Anda di halaman 1dari 29

KEWAJIBAN

AKUNTANSI PAJAK
KELOMPOK 10
Disusun oleh:

Muhammad Fazli Susanto (12403173111)


Yukha Ulynuha (12403173132)
Ayu Yulia Putri Cholistia (12403173137)
Anggel Nila Septi (12403173153)

AKUNTANSI PAJAK
KELOMPOK 10
Bab Kewajiban menurut sak etap yang
diatur oleh IAI pada tahun 2009 tentang
kewajiban estimasi dan kontingensi
dalam hal ini Kewajiban diestimasi
SAK ETAP adalah kewajiban kini entitas sebagai
hasil dari peristiwa masa lalu
Kewajiban kontigensi merupakan
kewajiban potensial yang belum pasti
atau kewajiban kini yang tidak diakui
entitas tidak boleh mengakui kewajiban
SAK ETAP kontinjensi sebagai suatu kewajiban.
Kewajiban menurut waktu
penyelesaiannya dapat dikelompokkan
menjadi dua :

KEWAJIBAN LANCAR

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR


Utang bank dalam hal ini tidak
dibedakan antara utang bank maupun
utang bank jangka panjang dalam
peminjaman uang di bank dapat
dilakukan dengan membuka tabungan
atau deposito dan jasa giro dalam bank
di mana dengan nilai yang sudah
ditentukan sebelumnya.
Kemudian jika adanya transaksi dengan
pihak yang mempunyai hubungan istimewa
maka harus diungkapkan sifat dari
hubungan tersebut serta informasi yang
diperlukan tentang transaksi dan saldonya
untuk memahami segala hal yang berkaitan
dampak potensial hubungan tersebut
terhadap laporan keuangan
Peraturan perpajakan untuk hubungan istimewa penilaian suatu harga
wajar menggunakan beberapa macam metode untuk menentukan harga
dalam suatu transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa
yaitu metode harga pasar bebas
Utang pajak merupakan pembayaran pajak yang dilakukan
dengan mekanisme pemotongan atau pemungutan pajak
pemotongan atau pemungutan ini memiliki makna yang
berbeda di mana pemotongan pajak berkaitan dengan pihak
yang membayangkan hal ini berarti kewajiban pemotong
pajak berada pada pihak yang membayarkan setelah
kemudian itu pemotongan merupakan terkait jenis pajak
yang diatur dalam

PPh 21 PPh 23 PPh 26


Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008
Pasal 21 ayat (5a), besarnya pungutan
dibedakan antara WP yang ber-NPWP
dengan WP yang tidak ber-NPWP. Tarif WP
yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 20%
daripada tarif yang diterapkan terhadap WP
yang dapat menunjukkan NPWP.

Penghasilan sehubungan dengan pemutusan


hubungan kerja dan penghasilan sehubungan
dengan pensiun yang diterima secara sekaligus
berupa uang pesangonan, uang manfaat pensiun,
THT/JHT, dan pembayaran lain sejenis dikenakan
pemotongan PPh 21 yang bersifat final. Hal ini
diatur dalam PP68 Tahun 2009 jo. PMK-
Kemudian menurut PMK-206/PMK.011/2012 jo. PER-31/PJ/2012,
pegawai tidak tetap adalah pegawai yang hanya menerima
penghasilan apabila yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah
hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan atau
penyelesaian suatu jenis hasil pekerjaan yang diminta oleh pemberi
kerja
Dividen merupakan laba yang
diperoleh pemegang saham atau
pemegang saham polis asuransi atau
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)
koperasi yang diperoleh anggota
koperasi, termasuk dalam pengertian
dividen sesuai dengan penjelasan UU
PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4
ayat (1) huruf g
1. Pembagian laba, secara langsung maupun tidak langsung dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
2. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal saham:
3. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran, termasuk saham bonus yang
berasal dari kapitalisasi agio saham;
4. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
5. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima/diperoleh pemegang saham
karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan;
6. Pembayaran kembali seluruhnya/sebagian dari modal saham, jika dalam tahun-tahun
sebelumnya diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari
pengecilan modal dasar yang dilakukan secara sah;
7. Pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai
penebusan tanda-tanda laba tersebut;
8. Bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
9. Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
10. Pembagian berupa SHU kepada anggota koperasi; dan
11. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan sebagai
biaya usaha.
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat
(2c) jo. PP 19 Tahun 2009 jo. SE-01/PJ.03/2009, dividen
yang dikenakan pajak adalah dividen yang diterima oleh
orang pribadi, dengan tarif sebesar 10% bersifat final.
Namun, dividen yang dikecualikan dari obek PPh 23 adalah
dividen yang diterima oleh PT sebagai WP dalam negeri,
koperasi, BUMN/D dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di
Indonesia, dengan syarat; dividen yang dibagikan berasal
dari cadangan saldo laba dan kepemilikan saham paling
rendah 25% dari jumlah modal saham sesuai dengan UU
PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (3).
PPH 23 yang harus dipotong, disetorkan dan harus dilaporkan adalah :
Dividen ke PT jaya, PPh 23 →15% x ( 20% x Rp 200.000.000) = Rp 6.000.000
Dividen ke PT Ancol dan PT Pembangunan → Tidak dipotong PPh 23 karena kepimilikan saham > 25%.
Dividen ke masyarakat, PPh final dengan tarif pasal 17, ayat (2c) UU PPh no 36 Tahun 2003 jo. PP 19 Tahun 2009 → 10%
x ( 10% x Rp 200.000.000 ) = Rp 2.000.000, bersift final sehingga tidak dapat dikreditkan pada akhir tahun pajak.
Jurnal bagi PT Wisata

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Maret 2012 Dividen - PT Jaya 40.000.000 -
Dividen – PT Ancol 60.000.000 -
Dividen – PT Pembangunan 80.000.000 -
Dividen – Masyarakat 20.000.000 -
Utang PPh 23 - 6.000.000
Utang PPh final - 2.000.000
Kas / Bank - 192.000.000

PPh 23 atas deviden dapat dikreditkan oleh PT Jaya dan dibuatkan jurnal

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Maret 2012 Kas / Bank 34.000.000 -
PPh 23 dibayar dimuka 6.000.000 -
Pendapatan dividen - 40.000.000

Sementara itu, pembukuan untuk PT Ancol

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Maret 2012 Kas / Bank 60.000.00 -
Investasi dalam saham PT Wisata - 60.000.000
Bunga
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (4), bunga yang merupakan objek PPh adalah bunga yang
diterima bank karena dimasukkan sebagai penghasilan bank.
Contoh :
Pada bulan April 2012 PT Wisata membayar bunga pinjaman kepada Bank Mandi Rp 70.000.000 dan kepada PT Sinar
( memiliki NPWP) sebesar Rp 40.000.000.
PPh yang harus dipotong , disetorkan dan dilaporkan atas :
Bunga ke Bank Mandi → tidak dipotong PPh 23 karena bunga yang diterima Bank bukanlah objek PPh 23. Sementara itu,
bunga ke PT Sinar → dipotong PPh 23 sebesar 15% x rp 40.000.000 = Rp 6.000.000.

Jurnal bagi PT Wisata

Tanggal Keterangan Debit Kredit


April – 2012 Biaya Bunga Rp 110.000.000 -
Utang PPh 23 - Rp 6.000.000
Kas / Bank - Rp 104.000.000
Jurnal bagi PT Sinar

