Anda di halaman 1dari 19

PENGANTAR

EKONOMI ISLAM
FALSAFAH EKONOMI ISLAM

1. Kegiatan ekonomi diorientasikan bagi pencapaian


kebahagiaan hidup di akhirat
2. Ekonomi diarahkan bagi tercapainya
kesejahteraan, kemajuan material dan
kebahagiaan hidup manusia di dunia
3. Kegiatan ekonomi harus dilakukan dalam pola
interaksi sesama manusia secara baik
4. Harus dihindari kegiatan ekonomi yang merusak
fisik maupun tatanan kehidupan manusia
“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
(al-Qashash 77)
SISTEM EKONOMI KAPITALISTIK
▪ Manusia adalah pemilik satu-satunya
terhadap harta yang diusahakan, tidak
ada hak orang lain di dalamnya.
▪ Kebebasan absolut ini merupakan sebuah
rumusan yang dikemukakan oleh John
Locke yang mengatakan bahwa manusia
adalah miliknya sendiri. Bahkan John
Locke menyatakan bahwa perolehan
pribadi tanpa batas sesungguhnya sesuai
dengan ajaran-ajaran injil maupun
menurut akal sehat.
SISTEM EKONOMI SOSIALISTIK

• Tidak mengakui kepemilikan (property) pribadi.


• Alat-alat produksi dikuasai dan dikontrol oleh
negara.
• Distribusi barang yang tidak merata dan
pengupahan berdasarkan jumlah kerja secara
kolektif.
• Perencanaan ekonomi bersifat terpusat
• Akses personal terhadap pasar dibatasi
PENGERTIAN EKONOMI
ISLAM

• Ekonomi adalah Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari
berbagai perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan ekonomi yang
dibuat. Ilmu ini diperlukan sebagai kerangka berpikir untuk dapat melakukan pilihan
terhadap berbagai sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan manusia
yang tidak terbatas.
• Ekonomi Islam adalah ilmu ekonomi yang berlandaskan prinsip-prinsip dasar syariat
Islam, yang bermuara pada al-Qur’an dan al-Hadis
PENGERTIAN EKONOMI
ISLAM

▪ Mengapa disebut Ekonomi Islam


Ekonomi yang dilandasi Wahyu dan Sunnah Nabi serta seara teknis
operasional mengikuti Fatwa Ulama

• Apa alasan berekonomi Islam


Apakah sebagai “Alternatif atau Solusi”
Apakah hukumnya “Boleh” atau “Wajib”
Perbedaan Sistem Ekonomi
CIRI KAPITALIS KOMUNIS ISLAM

Misi Kesejahteraan Para Pemodal Kesejahtarean Bersama Rahmatan lil alamin

Azas Individual Bersama/ Kelompok Keseimbangan yang Adil

Kepemilikan Pemodal Pemerintah Allah SWT

Sumber alam Terbatas dikendalikan Terbatas dikuasai Tak Terbatas : Bersyukur akan
pemodal Pemerintah ditambah

Orintasi Dunia Dunia Mendahulukan Akhirat

Sumber Nilai Pemikiran Rasa Wahyu


MISI SISTEM EKONOMI ISLAM
–1. Rahmatan Lil Alamin
• Merahmati seluruh alam
• Menyelamatkan orang beriman yang berekonomi

–2. Membawa Berkah


• Karena setiap kegiatannya diawali dengan atas nama Allah swt
dan diakhiri dengan memuji Allah swt, sehingga setiap
berekonominya jauh dari gharar, subhat apalagi haram
Tujuan Sistem Ekonomi Islam
1.Pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu papan, sandang,
pangan kesehatan dan pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.
2.Memastikan kesamaan kesempatan bagi semua orang
3.Mencegah terjadi pemusatan kekayaan dan meminimalkan
ketimpangan dana distribusi pendapatan dan kekayaan di
masyarakat.
4.Memastikan untuk setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-
nilai moral.
5.Memastikan stabilitas dan juga pertumbuhan ekonomi.
Bagaimana menerima
Sistem Ekonomi Islam?
Sebelum menerima ekonomi Islam, harus:
1. Memahami Islam sebagai Din, bukan sekedar Ritual/seremonial
Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu (Qs.Al-Maidah :3)

2. Menerima Islam yang Sempurna/Menyeluruh


Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu Qs. Al Baqarah:208)

