NIM : 21087311
Ekonomi Islam
2. Menurut Shidqi
Menurut Shidqi “1992”, pengertian ekonomi Islam adalah tanggapan
pemikir-pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi pada zamannya.
Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al-Quran dan Hadist serta alasan
dan pengalaman.
7. Menurut M.A Manan
Ekonomi syariah adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Dalam ekonomi Islam, setiap transaksi yang terjadi harus dicatat dengan
baik. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya konflik atau masalah
dimasa depan karena adanya potensi kelalaian atau lupa.
Al-Quran
Al-Quran adalah sumber pertama dan utama bagi ekonomi syariah, di
dalamnya dapat kita temui hal ihwal yang berkaitan dengan ekonomi dan
juga terdapat hukum-hukum dan undang-undang diharamkannya riba, dan
diperbolehkannya jual-beli yang tertera pada surat Al-Baqarah ayat 275:
“…padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba) maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya, (terserah)
kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba) maka orang itu
penghuni-penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.”
As-Sunnah an-Nabawiyah
As-Sunnah adalah sumber kedua dalam perundang undangan Islam.
Didalamnya dapat kita jumpai khazanah aturan perekonomiann syariah.
Diantaranya seperti sebuah hadis yang isinya memerintahkan untuk
menjaga dan melindungi harta, baik milik pribadi maupun umum serta tidak
boleh mengambil yang bukan miliknya, “sesungguhnya (menumpahkan)
darah kalian, (mengambil) harta kalian, (mengganggu) kehormatan kalian
haram sebagaimana haramnya hari kalian saat ini, di bulan ini, di negeri
ini,..”(HR. Bukhari).
Ijtihad
Menurut alSyaukani dalam kitabnya Irsyad al-Fuhuli, ijtihad adalah
mengerahkan kemampuan dalam memperoleh hukum syar’i yang
bersifat ‘amali melalui cara Istinbath. Menurut Ibnu Syubki, ijtihad adalah
pengerahan kemampuan seorang faqih untuk menghasilkan dugaan kuat
tentang hukum syar’i, sedangkan al-amidi memberikan definisi ijtihad
sebagai pengerahan kemampuan dalam memperoleh dugaan kuat tentang
hukum syara’ dalam bentuk yang dirinya merasa tidak mampu berbuat
seperti itu.