Anda di halaman 1dari 27

1

MAKALAH
DISTRIBUSI DALAM ISLAM SESUAI DENGAN
KANDUNGAN QS. AL-ISRA : 29 30
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ayat dan Hadits
Ekonomi
yang diampu oleh Dr. H. Ahmad Hasan Ridwan, M.Ag.

disusun oleh kelompok 3:


Imam Abdul Hakim

(1143070095)

Jananto Eka Chandra

(1143070105)

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH 3 - C


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
Islam telah mengatur segala kehidupan manusia dengan
berbagai pedoman yang lengkap. Segala hal tersebut telah
tercantum dalam al-quran dan juga as-sunnah. Berbagai ayat
Allah turunkan melalui Rasulullah dengan berbagai makna. Baik
itu hal-hal yang telah jelas penafsirannya dan hal-hal yang perlu
ditafsirkan kembali.
Allah telah mengatur segala bidang kehidupan dalam kitab
al-quran, termasuk dalam bidang ekonomi. Ekonomi merupakan
salah satu instrumen penting dalam kehidupan. Tanpa aturan
ekonomi manusia sulit untuk mendapatkan kesejahteraan. Islam
akan meraih kemenangan jika para umatnya telah menguasai
perekonomian. Islam menghendaki pengakuan atas harta pribadi
dan kelompok dengan batasan dan aturan yang syari. Batasan
tersebut sebagai bentuk keadilan untuk pemerataan harta.
Pemerataan harta diatur dengan distribusi Islami dalam
bentuk Zakat, infaq, sedekah, dan lain sebagainya. Hal itulah
yang akan dibahas dalam makalah ini mengenai DISTRIBUSI
DALAM ISLAM SESUAI DENGAN KANDUNGAN QS. AL-ISRA : 29
30.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Distribusi
1. Pengertian Distribusi dalam Islam
Distribusi menurut Thahir Abdul Muksin Sulaiman, ialah
pembagian hasil penduduk kepada individu-individu, atau
pembagian pemasukan penduduk untuk setiap orang dari
faktor-faktor produksi.

Menurut Jaribah, makna distrtibusi dalam ekonomi Islam


tentu lebih luas lagi yaitu mencakup pengaturan kepemilikan
unsur-unsur produksi dan sumber-sumber kekayaan. Dimana
Islam memperbolehkan kepemilikan umum dan kepemilikan
khusus dan meletakkan bagi masing-masing bagi keduanya
kaidah-kaidah

untuk

mendapatkannya

dan

mempergunakannya, dan kaidah-kaidah untuk warisan, dan


wasiat.
Secara umum Islam mengarahkan mekanisme berbasis
moral dalam pemeliharaan keadilan sosial dalam bidang
ekonomi, sebagai dasar pengambilan keputusan dalam bidang
distribusi, sebagaimana telah diketahui bahwasanya Nabi
Muhamad

SAW

terlahir

dari

keluarga

pedagang

dan

beristrikan seorang pedangan (siti khatijah) dan beliau


berdagang sampai negeri syiria, saat beliau belum menikah
dengan khatijah beliau merupakan salah satu bawahan siti
khatijah yang paling dikagumi oleh siti khatijah pada masa itu
karena teknik pemasaran beliau. Pada saat itu Nabi Muhamad
SAW telah mengajarkan dasar-dasar nilai pendistribusian yang
benar yaitu dengan kejujuran dan ketekunan.
Adapun landasan-landasan dalam hal distribusi dalam
Islam antara lain sebagai berikut:
a. Tauhid
Yaitu konsep ketuhanan yang maha esa, yang tidak ada
yang wajib di sembah kecuali Allah dan tidak ada pula yang
menyekutukannya,

konsep

ini

menjadi

dasar

segala

sesuatu karena dari konsep inilah manusia menjalankan


fungsinya sebagai hamba yang melakukan apa yang
diperintahkannya

dan

menjauhi

larangannya.

Hal

ini

ditegaskan dalam firman Allah SWT QS Al-Zumar ayat 38


yang artinya:
dan sesungguhnya jika kamu bertanya kepada mereka:
siapakah yang menciptakan langit dan bumi? niscaya
mereka

akan

menjawab,

Allah.

Katakanlah

:maka

terangkan padaku tentang apa yang kamu seru selain


Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemadharatan
kepadaku, apakah berhala-berhala itu akan menghilangkan
kemadharatan itu, atau jika Allah akan memberikan
rahmat

kepadaku,

apakah

mereka

dapat

menahan

rahmatnya?, katakanlah: cukuplah Allah bagiku. (QS AlZumar: 38)


b. Adil
Menurut bahasa adalah wadhu syaiin ala mahaliha
yaitu meletakan sesuatu pada tempatnya, konsep keadilan
haruslah

diterapkan

menghindari

dalam

kecurangan

mekanisme

yang

dapat

pasar

untuk

mengakibatkan

kedzaliman bagi satu pihak. Fiman Allah dalam surat alMuthafifin ayat 1-3 yang artinya:kecelakaan besarlah bagi
orang-orang curang, yang apabila menerima takaran dari
orang lain mereka meminta dipenuhi, apabila mereka
menakar untuk orang lain mereka kurangi
c. Kejujuran dalam bertransaksi
Syariat Islam sangat konsen terhadap anjuran dalam
berpegang teguh terhadap nilai-nilai kejujuran dalam
bertransaksi. Firman Allah dalam surah al-Ahzab ayat 70
dan 71 Maksudnya: "Wahai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang
tepat benar (dalam segala perkara). Supaya Ia memberi

taufik

dengan

menjayakan

amal-amal

kamu,

dan

mengampunkan dosa-dosa kamu".