Tanggal Keterangan Debit Kredit


April 2012 Kas/Bank Rp 34.000.000 -
PPh 23 dibayar di muka Rp 6.000.000 -
Pendapatan bunga - Rp 40.000.000
PPh 23 atas bunga dapat dikreditkan oleh PT Sinar.
Royalti/Imbalan atas Penggunaan Hak
Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara atau perhitungan apapun, Baik dilakukan secara
berkala maupun tidak titik khusus untuk royalti dari hasil karya sinematografi, perlakuan PPh 23 diatur dalam PER-
33/PJ/2009 jo, SE-58/PJ/2009.
Contoh
PT KanKan sebagai penerbit yang membayar royalti kepada RonRon (memiliki NPWP) salah seorang pengarang nya
sebesar Rp 40.000.000 dan dipotong PPh 23 sebesar 15% maka PT KanKan akan mencatat transaksi tersebut sebagai berikut
:
Keterangan Debit Kredit
Beban Royalti Rp 40.000.000 -
Utang, PPh 23 - Rp 6.000.000
Kas / Bank - Rp 34.000.000

Hadiah, Penghargaaan, Bonus dan Sejensinya


Hadiah yang termasuk sebagai objek pajak PPh 23 adalah hadiah perlombaan, penghargaan dan prestasi tertentu hadits
hubungan dengan pekerjaan atau pemberian jasa selain yang telah dipotong PPh 21 ayat (1) huruf e, kecuali hadiah yang
diberikan kepada semua pembeli atau konsumen akhir tanpa diundi hadiah yang diterima langsung oleh konsumen akhir
pada saat pembelian barang atau jasa.
Sementara itu, hadiah undian ( UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (2) huruf b jo. PP 132 Tahun 2000 jo. Kep-
395/PJ/2001 jo. SE-19/PJ.43/2001) dikenakan pajak sebesar 25% dari jumlah bruto yang bersifat final.
Sewa
Mulai 1 Januari 2009 sewa kendaraan angkutan darat dan sewa harta lainnya dikenakan PPh 23 sebesar 2%. Sementara
itu, untuk tahun 2007 dan 2008 ( PER-70/PJ./2007), sewa kendaraan angkutan darat dengan presentasi penghasilan neto
sebesar 10% dari penghasilan bruto. Sewa harta lainnya dengan persentase penghasilan neto sebesar 30%.
Dari penghasilan bruto. Persewahan tanah dan atau bangunan dikecualikan dari PPh 23 karena telah dikenakan PPh
Pasal 4 ayat (2) sesuai dengan PP 5 tahun 2002 jo. KMK.120/KMK.03/2002 jo. Kep-227/PJ/2002.

Contoh :
PT Winnie menyewakan bus kepada PT Pooh untuk jangka waktu 6 bulan dengan biaya sewa per bulan Rp 10.000.000
pada 1 Mei 2012. Berikut ini adalah jurnal yang dilakukan oleh kedua perusahaan

Imbalan Jasa
Menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (1) huruf c, imbalan jasa yang menjadi objek PPh 23 adalah
imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang diterapkan
oleh Dirjen Pajak, selain yang telah dipotong PPh 21.
PMK-244/PMK.03/2008 jo. SE-53/PJ/2009 mengatur mengenai imbalan jasa yang menjadi objek Pasal 23 ayat (1)
huruf c UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 dikenakan PPh sebesar 2% x penghasilan bruto, tidak termasuk PPN.
Pajak Penghasilan 26
PPh 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari indonesia yang diterima/diperoleh
WP luar negeri selain BUT di indonesia. Karena BUT merupakan WP luar negeri tetapi pengenaan pajaknya
dipersamakan dengan WP badan dalam negeri. Namun, tidak semua pembayaran kepada WP luar negeri harus dipotonh
PPh 26, karena harus memperhatikan ada atau tidaknya Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda ( P3B) dengan negara
asing.
Pemotongan PPh 26 adalah sebagai berikut :
a. Badan pemerintah → setiap unit tertentu dari pemerintah baik Pusat maupun Daerah termasuk BUMN/D.
b. Subjek pajak dalam negeri → WP badan dan orang pribadi dalam negeri selain BUT.
c. Penyelenggaraan kegiatan.
d. BUT /perwakilan perusahaan luar negeri lainya.
Objek PPh 26 adalah semua penghasilan yang diterima /diperoleh WP luar negeri selain BUT dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang bersumber dari indonesia.
Contoh
Pemotongan PPh 26 dilakukan pada tanggal 24 Mei 2012, penyetoran paling lambat tanggal 10 Juni 2012 dan
dilaporkan ke KPP paling lambat tanggal 20 juni 2012.
PPN KELUARAN (PAJAK KELUARAN)
Setiap PKP yang melakukan BKP atau JKP pada
umumnya wajib memungut PPN dan wajib
menerbitkan faktur pajak, PPN yang dipungut PKP
ini disebut Pajak Keluaran.

