Anda di halaman 1dari 14

A.

PRINSIP DAN TUJUAN EKONOMI ISLAM

Praktik ekonomi islam merupakan kegiatan ekonoami yang berbeda dengan


masyarakat yang berdasarkan pada ajaran sekuler (ajaran yang memisahkan
antara kepentinagna hidup didunia dan di akhirat). Ajaran sekuler lebih
mengutamakan keuntungan duniawi sedangkan praktik ekonomi dalam islam
tetap memegang teguh ajaran islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-
Sunnah. Syariat islam telah menggariskan sistem jual beli yang adil dan
terbinanya kehidupan ekonomi masyarakat yang sehat lahir batin.

Bukti sejarah telah menunjukan bahwa Rasulullah SAW, istrinya dan juga
paman serta kakeknya adalah orang yang menjalankan kegiatan ekonomi.
Dalam sejarah islam, mereka dikenal sebagai seorang pedangang yang sukses,
bahkan Siti Khadijah adalah seorang konglomerat dijamannya.

1. PENGERTIAN EKONOMI ISLAM

Ekonomi islam adalah suatu studi tentang prilakun manusia yang berkaitan
dengan pengalokasian sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan.
Ekonomi adalah upaya manusia dalam memmenuhi pilhan kebutuhan yang
tidak terbatas dan pilahan sumber daya yang terbatas.

Pengertian islam menurut istilah terdapat beberapa pengertian menurut


para ahli dalam ekonomi islam sebagai berikut:

a. Yusuf Qardhawi memberikan pengertian ekonomi islam adalah


ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari
allah, bertujuan akhir kepada allah, dan menggunakan saran yang
tidak lepas dari syariat allah.
b. M.A Mannan memberikan pengertian ekonomi islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari maslah-masalah ekonomi
rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.
c. M. Syauqi Al-Faujani memberikan pengertian ekonomi islam
dengan segala aktivitas perekonomian beserta peraturannya yang
didasarkan kepada pokok-pokok ajaran islam.
d. Monzer Kahf memberikan pengertian ekonomi islam adalah kajian
tentang proses dan penangguhan kegiatan manusia yang berkaitan
dengan produksi, distribusi dan konsumsi dalam masyarakat
muslim.
e. Hassanuz Muhammad memberikan pengertian ekonomi islam
adalahpengetahuan dalam penerapan hukum syariah untuk
mencegah terjadinya ketidakadilan atas pemanfaatan dan
pembuyangan sumber-sumber material dengan tujuan untuk
memberikan kepuasan dan melakukan sebagai kewajiban kepada
allah dan masyarakat.

2. Prinsip Ekonomi Dalam Islam

Secara garis besar ekonomi dalam islam memiliki beberapa prinsip dasar.

a. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan


dari allah swt kepada manusia.
b. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
c. Kekuatan penggerak utama dala ekonomi islam adalah kerja sama.
d. Ekonomi islam menolak adanya akumulasi kekayaan yang dikuasai
oleh segelintir orang saja.
e. Ekonomi islam menjamin pemillikan masyarakat dan penggunaanya
direncanakan untuk kepentingan banyak orang.
f. Seorang muslim harus takut kepada Allah SWT, dan hari penentuan
di akhirat nanti.
g. Zakat harus dibayar atas kekayaan yang telah memenuhi batas.
h. Islam melarang riba dalam segala bentuk.

3. Dalil Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam

Dalil prinsip dan praktik ekonomi yang di jadikan acuan umat islam dalam
melakukan kegiatan ekonomi adalah:

a. Hendaknya dilakukan dengan cara yang baik


ARTINYA: Hai orang-orng yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu: sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (Q.S An-Nisa ayat 29)

b. Hendaknya kegiatan ekonomi teradministrasikan dengan tertib


(Q.S. Al-Baqarah/2: 282)

ARTINYA: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu
orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan,
maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang
saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang
lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar
sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila
kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan
(yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

c. Dilakukan secara terencana dan professional


1. Menguatamakan faktorkeahlian dalam mengelola ekonomi
2. Dilakukan dengan penuh amanah

ARTINYA: dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang


dipikulnya) dan janjinya (Q.S Al-Mu’minun (23) ayat 8)