2. Tujuan Distribusi Dalam Islam
Ekonomi Islam datang dengan sistem distribusi yang
merealisasikan beragam tujuan yang mencakup berbagai
bidang

kehidupan,

dan

mengikuti

politik

terbaik

dalam

merealisasikan tujuan tujuan tersebut. Secara umum dapat


dikatakan bahwa sistem distribusi ekonomi dalam ekonomi
Islam mempunyai andil bersama sistem dan politik syariah
lainnya dalam merealisasikan beberapa tujuan umum syariat
Islam.

Dimana

tujuan

distribusi

dalam

ekonomi

Islam

dikelompokkan kepada tujuan dakwah, pendidikan, sosial dan


ekonomi.
Berikut ini hal yang terpenting kedalam tujuan tersebut
adalah:
a. Tujuan Dakwah
Yang dimaksud dakwah disini adalah dakwah kepada Islam
dan menyatukan hati kepadanya. Diantaranya contoh yang
paling jelas adalah bagian muallaf di dalam zakat, di mana
muallaf

itu

adakalanya

orang

kafir

yang

diharapkan

keislamannya atau dicegah keburukannya, atau orang Islam


yang diharapkan kuat keislamannya. Sebagaimana sistem
distribusi dalam ghanimah dan fai juga memiliki tujuan
dakwah yang jelas. Pada sisi lain, bahwa pemberian zakat
kepada muallaf juga memiliki dampak dakwah terhadap orang
yang menunaikan zakat itu sendiri.
b. Tujuan Pendidikan

Secara umum, bahwa distribusi dalam perspektif ekonomi


islam dapat mewujudkan beberapa tujuan pendidikan, dimana
yang terpenting adalah sebagai berikut :
1) Pendidikan

terhadap

akhlak

terpuji,

seperti

memberi, berderma dan mengutamakan orang lain.


2) Mensucikan dari akhlak tercela, seperti kikir

suka
dan

mementingkan diri sendiri.


c. Tujuan Sosial
Tujuan sosial terpenting dalam distribusi adalah sebagai
berikut:
1) Memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan, dan
menghidupkan prinsip solidaritas di dalam masyarakat
muslim.
2) Menguatkan

ikatan

cinta

dan

kasih

sayang

individu dan kelompok di dalam masyarakat.


3) Mengikis sebab-sebab kebencian dalam

diantara

masyarakat,

dimana akan berdampak pada terealisasinya keamanan


dan ketentraman masyarakat, sebagai contoh bahwa
distribusi yang tidak adil dalam pemasukan dan kekayaan
akan berdampak adanya kelompok dan daerah miskin, dan
bertambahnya tingkat kriminalitas yang berdampak pada
ketidak tentraman.
d. Tujuan Ekonomi
Distribusi dalam ekonomi Islam mempunyai tujuan-tujuan
ekonomi yang penting, dimana yang terpenting diantaranya
adalah seperti berikut ini :
1) Pengembangan harta dan pembersihannya, karena pemilik
harta ketika menginfakkan sebagian hartanya kepada
orang lain,

baik

infak

wajib maupun sunnah, maka

demikian itu akan mendorongnya untuk menginvestasikan


hartanya sehingga tidak akan habis karena zakat.

2) Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur


dengan

terpenuhi

kebutuhannya

tentang

harta

atau

persiapan yang lazim untuk melaksanakannya dengan


melakukan kegiatan ekonomi. Pada sisi lain, bahwa sistem
distribusi dalam ekonomi islam dapat menghilangkan
faktor faktor yang menghambat seseorang dari andil
dalam kegiatan ekonomi seperti utang yang membebani
pundak orang orang yang berhutang atau hamba sahaya
yang terikat untuk merdeka. Karena itu Allah menjadikan
dalam zakat bagian bagi orang-orang yang berhutang dan
bagian bagi hamba sahaya.
3) Andil dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi, di
mana tingkat kesejahteraan ekonomi berkaitan dengan
tingkat konsumsi. Sedangkan tingkat konsumsi tidak hanya
berkaitan dengan bentuk pemasukan saja, namun juga
berkaitan
individu

dengan

cara

pendistribusiannya

masyarakat. Karena

itu kajian

di

antara

tentang

cara

distribusi yang dapat merealisasikan tingkat kesejahteraan


ekonomi terbaik bagi umat adalah suatu keharusan dan
keniscayaan.
4) Penggunaan terbaik terhadap sumber ekonomi. Misalnya
ketika sebahagian harta orang yang kaya diberikan untuk
kemashlahatan orang-orang miskin, maka kemanfaatan
total bagi pemasukan umat menjadi bertambah.

