Anda di halaman 1dari 10

PENIMBUNAN BARANG

DISUSUN OLEH:
DINA KHAIRINA (2041000023)
ALYA NASHA MAHARANI
(204100020)
Pengertian iktikar
• A.Pengertian Ihtikar Secara etomologi ihtikâr
• berarti menimbun, sedangkan menurut
pengertiantermenologis
• ihtikâr adalah “menimbun barang yang 
• public goods (menjadi kebutuhan umum)yang
dibeli pada saat harga barang tersebut naik, untuk
dijual denga harga tinggi melebihi harga
• pasar.” Dan, seperti telah disinggung di atas,
hukum
• ihtikâr sendiri adalah haram
Ketentuan keharaman
ihtikâr

• Harus diperoleh dengan cara membeli, bukan hasil panen


atau menerima hibah dari orang lain
• Barang yang ditimbun harus dibutuhkan oleh masyarakat
umum, bukan barangyang dibutuhkan dalam keadaan
tertentu atau yang menjadi konsumsi masyarakat tertentu,
• Barang tersebut dibeli ketika harganya melonjak tinggi
(melebihi harga normal di pasaran), bukan ketika harganya
sedang stabil, dan
• Ada tujuan untuk dijual kembali dengan harga yanglebih
tinggi dari harga pasar, bukan untuk konsumsi pribagi atau
dijual kembali dengan harganormal.[3]
HADIS TENTANG PENIMBUNAN BARANG

Barang siapa yang melakukan penimbunan


terhadap makanan kaum muslimin, Allah akan
menimpanya dengan kerugian atau akan terkena
penyakit lepra (Hadits riwayat Imam Ahmad)
Barang Yang Haram Ditimbun
madzhabHanafi, asy-Syafi'i dan Hanbali, barang yang haram ditimbun adalah :
*makanan pokok yangmenjadi kebutuhan umum.
*makanan pokok manusia
*makanan pokok untuk hewan ternak
Sedangkan untuk selain makanan pokok, hukum menimbunnya tidaklah di haramkan
Jika mengikuti pendapat tiga ulama ini, penimbunan pupuk, minyak, gula dll. yang
tidaktermasuk makanan pokok, hukumnya tidak haram. Sementara, kebutuhan
masyarakat terhadap barang-barang tersebut juga sangat tinggi dikarenakan barang-
barang yang dimaksud sudah menjadi elemen penting dalam kehidupan mereka. Maka
barangkali, untuk menyikapi masalah penimbunan barang-barang yang tidak termasuk
makanan pokok seperti BBM dll., kita perlu merujuk pada madzhab Maliki. Dalam
madzhab Maliki keharaman penimbunan tidak di khusukan pada makanan pokok saja.
Menurut madzhab ini semua jenis barang yang menjadikebutuhan umum ( public
goods), baik berupa makanan pokok atau bukan, hukumnya haram di timbun. Sehingga,
dengan mengikuti madzhab ini, penimbun (muhtakîr) tidak bisa terhindar dari jeratan
hukum haram.
Dampak Terhadap Stabilitas Ekonomi

