Anda di halaman 1dari 17

SISTEM EKONOMI

ISLAM
Dr.Nurfahmiyati,SE.,M.Si.
Definisi Sistem Ekonomi Islam
 Sistem adalah suatu organisasi berbagai unsur yang saling berhubungan satu
sama lain. Unsur-unsur tersebut saling memengaruhi dan saling bekerja sama
untuk mencapai tujuan tertentu.
 Sistem Ekonomi Islam adalah suatu system ekonomi yang didasarkan pada
ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari keseluruhan nilai tersebut berasal dari
Al-Qur’an, As-Sunnah, ijma dan qiyas.
 Nilai-nilai sistem ekonomi islam merupakan bagian integral dari keseluruhan
ajaran Islam yang komprehensif dan telah dinyatakan Allah SWT sebagai
ajaran yang sempurna (Q.S. Al-Maidah ayat 3)
Karena berdasarkan nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi Islam akan berbeda
dengan sistem ekonomi kapitalis dan system ekonomi sosialis
Prinsip Dasar
Dalam berbagai ayat, sejak awal Allah SWT tidak hanya menyuruh kita shalat
dan puasa saja tetapi juga mencari nafkah secara halal.
Proses memenuhi kebutuhan hidup ini yang kemudian menghasilkan kegiatan
ekonomi seperti jual beli, produksi, distribusi termasuk bagaiman membantu
dan menanggulangi orang yang tidak bisa masuk dalam kegiatan ekonomi, bisa
dengan zakat, wakaf, infak dan sedekah.
Menurut Qardhawi, Ekonomi Islam memiliki sifat dasar sebagai ekonomi
Rabbani dan Insani, yaitu:
1. Disebut Ekonomi Rabbani karena sarat dengan arahan dan nilai-nilai Ilahiah.
2. Disebut Ekonomi Insani, karena merupakan dasar kegiatan ekonomi dengan
tujuan kemakmuran manusia.
◦ Menurut Umer Chapra, menyebut dengan Ekonomi Tauhid. Cerminan watak “
Ketuhanan” Ekonomi Islam bukan pada aspek pelaku ekonominya - sebab
pelakunya - pasti manusia – tetapi pada aspek aturan yang harus dipedomani
oleh para pelaku ekonomi.
◦ Ini didasarkan pada keyakinan bahwa semua faktor ekonomi termasuk diri
manusia pada dasarnya adalah kepunyaan Allah, kepada-Nya (kepada aturan-
Nya) dikembalikan segala urusan (QS. 3: 109).
◦ Melalui aktivitas ekonomi, manusia dapat mengumpulkan nafkah
sebanyak mungkin, tetapi tetap dalam batas koridor aturan main,.
“Dialah yang memberi kelapangan atau membatasi rezeki
orang yang Dia kehendaki” (QS.42:12 dan QS. 13:26).
◦ Ketuhanan memegang peranan penting dalam Ekonomi Islam, karena secara
langsung akan memengaruhi cara pandang dalam membentuk kepribadian, perilaku,
gaya hidup, selera dan preferensi manusia, sikap-sikap terhadap manusia, sumber
daya dan lingkungan.
◦ Menurut Chapra (The Future of Economic), cara pandang ini akan sangat
memengaruhi sifat, kuantitas dan kualitas kebutuhan materi maupun kebutuhan
psikologis dan metode pemenuhannya. Keyakinan demikian juga akan senantiasa
meningkatkan keseimbangan antara dorongan materiil dan spiritual, meningkatkan
solidaritas keluarga dan sosial, dan mencegah berkembangnya kondisi yang tidak
memiliki standar moral.
◦ Keimanan akan memberikan saringan moral yang memberikan arti dan tujuan
pada penggunan sumber daya dan juga memotivasi mekanisme yang
diperlukan bagi operasi yang efektif.
◦ Saringan moral bertujuan menjaga kepentingan diri tetap berada dalam batas-
batas kepentingan sosial dengan mengubah preferensi individual sesuai dengan
prioritas sosial dan menghilangkan atau meminimalisasi penggunaan sumber
daya untuk tujuan yang akan menggagalkan visi sosial tersebut. Ini akan bisa
membantu meningkatkan keserasian antara kepentingan diri dan kepentingan
sosial.
Nilai-nilai keimanan inilah yang kemudian menjadi aturan yang mengikat.
Dengan mengacu kepada aturan Ilahiah, setiap perbuatan manusia mempunyai
nilai moral dan ibadah.
Setiap Tindakan manusia tidak boleh lepas dari nilai, yang secara vertickal
merefleksikan moral yang baik, dan secara horizontal memberi manfaat bagi