B. Arti per kata QS Al-Israa Ayat 29-30


) (29





















) ( (30 (29-30 :

Dan janganlah
Kamu jadikan
Tanganmu
Terbelenggu
Pada

Tercela

Menyesal

Sesungguhnya

Mengulurkan/melapangkan

Kepada siapa

Dia kehendaki

Menyempitkannya

Tuhanmu

Maha


Mengetahui

Maha Melihat

Lehermu

Kamu



menjadi

C. Arti global QS Al-Israa Ayat 29-30


D.





.E










( 29)























(29-30 : ( ( 30)

F. Terjemahan
29. Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu
pada

lehermu

dan

janganlah

kamu

terlalu

mengulurkannya. Karena itu kamu menjadi tercela dan


menyesal.
G. 30. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada
siapa

yang

dia

kehendaki

dan

menyempitkannya;

Sesungguhnya dia Maha mengetahui lagi Maha melihat


akan hamba-hamba-Nya.
H. Penjelasan
I. Ayat 29 surah al-Isra di atas menjelaskan tentang
bagaimana cara yang tepat dalam menggunakan atau
mengelola harta yang dimiliki. Ayat tersebut diawali
dengan larangan memebelenggukan tangan ke leher.
Maksud ungkapan Membelenggukan tangan ke leher
adalah pelit atau kikir. Jadi jelas ayat tersebut diawali
dengan larangan untuk berbuat pelit atau kikir.
J. Perlu disadari bahwa harta yang kita miliki adalah
nikmat dari Allah. Sebagai nikmat, harta tersebut harus
kita syukuri dengan cara menafkahkan sebahagiaannya
untuk kepentingan agama dan sosial, seperti memberikan
sumbangan

pembangunan

masjid,

sarana

pendidikan,

santunan fakir miskin dan sebagainya. Selain itu harta juga


merupakan

amanat,

oleh

karena

itu

kita

harus

mengurusinya dengan benar, antara lain dengan tidak


berlaku boros.
K. Di dalam ayat 29 surah al-Isra, Allah juga melarang
membentangkan tangan dengan selebar-lebarnya. Maksud
ungkapan

Membentangkan

tangan

selebar-lebarnya

adalah boros. Jadi pada ayat tersebut Allah, melarang kita


untuk berbuat kikir sekaligus melarang untuk berbuat
boros. Sebab kedua sifat tersebut merupakan sifat tercela
yang bisa mendatangkan keburukan.
L.

a. Akibat orang yang boros


M. Akibat orang yang boros, ia akan duduk menjadi tercela
dan diliputi penyesalan. Orang yang boros akan terduduk
dan tidak berguna lagi dan tidak bisa melakukan apa-apa
sebab hartanya telah habis. Sehingga dia menjadi tercela
dan tidak dihargai oleh orang lain dan akhirnya ia pun
menyesal karena telah terlanjur menghambur-hamburkan
hartanya. Ia baru menyadari jikalau keperluannya masih
banyak sedang dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Pada saat itulah dia akan merasakan penyesalan yang luar
biasa.
b. Akibat orang yang kikir
N. Di dalam surah Ali-Imran

ayat

180,

Allah

SWT

menerangkan akibat yang akan ditanggung oleh orang


yang kikir, yaitu harta yang ia bakhilkan akan dikalungkan
kelak

di

akhirat,

Allah

berfirman:

Artinya: Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil


dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan
kelak di lehernya di hari kiamat. dan kepunyaan Allah-lah
segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali-Imran: 180)
O. Allah menegaskan bahwa kekayaan yang sengaja
ditimbun

oleh

orang-orang

kikir

serta

tidak

mereka

keluarkan zakat dan sedekahnya, maka kekayaannya itu


akan dikalungkan ke leher-leher mereka di hari akhirat.
Mereka akan memanggul kekayaan itu sehingga mereka
akan tertatih-tatih dan tidak mampu bergerak dengan
cepat untuk menghadap Allah di padang mahsyar, padahal

setiap orang pada waktu itu ingin segera menghadap-Nya


untuk memperoleh karunia-Nya yang berupa syurga.
P. Di dalam sebuah riwayat bahkan digambarkan bahwa
kekayaan itu akan berubah menjadi ular yang selalu
memagut

mereka

sepanjang

mahsyar.

Dengan

tertatih-tatih

perjalanan
berarti

ke

padang

mereka

juga

dipermalukan sebagai orang yang tidak mau membayar


zakat dan tidak mau sedekah sewaktu hidup di dunia.
Bahkan kekayaannya di neraka akan mencekik mereka
sehingga menambah siksaan bagi mereka.
Q. Perlu kita ketahui pula, bahwa di dalam ayat 29 surah
al-Isra Allah melarang kikir dan boros, berarti ayat ini
menghendaki sikap tengah-tengah. Sikap tersebut adalah
sikap dermawan. Jadi sikap dermawan adalah sikap di
antara kikir dan boros.
R. Allah SWT melapangkan dan menyempitkan rezeki
sesuai dengan kebijaksanaan-Nya. Semuanya berfungsi
sebagai ujian. Sanggupkah yang kaya untuk tidak berbuat
kikir dan tidak berbuat boros menggunakan kekayaan yang
dimilikinya?