• Seperti yang telah disinngung di atas, bahwa ihtikâr hukumnya


haram. Sebab praktek ihtikâr ini mengandung kecurangan, ketidak-
adilan dan sangat membahayakan terhadapstabilitas ekonomi.
Dengan adanya ihtikâr, itu berarti hanya ada satu pihak yang
sangatdiuntungkan (dan pihak ini termasuk minoritas) degan
mengorbankan pihak mayoritas. Dan iniadalah masalah ketidak-
adilan dalam masalah ekonomi, padahal Islam memberikan porsi
yangseimbang antara kepentingan umum (mayoritas) dan
kepentingan pribadi (minoritas). Disamping mengandung ketidak-
adilan, ihtikâr juga menyebabkan krisis yang sangat fatal dan
sangatmengancam stabilitas ekonomi. Ihtikâr juga menyebabkan
kesulitan bagi orang lain sertamenyempitkan ruang gerak mereka
untuk memeperoleh kebutuhannya.
Tindakan Pemerintah
• Dalam hal ini pemerintah harus merekomendasikan pelaku ihtikâr untuk menjual
barang yang ditimbun yang melibihi kadar kebutuhannya dan keluarganya. Jika
rekomendasi ini tidak diindahkan, maka pemerintah harus memberikan terguran.
Jika tindakan kedua ini jugatidak diindahkan, maka pemerintah berhak untuk
menahan dan memberi sanksi kepada muhtakir (penimbun) sesuai dengan
kebijakan pemerintah. Tindakan ini diupayakan untuk membuat jera si muhtakir. Di
samping itu, pemerintah juga harus memaksa muhtakir untuk menjual barang
timbunannya. Jika perintah ini juga tidak dilaksanakan, maka hakim(pemerintah)
boleh menjual barang timbunan secara paksa dengan harga standar pasar. Bahkan,
jika pemerintah khawatir terhadap terjadinya kelaparan bagi masyarakat,
pemerintah boleh mengambil secara paksa barang yang ditimbun untuk kemudian
didistribusikan kepadamasyarakat sampai keadaan menjadi stabil. Dengan catatan,
ketika kondisi masyarakat sudahkembali stabil, pihak pemerintah mengganti
barang timbunan milik muhtakir tadi. Sebab, kondisidarurat hanya
memperbolehkan untuk mengambil barang, tetapi tidak menggugurkan
kewajibanuntuk dhâman Sehingga dalam hal ini pemerintah tetap wajib mengganti
barang yang di ambilnya.
Ancaman Bagi Penimbun
Ketika itu Sayyidina Umar menjabat sebagai Khalifah. Saat keluar menuju masjid,
beliaumendapati makanan-makanan digelar di depan masjid. “Untuk apa
makanan ini?” tanya Umaar Rakyatnya menjawab: “Ini adalah makanan yang
diimpor untuk kita.” “Mudah-mudahanAllah memberkahi makanan ini serta orang
yang mengimpornya.” Lanjut Umar .Setelah itu,sebagian dari rakyat Umar
bercerita bahwa makanan-makanan tersebut adalah barang yangsebelumnya
telah ditimbun oleh seseorang bernama Furukh dan seorang budak. Ketika dua
laki-laki itu akhirnya dipanggil dan diklarifikasi oleh Umar , dua laki-laki tersebut
menjawab: “Kami membeli barang-barang itu dengan harta kami kemudian kami
menjualnya.” Umar menukas:“Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Barangsiapa
menimbun makanan orang Islam, maka Allah akan mengujinya dengan penyakit
kusta dan kebangkrutan.” (HR. Ibnu Majah)
Dalam Hadis yang lain Rasulullah
bersabda: ”Orang yang mendatangkan (mengimpor) barang dari daerah lain,
maka ia akan mendapatkan rezeki.
KESIMPULAN
Ihtikar merupakan suatu upaya seseorang atau lembaga untuk menimbun
barang, manfaatatau jasa sehingga menjadi langka di pasaran dan dapat
diperkirakan harganya melonjak naik.Perbuatan ihtikar merupakan
sebuah penganiayaan terhadap orang lain yang dilakukan secarasengaja
untuk memperoleh keuntungan pribadi. Namun apabila menimbun
barang ( komoditi )manfaat atau jasa tersebut tidak memberi mudharat,
dalam artian tidak menimbulkan keresahandi tengah masyarakat serta
tidak untuk tujuan memonopoli dan meraih keuntungan yang besar,maka
hal tersebut tidak di larang.Para ulama fiqh sepakat menyatakan bahwa
ihtikar yang menyebabkan kelangkaan barangdan merusak mekanisme
pasar hukumnya haram dan untuk mengatasi hal ini pemerintahharus
campur tangan untuk mengawasi harga dan pengaturan perantara
perdagangan.
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai