Anda di halaman 1dari 15

RANCANG BANGUN

EKONOMI ISLAM
MENGAPA PERLU EKONOMI ISLAM

Ilmu pengetahuan yang bersifat positivistic hanya menjawab : “What is ?” , yaitu hanya menjawab fakta-
fakta dengan apa adanya
Peran ilmu pengetahuan hanya menjelaskan hubungan antara variable dan memprediksi fenomena di masa
depan berdasarkan teori yang ada.
Pertanyaan normative yang mempertanyakan apa yang seharusnya “What should ?” atau apa yang terbaik
“what best?” diserahkan kepada setiap individu.
Ilmu ekonomi konvensional dibangun atas pemikiran sesuatu yang sekuler (berorientasi pada kehidupan
duniawi) dan sama sekali tidak memasukkan Tuhan serta tanggung jawab manusia kepada Tuhan di
akhirat. Oleh karena itu, ilmu ekonomi konvensional menjadi bebas nilai (positivistic).
Ekonomi Islam dibangun atau dituntun oleh prinsip-prinsip religious (berorientasi pada kehidupan duniawi
sekaligus kehidupan akhirat).
MENGAPA PERLU EKONOMI ISLAM

Beberapa alasan perlunya ekonomi Islam :


1.Dalam Al-qur’an dan as-Sunah terdapat banyak informasi yang mengemukan pokok-
pokok perekonomian yang bisa dijadikan postulat sehingga dengan menggunakan
postulat, informasi dan bahan yang tersedia ilmu ekonomi Islam perlu disusun.
2.Islam memiliki tata nilai yang mengatur segala tingkah laku dan aktivitas manusia agar
terhindar dari hal-hal tercela dan dosa. Islam menetapkan nilai halal, haram, makruh,
mubah, wajib, sunnah, fardlu’ain atau kifayah.
3.Ekonomi Islam dimaksudkan agar umat Islam mendapatkan kepastian kesertaannya
dalam pembangunan ekonomi menurut pendekatan dan perspektif Islam.
4.Ilmu ekonomi Islam belum berkembang dengan baik.
DEFINISI EKONOMI ISLAM

Menurut M.A. Mannan (1968) :


Ekonomi Islam merupakan syari studi ilmu sosial yang mempelajarai masalah ekonomi manusia
berdasarkan nilai-nilai Islam.
Menurut Hazanus Zaman (1984) :
Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan hukum syari’ah untuk mencegah terjadinya
ketidakadilan atas pemanfaatan dan pembuangan sumber-sumber material dengan tujuan untuk
memberikan kepuasan manusia dan melakukannya sebagai kewajiban kepada Allah dan masyarakat.
Menurut M Nejatullah Siddiqi (1992) :
Ekonomi Islam adalah pemikir muslim yang merespon terhadap tantangan ekonomi pada masanya.
Dalam hal ini, mereka dibimbing dengan Al-qur’an dan As-Sunah beserta akal dan pengalaman.

Ekonomi Islam merupakan ekonomi yang bersumber dari syari’at atau hukum-hukum Islam.
EKONOMI ISLAM DAN MASHLAHAH

Sumber hukum Islam : Al-qur’an, Hadis, Fiqh (hasil ijtihad), Fatwa, Qonun,
Tujuan Ekonomi Islam : Mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat (falah) dalam tatanan
kehidupan masyarakat yang baik dan terhormat.”
◦ Falah dapat tercapai jika kebutuhan-kebutuhan manusia telah terpenuhi sehingga tercipta mashlahah.
Mashlahah mengandung pengertian kemanfaatan duniawi dan ukhrawi
◦ Mashalah dasar dan mutlak bagi manusia :
- agama (dien),
- jiwa (nafs)
- intelektual (aql),
- keturunan (nasl),
- material (maal)
◦ Perhatian utama ekonomi syari’ah adalah bagaimana manusia mencapai kesejahteraan material sekaligus
mencapai kesejahteraan spiritual.
PRINSIP-PRINSIP UMUM EKONOMI ISLAM
(FONDASI ATAU DASAR EKONOMI ISLAM)

1. Ketauhidan (Ketuhanan)
 Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam karena titik awal / sumber segala sesuatu berasal dari Allah SWT
 Dunia dan segala isinya adalah milik Allah da berjalan menurut kehendak-Nya. Manusia sebagai khalifah hanya
mempunyai hak khilafah dan tidak absolut serta harus taat melaksanakan hukum-Nya.
 Penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT sehingga segala aktifitas manusia dalam hubungannya
dengan alam (sumber daya) dan manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah.

2. Keadilan (‘Adl)
 Allah memerintah manusia untuk berbuat adil (tidak mendzalimi dan tidak didzalimi). Implikasi ekonomi dari nilai
keadilan ini adalah :
 Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat akhlak Islam dan harus ditetapkan di semua fase kegiatan ekonomi. Tanpa
keadilan, manusia akan terbagi menjadi beberapa golongan yang bisa mendzolimi golongan lain sehingga terjadi
eksploitasi manusia. Pelaku ekonomi tidak diperbolehkan mengutamakan kepentingan pribadi jika hal tersebut
menimbulkan kerugian bagi orang lain atau merusak alam.
PRINSIP-PRINSIP UMUM EKONOMI ISLAM
(FONDASI ATAU DASAR EKONOMI ISLAM)

3. Keseimbangan
 Ekonomi Islam tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Setiap aktivitas di dunia akan berdampak pada
kehidupan di akhirat. Islam menghendaki keseimbangan antara kehidupan di dunia dan akhirat, apa yang dilakukan di
dunia hakikatnya untuk kehidupan di akhirat.
 Ekonomi Islam juga menghendaki keseimbangan kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Islam mempunyai
batasan-batasan tertentu. Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang untuk mensejahterakan dirinya tidak boleh
dilakukan dengan mengabaikan dan mengorbankan kepentingan orang lain atau masyarakat.
 Ciri ini jelas berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan sistem
ekonomi sosialis yang hanya mementingkan kepentingan umum .
PRINSIP-PRINSIP UMUM EKONOMI ISLAM
(FONDASI ATAU DASAR EKONOMI ISLAM)

4. Peran Negara (Khilafah)


 Peran negara merupakan derivasi dari konsep kekhalifahan. Negara berkewajiban melindungi kepentingan rakyat
serta mengatur dan mengontrol masalah perekonomian agar kebutuhan masyarakat terpenuhi. Peran utama negara
adalah untuk menjamin perekonomian agar berjalan sesuai dengan syari’ah dan memastikan tidak terjadi
pelanggaran hak-hak asasi manusia.
 Peran negara diperlukan dalam instrumentasi dan fungsionalisasi nilai-nilai ekonomi Islam dalam aspek legal,
perencanaan dan pengawasannya dalam pengalokasian distribusi sumber-sumber daya maupun dana, pemerataan
pendapatan dan kekayaan serta pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.

5. Ma’ad
Ma’ad secara harfiah artinya kembali karena semua manusia akan kembali kepada Allah SWT. Ma’ad diartikan juga
sebagai hasil, imbalan atau ganjaran dan setiap perilaku manusia akan mendapat ganjaran di dunia dan akhirat.
Implikasinya terhadap ekonomi Islam, motivasi pelaku ekonomi dalam memperoleh ma’ad (laba) harus mencakup
ma’ad di dunia dan ma’ad di akhirat.
PRINSIP-PRINSIP UMUM EKONOMI ISLAM
(FONDASI ATAU DASAR EKONOMI ISLAM)