manusia dan makhluk lainnya.
Dalam ekonomi Islam, sumber daya insani menjadi facktor terpenting.
Manusia menjadi pusat sirkulasi manfaat ekonomi dari berbagai sumber daya
yang ada (QS.14: 32-34)
◦ Karakter ekonomi semacam ini merupakan turunan dari karakter
umat Islam sebagai umat moderat (ummatan wasthan),
sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 143,
Sebagai umat moderat kini manusia mengemban tugas sebagai
“Syuhada”, yakni acuan bagi kebenaran dan standar kebaikan bagi
umat manusia (A.Yusuf Ali : 58).
Pengertian “wasathan” dari sejumlah kitab tafsir, mempunyai lebih dari satu konotasi
makna.
1) yang pertama maknanya “tawassuth” yakni moderat.
2) Kedua bermakna “ tawazun” yakni seimbang (balance).
3) Ketiga bermakna “khairan” yakni terbaik dan alternatif.
◦ Keseluruhan tafsir itu mengindikasikan bahwa dalam Islam dan ekonomi Islam tidak ada
tempat untuk ekstremitas, kapitalis dan sosialis.
◦ Ekonomi Islam memberi penghargaan yang tinggi kepada orang kaya yang mendapatkan dan
mengelola hartanya secara benar, tetapi juga sangat peduli untuk memberdayakan kaum
miskin.
◦ Kebijakan politik ekonomi Islam tidak pernah segan untuk menindak orang kaya yang tidak
menunaikan hak-hak sosial dari hartanya dan menegur “fuqara” atau orang miskin yang malas
dan selalu minta belas kasihan kepada orang lain.
◦ Islam memerintahkan kepada manusia untuk bekerja sama dalam segala hal,
keculai dalam perbuatan dosa kepada Allah atau melakukan aniaya kepada
sesame makhluk, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al –Maaidah ayat 2,
yang artinya:
“….Bertolong-tolonglah kamu berbuat kebajikan dan takwa dan
janganlah kamu nertolong- tolongan dalam berbuat dosa dan aniaya, dan
takutlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras siksaan-Nya”
Pelaksanaan Kerjasama dapat dilakukan secara bilateral, multilateral dan
tingkat lokal hingga global, tanpa harus dihambat oleh perbedaan apapun juga.
“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. Al-Hujuraat ayat 13)
Perwujudan pola kerja sama yang dianjurkan Islam dapat dilakukan dalam
skema apapun. Demi tegaknya keadilan, Allah telah meletakkan “mizan”,
suatu timbangan akurat yang paling objektif. Siapa pun tidak boleh
melanggarnya, agar tidak terdapat seorang pun jadi korban ketidakadilan
Demikianlah sesungguhnya prinsip dasar sistem ekonomi Islam.
Suatu sistem yang bersifat Ilhaiah-Insaniah, bersifat terbuka tapi sekaligus
selektif.
Sistem Ekonomi Islam juga mengenal toleransi tetapi ekonomi Islam tidak
mengenal kompromi dalam menegakkan keadilan.
Karakteristik Ekonomi Islam
◦ Ada beberapa hal yang mendorong perlunya mempelajari karakteristik ekonomi Islam (Yafie,
2003:27):
1. Meluruskan kekeliruan pandangan yang bernilai ekonomi kapitalis (memberikan
penghargaan terhadap prinsip hak milik) dan sosialis (mmeberikan penghargaan terhadap
persamaan dan keadilan) tidak bertentangan dengan metode ekonomi Islam)
2. Membantu para ekonom muslim yang telah berkecimpung dalam teori ekonomi
konvensional dalam memahami ekonomi Islam.
3. Membantu para peminta studi fiqih muamalah dalam melakukan studi perbandingan antara
ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional.
Karakteristik Ekonomi Islam
Beberapa karakteristik ekonomi Islam, sebagai berikut:
1. Harta Kepunyaan Allah dan Manussia merupakan Khalifah atas harta.
2. Ekonomi terikat dengan Akidah, Syariah (hukum), dan Moral.
3. Keseimbanagn antara kerohanian dan Kebendaan.
4. Ekonomi Islam menciptakan keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan umum
5. Kebebasan Individu dijamin dalam Islam .
6. Negara diberi wewenang turut campur dalam Perekonomian.
7. Bimbingan Konsumsi
8. Petunjuk Investasi
9. Zakat
10. Larangan Riba

Anda mungkin juga menyukai