3. dilakukan dengan penuh tanggung jawab


4. dilakukan dengan secara adil
4. Tujuan Ekonomi Islam

Beberapa tujuan ekonomi islam di antaranya:

a. mencari kesenangan akhirat yang di ridhai Allah swt. Dengan


segala capital yang diberikan Allah kepada kita.
b. Jangan lah melalaikan perjuangan nasib di dunia yaitu
mencari rezeki dan hak milik.
c. Berbuat baik kepada masyarakat, sebagai mana Allah swt.
Memberikan kepada kita yang terbaik dan tak terkira
d. Jangan mencari kebiasaan di muka bumi ini.
e. Menyediakan dan menciptakan peluang-peluang yang sama
dan luas bagi semua orang untuk berperan serta dalam
kegiatan-kegiatan ekonomi.
f. Memberantas kemiskinan absolute dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar bagi individu masyarakat
g. Mempertahankan stabilitas ekonomi dan pertumbuhan, dan
meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Dengan demikian ekonomi islam sangat dibutuhkan untuk


mensejahterakan masyarakat dan berguna untuk meningkatkan
ekonomi masyarakat dengan baik dan benar.

B. ASAS-ASAS TRANSAKSI, STUDI KASUS PENERAPAN TRANSAKSI, DAN HIKMAH


MENJALANKAN EKONOMI BERDASARKAN SYARIAT ISLAM

1. Asas- asas Ekonomi Islam

Sistem ekonomi islam mencakup pembahasan tentang cara perolehan harta kekayaan dan
pemanfaatannya baik segala kegiatan konsumsi maupun distribusi. Dalam hukum Syara’
dijelaskan bagaimana seharusnya harta kekayaan (barang dan jasa) diperoleh, juga
dijelaskan bagaimana manusia mengolah dan mengembangkan harta serta
mendistribusikan kekayaan yang ada. Inilah yang sesungguhnya dianggap oleh Islam sebagai
masalah ekonomi bagi suatu masyarakat.

Dalam Islam Allah swt. Menganjurkan setiap manusia untuk mencari rezeki Allah dengan
cara yang halal atau yang tidak dilarang dalam ajaran Islam.

a. Pengertian transaksi ekonomi dan asas-asasnya

transaksi ekonomi adalah perjanjian atau akad dalam bidang ekonomi. Dalam hal ini banyak
macam dan cara yang dapat dilakukan oleh seseorang dalam hidup bermasyarakat agar
kegiatan ekonomi tidak bertentangan dengan syariah Islam dan hasil dari transaksi ekonomi
benar-benar halal maka harus memperhatikan asas-asas syariah Islam.

Asas-asasnya adalah:

1) Transaksi mengikat pihak yang melakukan transaksi kecuali transaksi yang


menyimpang dari syariah Islam, misalnya memperdagangkan benda haram. (QS Al-
maidah 5:1)

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang
ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.  (5: 1)

Ayat ini diturunkan sebelum Nabi Muhammad Saw pergi melakukan  haji. Karena itulah


dalam ayat ini dijelaskan mengenai hukum haji yang disampaikan kepada kaum Muslimin.
Dalam ayat ini disinggung mengenai haramnya hukum berburu binatang dalam keadaan
berihram. Tetapi poin yang utama dan penting ayat ini terletak di permulaan yang justru
juga merupakan permulaan surat ini. Poin itu menyebutkan tentang pesan untuk
menunjukkan  komitmen terhadap perjanjian yang dilakukan. Perjanjian ini maknanya
sangat luas mencakup perjanjian tertulis maupun lisan, perjanjian dengan orang kuat atau
lemah, perjanjian dengan kawan atau lawan dan perjanjian dengan Tuhan atau manusia.

Menurut Islam dan berdasarkan ayat ini, seorang muslim harus komitmen dengan perjanjian
yang dilakukannya. Mereka harus setia pada isi perjanjian sekalipun dengan orang musyrik
atau jahat sekalipun. Komitmen ini harus ditunjukkan oleh seorang muslim, pihak lain yang
menandatangani perjanjian itu juga menaati isi perjanjian. Ketika mereka melanggar
perjanjian, maka tidak ada komitmen bagi seorang muslim untuk menaati isi perjanjian.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

1.  Kaum Muslimin harus berpegang teguh dan komitmen terhadap semua perjanjian  yang
mereka lakukan dengan siapapun. Karena menaati perjanjian  merupakan syarat Iman
kepada Allah  Swt.
2.  Pada musim haji, tidak hanya orang yang berhaji dijamin keamanannya, tapi di kawasan
Mekah binatangpun dijamin keamanannya. Islam mengharamkan berburu atau membunuh
binatang di sekitar Mekah.