6. Nilai-nilai Kenabian (Nubuwwah)


Pelaku ekonomi Islam harus meneladani nilai-nilai kenabian Muhammad SAW, yaitu :
- Siddiq
Kegiatan ekonomi harus dilakukan dengan teknik dan metode yang efektif (dengan tujuan yang tepat dan benar) dan effisien
(dengan melakukan kegiatan yang benar) misalnya tidak melakukan kemubaziran.
- Amanah
Amanah berarti tanggung jawab, memiliki kredibilitas dan kepercayaan. Sifat amanah memiliki peran yang sangat penting
dalam ekonomi. Tanpa adanya amanah (tanggung jawab, kredibilitas dan kepercayaan) kegiatan ekonomi tidak akan berjalan
dengan baik dan dapat menyebabkan kehancuran
- Fathanah
Fathanah berarti memiliki kecerdikan atau intelektual. Kegiatan ekonomi memerlukan ilmu, kecerdikan dan
mengoptimalkan potensi kemampuan dalam pelaksanaannya sehingga usahanya dapat berjalan dengan efektif, efisien dan
berkemajuan tanpa dirugikan oleh pihak lain.
- Tabligh
Setiap muslim berkewajiban mengajak dan menyampaikan (tabligh). Derifatif sifat tabligh berimplikasi pada kegiatan
ekonomi yaitu melakukan komunikasi, keterbukaan informasi dan pemasaran, penjualan, periklanan yang berguna untuk
CIRI-CIRI SISTEM EKONOMI ISLAM
(TIANG ATAU NILAI INSTRUMENTAL EKONOMI ISLAM)

1. Kepemilikan

Kepemilikan (al-milk) adalah penguasaan terhadap suatu benda/harta sehingga mempunyai hak terhadap barang/harta
tersebut. Pemilik mutlak alam semesta adalah Allah (QS .2 : 29, QS 11 : 61) manusia mengemban amanah dan hak untuk
memiliki dan menguasai sesuai syariat

Dalam ajaran Islam hak milik dikategorikan menjadi tiga:


1). Hak milik individual (milkiyah fardiyah/private ownership)
• Atas sumber daya ekonomi  Fitrah manusia yang harus dihormati dan dijaga
• prasyarat mendasar untuk mencapai falah dan menciptakan motivasi dan memberi ruang pemanfaatan optimal
• Batasan hak milik individual adalah perolehan dan penggunaan sesuai syariah dan tidak menimbulkan
mafsadat (kerugian) bagi diri maupun pihak lain.
.
CIRI-CIRI SISTEM EKONOMI ISLAM
(TIANG ATAU NILAI INSTRUMENTAL EKONOMI ISLAM)

2). Hak milik umum atau publik (milkiyah ‘ammah/public ownership)


• Hak milik umum merupakan benda peruntukan pemanfaatan untuk umum sehingga menjadi kepentingan
bersama. Hak milik umum merupakan fasilitas umum, kalau tidak ada akan sengketa, bahan tambang yang
terbatas jumlah, SDA yang sifat pembentukannya menghalangi untuk dimiliki dan Harta Wakaf.

3). Hak milik negara (milkiyah daulah/state ownership)


• Asalnya bisa milik individu atau umum kemudian dikelola pemerintah sebagai representasi kepentingan
rakyat sekaligus mengemban misi kekhalifahan Allah di muka bumi.
• Bertolak dari konsep hak milik maka Sistem Ekonomi Islam adalah perekonomian tiga sektor: pasar,
masyarakat dan negara. Masing-masing punya kewajban untuk mencapai falah
CIRI-CIRI SISTEM EKONOMI ISLAM
(TIANG ATAU NILAI INSTRUMENTAL EKONOMI ISLAM)

