Anda di halaman 1dari 10

NAMA : SHERLIN FEBRIANTI

NIM : 21087311

PRODI : PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

RESUME PAI EKONOMI ISLAM

Ekonomi Islam

Sistem Ekonomi Islam – Pengertian Menurut Para Ahli, Ciri, Tujuan,


Prinsip, Ruang Lingkup & Sumber – Untuk pembahasan kali ini kami
akan memberikan ulasan mengenai Sistem Ekonomi Islam yang dimana
dalam hal ini meliputi pengertian menurut para ahli, ciri, tujuan, prinsip,
ruang lingkup dan sumber, nah agar lebih dapat memahami dan mengerti
simak ulasan selengkapnya dibawah ini.

Pengertian Sistem Ekonomi Islam


Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi dimana dalam
pelaksanaannya berlandaskan syariat Islam dengan berpedoman kepada
Al-Quran dan Al- Hadis.

Dalam sistem ekonomi Islam mengatur berbagai kegiatan perekonomian


seperti jual-beli, simpan-pinjam, investari dan berbagai kegiatan ekonomi
lainnya. Pada pelaksanaan kegiatan ekonomi Islam, semuanya harus
sesuai dengan syariat Islam dengan menghindari semuanya yang sifatnya
Maisyir, Gharar, Haram, Dzalim, Ikhtikar dan Riba.

Dan menurut berbagai sumber, sistem ekonomi Islam mengandung sifat-


sifat baik dari sistem ekonomi kapitalis dan sosialis, namun melepas sifat-
sifat buruk dari kedua sistem ekonomi tersebut.

Pengertian Sistem Ekonomi Islam Menurut Para Ahli


Seperti yang dituliskan dalam buku karya M.B Hendrie Anto, berikut ini
ialah beberapa definisi ekonomi Islam menurut para ahli diantaranya:
1. Menurut Hasanuzzaman
Menurut Hasanuzzaman “1986”, pengertian ekonomi Islam adalah
suatu ilmu dan aplikasi petunjuk dan aturan syari’ah yang mencegah
ketidak adilan dalam memperoleh dan menggunakan sumber daya
material agar memenuhi kebutuhan manusia dan agar dapat
menjalankan kewajibannya kepada Allah dan masyarakat.

2. Menurut Shidqi
Menurut Shidqi “1992”, pengertian ekonomi Islam adalah tanggapan
pemikir-pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi pada zamannya.
Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al-Quran dan Hadist serta alasan
dan pengalaman.

3. Nasution at all (2007:11)


Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada
ajaran dan nilai-nilai Islam, yang bersmber pada Al-Qur’an, As- Sunnah,
Ijma dan Qiyas atau sumber lainnya.

4. Menurut Mr. Syarifuddin Prawiranegara


Sistem Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang terjadi setelah prinsip
ekonomi yang menjadi pedoman kerjanya, dipengaruhi dan dibatasi oleh
ajaran-ajaran Islam. Atau Sistem Ekonomi Islam adalah pengaruh yang
dipancarkan oleh ajaran-ajaran Islam terhadap prinsip ekonomi yang
menjadi pedoman bagi setiap kegiatan ekonomi, yang bertujuan
menciptakan alat-alat untuk memuaskan berbagai keperluan manusia.

5. Dr. Muhammad Abdullah al-‘Arabi


Ekonomi syariah merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi
yang yang kita simpulkan dari itlaf, Al-Quran dan As-Sunnah, dan
merupakan bangunan perekonomian yang kita dirikan di atas landasan
dasar-dasar tersebut sesuai tiap lingkungan dan masa.

6. Prof. Dr. Zainuddin Ali


Ekonomi syariah adalah kumpulan norma hukum yang bersumber dari Al-
Quran dan Al-Hadits yang mengatur perekonomian umat manusia.