2) Syarat-syarat transaksi dirancang dan dilaksanakan secara bebas tetapi penuh


tanggung jawab dan tidak menyimpang dari syariat Islam atau adab sopan santun.

3) Transaksi dilakukan secara sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun. (QS An-
nisa 4:29)

4) Harus dilandasi niat yang baik dan ikhlas karena Allah swt. Sehingga terhindar dari
bentuk penipuan,kecurangan, dan penyelewengan.

5) Urf atau adat kebiasaan yang tidak menyimpang dari syariah(hukum) Islam boleh
digunakan untuk menentukan batasan atau kriteria dalam transaksi.

6) Asas manfaat atau keuntungan ialah setiap transaksi dirasakan sangan besar
manfaat dan keuntungannya bagi kehidupan masyarakat.

b. Contoh-contoh transaksi ekonomi dalam Islam

1) Jual beli

a) Pengertian jual beli

Jual beli dalam bahasa Arab terdiri atas dua kata yang mengandung makna berlawanan
yaitu albai yang artinya jual dan asy syira’a yang artinya beli. Menurut istilah hukum syara ,
jual beli adalah penukaran harta atas dasar saling rela atau tukar-menukar suatu benda yang
dilakukan antara dua pihak dengan kesepakatan tertentu atas dasar suka sama suka.

Jual beli hukumnya mubah berarti hal tersebut diperbolehkan sepanjang suka sama suka.
Allah berfirman :
Artinya : ‘’Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka di antara kamu’’ (Q.S. An-Nisa : 29)

2) Syarat jual beli

Dalam pelaksanaan jual beli, minimal ada tiga rukun yang perlu dipenuhi:

(1) Penjual atau pembeli harus dalam keadaan sehat akalnya.

(2) Syarat ijab dan qabul

Ijab adalah perkataan untuk menual atau transaksi menyerahkan, misalnya saya menjual

mobil dengan harga 200 juta rupiah. Qabul adalah ucapan si pembeli dengan jawaban dari
perkataan si penjual, misalnya saya membeli mobil ini dengan harga 200 juta rupiah.

(3) Benda yang diperjualbelikan

Barang yang diperjualbelikan harus memenuhi yarat sebagai berikut.

 Suci atau bersih dan halal barangnya

 Barang yang diperjual belikan harus diteliti lebih dulu

 Barang yang diperjualbelikan tidak berada dalam proses penawaran dengan orang
lain

 Barang yang diperjualbelikan bukan hasil monopoli yang merugikan

 Barang yang diperjualbelikan tidak boleh ditaksir

 Barang yang diperjualbelikan milik sendiri

 Barang itu dapat diserahterimakan

c) Perilaku yang harus dimiliki penjual :

1) berlaku benar (lurus)

2) menempati janji

3) jujur

4) khiyar
Khiyar artiya boleh memilih satu diantara dua yaitu meneruskan jual beli atau tidak.

Ada tiga macam khiyar, yaitu :

1) khiyar majelis adalah si pembeli dan penjual boleh memilih antara meneruskan jual beli
atau tidak selama keduanya masih di tempat jual beli.

2) khiyar syarat adalah suatu pilihan antara meneruskan maupun mengurungkan jual beli
setelah mempertimbangkan dalam satu atau dua hari.

3) khiyar aib adalah si pembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya apabila barang
tersebut terdapat cacat.

2) musyarakah

A) pengertian musyarakah:

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu
dimana masing-masing pihak memberi konstribusi dana atau amal dengan kesepakatan
bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersaama sesuai kesepakatan

B) Dasar hukum

Landasan hukum dari musyawarah ini antara lain : artinya : “MAKA MEREKA
BERSERIKAT PADA SEPERTIGA “ (Q.S. AN-NISA 12)

C) syarat musyawarah

1) benda (harta dinilai dengan uang)

2) harta-harta itu sesuai dalam jenis dan ancaman.

