Perkembangan dunia zakat dan wakaf sebagai filantropi Islam kini semakin pesat dan memerlukan
kemampuan manajemen risiko yang baik agar bisa terus dipercaya oleh masyarakat.
Untuk mengantisipasi risiko-risiko yang mungkin terjadi pada lembaga zakat dan wakaf dapat
diminimalisir melalui proses manajemen risiko yaitu: identifikasi terkait dengan resiko apa saja yang
mungkin muncul dalam aktivitas pengelolaan zakat, bagaimana dampaknya, dan bagaimana
memitigasi resiko maka akan mempermudah bagi lemabaga zakat dan wakaf tersebut mengambil
tindakan dan langkah yang tepat dan efektif.
A. LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT DAN LEMBAGA PENGELOLA
WAKAF
1. BAZNAS
(Badan Amil
Zakat Nasional)
sepenuhnya
mengacu pada
Undang-undang
Nomor 23 Tahun
2011 tentang
Pengelolaan Zakat.
2. LAZNAS (LEMBAGA AMIL ZAKAT NASIONAL)
Lembaga Amil Zakat (LAZ) merupakan lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat
atau swadaya. Keberadaan LAZ tetap dilindungi dan diberi kekuasaan untuk mengelola zakat oleh
pemerintah karena sebab cara inilah yang digunakan oleh pemerintah untuk tetap mendorong peran
serta masyarakat dalam mengelola zakat
3. UPZ(Unit Pengelola Zakat)
tugas mengumpulkan zakat untuk melayani muzakki, yang berada di desa atau kelurahan,
instansi-instansi pemerintah dan swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.
4. Lembaga Pengelola
Wakaf
Badan Wakaf Indonesia
(BWI) adalah lembaga
negara independen yang
dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 41
Tahun 2004 tentang Wakaf.
Badan ini dibentuk dalam
rangka mengembangkan dan
memajukan perwakafan di
Indonesia.
Struktur Lembaga/Institusi Pengelola Zakat Di Indonesia
PENGELOLAAN RISIKO BAZ DAN LAZ.
Dalam konteks pengelolaan zakat, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah
kredibilitas dan akuntabilitas institusi pengelola zakat. Hal yang harus dihindari
adalah munculnya ketidakpercayaan masyarakat akibat kesalahan dan pelanggaran
dalam pengelolaan zakat.
Dunia perzakatan juga harus memiliki konsep yang jelas dalam memitigasi risiko yang
terjadi dalam pengelolaan dana zakat agar tidak menimbulkan kerugian atau akibat lain
yang ditimbulkan dari risiko yang terjadi dalam pengelolaan dana zakat.
B. RISIKO-RISIKO YANG DIHADAPAI LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT DAN WAKAF
OPZ belum memiliki reputasi yang baik di (1)Masyarakat dapat berpeluang tidak
mata masyarakat mengenal OPZ, program beserta para penerima
manfaatnya dengan baik; (2)Berpengaruh terhadap
keabsahan ibadah zakat & sisi keberkahan yang
berkurang.
2. RISIKO EDUKASI
Risiko Identifikasi Risiko Dampak
Belum efektifnya amil dalam melakukan Kurang efektifnya OPZ mengelola zakat
pendampingan pada sebuah proyek dan menurunnya kepercayaan masyarakat
pemberdayaan kaum dhuafa.
Secara umum, urgensi dari manajemen risiko pengelolaan zakat dapat dibagi menjadi lima hal berikut:
(1) Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator dan pihak terkait lainnya;
(2) Memastikan institusi zakat tidak mengalami opportunity loss baik yang bersifat unacceptable;
(3) Meminimalisasi opportunity loss dari berbagai risiko yang bersifat uncontrolled;
(4) Mengukur eksposur dan pemusatan risiko;
(5) Memastikan kepatuhan syariah dalam pengelolaan zakat, khususnya dalam mitigasi risiko.
