Anda di halaman 1dari 22

KONTRIBUSI INSTRUMEN MONETER SYARIAH TERHADAP PENGENDALIAN

INFLASI DI INDONESIA
1
Eva Misfah Bayuni, 2 Popon Srisusilawati
1,2,
FakultasSyariah, Universitas Islam Bandung, Jl. Ranggagading No. 8 Bandung 40116
email :1evambayuni@gmail.com ; 2Po2nss@gmail.com

Abstrak : Bank Indonesia menggunakan instrumen-instrumen moneter yang akan mencapai sasaran
operasional yang berdampak pada sasaran utama kebijakan moneter di Indonesia yaitu inflasi.Sistem
moneter ganda yang diterapkan di Indonesia, membuat instrumen-instrumen moneter konvensional
berjalan beriringan dengan instrumen moneter syariah. Tujuan pada penelitian ini menjelaskan
instrumen moneter menurut syariah di Indonesia dan mengetahui besaran kontribusi instrumen
moneter dalam syariah terhadap pengendalian inflasi di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan
pada penelitian ini yaitu metode regresi simultan dengan menggunakan software Eviews 9. Hasil
penelitian yang didapatkan; Pengendalian Inflasi di Indonesia menurut Syariah yaitu dengan
menggunakan intrumen-instrumen moneter yang sesuai dengan industri perbankan syariah di
Indonesia. Kontribusi instrumen-instrumen moneter syariah terhadap pengendalian inflasi di
Indonesia masih sangat kecil. Hal ini berdasarkan hasil pengolahan pada penelitian ini bahwa
instrumen moneter syariah hanya beberapa model yang berkontribusi. Nilai kontribusi yang
dihasilkan pun sangat kecil dengan skala penilaian R Squared berkisar sangat lemah dan atau lemah.

Kata Kunci : Instrumen Moneter Syariah, Inflasi

Abstract : Bank Indonesia uses monetary instruments that will achieve operational targets that impact
the main targets of monetary policy in Indonesia, namely inflation. The dual monetary system
implemented in Indonesia, making conventional monetary instruments go hand in hand with Sharia
monetary instruments. The purpose of this research is to explain monetary instruments according to
syariah in Indonesia and to know the magnitude of monetary instrument contribution in sharia against
inflation control in Indonesia. The research method used in this research is simultaneous regression
method by using software Eviews 9. Result of research obtained; Inflation Control in Indonesia
according to Sharia is by using monetary instruments in accordance with the sharia banking industry
in Indonesia. The contribution of sharia monetary instruments to inflation control in Indonesia is still
very small. It is based on the results of processing in this study that syariah monetary instruments are
only a few models that contribute. The resulting contribution value is very small with the Squared R
scoring scale ranging from very weak and / or weak.

Keywords: Sharia Monetary Instrument, Inflation

Pendahuluan 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank


Bank Indonesia (Bank Indonesia, Indonesia.
2015) sebagai otoritas moneter Koordinasi juga dilakukan oleh
tertinggi di Indonesia memiliki tujuan Bank Indonesia dan Pemerintah untuk
untuk mencapai dan memelihara mengendalikan inflasi. Hal tersebut
kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini dapat dilihat pada gambar (Bank
sebagaimana tercantum dalam UU No. Indonesia, 2015) berikut ini:
Amwaluna, Vol. 2 No.1 (Januari, 2018), Hal 18-38

Gambar.1.1
Koordinasi Pengendalian Inflasi di Indonesia

Secara operasional, pengendalian moneter yang dapat mengakomodir


sasaran-sasaran moneter tersebut kedua hal tersebut dan masih berada
menggunakan instrumen-instrumen, dalam suatu kerangka kebijakan
antara lain operasi pasar terbuka di moneter yang utuh. Desain kebijakan
pasar uang baik rupiah maupun valuta moneter dalam dual banking system di
asing, penetapan tingkat diskonto, Indonesia hendaknya mengedepankan
penetapan cadangan wajib minimum, konsistensi antara instrumen syariah
dan pengaturan kredit atau dengan instrumen konvensional serta
pembiayaan. Bank Indonesia juga memperhatikan prinsip equality
dapat melakukan cara-cara terhadap kedua jenis perbankan
pengendalian moneter berdasarkan tersebut.
Prinsip Syariah (Bank Indonesia, Sebagai negara yang menerapkan
2015). sistem moneter ganda, Indonesia juga
Adanya perbedaan prinsip antara melakukan kebijakan moneter melalui
ekonomi Islam dengan ekonomi OMS atau Operasi Moneter Syariah.
konvensional yang terkait dengan Operasi Moneter Syariah (Bank
masalah sistem bunga (pre-determined Indonesia, 2015) adalah pelaksanaan
rates) membawa implikasi pada kebijakan moneter oleh Bank
perlakuan suatu desain kebijakan Indonesia dalam rangka pengendalian
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
19
Eva Misfah Bayuni : Kontribusi Instrumen Moneter Syariah..

moneter melalui kegiatan operasi Kegiatan OMS dilakukan dengan


pasar terbuka dan penyediaan standing Operasi Pasar Terbuka Syariah dan
facilities berdasarkan prinsip syariah. Standing facilities Syariah. Secara
Tujuan OMS yaitu mencapai target lebih rinci dapat dilihat pada gambar
operasional pengendalian moneter (Bank Indonesia, 2015) di bawah
syariah dalam rangka mendukung berikut ini:
pencapaian sasaran akhir kebijakan
moneter Bank Indonesia.