Contoh :
Vanno melakukan penyerahan BKP Rp 10.000.000
secara tunai pada tanggal 27 Juni 2012 yang
sebelumnya telah melakukan pembelian sebesar Rp
8.000.000 pada tanggal 9 Juni 2012. Sistem
pencatatan yang dipakai sistem periodik. Tarif PPN
10% dan berikut pembukuan yang dilakukan oleh PT
Vanno adalah sebagai berikut.
Akuntansi menganut prinsip akurat, sehingga biaya-biaya yang telah
terjadi yang akan dibayar pada kemudian hari tetap dicacat pada periode
terjadinya biaya tersebut. Utang biaya dapat berupa gaji/upah, utang sewa,
utang bunga, utang biaya air PAM dan utang biaya listrik.

Menurut PP 31 Tahun 2007, air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh
PAM dan listrik merupakan jenis barang yang tidak dikenakan PPN,
kecuali listrik untuk perumahan dengan daya di atas 6.600 watt. Utang
biaya biasanya diketahui pada saat penutupan buku.
BIAYA
POSITIONING
EXPANSION
Neptune is the
YANG
fourth-largest planet

USABILITY
Venus has a
beautiful name and
MASIH
in our Solar System

HARUS
is the second planet
from the Sun

DIBAYAR
Contoh :
Pada tanggal 22 Desember 2011 PT Christiani mengumumkan akan membayar dividen tunai sebebsar Rp
15.000.000 pada tanggal 6 Januari 2012 kepada PT Yolan (10%), PT Christie (24%), PT Aldo (30%) dan
PT Nada (36%).

Berikut pencatatan yang dilakukan oleh PT Christiani


Tanggal Keterangan Debit Kredit
22 Des 2011 Dividen 15.000.00
Utang Divien 0 -
15.000.00
- 0
Tanggal Keterangan Debit Kredit
22 Des 2011 Utang Dividen 2.250.000 -
Utang PPh 23 - 2.250.000

Tanggal Keterangan Debit Kredit


6 Jan 2011 Utang Deviden 12.750.00
Kas/Bank 0 -
12.750.000
-
Berbeda halnya, apabila PT Yolan memiliki kepemilikan atas PT Christiani sebesar 20% maka PT Yolan
menggunakan equity method sehingga jurnal yang dibuat sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Debit Kredit


22 Des 2011 Piutang dividen 2.550.000 -
PPh 23 dibayar di muka 450.000 -
Investasi pada PT - 3.000.000
Christiani
(20% x 15.000.000)
6 Jan 2011 Kas/Bank 2.550.000 -
Piutang dividen - 2.550.000

Apabila kepemilikan saham PT Yolan lebih besar atau sama dengan 25% maka atas dividen tersebut
tidak dikenakan PPh 23.
Utang wesel merupakan suatu surat utang yang disertai dengan dokumen
perjanjian. Utang wesel ini dapat muncul akibat utang usaha yang tidak
dibayar pada jatuh tempo sehingga muncul perjanjian atau kesepakatan
maupun dikeluarkan untuk mendapatkan pinjaman. Contoh :

Pada tanggal 5 Mei 2007 PT Dolly meminjam uang dari bank dengan
menyerahkan promes dengan nominal Rp 8.00.000, bunga diskonto 15%
dan jangka waktu 12 bulan, berikt pencatatannya.

