM”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan umatnya kejalan yang terang benderang.
Makalah ini berisi pembahasan mengenai fungsi investasi dalam ekonomi Islam.
Sehubungan dengan selesainya penulisan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada :
Dengan penuh harap semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT dan tercatat
sebagai amal shalih. Akhirnya makalah ini kami suguhkan kepada pembaca, dengan harapan
adanya saran dan kritik yang membantu perbaikan makalah kami. Semoga makalah ini
bermanfaat dan mendapat ridho Allah SWT.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................1
C. Tujuan penulisan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan Infrastruktur....................................5
B. Pengeluaran Agregat.....................................................................................6
C. Kebijakan Fiskal dan Permintaan Agregat....................................................7
D. Keseimbangan PDB dan Tingkat Harga dalam Jangka Pendek...................9
E. Ekspansi Fiskal dan PDB Potensial..............................................................10
F. Keterbatasan Kebijakan Fiskal......................................................................12
G. Fungsi Investasi............................................................................................13
H. Fungsi Investasi dalam Perekonomian Islam...............................................15
I. Pembangunan Infrastruktur...........................................................................19
BAB III PENUTUP..................................................................................................21
A. Kesimpulan...................................................................................................21
B. Saran.............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada bab ini dijelaskan bagaimana pemerintah sebagai pembeli besar sebagai
salah satu praktik dari kebijakan fiscal dari sisi pengeluaran. Pada pemerintah zaman
Rasulullah Saw dan Khulafa ar-Rasyidin, Baitul Mal mempunyai peranan besar
dalam perekonomian dan layanan publik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana fungsi investasi dalam ekonomi Islam ?
C. TUJUAN MASALAH
4
BAB II
PEMBAHASAN
Infrastruktur adalah seluruh jenis modal yang bukan dimiliki oleh perusahaan
bisnis perorangan yang membuat produksi perusahaan menjadi lebih efisien. Tiap-
tiap negara berada di dalam banyak infrastruktur mereka yang dibiayai oleh
pemerintah. Di Amerika Serikat, jalan tol dimiliki oleh pemerintah, begitu juga
dengan kebanyakan dari bandara udara, jaringan listrik dan telepon disediakan oleh
perusahaan swasta yang diatur oleh pemerintah. Bagaiamanakah infrastruktur fisik
dihubungkan dengan pertumbuhan? pada beberapa negara miskin, nilai dari sebuah
investasi bisnis berkurang. Keputusan-keputusan politis, infrastruktur fisik penting
untuk pertumbuhan dan jumlahnya dapat dipengaruhi oleh keputusan pemerintah.1
2015 ), hlm.288
5
B. Pengeluaran Agregat
2
Ibid, hlm. 289
6
Grafik 14.1 Pengeluaran Agregat
7
Pada grafik 14.2 (a) dan (b) ditunjukkan dampak dari peningkatan belanja
pemerintah pada permintaan agregat. Kurva pengeluaran agregat ditunjukkan oleh
kurva AE, pada bagian (a) dan kurva permintaan agregat ditunjukkan oleh kurva AD0,
pada bagian (b). Tingkat harga berada pada nilai 130, PDB riil (real GDP) adalah $6
trilliun dan perekonomian berada pada titik a pada kedua gambar. Sekarang, misalnya
belanja pemerintah meningkat $0,5 trilliun pada tingkat harga konstan dengan nilai
130, kurva pengeluaran agregat bergeser ke atas menjadi AE.3
Kurva ini memotong garis 450 (tiap-tiap titik pada garis ini pengeluaran
agregat sama dengan PDB riil), pada keseimbangan pengeluaran dengan nilai $8
trilliun di titik b. Nilai ini merupakan jumlah agregat dari barang dan jasa yang
diinginkan pada tingkat harga 130, seperti ditunjukkan oleh titik b pada grafik 14.2b.
Titik b terletak disepanjang garis permintaan baru (AD 1). Permintaan agregat awal
(AD0) telah bergeser ke permintaan baru (AD1).
Jarak pergeseran dari AD1 ke AD2, ditentukan oleh efek beruntun (multiplier)
dari belanja pemerintah. Semakin besar efek beruntun (multiplier) tersebut, semakin
besar pergeseran pada kurva permintaan agregat. Pada contoh yang diberikan,
peningkatan $0,5 trilliun belanja pemerintah dan MPC sebesar ¾ maka efek beruntun
(multiplier) 4,1 sehingga peningkatan sebesar 14.2 $0,5 trilliun menghasilkan $2
trilliun pada jumlah agregat dari barang dan jasa yang diinginkan pada tiap tingkat
harga, yang berarti jarak pergeseran AD0 ke AD1 sebesar $2 trilliun.4
Dampak yang sama ditunjukkan pada grafik 14.2 (a) dan (b) juga timbul pada
tiap kebijakan fiskal yang ekspansif, seperti peingkatan belanja pemerintah dan
3
Ibid, hlm. 289
4
Ibid, hlm. 250
8
berkurangnya pendapatan pajak, ilustrasi gambar 14.2 (a) dan (b) juga bisa digunakan
untuk ilustrasi dari kebijakan fiskal yang kontraksi yaiu berkurangnya belanja
pemerintah dan meningkatnya pendapatan pajak. Dalam kasus ini prosesnya adalah
dari titik (b) bergerak ke titik (a) di tiap grafik dan permintaan agregat berkurang dari
AD1 ke AD2.