2. Kebebasan Berusaha (Freedom to Act)


Implementasi nilai-nilai kenabian akan memunculkan pribadi-pribadi yang professional dan prestatif. Kolaborasi
antara nilai-nilai kenabian, nilai keadilan dan nilai khilafah akan membentuk prinsip freedom to act (kebebasan
berusaha). Kebebasan berusaha dalam kegiatan ekonomi akan menciptakan suatu mekanisme pasar dengan syarat
tidak ada distrorsi (kedzaliman) dan penegakkan nilai keadilan.
Penegakan keadilan dilakukan melalui penghapusan Riba dan pelarangan yang haram, gharar (ketidakpastian), tadlis
(penipuan), maysir (perjudian), penghapusan segala sesuatu yang menimbulkan kezaliman atau ketidakadilan,
pelarangan semua yang mafsadah (menimbulkan kerusakan) baik terkait zat maupun proses
CIRI-CIRI SISTEM EKONOMI ISLAM
(TIANG ATAU NILAI INSTRUMENTAL EKONOMI ISLAM)

3. Keadilan Sosial (Social Justice)


Kolaborasi dari nilai khilafah dan ma’ad melahirkan nilai keadilan social. Dalam Islam, pemerintah bertanggung
jawab menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dan menciptakan keseimbangan social dalam masyarakat.
a. Zakat
Zakat merupakan kewajiban setiap muslim yang mengandung dampak sosial ekonomi yang baik. Zakat berperan
penting dalam distribusi pendapatan dan kekayaan karena mencegah penumpukan kekayaan pada sekolompok
orang serta menjaga keseimbangan dan harmoni muzzaki-mustahik. Zakat juga berpengaruh terhadap pola
konsumsi manusia yaitu dalam hal pilihan konsumen dalam mengalokasikan pendapatannya untuk tabungan,
konsumsi atau investasi. Zakat dapat membersihkan diri, jiwa dan harta (dari sifat kikir dan hak orang lain)
QS.At-Taubah : 103
b. Kerjasama ekonomi
Kerjasama ekonomi harus dilakukan dalam semua fase kegiatan ekonomi. Satu bentuk kerjasama dalam ekonomi
Islam adalah qirad, yaitu kerjasama antara pemilik modal atau uang dengan pemilik keahlian atau keterampilan
atau tenaga dalam melakukan suatu usaha. Beberapa bentuk qirad adalah mudharabah dan musyarakah.
CIRI-CIRI SISTEM EKONOMI ISLAM
(TIANG ATAU NILAI INSTRUMENTAL EKONOMI ISLAM)

3. Jaminan Sosial
Beberapa nilai jaminan sosial perspektif ekonomi Islam diantaranya :
 Keuntungan dan beban sebanding dengan manfaat
 Manfaat dari sumber-sumber harus dapat dinikmati oleh semua makhluk Allah
 Negara harus menyediakan dana untuk menjamin kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi
 Prioritas untuk memenuhi tujuan bermanfaat dan penting bagi masyarakat
 Kebijaksanaan yang konsisten dan tujuan pemerataan pendapatan dan kekayaan secara adil dalam rangka
stabilitas ekonomi dan pengalokasian dana
 Memperhatikan pihak-pihak yang berhak terhadap jaminan sosial.
PERILAKU ISLAMI DALAM PEREKONOMIAN
(ATAP EKONOMI ISLAM)

Akhlak

Teori yang unggul dan system ekonomi yang sesuai syariah bukan jaminan bahwa perekonomian Islam akan berkembang.
Kinerja ekonomi sangat dipengaruhi juga pada siapa pelakunya yang akan menentukan maju atau tidaknya perekonomian.
Ekonomi Islam terikat dengan akidah, syariah dan akhlak. Akhlakul karimah merupakan ciri perilaku dalam ekonomi
Islam. Tanpa adanya akhlakul karimah maka implementasi ekonomi Islam belum sempurna. Pelaku ekonomi islam harus
berperilaku dan berakhlak professional (ihsan, itqan) dalam menjalankan aktifitas ekonominya. Perilaku tersebut juga
harus didasarkan pada akidah yang benar sehingga menghasilkan kegiatan muamalah yang berakhlak/bermoral dan
bernilai ibadah serta berkemajuan.

Anda mungkin juga menyukai