7. Menurut M.A Manan
Ekonomi syariah adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.

Tujuan Sistem Ekonomi Islam


Tujuan sistem ekonomi Islam berdasarkan konsep dasar dalam Islam yaitu
tauhid dan berdasarkan rujukan pada Alquran dan Sunnah ialah:

 Pemenuhan kebutuhan dasar manusia yaitu papan, sandang,


pangan kesehatan dan pendidikan untuk setiap lapisan masyarakat.
 Memastikan kesamaan kesempatan bagi semua orang
 Mencegah terjadi pemusatan kekayaan dan meminimalkan
ketimpangan dana distribusi pendapatan dan kekayaan di
masyarakat.
 Memastikan untuk setiap orang kebebasan untuk mematuhi nilai-nilai
moral.
 Memastikan stabilitas dan juga pertumbuhan ekonomi.

Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Islam


Dari penjelasan singkat pengertian sistem ekonomi ini, kita dapat
mengetahui beberapa karakteristiknya. Adapun ciri-ciri sistem ekonomi
Islam ialah sebagai berikut:

1. Adanya pengakuan terhadap hak individu, namun dibatasi agar tidak


terjadi monopoli yang merugikan masyarakat umum.
2. Adanya pengakuan akan hak umat atau umum dimana hak umat
lebih diutamakan dibanding hak lainnya.
3. Adanya keyakinan bahwa manusia hanya memegang amanah dari
yang Maha Kuasa, segala kelimpahan harta yang dimiliki manusia
ialah berasal dari Allah sang maha segalanya.
4. Adanya pengakuan terhadap hak individu, namun dibatasi agar tidak
terjadi monopoli yang merugikan masyarakat umum.
5. Adanya pengakuan akan hak umat atau umum dimana hak umat
lebih diutamakan dibanding hak lainnya.
6. Adanya konsep halal dan haram dimana semua produk “barang dan
jasa” harus bebas dari unsur haram yang dilarang dalam Islam.
7. Adanya sistem sedekah yaitu distribusi kekayaan secara merata dari
yang kaya kepada yang kurang mampu.
8. Tidak memperbolehkan adanya bunga atau tambahan dari suatu
pinjaman sehingga hutang-piutang hanya memperbolehkan konsep
bagi hasil.
9. Adanya larangan menimbun harta kepada umat Islam, hal ini
dianggap menghambat aliran harta dari yang kaya kepada yang
miskin dan dianggap sebagai kejahatan besar.

Prinsip Ekonomi Islam


Pada pelaksanaannya sistem ekonomi Islam mengedepankan prinsip-
prinsip ekonomi yang bertujuan untuk mensejahterakan manusia, adapun
beberapa prinsip ekonomi Islam ialah sebagai berikut:

 Mencegah Kesenjangan Sosial


“Dan dirikankah sembahyang, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada rasul,
supaya kamu diberi rahmat” (QS An-Nur: 56).

Dalam ekonomi Islam diutamakan untuk memberikan bantuan kepada


orang lain yang membutuhkan, meskipun tetap memperbolehkan
kompetisi, hal ini bukan berarti mengesampingkan kepedulian terhadap
orang lain dan lingkungan.

 Tidak Bergantung Kepada Nasib Atau


Keberuntungan
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: ” Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia,
tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.”.. ” (QS Al-Baqarah:
219).

Segala yang berhubungan dengan perjudian dan mengandalkan


keberuntungan adalah sesuatu yang dilarang dalam ekonomi Islam. Prinsip
ekonomi Islam mengacu pada kejelasan transaksi dan tidak bergantung
pada keberuntungan yang tidak jelas, apalagi sampai melalaikan kerja
keras dan ikhtiar.

 Mencari Dan Mengelola Kekayaan Alam


“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (QS Al Jumuah: 10).

Dalam prinsip ekonomi Islam, setiap manusia diharuskan mencari dan


mengelola sumber daya alam sebaik-baiknya. Hal ini termasuk dalam
memaksimalkan hasil bumi, hubungan kerjasam dengan orang lain dan
lain-lain.

 Melarang Praktik Riba


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan
sisa riba “yang belum dipungut” jika kamu orang-orang yang beriman. ”
(QS Al-Baqarah: 278).