9
sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek menuju titik potong dari kurva
penawaran agregat jangka pendek dengan kurva permintaan agregat yang baru.
Tingkat harga meningkat menjadi 146 dan PDB riil meningkat menjadi $7,6 triliun.
Dalam jangka panjang , PDB riil sama dengan PDB potensial, perekonomian
berada pada keseimbangan kesempatan kerja penuh. Sewaktu PDB riil sama dengan
PDB potensial, peningkatan pada permintaan agregat mempunyai dampak yang sama
seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi pengaruh jangka panjangnya berbeda.5
Grafik 14.3 (b) menunjukkan dampak dari kebijakan fiskal yang ekspansif
pada saat PDB riil sama dengan PDB potensial. Dalam contoh ini, PDB potensial $6
triliun. Permintaan agregat meningkat ( AD 0 ke AD 1), titik keseimbangan jangka
pendek, titik c, adalah keseimbangan di atas kesempatan kerja penuh, dengan
penggunaan tenaga kerja, tingkat upah mulai meningkat. Tingkat upah yang lebih
tinggi meningkatkan biaya dan mengurangi penawaran agregat jangka pendek, kurva
SAS mulai bergeser ke kiri ( SAS0 ke SAS1). Perekonomian menggerakkan kurva
permintaan agregat AD 1 menuju titik a '
5
Ibid, hlm. 292
10
(a) Dampak jangka pendek
Pada titik c, PDB riil melebihi PDB potensial dan tingkat pengangguran berada di
bawah tingkat alaminya. Tingkat upah meningkat dan penawaran agregat jangka
6
Ibid, hlm. 293
11
pendek menurun. Kurva SAS bergeser ke kiri ke SAS1 dan perekonomian bergeser ke
titik a’. Tingkat harga meningkat menjadi 170 PDB riil kembali $6 triliun.
Akhirnya, pada saat seluruh penyesuaian terhadap tingkat upah dan tingkat
harga telah dibuat, tingkat harga menjadi 170, dan PDB riil sekali lagi berada pada
atau sama dengan PDB potensial $6 triliun. Efek beruntun (multiplier) pada jangka
panjang adalah nol. Terdapat penurunan sementara pada tingkat pengangguran
selama proses ini tidak permanen.
Kedua, tidak selalu mudah untuk mengatakan bahwa PDB riil dibawah atau
diatas PDB potensial. Perubahan di dalam permintaan agregat dapat menggerakkan
PDB riil jauh dari PDB potensial atau perubahan pada penawaran agregat dapat
mengubah PDB riil dan PDB potensial. Pada pembahasan stimulasi fiskal terhadap
7
Ibid, hlm. 294
12
kondisi kesempatan kerja penuh mengakibatkan peningkatan pada tingkat harga dan
tidak mempunyai dampak jangka panjang pada PDB riil.
G. Fungsi Investasi
Tidak seperti tabungan dan konsumsi, investasi merupakan sebuah bisnis yang
tidak dapat diprediksi dan berisiko, karena investasi tidak harus mengikuti pergerakan
yang sama dengan produk nasional bruto (GNP) beda halnya dengan pengeluaran
konsumsi yang dapat mempengaruhi nilai produk nasional bruto (GNP). Investasi
merupakan aktivitas tersendiri dari sektor swasta dan sektor pemerintah.
I = I ( i, r, Q, T )
(14.1)
Dengan, dI/di < 0; Di/dQ ≥ 0; dI/dT > 0;
13
disebabkan oleh harapan-harapan investor. Karenanya, Q tidak dapat meningkat
selama masih terdapat kelambatan (lag) pada harapan-harapan investor. Juga karena
penginvestasian kembali dari peningkatan Q tidak dapat direalisasikan, maka T
mengalami kelambatan (lag) dan efek beruntun antara ketidakpastian yang
disebabkan oleh i dan iklim ekonomi keseluruhan akan terbentuk.