3) harta-harta dicampur

4) satu sama lain membolehkan untuk membelanjakan harta itu

5) untung rugi diterima dengan ukuran harta masing-masing

D) jenis-jenis musyawrah:

1) musyawarah pemilikan tercipta karena warisan,wasiat atau kondisi lainnya.

2) musyawarah akan tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju
bahwa tiap orang dari mereka memberi modal musyawarah.musyawarah ini terbagi menjadi
4,yaitu :

A) syirkah inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih .

B) syirkah mufawadah adalah kontrak kerja sama anatara dua orang atau lebih
C) syirkah a’mal adalah kontrak kerja sama dua orang seprofesi untuk menerima secara
bersamaan dan berbagi keuntungan dari pekerjaan tersebut.

D) syirkah wujud adalah kontrak anatar dua orang atau lebih yang memiliki reputasi dan
prestasi baik dalam bisnis.

3) Mudarabah (bagi hasil)

a) Pengertian mudarabah

Mudarabah berasal dari kata ‫ الضرب‬  ( ad-darbu) berarti bepergian atau berjalan untuk urusan
berdagang. Mudarabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama
(sahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Muzammil ayat 20 :

)٢٠(.… ِ ‫ض يَ ْبتَ ُغونَ ِم ْن فَضْ ِل هَّللا‬


ِ ْ‫َوآ َخرُونَ يَضْ ِربُونَ فِي األر‬

Artinya : Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah;

dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah.

Kalangan Fuqaha menjelaskan bahwa  mudarabah adalah akad antara dua pihak yang saling
menanggung. Salah satu pihak ( pemilik modal ) memberikan hartanya kepada pihak lain
(pelaku usaha) untuk diperdagangkan dengan bagian yang telah ditentukan dari keuntungan,
seperti setengah atau sepertiga dengan syarat syarat yang telah disepakati.

b) Dasar Hukum

Landasan syariah mudarabah

۟ ‫وا ِمن فَضْ ِل ٱهَّلل ِ َو ْٱذ ُكر‬


َ‫ُوا ٱهَّلل َ َكثِيرًا لَّ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬ ۟ ‫ُوا فِى ٱأْل َرْ ض َوٱ ْبتَ ُغ‬
۟ ‫صلَ ٰوةُ فَٱنتَ ِشر‬
َّ ‫ت ٱل‬ ِ ُ‫فَإ ِ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬
ِ
Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Q.S. Al-
Jumu’ah:10)

)١١( ‫ضا ِعفَهُ لَهُ َولَهُ أَجْ ٌر َك ِري ٌم‬


َ ُ‫َم ْن َذا الَّ ِذي يُ ْق ِرضُ هَّللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا فَي‬

Artinya : siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah
akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala
yang banyak. (Q.S. Al-Hadid: 11)

Rasulullah juga menjelaskan dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah :

} ‫شالث فيهن البركة البيع الى اجل والمقارضة واخالط البر بالشعيرللبيت الللبيع {رواه ابن ماجه‬

Artinya : ada tiga perkara yang diberkati; jual beli yang ditangguhkan, memberi modal dan
mencampur gandum dengan jelai untuk keluarga bukan untuk dijual (HR Ibn Majah )

c) Rukun Mudarabah

Menurut Imam Syafi’i, rukun mudarabah ada 6 yaitu :

1. Pemilik modal yang menyerahkan barangnya untuk modal usaha

2. Pengelola barang yang diterima dari pemilik barang

3. Akad mudarabah antara pemilik dan pengelola barang

4. Harta pokok atau modal

5. Pekerjaan pengelolaan harta sehingga menghasilkan keuntungan

6. Keuntungan

d) Syarat Mudarabah

Ada beberapa syarat mudarabah yaitu :

1. Barang modal yang diserahkan pemilik modal berbentuk uang tunai, selain uang tunai
tidak diperbolehkan.

2. Yang melakukan akad mudarabah mampu menyerahkan / mengembalikan


3. Prosentase pembagian hasil keuntungan antara pemilik modal dan pengelola jelas

4. Pemilik modal melafalkan ijab, misal aku serahkan modal ini padamu untuk usaha,
bila mendapat untuk, laba dibagi dua dengan prosentase yang disepakati.