Gambar 1.2.
Instrumen-Instrumen Operasi Moneter

Instrumen pengendalian moneter di Indonesia. Namun, sebenarnya


pada sistem ekonomi konvensional bagaimana konstribusi instrumen
terbukti tidak efisien dan tidak lebih moneter syariah secara parsial
stabil dibandingkan dengan instrumen terhadap pengendalian inflasi belum
pengendalian moneter pada sistem diketahui pasti.
ekonomi Islam (Bayuni, E.M. & Oleh karena itu, mengingat sangat
Ascarya, 2009). pentingnya mengetahui kontribusi
Penerapan instrumen moneter instrumen moneter syariah, pada
syariah yang berdampingan langsung penelitian ini penulis khusus akan
dengan instrumen moneter membahas tentang bagaimana
konvensional memiliki dampak yang kontribusi instrumen moneter syariah
cukup signifikan terhadap terhadap sasaran operasional untuk
pengendalian inflasi (stabilitas harga)

EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399


20
Amwaluna, Vol. 2 No.1 (Januari, 2018), Hal 18-38

mencapai sasaran akhir pengendalian memberikan gambaran secara teratur,


inflasi di Indonesia. ringkas dan jelas, mengenai suatu
Berdasarkan uraian latar belakang gejala, peristiwa atau keadaan,
di atas maka yang menjadi pokok sehingga dapat ditarik pengertian atau
permasalahan adalah: makna tertentu setelah diolah melalui
1. Bagaimanakah instrumen metodologi. Selanjutnya dianalisa
moneter menurut syariah? secara komprehensif apakah
2. Bagaimanakah pengendalian instrumen moneter syariah memiliki
inflasi menurut syariah di kontribusi yang signifikan terhadap
Indonesia? pengendalian inflasi atau tidak.
3. Bagaimanakah besaran
Data yang digunakan dalam
kontribusi instrumen moneter
penelitian ini adalah data sekunder
syariah terhadap pengendalian
berupa time series bulanan 1:2011 –
inflasi di Indonesia?
12:2015 yang didapat dari Statistik
Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Adapun tujuan dari penelitian ini
pada Bank Indonesia (SEKI-BI).
adalah:
Statistik Perbankan Indonesia (SPI-
1. Untuk menjelaskan instrumen
BI) dan Statistik Perbankan Syariah
moneter menurut syariah.
pada Bank Indonesia (SPS-BI).
2. Untuk menjelaskan
pengendalian inflasi menurut Variabel dan definisi operasional
syariah di Indonesia. yang akan digunakan meliputi:
3. Untuk mengetahui besaran 1. Pencapaian kestabilan harga
kontribusi instrumen moneter merupakan sasaran akhir
dalam syariah terhadap kebijakan moneter baik melalui
pengendalian inflasi di pendekatan harga maupun
Indonesia. kuantitas. Dalam penelitian ini
kestabilan harga atau tingkat
Penelitian ini bersifat kuantitatif inflasi sebagai variable yang
analisis, yaitu dengan menggunakan dipengaruhi oleh besaran moneter
analisa kuantitatif desktiptif yaitu total (Inflasi).
dengan mengorganisasi dan
menganalisa data, agar dapat

21
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Eva Misfah Bayuni : Kontribusi Instrumen Moneter Syariah..

2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah sistem persamaan simultan disebut:


(SBIS) sebagai instrumen operasi variabel endogen).
moneter syariah. Berdasarkan persamaan yang
3. Fasilitas Simpanan di Bank terbentuk dari penelitian ini, maka
Indonesia Syariah (FASBIS) model regresi simultan yang akan
adalah fasilitas yang diberikan digunakan adalah Model Rekursif
kepada bank syariah untuk (Recursive Model).
menempatkan dananya di Bank Model Rekursif yaitu model
Indonesia dalam rupiah, khusus dari sistem persamaan simultan
selanjutnya disebut dengan yang dapat menerapkan prosedur
FASBIS. penaksiran dengan OLS (Ordinary
4. Cadangan Wajib Minimum atau Least Square). Berdasarkan model
Giro Wajib Minimum (GWM) persamaan pada penelitian ini,
yaitu kewajiban bank syariah persamaan tersebut memenuhi asumsi
dalam rangka mendukung prosedur OLS. Sehingga OLS dapat
pelaksanaan prinsip kehati-hatian diterapkan langsung pada penelitian
perbankan serta berperan sebagai ini.
instrumen moneter yang berfungsi
mengendalikan jumlah peredaran Pembahasan
uang, selanjutnya disebut dengan A. Penelitian Terdahulu
GWMS. Penelitian terdahulu mengenai
Permasalahan dalam penelitian ini instrumen kebijakan moneter telah banyak
akan dinalisis dengan menggunakan dilakukan oleh para peneliti lain. Secara
metode Simultaneous Regression rinci beberapa penelitian terdahulu yang
Model (Model Regresi Simultan). mendukung penelitian ini akan dijelaskan
Secara sederhana, Regresi Simultan di bawah ini:
menggambarkan hubungan dua arah
karena (Sumodiningrat, 2007) jumlah
persamaan dalam model persamaan
simultan adalah sama dengan jumlah
seluruh variabel terikatnya (dalam

EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399


22
Amwaluna, Vol. 2 No.1 (Januari, 2018), Hal 18-38

Nama
No. Judul Penelitian Objek Penelitian Tahun
Peneliti
1. Masyitha Analisis Pengaruh Instrumen Instrumen Moneter 2013
Mutiara Moneter Syariah dan Konvensional Syariah dan
Ramadhan; Terhadap Penyaluran Dana ke Konvensional dan
Irfan Syauqi Sektor Usaha Mikro Kecil dan Penyaluran Dana ke
Beik Menengah (UMKM) di Indonesia Sektor Usaha Mikro
Kecil dan Menengah
(UMKM) di Indonesia
2. Tia Efektivitas Instrumen Moneter Instrumen Moneter 2013
Enggistiani Syariah Terhadap Kinerja Syariah SBIS, PUAS
Junandi Perbankan Syariah Di Indonesia terhadap Kinerja
dengan Metode VAR/VECM Perbankan Syariah.
3. Wulan Asnuri Pengaruh Instrumen Kebijakan Instrumen Moneter 2013
Moneter Syariah dan Ekspor Syariah, SBIS, Ekspor
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan
Di Indonesia Ekonomi
4. Eva Misfah Analisis Pengaruh Instrumen SBIrate, SBISreturn, 2009
Bayuni; Moneter Terhadap Stabilitas Besaran Moneter dan
Ascarya Besaran Moneter Ganda Di Indeks Harga
Indonesia Konsumen (IHK)

Tabel. 2.1Penelitian Terdahulu


State of The Art juga sistem moneter ganda di
Berdasarkan penelusuran beberapa Indonesia.
literatur yang berkaitan dengan Adapun fokus pada penelitian
permasalahan tersebut diatas, dapat yang akan dilakukan ini yaitu
disimpulkan bahwa penelitian- membahas kontribusi beberapa
penelitian tersebut memiliki objek instrumen moneter menurut syariah
penelitian yang hampir sama dengan terhadap pengendalian inflasi yang
penelitian ini yaitu mengenai merupakan sasaran utama kebijakan
instrumen moneter syariah. Sedangkan moneter di Indonesia dengan
berbeda pada fokus penelitiannya menggunakan metode regresi
yaitu pada perbankan syariah, sektor simultan.
UMKM, pertumbuhan ekonomi dan
23
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Eva Misfah Bayuni : Kontribusi Instrumen Moneter Syariah..