Sanggupkah

yang

disempitkan

rezekinya

(orang miskin) bersabar, kemudian mau berusaha keras


dan tidak berputus asa? Apa yang diberikan oleh Allah
SWT, itulah yang terbaik bagi mahluk-Nya. Karena Dialah
yang Maha Mengetahui lagi Maha Teliti terhadap kondisi
segala

mahluk-Nya.

Namun perlu pula diingat bahwa ada kemiskinan diberikan


Allah SWT sebagai hukuman kepada manusia. Hal itu
antara lain dikarenakan mereka tidak mau mengingat Allah
dalam hidup mereka. Firman Allah SWT dalam surah Taha
ayat 124 menggambarkan hal itu:
S. Artinya: Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu,

Maka

Sesungguhnya

baginya

penghidupan

yang

sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari


kiamat dalam keadaan buta. (QS. Taha: 124)
T.
U. Tafsir Surat al-Isra Ayat 29-30

V.






( 29)























(30)

W. Tafsir Jalalayn
X.
(Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu
pada lehermu) artinya janganlah kamu menahannya dari
berinfak secara keras-keras; artinya pelit sekali (dan janganlah
kamu
(secara

mengulurkannya)
keterlaluan,

dalam

karena

membelanjakan

itu

kamu

hartamu

menjadi

tercela)

pengertian tercela ini dialamatkan kepada orang yang pelit


(dan menyesal) hartamu habis ludes dan kamu tidak memiliki
apa-apa lagi karenanya; pengertian ini ditujukan kepada
orang yang terlalu berlebihan di dalam membelanjakan
hartanya.
Y.
(Sesungguhnya
meluaskannya

(kepada

Rabbmu
siapa

melapangkan

yang

Dia

rezeki)

kehendaki

dan

membatasinya) menyempitkannya kepada siapa yang Dia


kehendaki (sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha
Melihat

akan

hamba-hamba-Nya)

mengetahui

apa

yang

tersembunyi dan apa yang terlahirkan tentang diri mereka


karena itu Dia memberi rezeki kepada mereka sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan mereka.
Z.
AA.
Tafsir al Mishbah
AB. Janganlah kamu enggan mengulurkan tangan untuk
menginfakkan harta dalam kebaikan, seolah-olah tanganmu

terikat di leher dengan belenggu yang terbuat dari besi


sehingga tak bisa terulur. Tetapi janganlah pula kamu terlalu
mengulurkan

tanganmu

untuk

berlebih-lebihan

dalam

berinfak. Sebab dengan begitu kamu akan menjadi tercela


dan menyesal karena tidak berinfak atau kehabisan harta
karena boros dan berlebih-lebihan.
AC. Sesungguhnya Tuhanmu akan melapangkan rezeki
hamba yang dikehendaki-Nya dan menyempitkannya kepada
siapa

yang

dikehendaki-Nya

pula.

Sebab

Dia

Maha

Mengetahui watak-watak mereka, Maha Melihat kebutuhan


mereka. Dia memberikan kepada mereka yang sesuai dengan
kebijakan-Nya

bila

mereka

melaksanakan

faktor-faktor

penyebabnya.
AD.
AE.
Al-Quran dan Tafsirnya Kemenag RI1
AF.Dalam ayat 29 surat al-Isra Allah swt menjelaskan caracara

yang

baik

dalam

membelanjakan

harta.

Allah

menerangkan keadaan orang-orang yang kikir dan pemboros


dengan mengguakan ungkapan jangan menjadikan tangan
terbelenggu

pada

leher,

tetapi

juga

jangan

terlalu

mengulurkannya. Kedua ungkapan ini lazim digunakan orangorang Arab. Yang pertama berarti larangan berlaku bakhil atau
kikir, sehingga enggan memberikan harta kepada orang lain,
walaupun sedikit. Ungkapan kedua berarti melarang orang
berlaku boros dalam membelanjakan harta, sehingga melebihi
kemampuan yang dimilikinya. Kebiasaan memboros harta
akan mengakibatkan seseorang tidak mempunyai simpanan
atau tabungan yang bisa digunakan ketika dibutuhkan.
AG.
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa cara yang
baik dalam membelanjakan harta ialah dengan cara yang
1 Kemenag RI, al-Quran & Tafsirnya, 2010, Jilid: V, Jakarta, Lentera
Abadi, hlm. 468-469

hemat, layak dan wajar, tidak berlalu bakhil dan tidak terlalu
boros. Terlalu bakhil akan menjadikan seseorang tercela,
sedangkan terlalu boros akan mengakibatkan pelakunya pailit
atau bangkrut.
AH.
Adapun keterangan-keterangan yang didapat
dari hadis-hadis Nabi dapat dikemukakan sebagai berikut:
AI.
Imam Ahmad dan ahli hadis yang lain meriwayatkan
dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda:

AK.