Seperti yang telah disebutkan diatas, sistem ekonomi Islam melarang


praktik riba dalam setiap kegiatan ekonomi karena dianggap dapat
menyengsarakan peminjam dana, khususnya mereka yang kurang mampu.

 Membuat Catatan Transaksi Dengan Jelas


“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.”
(QS Al-Baqarah: 282).

Dalam ekonomi Islam, setiap transaksi yang terjadi harus dicatat dengan
baik. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik atau masalah
dimasa depan karena adanya potensi kelalaian atau lupa.

 Mengutamakan Keadilan Dan Keseimbangan Dalam


Berniaga
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar dan timbanglah
dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama “bagimu” dan lebih
baik akibatnya.” (QS Al Isra: 35).

Dalam ekonomi Islam juga memerintahkan agar kegiatan niaga berjalan


secara adil dan seimbang. Artinya setiap melakukan transaksi maka
pembeli maupun penjual tidak boleh melakukan hal-hal yang dapat
merugikan satu sama lain, misalnya menipu atau membohongi.

Ruang Lingkup Sistem Ekonomi Islam


Berikut ini terdapat beberapa ruang lingkup sistem ekonomi islam, terdiri
atas;

1. Ba’i adalah jual-beli antara benda dengan benda atau pertukaran


benda dengan
2. Akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antar dua pihak
atau lebih untuk melakukan dan atau tidak melakukan perbuatan
hukum
3. Syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam hal
pemodalan, keterampilan, atau kepercayaan dalam usaha
tertentudengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.
4. Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam
modal dengan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu
dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah.
5. Muzaraah adalah kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap
untuk memanfaatkan
6. Musaqah adalah kerjasama antara pihak-pihak dalam pemeliharaan
tanaman dengan pembagian hasil antara pemilik dengan pemelihara
tanaman dengan nisbah yang disepakati oleh para pihak.
7. Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang
dilakukan oleh shahib al-maal (pemilik harta) dengan pihak yang
membutuhkan melaui transaksi jual-beli dengan penjelasan bahwa
harga pengadaan barang dan harga jual terdapat nilai lebih yang
merupakan keuntungan atau laba bagi shahib al-maal dan
pengembaliannya dilakukan secara tunai atau
8. Khiyar adalah hak pilih bagi penjual dan pembeli untuk melanjutkan
atau membatalkan akad jual-beli yang
9. Ijarah adalah sewa barang dalam jangka waktu tertentu dengan
pembayaran.
10. Istishna’ adalah jual-beli barang atau jasa dalam bentuk
pemesanan dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati
antara pihak pemesan dan pihak
11. Kafalah adalah jaminan atau garansi yang diberikan oleh
penjamin kepada pihak ketiga / pemberi pinjaman untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua/
12. Hawalah adalah pengalihan utang dan muhil al-
ashil kepada muhal ‘alaih.
13. Rahn/gadai adalah penguasaan barang milik peminjam oleh
pemberi pinjaman sebagai
14. Ghasb adalah pengambilan hak milik orang lain tanpa izin dan
tanpa niat untuk
15. Itlaf/perusakan adalah pengurangan kualitas nilai suatu
16. Wadi’ah adalah penitipan dana antara pihak pemilik dana
dengan pihak penerima titipan yang dipercaya untuk menjaga dana
tersebut.
17. Ju’alah adalah perjanjian imbalan tertentu dari pihak pertama
kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas/ pelayanan yang
dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak
18. Wakalah adalah pemberian kuasa kepada pihak lain untuk
mengerjakan sesuatu.
19. Obligasi syariah adalah surat berharga yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah sebagai bukti atas bagian penyertaan
terhadap aset surat berharga baik dalam mata uang rupiah maupun
valuta
20. Reksadana syariah adalah lembaga jasa keuangan non-bank
yang kegiatannya berorientasi pada investasi di sektor portofolio atau
nilai kolektif dari surat
21. Efek beragun aset syariah adalah efek yang diterbitkan oleh
akad investasi kolektif efek beragun aset syariah yang portofolionya
terdiri atas aset keuangan berupa tagihan yang timbul dari surat
berharga komersial, tagihan yangtimbul dikemudian hari, jual beli
aset kepemilikan aset fisik oleh pemerintah, sarana peningkatan
investasi/arus kas serta aset keuangan setara, yang sesuai dengan
prinsip-prinsip
22. Surat berharga komersial syariah adalah surat pengakuan atas
suatu pembiayaan dalam janka waktu tertentu yang sesuai dengan
prinsip- prensip
23. Ta’min/asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
yang pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung
dengan menerima premi ta’min untuk menerima penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerysakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul
dari peristiwa yang tidak
24. Syuuq maaliyah/pasar modal adalah kegiatan yang
bersangkutan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengn
25. Waraqah Tijariah/surat berharga syariah adalah surat bukti
berinvestasi berdasarkan prinsip syariah yang lazim diperdagangkan
di pasar dan pasar modal, antara lain wesel, obligasi syariah,
sertifikat reksadana syariah dan surat berharga lainnya berdasarkan
prinsip
26. Salam adalah jasa pembiayaan yang bergantian dengan jual
beli yang pembayaranya dilakukan bersama dengan pemesanan
27. Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan antara lembaga
keuangan syariah dengan pihak peminjam untuk melakukan
pembayaran secara tunai atau cicilan dalam jangka waktu
28. Sunduq mu’asyat taqa’udil/dana pensiun syariah adalah badan
usaha yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan
manfaat pensiun berdasarkan prinsip-prinsip
29. Hisabat jariyat/ rekening koran syariah adalah pembiayaan
yang dananya ijarah pada setiap saat dapat ditarik atau disetor oleh
pemiliknya yang dijalankan berdasarkan prinsip
30. Ba’i al-wafa/ jual-beli dengan hak membeli kembali adalah jual-
beli yang dilangsungkan dengan syarat bahwa barang yang dijual
tersebut dapat dibeli kembali oleh penjual apabila tenggang waktu
yang disepakati telah tiba.
Sumber Ekonomi Islam
Berikut ini terdapat beberapa sumber ekonomi islam, terdiri atas:

 Al-Quran
Al-Quran adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi syariah, di
dalamnya dapat kita temui hal ihwal yang berkaitan dengan ekonomi dan
juga terdapat hukum-hukum dan undang-undang diharamkannya riba, dan
diperbolehkannya jual-beli yang tertera pada surat Al-Baqarah ayat 275:
“…padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya, (terserah)
kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba) maka orang itu
penghuni-penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.”

 As-Sunnah an-Nabawiyah
As-Sunnah adalah sumber kedua dalam perundang undangan Islam.
Didalamnya dapat kita jumpai khazanah aturan perekonomiann syariah.
Diantaranya seperti sebuah hadis yang isinya memerintahkan untuk
menjaga dan melindungi harta, baik milik pribadi maupun umum serta tidak
boleh mengambil yang bukan miliknya, “sesungguhnya (menumpahkan)
darah kalian, (mengambil) harta kalian, (mengganggu) kehormatan kalian
haram sebagaimana haramnya hari kalian saat ini, di bulan ini, di negeri
ini,..”(HR. Bukhari).

 Ijtihad
Menurut alSyaukani dalam kitabnya Irsyad al-Fuhuli, ijtihad adalah
mengerahkan kemampuan dalam memperoleh hukum syar’i yang
bersifat ‘amali melalui cara Istinbath. Menurut Ibnu Syubki, ijtihad adalah
pengerahan kemampuan seorang faqih untuk menghasilkan dugaan kuat
tentang hukum syar’i, sedangkan al-amidi memberikan definisi ijtihad
sebagai pengerahan kemampuan dalam memperoleh dugaan kuat tentang
hukum syara’ dalam bentuk yang dirinya merasa tidak mampu berbuat
seperti itu.

Anda mungkin juga menyukai