Dapat disimpulkan penelitian ini B. Kerangka Teori


memiliki beberapa perbedaan dengan Kebijakan moneter dengan
penelitian sebelumnya; pertama, sasaran tunggal, yaitu stabilisasi harga
variabel instrumen moneter syariah (pengendalian tingkat inflasi), pada
yang lebih banyak dibandingkan umumnya menggunakan pendekatan
dengan penelitian sebelumnya; kedua, harga. Sedangkan kebijakan moneter
fokus penelitian yang terletak pada dengan sasaran multi, yaitu disamping
kontribusi instrumen moneter syariah stabilisasi harga juga pertumbuhan
terhadap sasaran utama kebijakan ekonomi, perluasan kesempatan kerja,
moneter yaitu inflasi; dan ketiga, dan keseimbangan neraca pembayaran,
metode penelitian yang digunakan pada umumnya menggunakan
juga berbeda dengan penelitian pendekatan kuantitas (Siamat, 2005).
sebelumnya.
Pendekatan Sistem Operasi
a. Pendekatan
Harga Instrumen Sasaran Sasaran
Operasional Akhir

Variabel Informasi
- Langsung - Sk. Bunga PUAB - Stabilisasi Harga
- Tidak Langsung
b. Pendekatan
Instrumen Sasaran Sasaran Sasaran
Kuantitas
Operasional Antara Akhir

- Langsung - Monetary base - Aggregat Moneter


- -Stbilisasi Harga
- Tidak Langsung seperti:
seperti:
- P. Ekonomi
 Uang Primer > MI, M2 -Kesempatan
kerja
 Reserve bank > Kredit pbk - Eq NP
Suku Bunga
Sumber: Ascarya (2002)
Gambar 2.1
Perbandingan Sitem Operasi Kebijakan Moneter

EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399


24
Amwaluna, Vol. 2 No.1 (Januari, 2018), Hal 18-38

Muhammad (2002) menyatakan pemerintah tentang surat peminjaman


bahwa instrumen yang dapat diterapkan (promissory notes) dan instrumen
dalam perekonomian Islam dapat ditempuh negosiasi (negotible instruments)
dengan dua instrumen besar, yaitu kontrol dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
kuantitatif penyaluran kredit dan memungkinkan sistem kredit tersebut
merealisasikan tujuan sosio ekonomi. menciptakan uang.
Kontrol kuantitaif penyaluran Promissory Notes atau Bill of
kredit didukung dengan instrumen berupa: Exchange dapat diterbitkan untuk membeli
statutory reserve requirement; credit barang dan jasa ataupun untuk
ceiling; government deposits; common mendapatkan sejumlah dana segar, namun
pool; moral suasion; equity-base surat tersebut tidak dapat dimanfaatkan
instrumens; dan change in the profit and untuk tujuan kredit. Kreditor dapat
loss sharing ratio. Sementara itu, menjual surat tersebut akan tetapi debitur
merealisasikan tujuan sosio-ekonomi tidak dapat menjual uang ataupun
adalah dengan treating the created money komoditi sebelum ia menerima surat
as fay; dan goal oriented allocation of tersebut. Karena itulah tidak ada pasar
credit. untuk jual beli negotiable instruments,
spekulasi dan penggunaan pasar uang
C. Instrumen Pengendalian Moneter menjadi tidak ada. Jadi sistem kredit tidak
Syariah menciptakan uang.
1. Mazhab Pertama (Iqtishaduna) Aturan-aturan tersebut memenuhi
Pada masa awal Islam (Karim, keseimbangan antara pasar dan pasar uang
2007) dapat dikatakan bahwa tidak berdasarkan transaksi tunai. Dalam nasi’a
diperlukan suatu kebijakan moneter atau aturan transaksi Islam lainnya, pada
dikarenakan hampir tidak adanya sistem saat komoditi dibeli saat ini sedangkan
perbankan dan minimnya penggunaan pembayarannya dilakukan kemudian, uang
uang. Jadi tidak ada alasan yang memadai yang dibayarkan atau diterima untuk
untuk melakukan perubahan-perubahan mendapatkan komoditas atau jasa. Dengan
terhadap penawaran uang (M^s) melalui kata lain, uang dipertukarkan dengan
kebijakan diskresioner. Selain itu, kredit sesuatu yang benar-benar memberikan
tidak memiliki peran dalam penciptaan nilai tambah nilai tambah bagi
uang, karena kredit hanya digunakan perekonomian. Transaksi lainnya seperti
diantara para pedagang saja serta peraturan judi, riba, jual-beli superficial promissory

EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399


25
Eva Misfah Bayuni : Kontribusi Instrumen Moneter Syariah..

notes dilarang dalam Islam sehingga masyarakat secara keseluruhan. Kekayaan


keseimbangan antara arus uang dan barang yang iddle tersebut akan menjadikan
atau jasa dapat dipertahankan. Jika sumber dana yang pada awalnya bersifat
diperhatikan dengan seksama, maka produktif menjadi tidak produktif. Oleh
tampak bahwa perputaran uang dalam sebab itu, mazhab kedua ini merancang
periode tertentu sama dengan nilai barang sebuah instrumen kebijakan yang
dan jasa yang diperlukan pada rentang ditujukan untuk mempengaruhi besar
waktu yang sama. kecilnya permintaan uang (M^D) agar
Instrumen lain yang digunakan dapat dialokasikan pada peningkatan
pada saat ini untuk mengatur jumlah produktivitas perekonomian secara
peredaran uang serta mengatur tingkat keseluruhan.
suku bunga jangka pendek yaitu Open Permintaan dalam Islam
Market Operation (melalui jual beli surat dikelompokan dalam dua motif, yaitu
berharga pemerintah) jelas belum ada pada motif transaksi (transaction motive) dan
masa awal perkembangan Islam. Selain motif berjaga-jaga (precautionary motive)
itu, jelas tindakan menaikan atau semakin banyak uang yang idle, maka
menurunkan tingkat suku bunga tersebut berarti permintaan uang untuk berjaga-jaga
bertentanga dengan ajaran Islam karena ( M_prec^D) semakin besar, sedangkan
adanya laranganyang berkenaan dengan semakin tinggi pajak yang dikakan
riba dalam Islam itu sendiri. terhadap uang yang idle berbaring terbalik
dengan permintaan uang untuk berjaga-
2. Mazhab Kedua (Mainstream) jaga. Dues of idle find adalah instrument
Tujuan kebijakan moneter dalam kebijakan uang dikenakan pada semua aset
Karim (2007) yang diberlakukan oleh produktif uang iddle.
pemerintah adalah maksimalkan sumber Apabila permintaan uang
daya (resources) yang ada agar dapat ditujukan untuk berjaga-jaga
dialokasikan pada kegiatan perekonomian meningkatkan ( M_prec^D↑), maka usaha
yang produktif. Di dalam Al Qur’an sudah yang dilakukan pemerintah untuk
jelas bahwa kita dilarang untuk melakukan mengembalikan permintaan uang (M^D)
penumpukan uang (money hoarding) yang pada titik keseimbangan (equilibrium)
pada akhirnya akan menjadikan uang adalah dengan cara meningkatkan dues of
tersebut tidak memberikan manfaat iddle fund. Semakin tinggi dues of fund
terhadap peningkatan kesejahteraan yang dikenakan terhadap uang yang

EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399


26
Amwaluna, Vol. 2 No.1 (Januari, 2018), Hal 18-38

iddleakan menyebabkan masyarakat suatu kebijakan yang diambil oleh otoritas


enggan untuk tetap menyimpan uang yang moneter adalah berdasarkan musyawarah
iddle tersebut. Konsekuensinya masyakat sebelumnya dengan otoritas sektor riil.
yang mempunyai uang iddle akan secara Jadi keputusan-keputusan kebijakan
sukarela mengalokasikan kekayaannya moneter yang kemudian dituangkan dalam
pada investasi yang sifatnya produktif. bentuk instrumen moneter biasanya adalah
Instrumen dues of idle fund juga harmionisasi dengan kebijakan-kebijakan
dapat digunakan untuk memenuhi di sektor riil.
permintaan agregatif (AD). Kebijakan Sementara itu, menurut Umer
yang ditujukan untuk meningkatkan Chapra (2000) mengemukakan instrumen-
permintaan Agregatif (AD) atau untuk Instrumen pengendalian moneter
mendorong laju pertumbuhan pendapatan perkonomian Islam, terdiri dari:
nasional dapat dialkukan dengan cara a. Target Pertumbuhan dalam M dan Mo.
meningkatkan dues of iddle fund. b. Saham Publik terhadap Deposito Unjuk
Peningkatan duesof idle fund akan (Uang Giral).
mengalihkan permintaan uang yang c. Cadangan Wajib Resmi/GWM .
sedianya ditujukan untuk penimbunan d. Alokasi Kredit yang Berorientasi
uang/aset yang produktif kepada tujuan kepada Nilai.
penggunaan uang yang akan meningkatkan e. Pembatas Kredit.
produktivitas uang tersebut di sektor riil,
sehingga investasi akan meningkat. D. Penerapan Instrumen Moneter
Peningkatan investasi tertentu saja akan Syariah di Beberapa Negara
berdampak pada peningkatan permintaan Sementara itu, penerapan
Agregatif (AD), sehingga keseimbangan instrumen-instrumen pengendalian
umum yang baru akan beredar pada tingkat moneter syariah berbeda pada masing-
pendapatan nasional yang lebih tinggi. masing negara. Termasuk juga pada negara
3. Mazhab Ketiga (Alternatif) yang muslim, maupun negara dengan
Mazhab ketiga ini menurut Karim sistem moneter ganda.
(2007) sangat banyak dipengaruhi oleh Pada masa sebelum
pemikiran-pemikiran ilmiah dari Dr.M.A diberlakukannya syariat Islam (Karim,
Choudhury. Sistem yang kebijakan 2007) pada sistem perbankan di Sudan,
moneter yang dianjurkan oleh mazhab ini Bank Sentral Sudan (BOS) sangat
adalah syuratiq process yaitu di mana tergantung pada instrumen-instrumen

27
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Eva Misfah Bayuni : Kontribusi Instrumen Moneter Syariah..