I = I (er, r, Q, T ) (14.3)
14
Dengan demikan, secara makro, kita dapat menghasilkan fungsi investasi dalam
formasi :
I = I (er, m, r, Q,T )
(14.4)
Dengan, dI/di < 0 ; dI/dQ ≥0; dI/dT > 0;
Jadi para investor atau penabung muslim dapat memilih diantara tiga alternatif
untuk memanfaatkan dananya (a) memegang dananya dalam bentuk tunai (b)
memegang dananya dalam bentuk aset-aset yang tidak menghasilkan pendapatan
(contoh : deposito bank, pinjaman, property, perhiasan ) atau (c) menginvestasikan
dananya (menjadi investor dalam proyek yang dapat menambah persediaan modal
negara).
10
Ibid, hlm. 296
15
Dua alternatif pertama tidak disarankan dalam perekonomian islami karena
seperti kita lihat, islam mengikutsertakan biaya dalam bentuk zakat pada dana-dana
yang tidak termanfaatkan (idle assets). Zakat diaplikasikan pada semua bentuk aset-
aset yang tidak termanfaatkan (uang tunai, perhiasan, pinjaman, deposito bank) yang
telah memenuhi nisab dan kebutuhan hidup.
Faktor utama lin yang ikut mempengaruhi tingkah laku investasi dalam
perekonomian islami adalah ketidakberadaan dari suku bunga. Islam melarang
pembayaran bunga pada semua jenis pinjaman (pribadi, komersial, pertanian,
industridan lainnya) walaupun pinjaman-pinjaman ini dilakukan untuk teman
perusahaan swasta maupun publik pemerintah atau entitas lainnya.
16
atau tabungan yang tidak dimanfaatkan pada investasi riil akan dikenakan zakat pada
tingkat tertentu.12
∅ (r , ZA , Zπ , μ) (14.5)
Dan,
S₁ (14.6)
r =r
SF
Dimana :
12
Ibid, hlm. 297
17
Akan tetapi karena ZA = ZA dan Zπ = Zπ ( contoh : tingkat/ besarnya zakat tetap )
persamaan diatas dapat diekspresikan menjadi:
I =φ ⟮ r , μ ⟯ (14.7)
Di mana,
(14.8)
∂I
>0
∂r
∂I
>0
∂μ (14.9)
I. Pembangunan Infrastruktur
Infrastruktur merupakan hal yang sangat penting dan mendapat perhatian yang
besar. Pada zaman Rasulullah Saw. Apabila kita menggunakan teori Irving Fisher:
13
Ibid, hlm. 298
18
MV = PT, maka apa yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. Dalam membangun
infrastruktur adalah untuk melepaskan T dari tingkat full capacity , sehingga dalam
pertumbuhan ekonomi ini tidak terjadi inflasi. Melepaskan T dari kondisi full
capacity adalah sangat penting agar P tidak perlu naik atau mengalami adjustment .
Apabila T dalam kondisi full capaity, dengan naiknya M maka P akan naik, dan
seluruh kenaikan M sepenuhnya diakomodasi oleh kenaikan P (inflasi). Secara grafis
dapat kita perhatikan ilustrasi Grafik 14.4
Keadaan ini dikenal dengan nama ‘stagflasi’ atau stagnation- inflation dimana
kenaikan AD hanya akan mengakibatkan kenaikan tingkat harga (P) dan tidak
pendapatan nasional (Y) karena perekonomian sudah mencapai kondisi full capacity/
full employment. Lalu bagaimana supaya terjadi kenaikan pendapatan nasional (Y)
lagi? pemerintah harus membelanjakan anggarannya untuk investasi infrastruktur
publik dan menciptakan kondisi yang kondusif agar masyarakat mau berinvestasi
untuk hal-hal yang produktif, sehingga Penawaran Agregatif (AS) akan bergeser
(ekspansi) seperti pada ilustrasi diatas tampak dari pergeseran AS 1 ke AS2 (dan
selanjutnya ke AS3) jika kita perhatikan ilustrasi tersebut maka akan tampak bahwa
kenaikan AS dari AS1 ke AS2 akan menyebabkan Y↑ dari Yf ke Y3 tetapi P↓ dari P4 ke
P5. 14
14
Ibid hlm 299
19
Grafik 14.4 Dampak Pembanguanan Infrastruktur terhadap Full Capacity
15
Ibid, hlm. 300
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
21
A. Saran
Demikianlah tugas penyusunan karya tulis yang kami persembahkan.
Harapan kami dengan adanya tulisan ini bisa menjadikan kita unutk lebih
menyadari bahwa agama Islam memiliki khazanah keilmuan yang sangat
dalam untuk mengembangkan potensi yang ada di alam ini dan merupakan
langkah awal untuk membuka cakrawala keilmuan kita, agar kita menjadi
seoran muslim yang bijak sekaligus intelek. Serta dengan harapan dapat
bermanfaat dan bisa difahami oleh para pembaca. Kritik dan saran sangat
kami harapkan dari pembaca, khususnya dari dosen yang telah membimbing
kami. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini kami mohon
maaf sebesar-besarnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
23