Tidak

berhemat.
AL.

Hadis ini menjelaskan pentingnya berhemat,

sehingga

Nabi

akan

menjadi

.AJ

mengatakan

bahwa

miskin

orang

orang

yang

yang

selalu

berhemat tidak akan menjadi beban orang lain atau menjadi


miskin.
AM.

Imam al-Baihaqi meriwayatkan sebuah hadis

dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah saw bersabda:

AN.
AO.

Berlaku hemat dalam membelanjakan harta,

separuh dari penghidupan.


AP.
Kemudian pada ayat 30 Allah swt menjelaskan bahwa
Dialah

yang

melapangkan

rezeki

kepada

siapa

yang

dikehendaki-Nya, dan Dia pula yang membatasinya. Semua


berjalan menurut ketentuan yang telah ditetapkan Allah
terhadap para hamba-Nya dalam usaha mencari harta dan
cara mengembanhkannya. Hal ini berhubungan erat dengan
alat dan pengetahuan tentang pengolahan harta itu. Yang
demikian adalah ketentuan Allah yang bersifat umum dan
berlaku bagi seluruh hamba-Nya. Namun demikian, hanya
Allah yang menentukan menurut kehendak-Nya.
AQ. Di akhir ayat ini, Allah swt menegaskan bahwa Dia
Maha Mengetahi para hamba-Nya, siapa di antara mereka
yang memanfaatkan kekayaan demi kemaslahatan dan siapa

pula yang menggunakannya untuk kemudaratan. Dia juga


mengetahui siapa di antara

hamba-hamba-Nya yang dalam

kemiskinan tetap bersabar dan tawakal kepada Allah, dan


siapa yang karena kemiskinan, menjadi orang-orang yang
berputus asa, dan jauh dari rahmat Allah. Allah Maha Melihat
bagaimana mereka mengurus dan mengatur harta benda,
apakah mereka itu membelanjakan harta pemberian Allah itu
dengan boros ataukah bakhil.
AR. Oleh sebab itu, kaum muslimin hendaknya tetap
berpegang

kepada

ketentuan-ketentuan

Allah,

dengan

menaati segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.


Dalam membelanjakan harta hendaklah berlaku wajar. Hal itu
termasuk sunnah Allah.
AS.
AT.
AU.

Tafsir Ibn katsir


Allah Swt. memerintahkan (kepada hamba-hamba-

Nya) agar bersikap ekonomis dalam kehidupan, dan mencela


sifat kikir; serta dalam waktu yang sama melarang sifat
berlebihan.

AV.
AW.




{


}

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu

pada lehermu. (Al-Isra: 29)


AX. Dengan kata lain, janganlah kamu menjadi orang
kikir dan selalu menolak orang yang meminta serta tidak
pernah sekalipun memberikan sesuatu kepada seseorang.
Orang-orang Yahudi, semoga laknat Allah menimpa mereka,
mengatakan bahwa tangan Allah terbelenggu. Maksud mereka
ialah

Allah

bersifat

kikir,

padahal

kenyataannya

Allah

Mahatinggi lagi Mahasuci, Mahamulia dan Maha Pemberi.


AY.
Firman Allah Swt.:

AZ.
BA.
Isra: 29)


{


}

dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya. (Al-

BB.

Artinya

janganlah

kamu

berlebihan

dalam

membelanjakan hartamu dengan cara memberi di luar


kemampuanmu

dan

pemasukanmu.

biaya

lebih

dari

BC.
BD.

mengeluarkan

karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (Al-

Isra: 29)
BE. Ungkapan

ini

termasuk

ke

dalam

versi lifwan

nasyr, yakni gabungan dari beberapa penjelasan. Dengan


kata lain, dapat dikatakan bahwa jika kamu kikir, maka kamu
akan menjadi orang yang tercela; orang-orang akan mencela
dan mencacimu serta tidak mau bergaul denganmu. Seperti
yang dikatakan oleh Zuhair ibnu Abu Sulma dalam Mu'aliaqatnya yang terkenal itu, yaitu:






...





BF.

BG.

Barang siapa yang berharta, lalu ia kikir dengan

hartanya itu terhadap kaumnya, tentulah dia tidak digauli


oleh mereka dan dicela.
BH. Dan manakala kamu membuka tanganmu lebar-lebar
dengan memberi di luar kemampuanmu, maka kamu akan
menyesal karena tidak punya sesuatu lagi yang akan kamu
belanjakan. Perihalnya sama dengan hewan yang tidak kuat
lagi melakukan perjalanan, maka ia berhenti karena lemah
dan tidak mampu. Hewan yang berspesifikasi demikian
dinamakan hasir, yakni hewan yang kelelahan. Pengertian ini
sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:

BI.
BJ.

Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat

sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah


sekali

lagi,

niscaya

penglihatanmu

akan

kembali

kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan


penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. (Al-Mulk: 34)
BK.