langsung seperti tingkat suku bunga, bank, melakukan ekspansi atau kontraksi
plafon kredit (credit ceiling), ketentuan penawaran uang atau kredit, dan
rasio likuiditas (statutora liquidity ratio), meimplementasikan kebijakan moneter,
dan tingkat diskonto. Pada awalnya serta sekaligus menjaga kepentingan
instrumen-instrumen tersebut sangat publik.
efektif karena perekonomian Sudan yang Instrumen moneter syariah yang
mempunyai karakteristik yaitu sistem digunakan oleh Sudan dalam Ascarya
finansial yang non-kompretitif, pasar (2007) dalam operasional bank sentralnya
model primer dan sekunder yang belum adalah sebagai berikut:
berkembang, serta kelangkaan mpodal. 1. Central Bank Musharaka Certificates
Namun karena instrumen-instrumen (CMCs)
langsung tersebut mengakibatkan distorsi 2. Goverment Musharaka Certificates
dari lokasi sumber daya bank, interferensi (GMCs)
terhadap mekanisme harga, pembatasan 3. Goverment Investment Certificates
kredit, serta mislokasi dan distorsi dari (GICs)
kompetisi akibat penerapan batasan- 4. Foreign Exchange
batasan pada manajemen aset bank. Pada Selain itu, dalam Ascarya (2007)
akhirnya, BOS lebih memilih untuk dijelaskan pula instrumen moneter syariah
memakai instrumen-instrumen tidak yang digunakan oleh negara dengan sistem
langsung seperti RR dan OMO. moneter ganda yaitu Pakistandan
Pada tahun 1984, setelah Malaysiadalam operasional bank
diperkenalkannya syariah Islam di Sudan, sentralnya, sebagai berikut:
BOS mengeluarkan arahan dan perintah 1. Mudharaba Certificate
kepada seluruh bank yang beroperasi di 2. Participation Term Certificate (PTCs)
sudan agar menjalankan prinsip-prinsip 3. Certificate of Musharika (COMs)
perbankan yang sesuai dengan syariat 4. Term Finance Certificate (TFCs)
Islam dalam aktivitas kesehariannya.
Akibatnya, BOS dihadapkan pada Di Malaysia, (Ascarya, 2007)
permasalahan subsitusi instrumen moneter penggunaan ba’I al ‘inah (jual beli dengan
konvensional dengan instrumen moneter janji akan membelinya kembali)
yang sesuai dengan syariat Islam untuk diperbolehkan. Penggunaan akad ba’i al
dapat mempertahankan perannya sebagai inah mendorong semakin banyaknya
pengawas dan pemberi arahan bagi bank-

EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399


28
Amwaluna, Vol. 2 No.1 (Januari, 2018), Hal 18-38

instrumen yang digunakan. Yaitu sebagai a. Instrumen pengendalian moneter


berikut: langsung
1. Government Investment Issues-i  Penurunan nilai uang
2. Malaysian Islamic Treasury Bills  Kredit langsung
3. Bank Negara Negotiable Notes-i b. Instrumen pengendalian moneter tidak
4. Cagamas Papers langsung
5. Commercial Papers-i  Giro Wajib Minimum
6. Negotiable Debt Certificate-i  Fasilitas Diskonto (Tingkat Suku
7. Negotiable Instrumen of Deposits-i Bunga)
8. Sell and Buy Back Agreements (Repo-i)  Operasi Pasar Terbuka (OPT)
9. Foreign Exchange Meliputi tindakan menjual dan
10. Promissory FX Contract-i membeli surat-surat berharga oleh
bank sentral (Nopirin, 2000).
Untuk mencapai sasaran akhir yang Berikut beberapa instrumen yang
diinginkan sebagaimana telah dijelaskan digunakan dalam Operasi Pasar
sebelumnya, BI sebagai otoritas moneter Terbuka di Indonesia, yaitu:
selanjutnya melakukan perencanaan dan - Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
penyusunan program kebijakan - Sertifikat Bank Indonesia
pengendalian uang beredar, baik kebijakan Syariah (SBIS)
moneter yang mengarah pada kebijakan - Surat Berharga Pasar Uang
pengetatan atau kontraksi moneter maupun (SBPU)
kebijakan ekspansi. Pelaksanaan kebijakan - Reverse Repo – Sertifikat Bank
pengendalian jumlah uang beredar tersebut Syariah Negara (RR-SBSN)
sangat tergantung pada kondisi uang - Sertifikat Deposito
beredar dan arah kebijkan moneter BI - Commercial Paper
(Siamat, 2005). - Call Money
E. Instrumen Pengendalian Moneter - Wesel dan Promes
Syariah Di Indonesia - Repurchase Agreement

Untuk mempengaruhi jumlah uang - Bill of Exchange

beredar, BI menggunakan beberapa - Banker’s acceptance

Instrumen pengendalian moneter baik  Fasilitas Simpanan Bank Indonesia

langsung maupun tidak langsung. (FASBI)


 Imbauan Moral
29
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Eva Misfah Bayuni : Kontribusi Instrumen Moneter Syariah..

Perkembangan industri perbankan disediakan oleh Bank Indonesia kepada


syariah di Indonesia, menjadi keunggulan bank umum syariah, unit usaha syariah
tersendiri bagi sistem perekonomian pialang pasar uang rupiah dan valas
Indonesia. Sebagai otoritas moneter untuk menempatkan dananya di Bank
tertinggi BI telah menetapkan beberapa Indonesia dalam bentuk Rupiah.
Instrumen pengendalian moneter syariah 4. Adapun Giro Wajib Minimum (GWM)
yang mengontrol keberlangsungan industri pada bank syariah ditetapkan sesuai
perbankan syariah. Beberapa instrumen dengan ketetapan BI dan Imbauan
yang ditetapkan merupakan instrumen Moral (Moral Suassion) untuk
yang memiliki fungsi sama seperti pada perbankan syariah kurang lebih
sistem perbankan konvensional. Akan memiliki pengertian yang sama dengan
tetapi kebijakan-kebijakannya ditetapkan yang dilakukan BI terhadap perbankan
sesuai dengan ketentuan syariah. konvensional.
Berikut ini adalah pengertian 5. PUAS atau Pasar Uang Antar Bank
instrumen-instrumen moneter syariah yang Syariah adalah kegiatan pinjam
diterapkan di Indonesia; meminjam dana antara satu bank yang
1. SBIS Sertifikat Bank Indonesia Syariah memiliki kelebihan likuiditas dengan
yang selanjutnya disingkat SBIS bank lainnya yang membutuhkan
adalahsurat berharga berdasarkan likuiditas. Transaksi PUAS dapat
prinsip syariah berjangka waktu berjangka waktu dari satu hari kerja
pendekdalam mata uang Rupiah yang (overnight) sampai dengan satu tahun.
diterbitkan oleh Bank Indonesia. F. Instrumen Pengendalian Inflasi
2. Reverse RepoSurat Berharga Syariah Menurut Syariah Di Indonesia
Negara yang selanjutnya disingkat RR- Menurut para ekonom Islam, Al
SBSN, ataudapat disebut Sukuk Masri dalam Karim (2007) menyimpulkan
Negara, adalah surat berharga negara Inflasi berakibat buruk bagi perekonomian
yangditerbitkan berdasarkan prinsip karena:
syariah, sebagai bukti atas 1. Menimbulkan gangguan terhadap
bagianpenyertaan terhadap aset SBSN fungsi uang, terutama terhadap fungsi
dalam mata uang Rupiah. tabungan (nilai simpan), fungsi dari
3. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia pembayaran di muka, dan fungsi dari
Syariah yang selanjutnya disingkat unit perhitungan.
FASBIS adalah fasilitas yang

EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399


30
Amwaluna, Vol. 2 No.1 (Januari, 2018), Hal 18-38

2. Melemahkan semangat menabung dan Hal ini, sangat berimplikasi terhadap


sikap terhadap menabung dari kenaikan harga berbagai barang dan jasa
masyarakat. lainnya. Inflasi alamiah menurut Al
3. Meningkatkan kecenderungan untuk Maqrizi dapat dibedakan menjadi dua jenis
berbelanja terutama non-primer dan yaitu:
barang-barang mewah. a. Akibat uang yang masuk dari luar
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal negeri terlalu banyak
yang non produktif yaitu (umumnyaberbentuk uang cash atau
penumpukan kekayaan seperti: tanah, aset tidak produktif lainnya seperti
bangunan, logam mulia, mata uang barang-barang mewah), di mana
asing dengan mengorbankan investasi ekspor naik sedangkan impor
ke arah produktif seperti: pertanian, cenderung turun atau tetap, sehingga
industrial, perdagangan, transportasi mengakibatkan net ekspor nilainya
dan lainnya. menjadi sangat besar, maka akan
Ekonom Islam, Taqiuddin Ahmad ibn berakibat pada naiknya permintaan
al Maqrizi (1364-1441 M) dalam Bayuni agregat. Dengan demikian, naiknya
(2012) menggolongkan inflasi dalam dua permintaan agregat tersebut
golongan yaitu: mengakibatkan kenaikan pada tingkat
1. Natural Inflation (Inflasi Alamiah) harga secara umum.
Sesuai dengan namanya, inflasi jenis ini b. Akibat dari turunnya tingkat produksi
disebabkan oleh berbagai faktor alamiah karena terjadinya paceklik, perang
yang tidak bisa dihindari umat manusia. ataupun embargo ekonomi yang
Menurut Al Maqrizi, ketika suatu bencana kemudian berimbas pada kenaikan
alam terjadi, berbagai bahan makanan dan tingkat harga.
hasil bumi lainnya mengalami gagal 2. Human Error Inflation (Inflasi Karena
panen, sehingga persediaan barang-barang Kesalahan Manusia)
tersebut mengalami penurunan yang sangat Selain faktor alam, Al Maqrizi
drastis dan terjadi kelangkaan. Di lain menyatakan bahwa inflasi dapat
pihak, karena sifatnya yang sangat terjadi akibat kesalahan manusia. Ia
signifikan dalam kehidupan, permintaan telah mengidentifikasi tiga hal yang
terhadap berbagai barang itu mengalami baik secara sendiri-sendiri maupun
peningkatan. Harga-harga membumbung bersama-sama menyebabkan
tinggi jauh melebihi daya beli masyarakat.

31
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Eva Misfah Bayuni : Kontribusi Instrumen Moneter Syariah..

terjadinya inflasi ini. Ketiga faktor 2. Politik pasar terbuka (pembelian surat-
tersebut yaitu sebagai berikut: surat berharga, misalnya saham dan
a. Korupsi dan administrasi yang obligasi)
buruk, 3. Politik cash ratio (penurunan
b. Pajak yang berlebihan, cadangan kas)
c. Dan peningkatan sirkulasi mata 4. Politik kredit selektif (pemberian
uang fulus. kredit longgar).
Dalam melaksanakan kebijakan Kebijakan Kontranktif (Monetary
moneter, Bank Indonesia menganut sebuah Contractive Policy) adalah kebijakan yang
kerangka kerja yang dinamakan Inflation dilakukan dalam rangka mengurangi
Targeting Framework (ITF). Kerangka jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
kerja ini diterapkan secara formal sejak dilakukan pada saat perekonomian
Juli 2005, setelah sebelumnya mengalami inflasi. Kebijakan moneter
menggunakan kebijakan moneter yang kontraktif disebut juga dengan uang ketat
menerapkan uang primer (base money) (tight money policy).
sebagai sasaran kebijakan moneter. Ada 1. Politik pasar terbuka (penjualan surat
dua jenis kebijakan moneter yang berharga, misalnya saham dan
dilakukan di Indonesia, kebijakan obligasi)
ekspansif dan kebijakan kontraktif. 2. Politik cash ratio (peningkatan
Kebijakan Ekspansif (Monetary cadangan kas)
Expansive Policy) adalah suatu kebijakan 3. Politik kredit selektif (pengetatan
dalam rangka menambah jumlah uang pemeberian kredit)
yang beredar. Kebijakan ini dilakukan Kedua jenis kebijakan moneter
untuk mengatasi pengangguran dan tersebut akan dilakukan untuk
meningkatkan daya beli masyarakat mengendalikan inflasi di Indonesia. Pada
(permintaan masyarakat). Kebijakan ini pelaksanaan kebijakan ekspansif dan
diterapkan pada saat perekonomian kontraktiflah instrumen-instrumen moneter
mengalami resesi atau depresi. Kebijkan akan berperan penting. Kecuali pada jenis
moneter ekspansif ini disebut juga sebagai kebijakan moneter yang berkaitan dengan
kebijakan moneter longgar (easy monetary tingkat bunga, instrumen-instrumen
policy). moneter syariah aktif diterapkan untuk
1. Politik diskonto (penurunan tingkat mengendalikan inflasi.
suku bunga)

EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399


32
Amwaluna, Vol. 2 No.1 (Januari, 2018), Hal 18-38

Pada saat perekonomian sedang Pengendalian terhadap inflasi


mengalami inflasi, maka yang dilakukan dilakukan dengan melakukan kebijakan-
adalah kebijakan kontraktif. Salah satu kebijakan moneter melalui instrumen-
instrumen yang diterapkan adalah instrumen moneter sebagai alatnya.
penjualan surat berharga. Bank Indonesia Instrumen-instrumen moneter syariah yang
melalui Operasi Pasar Terbuka melakukan diterapkan di Indonesia merupakan ciri
penjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) kebijakan moneter ganda yang dilakukan
dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah oleh Bank Indonesia, dimana
(SBIS) sebagai Operasi Moneter Syariah- pelaksanaannya berbarengan dengan
nya (OMS). Sebaliknya, apabila instrumen-instrumen moneter
perekonomian sedang lesu dan konvensional.
perekonomian masyarakat melemah, Bank G. Analisis Kontribusi Instrumen
Indonesia akan melakukan kebijakan Moneter Syariah Terhadap
ekspansif. SBI dan SBIS yang berada di Pengendalian Inflasi Di Indonesia
tangan masyarakat akan dibeli kembali. analisis peesamaan kontribusi
Dengan demikian, uang yang beredar di instrumen moneter syariah terhadap inflasi
masyarakat bertambah dan diharapkan secara parsial. Berikut adalah analisis
dapat menggairahkan kembali persamaan kontribusi instrumen moneter
perekonomian masyarakat. syariah terhadap inflasi secara parsial:
1. Analisis SBIS terhadap Inflasi
Tabel 5.54 Analisis SBIS Terhadap Inflasi
R-squared Coefficient Sig
SBIS 1,489154 0,0007
0,182504
C -6,641724 0,0617

Hasil pengolahan menunjukkan nilai 149% secara parsial. Sama halnya dengan
significancy 0,0007 dimana < 0,05 dimana M2 terhadap Inflasi, meskipun nilai
H0 ditolak. Artinya, Terdapat kontribusi kontribusi yang dihasilkan oleh persamaan
SBIS terhadap Inflasi. Hasil juga ini cukup besar, yang perlu diperhatikan
menunjukkan R-Squared sebesar 0,182504 adalah kekuatan kontribusinya yang sangat
atau 18% yang artinya variabel SBIS lemah, sehingga hal tersebut tidak cukup
memiliki kontribusi yang sangat lemah berpengaruh bagi persamaan ini.
terhadap Inflasinamun dengan nilai
kontribusi cukup besar 1,489154 atau

33
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Eva Misfah Bayuni : Kontribusi Instrumen Moneter Syariah..

Dengan demikian, maka dapat ini yaitu sebagai berikut:


disimpulkan hasil estimasi bagi persamaan Inflasi = -6,641724 + 1,489154 SBIS
2. Analisis FASBIS terhadap Inflasi

R-squared Coefficient Sig


FASBIS 0,391824 0,4600
0,009450
C 2,245375 0,6483

Tabel 5.55 Analisis FASBIS Terhadap Inflasi

Hasil pengolahan menunjukkan artinya apabila variabel FASBIS memiliki


nilai significancy 0,46 dimana > 0,05 kontribusi, maka kontribusi tersebutsangat
dimana H0 diterima. Artinya, tidak terdapat lemah pengaruhnya terhadap Inflasi.Oleh
kontribusi FASBIS terhadap Inflasi. Hasil karena itu, untuk model ini tidak dapat
juga menunjukkan R-Squared sangat kecil dihasilkan estimasi persamaannya.
yaitu sebesar 0,009450 atau 9,4% yang

3. Analisis GWMS terhadap Inflasi

R-squared Coefficient Sig


GWMS 1,778933 0,0025
0,146525
C -1,015513 0,0506

Tabel 5.56 Analisis GWMS Terhadap Inflasi


Hasil pengolahan menunjukkan yang perlu diperhatikan adalah kekuatan
nilai significancy 0,0025 dimana < 0,05 kontribusinya yang sangat lemah, sehingga
dimana H0 ditolak. Artinya, terdapat hal tersebut tidak cukup berpengaruh bagi
kontribusi GWMS terhadap Inflasi. Hasil persamaan ini.
juga menunjukkan R-Squared sebesar Dengan demikian, maka dapat
0,146525 atau 15% yang artinya variabel disimpulkan hasil estimasi bagi persamaan
GWMS memiliki kontribusi yang ini yaitu sebagai berikut:
sangatlemah terhadap Inflasi dengan nilai Inflasi = -1,015513 + 1,778933 GWMS
kontribusi yang cukup besar 1,778933 atau Hasil analisis terhadap model
178% secara parsial. Meskipun nilai persamaan kontribusi instrumen moneter
kontribusi yang dihasilkan cukup besar, syariah terhadap Inflasi menunjukkan
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
34
Amwaluna, Vol. 2 No.1 (Januari, 2018), Hal 18-38

beberapa kontribusi yang signifikan moneter ekspansif maupun


kecuali pada persamaan FASBIS terhadap kontraktif.
Inflasi. Di antara instrumen moneter 3. Kontribusi instrumen-instrumen
syariah yang memiliki kontribusi, SBIS moneter syariah terhadap
merupakan instrumen yang memiliki pengendalian inflasi di Indonesia
kontribusi (signifikan) dengan R-Squared masih sangat kecil. Hal ini
18% (sangat lemah) dan nilai kontribusi berdasarkan hasil pengolahan pada
cukup besar yaitu 149%. penelitian ini bahwa instrumen
moneter hanya beberapa model
III. KESIMPULAN DAN SARAN yang berkontribusi. Nilai kontribusi
A. Kesimpulan yang dihasilkan pun sangat kecil
1. Instrumen-instrumen moneter dengan skala penilaian R Squared
syariah yang diterapkan di berkisar sangat lemah dan atau
Indonesia yaitu Sertifikat Bank lemah.
Indonesia Syariah (SBIS), Reverse
Repo Surat Berharga Syariah B. Saran
Negara, Fasilitas Simpanan Bank 1. Instrumen-instrumen moneter
Indonesia Syariah (FASBIS), Giro syariah di Indonesia masih relatif
Wajib Minimum (GWM) pada lebih sedikit jumlahnya
Bank Syariah dan PUAS atau Pasar dibandingkan dengan instrumen
Uang antar Bank Syariah. moneter syariah di negara-negara
2. Pengendalian Inflasi di Indonesia dengan sistem moneter ganda
menurut Syariah yaitu dengan lainnya. Oleh karena itu
menggunakan intrumen-instrumen kedepannya lebih ditingkatkan
moneter syariah yang memiliki variasi instrumen moneter syariah
fungsi untuk mengatur jumlah uang yang dapat diterapkan di
beredar (M2) yang sesuai dengan Indonesia.
industri perbankan syariah di 2. Pengendalian inflasi menurut
Indonesia. Oleh karena itu syariah di Indonesia masih sangat
kebijakan moneter dalam rangka bergantung terhadap kebijakan
mengendalikan inflasi di Indonesia moneter yang menerapkan
juga dilakukan dengan instrumen instrumen moneter konvensional
moneter syariah. Baik kebijakan dan syariah secara bersamaan.