Tidak jauh halnya dengan lembaga zakat, untuk terus menjaga kepercayaan yang diberikan
masyarakat ini, lembaga wakaf harus mampu menunjukan kualitas pengelolaannya secara baik dan
transparan. Salah satunya melalui manajemen risiko yang baik. Dengan dikelolanya risiko artinya
lembaga wakaf dapat meminimalisir, mencegah, dan menghindari terjadinya suatu ketidakpastian yang
menyebabkan kerugian pada aset wakaf. Sehingga manajemen risiko menjadi hal yang penting bagi
lembaga wakaf.
D. Proses Manajemen Resiko Pada Lembaga Pengelolaan Zakat Dan Wakaf
Organisasi Pengelola Zakat dapat terbagi menjadi beberapa jenis: Sumber risiko institusi zakat
terdiri dari sebelas jenis risiko, yaitu risiko strategis, korporatisasi, edukasi, operasional, properti, amil
dan relawan, muzaki dan mustahik, transfer zakat antar negara, pelaporan, hukum, dan risiko
kepatuhan institusi zakat. Risiko strategis terdiri dari risiko visi misi, pencapaian tujuan dan risiko
reputasi. Risiko edukasi yang terdiri dari risiko edukasi eksternal yang berasal dari masyarakat,
pemerintah dan pihak eksternal lainnya serta edukasi internal institusi zakat.
Sementara risiko operasional terdiri dari risiko dana pengimpunan, dana penyaluran, dana
produktif, penghimpunan zakat, pengelolaan dana zakat, penyaluran zakat, infrastruktur jaringan/IT,
kerjasama mitra, pengembangan program, kepemimpinan, kompetisi, dan kejahatan/penipuan. Risiko
amil dan relawan yang terdiri dari risiko tata kelola amil dan risiko pengelolaan relawan, Risiko
properti terdiri dari risiko manusia, ekonomi dan bencana alam. Risiko Mustahik dan Muzaki terdiri
dari risiko Muzaki, kehilangan Muzaki, kepuasan Muzaki, risiko Mustahik, kehilangan Mustahik,
kepuasan Mustahik dan risiko kode etik. Sedangkan risiko kepatuhan terdiri dari risiko kepatuhan
syariah dan kepatuhan regulasi.
b. Pengukuran Risiko
Risiko-risiko yang sudah teridentifikasi sebelumnya kemudian dinilai dengan standar
pengukuran yang menjadi indikator ukuran risiko seperti pada tingkat kemungkinan dan
besaran dampak yaitu seberapa besar dampak yang diterima jika risiko tersebut terjadi.
c. Pengelolaan/Mitigasi Risiko
Strategi mitigasi merupakan tindakan yang berupa teknik, proses, prosedur untuk
mengurangi dampak risiko yang mungkin muncul dalam aktivitas entitas. Secara garis
besar, mitigasi risiko pada institusi zakat dapat dibagi menjadi lima tingkatan tanggapan
terhadap risiko, antara lain:
(1) menghilangkan risiko institusi zakat dengan menghapus bahaya tertentu yang muncul
dari aktivitas terkait institusi zakat, sehingga risiko tersebut tidak lagi menjadi ancaman
bagi institusi zakat;
(2) mengambil tindakan untuk tidak melakukan aktivitas yang memungkinkan terjadinya
risiko, sehingga institusi zakat lebih berhati-hati dalam mengelola zakat
(3) Mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko dan dampak kerusakan yang
dihasilkan oleh suatu aktivitas dalam institusi zakat dengan memindahkan risiko yang
muncul kepada pihak lainnya
(4) Mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko dan dampak risiko dengan membagi
risiko institusi zakat dengan pihak lain di luar institusi zakat
(5) Menerima risiko tersebut sebagai bagian penting dari aktivitas pengelolaan zakat
Jika nazhir tersebut tidak bisa mengelola risiko dengan baik, maka pengelolaan wakaf tidak akan Berjalan
efektif. Dari sinilah seorang nazhir harus siap dan mampu mengelola kemungkinan-kemungkinan
terjadinya risiko. Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui tiga tahap berikut ini:
Beberapa risiko yang kemungkinan dapat terjadi dalam pengelolaan perwakafan dan mitigasi