5. Pengelola bersedia mengelola modal dari pemilik modal]

6. Mudarabah berlaku sesama muslim, boleh dengan non muslim dengan syarat modal
dari orang non muslim dan yang mengelola orang muslim

7. Pengelola tidak boleh melakukan mudarabah dengan pihak lain kecuali diizinkan
pemilik modal

8. Keuntungan tidak dibagi selama akad masih berlangsung, kecuali bila kedua pihak
sepakat melakukan pembagian keuntungan

e) Jenis-jenis mudarabah

secara umum mudarabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

(1) Mudarabah mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik modal (sahibulmal) dan
pengelola (mudarib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu, dan daerah bisnis.

(2) Mudarabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudarabah muhaqah, si mudarib dibatasi
dengan jenis usaha, waktu, dan tempat usaha.

4) Musaqoh, Muzaroah, dan Mukhobaroh

a) Musaqoh

Musaqoh adalah bentuk kerja sama di mana orang yang mempunyai kebun memberikan
kebunnya kepada orang lain (petani) agar pelihara dan penghasilan yang didapat dari kebun
tersebut dibagi menurut perjanjian sewaktu akad.

b) muzaroah

muzaroah adalah kerja sama dalam pertanian berupa paroan sawah atau ladang seperdua
atau sepertiga atau lebih atau kurang, sedangkan benih (bibit tanaman) dari pekerja (petani)
zakat hasil paroan ini diwajibkan atas orang yang punya benih.

c) mukhobaroh

mukhobaroh adalah kerja sama dalam pertanian berupa paroan sawah (ladang) seperdua
atau sepertiga atau lebih atau kurang, sedangkan benihnya dari pemilik sawah (ladang).
Adapun pada mukhobaroh, zakat, diwajibkan atas yang punya tanah karena pada hakikatnya
dialah yang bertanam.

5) menghindari riba

Kata riba (ar-riba) menurut bahasa berarti tambahan (azziyadah) atau berlebihan. Ria menurut
istilah ialah suatu akad perjanjian yang terjadi dalam tukar-menukar sesuatu barang yang
tidak diketahui sama sekali menurut syariah. Riba hukumnya haram dan Allah swt. Melarang
untuk menggunakan atau memakan hasil riba.

Riba dibagi empat yaitu:

a) riba fadl, yaitu tukar-menukar dua buah barang yang sama jenis namun tidak sama
ukurannya oleh orang yang menukarnya.

b) riba nasiah, yaitu tukar-menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis atau jual
beli yang pembayaran disyaratkan lebih oleh penjual dengan waktu yang dilambatkan.

c) riba qardh, yaitu meminjam sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau tambahan dari
orang yang meminjami.

d) riba yad, yaitu berpisah dari tempat akad jual beli sebelum serah terima.

2. Studi Kasus Penerapan Transaksi

Transaksi ekonomi dalam islam tentunya sangat banyak sekali. Berikut adalah 5
contoh transaksi ekonomi dalam islam yang diterapkan dan dikembangkan dalam kehidupan
kita keseharian di zaman modern saat ini.

a). Berhutang dengan akad dan tanpa riba

Melakukan hutang atau pinjaman pada orang atau lembaga tentu adalah hal yang
diperbolehkan oleh islam. Hutang adalah meminjam harta orang lain untuk dipergunakan
oleh kita dan dibayarkan kembali pada peminjam pada jangka waktu tertentu.

Sebagian ulama memang membatasi dan mewaspadai manusia yang berhutang.


Untuk itu, islam mengaturnya dengan adil yaitu peminjaman uang harus ada perjanjian dan
tanpa riba. Riba adalah tambahan ketika melakukan peminjaman. Tambahan ini diberikan
kepada orang seiring berjalannya waktu. Dalam hari ini disebut dengan bunga.

Tentu saja riba adalah hal yang diharamkan oleh islam. Riba juga mencekik orang
miskin, terutama mereka yang meminjamnya untuk kebutuhan primer kesehariannya.
Untuk itu, berhutang dalam islam adalah salah satu contoh transaksi ekonomi yang
diperbolehkan asalkan tanpa riba dan dengan perjanjian atau akad yang jelas.
b). Akad jual beli bisnis online

Dalam perkembangan zaman seperti saat ini proses jual beli tidak hanya dilakukan
secara langsung, melainkan bisa juga dengan proses online. Proses online ini tentu saja
membutuhkan teknologi yang mendukung agar proses jual beli dapat dilakukan secara
transparent dan sesuai kenyataan.