Yang dimaksud dengan hasir ialah lemah, tidak dapat

melihat adanya cela.


BL.
Makna yang dimaksud oleh ayat ini ditafsirkan
dengan pengertian kikir dan berlebih-lebihan, menurut ibnu
Abbas, Al-Hasan, Qatadah, Ibnu Juraij, Ibnu Zaid, dan yang
lainnya.
BM. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis
Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah, bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. bersabda:











" .BN






-
:-




.



."




BO.

Perumpamaan orang yang kikir dan orang yang

dermawan ialah sama dengan dua orang lelaki yang


keduanya memakai jubah besi mulai dari bagian dada
sampai ke b'agian bawah lehernya. Adapun orang yang
dermawan, maka tidak sekali-kali ia mengeluarkan nafkah
melainkan jubah besinya itu terasa makin lebar atau
longgar sehingga semua jarinya tersembunyi dan tidak
kelihatan. Adapun orang yang kikir, maka tidak sekali-kali
dia bermaksud hendak membelanjakan sesuatu melainkan
setiap

lekukan

dari

jubah

besinya

menempel

pada

tempatnya; sedangkan dia berupaya untuk melonggarkannya, tetapi baju besinya tidak mau longgar.
BP.
Demikianlah
menurut
lafaz
hadis

yang

diketengahkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab zakatnya.

BQ.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Hisyam

ibnu Urwah, dari istrinya (yaitu Fatimah bintil Munzir), dari


neneknya (yaitu Asma binti Abu Bakar) yang mengatakan
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:



" .BR

":
"






BS.

"




Berinfaklah dengan cara anu dan anu dan anu, dan

janganlah kamu mengingat-ingatnya, karena Allah akan


membalasmu karena Allah akan membalas menghitunghitungnya pula. Menurut lafaz lain disebutkan: Janganlah
kamu menghitung-hitungnya, karena Allah akan membalas
memperhitungkannya terhadapmu.
BT.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui jalur
Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Abu Hurairah r.a. yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
BV.



"

:
"

Sesungguhnya

Allah

telah

.BU

berfirman

kepadaku,

"Berinfaklah kamu! Maka Aku akan menggantikannya


kepadamu.
BW. Di dalam

kitab Sahihain disebutkan

melalui

jalur

Mu'awiyah ibnu Abu Mazrad, dari Sa'id ibnu Yasar, dari Abu
Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:







" .BX





:













:

"







BY.

Tiada suatu hari pun yang padanya hamba-hamba

Allah berpagi hari melainkan terdapat dua malaikat yang


turun dari langit. Salah seorang yang mengatakan, "Ya
Allah, berikanlah ganti kepada orang yang berinfak.

Sedangkan malaiEkat yang lainnya mengatakan, "Ya Allah,


berikanlah kehancuran bagi orang yang kikir.
BZ. Imam Muslim telah meriwayatkan hadis berikut ini
dari Qutaibah, dari Ismail ibnu Ja'far, dari Al-Ala, dari ayahnya,
dari Abu Hurairah secara marfu yaitu:











"



"







CB.

Tiada

harta

benda

yang

berkurang

.CA
karena

bersedekah, dan tidak sekali-kali Allah menambahkan


kepada orang yang berinfak melainkan kemuliaannya. Dan
barang siapa yang berendah diri karena Allah, Allah pasti
mengangkatnya (meninggikannya).
CC. Di dalam hadis Abu Kasir disebutkan hadis berikut
dari Abdullah ibnu Umar secara marfu':








"

CE.

"

Waspadalah

kalian

terhadap

sifat

kikir,

.CD

karena

sesungguhnya telah binasalah orang-orang yang sebelum


kalian karena mereka menganjurkan kepada kekikiran, lalu
mereka

menjadi

memutuskan
memutuskannya.

kikir.

tali
Dan

Dan

mereka

silaturahmi,
mereka

menganjurkan
lalu

menganjurkan

mereka
kepada

perbuatan maksiat, lalu mereka bermaksiat.


CF.
Imam Baihaqi telah meriwayatkan melalui jalur
Sa'dan ibnu Nasr, dari Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari
ayahnya yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:

CG.



"










"

CH.

Tidak

sekali-kali

seseorang

mengeluarkan

suatu

sedekah, melainkan terlepaslah(karenanya) rahang tujuh


puluh setan.
CI.
Imam Ahmad

mengatakan,

telah

menceritakan

kepada kami Abu Ubaidah Al-I laddad, telah menceritakan


kepada kami Sikkin ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan
kepada kami Ibrahim Al-Hijri, dari Abul Ahwas, dari Abdullah
ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah
bersabda:

CJ.
CK.
CL.

Tidak akan jatuh miskin orang yang berhemat.


Firman Allah Swt.:

CM.
CN.


"



"




{

}


Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada

siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya. (Al-Isra:


30)
CO.