3. Mendahulukan Iman sebelum Akal


Hadits riwayat Ibnul Mahdar dari said bin musayyah , Rosulullah SAW bersabda:
“Orang yang berakal hanyalah orang yang yang beriman kepada Allah Swt membenarkan para Rosul-Nya
dan beramal dengan taat Kepada-Nya
Prinsip Ekonomi Islam

• Tolong menolong (Ta’awun)


• saling mengiklashkan/ridha (Antarodin)
• Kemudahan (al-taesir)
• Tanggung Jawab (al masuliyah)
• Administrasi Keuangan yang benar (al Idariyah)

12

Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda,


Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka
(HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, serta dinilai sahih oleh Ibnu Hibban)
Alasan Manusia Belum Siap
Menerima Ekonomi Islam

1. Faktor Pemahaman Arti & Tujuan Syariah


2. Faktor cinta dunia dan takut mati akibat dari diri tidak paham Tujuan, Fungsi &
Tugas hidup
3. Faktor pola pandang thd Islam scr Parsial
4. Faktor Penjajahan Belanda 3,5 abad
5. Faktor usia sistem kapitalis yang sudah mendarah daging
6. Faktor Isu Negatif “Islam bukan Solusi”
13

maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan


jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati)
Allah. ( Qs. Lukman, 31:33)
Ruang Lingkup Sistem Ekonomi Islam

1. Ba’i adalah jual-beli antara benda dengan benda atau pertukaran benda dengan
2. Akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antar dua pihak atau lebih untuk
melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan hukum
3. Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal pemodalan, keterampilan,
atau kepercayaan dalam usaha tertentudengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah.
4. Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dengan
pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
berdasarkan nisbah.
5. Muzaraah adalah kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap untuk memanfaatkan
Ruang Lingkup Sistem Ekonomi Islam

6. Musaqah adalah kerjasama antara pihak-pihak dalam pemeliharaan tanaman dengan


pembagian hasil antara pemilik dengan pemelihara tanaman dengan nisbah yang
disepakati oleh para pihak.
7. Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al-
maal (pemilik harta) dengan pihak yang membutuhkan melaui transaksi jual-beli dengan
penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang
merupakan keuntungan atau laba bagi shahib al-maal dan pengembaliannya dilakukan
secara tunai atau
8. Khiyar adalah hak pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan atau membatalkan
akad jual-beli yang
9. Ijarah adalah sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan pembayaran.
10. Istishna’ adalah jual-beli barang atau jasa dalam bentuk pemesanan dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pihak pemesan dan pihak
Sumber Ekonomi Islam
Al Qur’an

Al-Quran adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi syariah, di


dalamnya dapat kita temui hal ihwal yang berkaitan dengan ekonomi
dan juga terdapat hukum-hukum dan undang-undang diharamkannya
riba, dan diperbolehkannya jual-beli.

QS Al-Baqarah ayat 275:


“…padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya, (terserah) kepada
Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba) maka orang itu penghuni-penghuni neraka, mereka
kekal didalamnya.”
Sumber Ekonomi Islam
Assunnah an-Nabawiyah

As-Sunnah adalah sumber kedua dalam perundang undangan Islam. Didalamnya dapat
kita jumpai khazanah aturan perekonomiann syariah. Diantaranya seperti sebuah
hadis yang isinya memerintahkan untuk menjaga dan melindungi harta, baik milik
pribadi maupun umum serta tidak boleh mengambil yang bukan miliknya.

Hadits Riwayat Bukhari:


“sesungguhnya (menumpahkan) darah kalian, (mengambil) harta kalian,
(mengganggu) kehormatan kalian haram sebagaimana haramnya hari kalian saat ini,
di bulan ini, di negeri ini,..”
Sumber Ekonomi Islam
Ijtihad

Menurut al-Syaukani dalam kitabnya Irsyad al-Fuhuli, ijtihad adalah


mengerahkan kemampuan dalam memperoleh hukum syar’i yang
bersifat ‘amali melalui cara Istinbath.
Menurut Ibnu Syubki, ijtihad adalah pengerahan kemampuan
seorang faqih untuk menghasilkan dugaan kuat tentang
hukum syar’i,
Sedangkan al-Hamidi memberikan definisi ijtihad sebagai pengerahan
kemampuan dalam memperoleh dugaan kuat tentang
hukum syara’ dalam bentuk yang dirinya merasa tidak mampu
berbuat seperti itu
THANKS FOR WATCHING

Anda mungkin juga menyukai