Pada proses jual beli online proses akad juga harus dilakukan. Misalnya dengan
pembuatan form pernyataan dari penjual dan pembeli, tidak menutupi keadaan barang atau
produk yang dijual, membayar sesuai perjanjian, mengirim barang dan mengirim uang
sesuai jumlah yang telah disepakati. Tanpa proses seperti ini tentu saja akan merugi dan
membuat manusia akan mendapatkan dampak mudharatnya.

Seiring perkembangan zaman tidak hanya jual beli barang saja yang dilakukan online,
akan tetapi penipuan, judi, taruhan, dan sebagainya juga bisa dilakukan online, dan islam
tetap melarang hal tersebut.

c). Simpan pinjam di Bank Syariah

Ada banyak sekali bank-bank konvensional yang ada di negeri ini. Untuk itu, islam
sendiri memiliki prinsip bahwa transaksi ekonomi harus dijalankan sesuai dengan syariah.
Transaksi ekonomi sesuai syariah ini dikembangkan dengan adanya bank modern berbentuk
syariah.

D. Jual Beli Produk Halal

Contoh transaksi dalam islam lainnya adalah dengan jual beli produk halal. Jual beli
adalah bagian transaksi dalam Islam. Jual beli tentu saja di perbolehkan oleh islam dan yang
allah larang adalah melakukan penipuan, judi atau mengundi nasib dengan proses yang
tidak jelas. Jual beli produk yang halal berarti harus mensyaratkan bahwa:

1. Tidak adanya unsur haram atau komposisi produk yang di haramkan Islam (misalnya
makanan mengandung babi, minuman beralkohol, atau produk haram lainnya)

2. Tidak ada barang atau produk yang di jual hasil dari proses yang tidak haram
(misalnya penipuan, pencurian, atau ketidak jelasan pemilik)

3. Proses jual beli dilakukan suka sama suka dan tidak ada keterpaksaan. Jual beli
produk halal adalah hal yang harus dilakukan umat islam sebelum melaksanakan
perniagaan. Kehalalan adalah awal dan sumber keberkahan harta manusia.

E. Pembuatan Biling atau Invoice

Pembuatan biling atau invoice adalah pembuatan bukti transaksi. Hal ini perlu di
lakukan untuk memperjelas prses jual beli dan sebagai bukti transaksi ekonomi. Dalam
zaman modern ini transaksi yang tanpa biling atau invice dapat di tuntut dan diatur oleh
pemilik bisnis. Jika tanpa bukti transaksi maka penipuan, kecurangan, atau pun lainnya
dapat terjadi dan merugikan satu pihak.

Tentu saja hal ini dengan syarat yaitu pembuatan biling atau invoice juga di dukung
oleh sistem dan proses yang baik. Tidak ada penipiuan misalnya membuat bukti transfer
palsu, membuat invoice palsu, dan sebagainya. Sebagai umat islam tentu kejujuran hal
utama. Untuk itu tidak perlu dilakukan kebohongan karena dampak dari hal tersebut kita
yang akan menanggung. Kehilanga pelanggan, ketidak percayaan, dan juga tuntutan dari
orang lain bisa saja akan terjadi.

3. Hikmah Menjalankan Ekonomi Berdasarkan Syariat Islam

Ada beberapa hikah yang bisa di petik dengan adanya transaksi ekonomi yang di
jalankan sesuai syariat Islam. Tentu saja syariat Islam yang ditentukan Allah bukan
mempersulit manusia, justru memberikan kesjahteraan dan keadilan pada umat. Hal
tersebut diantaranya:

a. Menjamin kedilan ekonomi di masing-masing pelaku transaksi.

b. Menerapkan kejujuran dan keter bukaan, sehingga menimnya penipuan.

c. Keuntungan yang tejadi di kedua belah pihak.

d. Tercipta persaudaraan dan ukhuwah Islam, jika prinsip ekonomi saling


mnguntungkan dan membantu.

e. Tergeraknya ekonomi umat secara produktif bukan hanya bagi umat islam melaikan
keseluruhan yang terlibat di dalamnya

Anda mungkin juga menyukai