35
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Eva Misfah Bayuni : Kontribusi Instrumen Moneter Syariah..

Berdasarkan hal itu kontribusi Pengendalian Moneter. Jakarta:


instrumen moneter syariah Bank Indonesia.
terhadap inflasi masih sangat (2007).Akad Dan Produk Bank
kecil. Sebaiknya instrumen Syariah, Jakarta: Rajawali Pers.
moneter syariah pada Asnuri, W. (2013). Pengaruh instrumen
penerapannya mampu berdiri moneter syariah dan ekspor
sendiri dan tidak hanya sebagai terhadap pertumbuhan ekonomi di
pelengkap instrumen Indonesia. Al Iqtishad, 5(2), 275-
konvensional. 288.
3. Kontribusi instrumen-instrumen Bank Indonesia. (2015). Tujuan Kebijakan
moneter syariah yang masih Moneter (online)
sangat kecil, sangat berkaitan erat (www.bi.go.id/id/moneter/tujuan-
dengan industri perbankan dan kebijakan/Contents/Default.aspx
atau keuangan syariah di diakses 30 Nopember 2015).
Indonesia. Dengan demikian . (2015). Koordinasi
pentingnya untuk meningkatkan Pengendalian Inflasi
market share industri perbankan (online)http://www.bi.go.id/id/mo
dan atau keuangan syariah bukan neter/koordinasi-
semata-mata hanya sebagai pengendalianinflasi/Contents/Def
sosialisasi perbankan dan ault.aspx
keuangan syariah saja. Akan . (2015). Penjelasan
tetapi, dengan adanya Operasi Moneter (online)
peningkatan market share pada http://www.bi.go.id/id/moneter/op
industri perbankan syariah erasi/penjelasan/Contents/Default.
diharapkan dalam jangka panjang aspx
mampu memberikan kontribusi . (2015). Peraturan Bank
yang lebih besar bagi Indonesia Nomor 16/12/PBI/2014
pengendalian inflasi di Indonesia. Tentang Operasi Moneter Syariah
(online)
DAFTAR PUSTAKA http://www.bi.go.id/id/peraturan/m
Ascarya. (2002).Seri Kebanksentralan: oneter/Pages/pbi_161214.aspx
Instrumen-Instrumen Bayuni, E.M. & Ascarya. (2009). Analisis
pengaruh instrumen moneter

EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399


36
Amwaluna, Vol. 2 No.1 (Januari, 2018), Hal 18-38

terhadap stabilitas besaran Junandi, T.E. (2013). Efektivitas


moneter ganda di Indonesia. instrumen moneter syariah
Tazkia Islamic Finance & terhadap kinerja perbankan
Business Review, 5(1), 76-100. syariah di Indonesia dengan
, Eva Misfah. (2012). Pemikiran Al metode VAR/VECM. Ekspansi,
Maqrizi Tentang Uang Dan 5(2), 167-188.
Inflasi (Kritik Terhadap Karim, Adiwarman A. (2007). Ekonomi
Kebijakan Uang Dan Inflasi Di Makro Islami. Jakarta: Rajawali
Indonesia. Thesis tidak Pers. Edisi Kedua
dipublikasikan. Cirebon: Jurusan Muhammad (2002). Kebijakan Moneter
Ekonomi Syariah, Fakultas dan Fiskal dalam Ekonomi
Syariah, Institut Agama Islam Islami. Jakarta: Salemba Empat.
Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Nopirin.(2000).Ekonomi
Cirebon. Moneter.Yogyakarta: BPFE –
Chapra, M. Umer. (1985). Sistem Moneter Yogyakarta.
Islam. Terjemahan Ikhwan Abidin Srisusilawati, P. (2017). Kajian
B, (2000). Jakarta: Gema Insani komunikiasi pemasaran terpadu
Press. dalammendorong keputusan
Darmawi, Hermawan.(2006).Pasar pembelian jasa
Finansial dan Lembaga-Lembaga perbankan.amwalun Vol. 1 No. 1
Finansial. Jakarta: Bumi Aksara (2017): 1-18
Departemen Perbankan Syariah. Bank Rahardja, Prathama dan Mandala
Indonesia (2015). Laporan Manurung.(2005).Teori Ekonomi
Perkembangan Perbankan Makro Suatu Pengantar.Jakarta:
Syariah. Lembaga Penerbit Fakultas
http://www.bi.go.id/id/publikasi/p Ekonomi Universitas Indonesia
erbankan-dan- Ramadhan, M.M. & I.S. Beik. (2013).
stabilitas/syariah/Default.aspx Analisis pengaruh instrumen
Huda, Nurul, dkk (2008). Ekonomi Makro moneter syariah dan konvensional
Islam Pendekatan Teoritis. terhadap penyaluran dana ke
Jakarta: Kencana Prenada Media sektor usaha mikro kecil dan
Group. menengah di Indonesia. Al
Muzara’ah, 1(2), 175-190.

37
EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399
Eva Misfah Bayuni : Kontribusi Instrumen Moneter Syariah..

Siamat, D.(2005).Manajemen Lembaga Sumodiningrat, Gunawan. (2007).


Keuangan Kebijakan Moneter Ekonometrika Pengantar.
dan Perbankan. Jakarta: Lembaga Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta.
Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.

EISSN:2540-8402 ǀ ISSN: 2540-8399


38

Anda mungkin juga menyukai