Ayat ini memerintahkan bahwa Allah Swt. adalah

Tuhan Yang Memberi rezeki dan yang Menyempitkannya. Dia


pulalah yang mengatur rezeki makhluk-Nya menurut apa yang
dikehendaki-Nya. Untuk itu Dia menjadikan kaya orang yang
Dia sukai, dan menjadikan miskin orang yang Dia kehendaki,
karena di dalamnya terkandung hikmah yang hanya Dia
sendirilah yang mengetahuinya. Karena itulah dalam ayat
selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:

CP.
CQ.


{



}

sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha

Melihat akan hamba-hamba-Nya. (Al-Isra: 30)


CR. Artinya Dia Maha Melihat iagi Maha Mengetahui siapa
yang berhak menjadi kaya dan siapa yang berhak menjadi
miskin. Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:



.CS



"





."




CT.

Sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku benar-

benar terdapat orang yang tidak layak baginya kecuali


hanya miskin. Seandainya Aku jadikan dia kaya, niscaya
kekayaannya

itu

akan

merusak

agamanya.

Dan

sesungguhnya di antara hamba-hamba-Ku benar-benar


terdapat orang yang tidak pantas baginya kecuali hanya
kaya.

Seandainya

Aku

jadikan

dia

miskin,

tentulah

kemiskinan itu akan merusak agamanya.


CU. Adakalanya kekayaan itu pada sebagian manusia
merupakan suatu istidraj baginya (yakni pembinasaan secara
berangsur-angsur), dan adakalanya kemiskinan itu merupakan
suatu hukuman dari Allah. Semoga Allah melindungi kita dari
kedua keadaan tersebut.
CV.
CW. Hadis Tentang Distribusi
CX.



CZ.

.CY














Diriwayatkan

oleh

Abu

Hurairah,

sesungguhnya

Rasulullah bersabda: janganlah kalian menghadang para


pedagang sebelum sampai pasar. Barangsiapa menghadap
pedagang sebelum sampai pasar, kemudian membeli barang
daganganya, maka pemilik barang (pedagang) ketika dia
sampai pasar, dia berhak menentukan pilihan antara dia
menjual kepadanya atau membatalkannya. (HR. Muslim)2
DA.

.DB

2 Imam Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Terjemah: Rohimi dan


Zenal Muttaqin, 2013, Bandung, JABAL, hlm. 363

DC.
Diriwayatkan dari Mamar bin Abdullah, dia berkata:
Rasulullah bersabda: Barangsiapa menimbun barang dagang
(agar ketika sudah langka barang dagangan itu dia bisa
menaikkan harganya) dan itu adalah perbuatan yang salah
(dosa). Kemudian hal ini dikatakan kepada Said bin alMusayyib: sesungguhnya kamu termasuk yang menimbun
barang dagangan. Said mengatakan: sesungguhnya Mamar
adalah orang yang menceritakan hal ini dan dia sendiri
termasuk yang menimbun. (HR. Muslim)3
DD.

.DE



:

:
):
.(
) :



(







DF.
Diriwayatkan dari Asma binti Abu Bakar, dia berkata,
Rasulullah bersabda kepadaku, Janganlah engkau menahan
uangmu. Karena Allah akan menahan anugerah-Nya darimu.
Beliau juga bersabda dalam riwayat yang lain, Janganlah
engkau menahan uangmu dengan menghitung dan
menyimpannya karena takut habis dibelanjakan di jalan Allah.
Karena Allah akan menahan anugerah-Nya darimu. (HR.
Bukhari)4
DG.
DH. Mekanisme Distribusi dalam Ekonomi Islam
DI.

Perbedaan

dalam

kehidupan

manusia

merupakan ketetapan Allah swt. Dengan perbedaan inilah


manusia mempunyai peran lebih di antara makhluk lain di
kehidupan

ini.

Perbedaan

ini

membawa

pentingnya

kerjasama antara satu orang dengan orang lain dalam


memenuhi kepentingan hidupnya. Perbedan merupakan
3 Imam Al-Mundziri, hlm. 364
4 Imam Az-Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari, Terjemah: Harun dan
Zenal Muttaqin, 2013, Bandung, JABAL, hlm. 220

bagian

yang

tidak

dapat

dipisahkan,

tetapi

dengan

perbedaan ini bukan mennjadi alasan manusia antara


satu orang dengan orang lainnya untuk melegitimasi
kedudukannya di hadapan Allah swt. sebagai makhluk
mulia atau hina.
DJ.
Secara umum, Islam mengarahkan mekanisme
berbasis moral spiritual dalam memelihara keadilan sosial
pada setiap aktivitas ekonomi. Latar belakangnya adalah
ketidakseimbangan distribusi kekayaan adalah hal yang
mendasari hampir semua koflik individu maupu sosial.
Upaya pencapain manusia akan kebahagiaan, membimbing
manusia untuk menerapkan keadilan ekonomi yang dapat
menyudahi kesengsaraan di muka bumi ini.
DK. Mekanisme distribusi kekayaan

yang

ada

dalam sistem ekonomi Islam secara garis besar dapat


dikelompokkan

menjadi

dua

kelompok

mekanisme:

pertama, mekanisme ekonomi, dan kedua, mekanisme


non-ekonomi.
1. Mekanisme Ekonomi
DL.