Tanggal Keterangan Debit Untuk transaksi ini, diskonto wesel


5 Mei 2007 Bank 8.000.000 - bayar merupakan penghasilan bagi
Wesel bayar - 8.000.000 bank. Penghasilan ini karena
merupakan penghasilan yang dibayar
31 Des 2007 Biaya bunga 800.000 - atau terutang kepada bank maka
Diskonto wesel bayar - 800.000 sesuai UU PPh Nomor 36 Tahun
Saldo laba 800.000 -
2008 Pasal 23 ayat (4) bukanlah
Biaya bunga - 800.000
termasuk penghasilan yang harus
Pada saat Wesel bayar 8.000.000 - dipotong PPh 23 oleh pihak yang
pelunasan Bank - 8.000.000 wajib membayarkan.
PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA

Penghasilan yang diterima dari penjualan barang ataupun


penyerahan jasa yang diterima sebelum terjadinya
penyerahan barang/jasa maka akan dilaporkan dalam
kelompok kewajiban karena setelah pemberi jasa atau
penjual barang maupun jasa di kemudian hari. Sesuai UU
PPN Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 11 ayat (2), dalam hal
pebayaran diterima sebelum penyerahan BKP atau
sebelum penyerahan JKP, atas dalam hal pembayaran
dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP tidak
berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean sebagimana
saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.
KEWAJIBAN UTANG
TIDAK LANCAR OBLIGASI

Kewajiban tidak lancar adalah utang yang Obligasi adalah janji tertulis untuk membayar bunga secara
jatuh temponya lebih dari satu tahun buku periodic dan sejumlah nilai nominal pada tanggal jatuh
dan sumber pembiayaan tidak diambil dari tempo. Pada obligasi dapat terjadi adanya agio (premium)
aset lancar. Kewajiban tidak lancar
dan juga disagio (discount). Agio terjadi apabila surat
mencakup utang obligasi dan utang hipotek.
obligasi dijual dengan harga di atas nominal. Disagio terjadi
apabila surat obligasi dijual dengan harga di bawah nilai
nominal. Agio ataupun disagio terjadi karena perbedaan
suku bunga pasar dengan suku bunga yang terdapat dalam
obligasi.
Contoh :
PT Kaya menjual obligasi nilai nominal Rp 300.000.000 dengan bunga 20% per tahun kepada PT Raya
seharga Rp 320.000.000. PPh atas premium obligasi sebesar Rp 20.000.000 terutang PPh Pasal 4 ayat (2)
sebesar 15% x Rp 20.000.000 = Rp 3.000.000. PPh dipotong oleh PT Raya saat penerbitan obligasi. Atas
Jurnal bagi PT Kaya adalah sebagai berikut :

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Saat Kas/Bank 317.000.000
obligasi PPh Pasal 4 ayat (2) 3.000.000 -
diterbitkan Utang Obligasi -
Premium Obligasi - -
300.000.000
Tanggal Keterangan Debit 20.000.000
Kredit
Saat Kas/Bank 317.000.000
obligasi PPh Pasal 4 ayat (2) 3.000.000 -
diterbitkan Utang Obligasi - UTANG
Premium Obligasi - - OBLIGASI
300.000.000
20.000.000
UTANG
HIPOTIK

Utang hipotek pada umumnya hampir sama dengan


obligasi, tetapi utang hiporat tidak memiliki agio
maupun diskonto. Pinjaman hipotek terutama
untuk pembelian tanah dan bangunan umumnya
merupakan pinjaman dengan beban bunga tetap
dan ditutup pada waktu yang lama. Biaya
penutupan hipotek umumnya langsung merupakan
beban pada periode tersebut.
THANKS!

Does anyone have any question?

Anda mungkin juga menyukai