Mekanisme ekonomi adalah mekanisme utama

yang ditempuh Sistem Ekonomi Islam untuk mengatasi


persoalan distribusi kekayaan. Mekanisme dijalankam dengan
jalan

membuat

berbagai

ketentuan

yang

menyangkut

kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan distribusi kekayaan.


Dengan sejumlah ketentuan-ketentuan yang menyangkut
berbagai

kegiatan

ekonomi

tertentu,

diyakini

distribusi

kekayaan itu akan berlangsung normal. Dalam mewujudkan


distribusi

kekayaan,

maka

mekanisme

ekonomi

yang

ditempuh pada sistem ekonomi Islam di antara manusia yang


seadil-adilnya degan cara sebagai berikut:

a. Membuka

seluas-luasnya

bagi

berlangsungnya

sebab-

sebab hak milik dalam hal milik pribadi. Yang berkaitan


dengan hak milik pribadi menurut an- Nabhani (1990),
yakni:
1) Bekerja,
2) Warisan,
3) Kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup,
4) Harta pemberian negara yang diberikan kepada rakyat,
5) Harta-harta yang diperoleh untuk sesorang dengan
tanpa mengeluarkan harta atau tenaga apapun.
b. Memberikan
kesempatan
seluas-luasnya

bagi

berlangsungnya pengembangan hak milik melalui kegiatan


investasi.
c. Larangan

menimbun

harta

benda

walaupun

telah

dikeluarkan zakatnya. Harta yang ditimbun tidak berfungsi


ekonomi, pada gilirannya akan menghambat distribusi
karena tidak terjadi perputaran harta.
d. Membuat kebijakan agar harta beredar secara luas serta
menggalakkan berbagai kegiatan syirkah dan mendorong
pusat-pusat pertumbuhan.
e. Pemanfaatan secara optimal hasil dari barang (SDA) milik
umum yang dikelola negara, seperti hasil hutan, barang
tambang, minyak, air, dan sebagainya demi kesejahteraan
rakyat.
2. Mekanisme Non-Ekonomi
DM.

Mekanisme

non-ekonomi

adalah

sebagai

pendukung mekanisme ekonomi apabila mekanisme ekonomi


tidak dapat atau belum mampu berjalan untuk mangatasi
persoalan distribusi, baik karena sebab-sebab alamiah yang
menimbulkan kesenjangan atau pun kondisi khusus karena
bencana alam, kerusuhan dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk
pendistribusian

harta

tersebut antara lain:

dengan

mekanisme

non-

ekonomi

a. Pemberian harta negara kepada negara yang dinilai


memerlukan
b. Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki
kepada para mustahik.
c. Pemberian infak, shadaqah, wakaf, hibah, dan hadiah dari
orang yang mampu kepada yang memerlukan.
d. Pembagian harta waris kepada ahli waris.
DN.
DO.
DP.

BAB III
PENUTUP

DQ.
DR.

Simpulan

DS.

Pengertian distribusi dalam ekonomi Islam adalah:

DT.

menurut Thahir Abdul Muksin Sulaiman, distribusi

oalah pembagian hasil penduduk kepada individu-individu,


atau pembagian pemasukan penduduk untuk setiap orang
dari faktor-faktor produksi.
DU.

Sedangkan menurut Jaribah, makna distrtibusi dalam

ekonomi Islam tentu lebih luas lagi yaitu mencakup


pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumbersumber kekayaan
DV.

Distribusi

dalam

ekonomi

Islam

mengarahkan

mekanisme berbasis moral spiritual dalam memelihara keadilan


sosial pada setiap aktivitas ekonomi. Dengan
DW.

mekanisme ekonomi dan didukung oleh mekanisme

non-ekonomi, diharapkan mampu untuk merealisasikan


keadilan ekonomi dan mengurangi kesengsaraan di
DX.

muka bumi.

DY.Distribusi dalam Islam harus dilandaskan pada prinsip


ketauhid, keadilan dan kejujuran.

DZ.

Distribusi dalam Islam mencakup beberapa tujuan,

diantaranya adalah

tujuan dakwah, tujuan pendidikan, tujuan

sosial, dan tujuan ekonomi.


Hikmah yang tercantum dalam surat al-Isra ayat 29-

EA.

30 adalah bahwa orang beriman sepatutnya tidak boleh terlalu


kikir. Harta yang dimiliki hendaklah dikeluarkan zakatnya, infaq
maupun

sedekahnya.

Namun

bukan

berarti

harus

terlalu

bermurah hati sehingga semua hartanya diberikan kepada orang


lain sedangkan ia tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri.
Hal itu dapat menyebabkan orang yang mengeluarkan harta
tersebut menyesali apa yang telah dikeluarkannya. Dan Allah
mengeluarkan rizki bagi orang-orang yang telah dikehendaki-Nya
sesuai dengan yang telah diperjuangkannya. Adapun manfaat
mempelajari ayat ini adalah agar memperbanyak sedekah dan
infaq serta mengeluarkan zakat dan pajak yang telah wajib untuk
ditunaikan.

Anda mungkin juga menyukai