EKONOMI ISLAM
MENGAPA PERLU EKONOMI ISLAM
Ilmu pengetahuan yang bersifat positivistic hanya menjawab : “What is ?” , yaitu hanya menjawab fakta-
fakta dengan apa adanya
Peran ilmu pengetahuan hanya menjelaskan hubungan antara variable dan memprediksi fenomena di masa
depan berdasarkan teori yang ada.
Pertanyaan normative yang mempertanyakan apa yang seharusnya “What should ?” atau apa yang terbaik
“what best?” diserahkan kepada setiap individu.
Ilmu ekonomi konvensional dibangun atas pemikiran sesuatu yang sekuler (berorientasi pada kehidupan
duniawi) dan sama sekali tidak memasukkan Tuhan serta tanggung jawab manusia kepada Tuhan di
akhirat. Oleh karena itu, ilmu ekonomi konvensional menjadi bebas nilai (positivistic).
Ekonomi Islam dibangun atau dituntun oleh prinsip-prinsip religious (berorientasi pada kehidupan duniawi
sekaligus kehidupan akhirat).
MENGAPA PERLU EKONOMI ISLAM
Ekonomi Islam merupakan ekonomi yang bersumber dari syari’at atau hukum-hukum Islam.
EKONOMI ISLAM DAN MASHLAHAH
Sumber hukum Islam : Al-qur’an, Hadis, Fiqh (hasil ijtihad), Fatwa, Qonun,
Tujuan Ekonomi Islam : Mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat (falah) dalam tatanan
kehidupan masyarakat yang baik dan terhormat.”
◦ Falah dapat tercapai jika kebutuhan-kebutuhan manusia telah terpenuhi sehingga tercipta mashlahah.
Mashlahah mengandung pengertian kemanfaatan duniawi dan ukhrawi
◦ Mashalah dasar dan mutlak bagi manusia :
- agama (dien),
- jiwa (nafs)
- intelektual (aql),
- keturunan (nasl),
- material (maal)
◦ Perhatian utama ekonomi syari’ah adalah bagaimana manusia mencapai kesejahteraan material sekaligus
mencapai kesejahteraan spiritual.
PRINSIP-PRINSIP UMUM EKONOMI ISLAM
(FONDASI ATAU DASAR EKONOMI ISLAM)
1. Ketauhidan (Ketuhanan)
Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam karena titik awal / sumber segala sesuatu berasal dari Allah SWT
Dunia dan segala isinya adalah milik Allah da berjalan menurut kehendak-Nya. Manusia sebagai khalifah hanya
mempunyai hak khilafah dan tidak absolut serta harus taat melaksanakan hukum-Nya.
Penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT sehingga segala aktifitas manusia dalam hubungannya
dengan alam (sumber daya) dan manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah.
2. Keadilan (‘Adl)
Allah memerintah manusia untuk berbuat adil (tidak mendzalimi dan tidak didzalimi). Implikasi ekonomi dari nilai
keadilan ini adalah :
Keadilan berarti kebebasan yang bersyarat akhlak Islam dan harus ditetapkan di semua fase kegiatan ekonomi. Tanpa
keadilan, manusia akan terbagi menjadi beberapa golongan yang bisa mendzolimi golongan lain sehingga terjadi
eksploitasi manusia. Pelaku ekonomi tidak diperbolehkan mengutamakan kepentingan pribadi jika hal tersebut
menimbulkan kerugian bagi orang lain atau merusak alam.
PRINSIP-PRINSIP UMUM EKONOMI ISLAM
(FONDASI ATAU DASAR EKONOMI ISLAM)
3. Keseimbangan
Ekonomi Islam tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Setiap aktivitas di dunia akan berdampak pada
kehidupan di akhirat. Islam menghendaki keseimbangan antara kehidupan di dunia dan akhirat, apa yang dilakukan di
dunia hakikatnya untuk kehidupan di akhirat.
Ekonomi Islam juga menghendaki keseimbangan kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Islam mempunyai
batasan-batasan tertentu. Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang untuk mensejahterakan dirinya tidak boleh
dilakukan dengan mengabaikan dan mengorbankan kepentingan orang lain atau masyarakat.
Ciri ini jelas berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan sistem
ekonomi sosialis yang hanya mementingkan kepentingan umum .
PRINSIP-PRINSIP UMUM EKONOMI ISLAM
(FONDASI ATAU DASAR EKONOMI ISLAM)
5. Ma’ad
Ma’ad secara harfiah artinya kembali karena semua manusia akan kembali kepada Allah SWT. Ma’ad diartikan juga
sebagai hasil, imbalan atau ganjaran dan setiap perilaku manusia akan mendapat ganjaran di dunia dan akhirat.
Implikasinya terhadap ekonomi Islam, motivasi pelaku ekonomi dalam memperoleh ma’ad (laba) harus mencakup
ma’ad di dunia dan ma’ad di akhirat.
PRINSIP-PRINSIP UMUM EKONOMI ISLAM
(FONDASI ATAU DASAR EKONOMI ISLAM)
1. Kepemilikan
Kepemilikan (al-milk) adalah penguasaan terhadap suatu benda/harta sehingga mempunyai hak terhadap barang/harta
tersebut. Pemilik mutlak alam semesta adalah Allah (QS .2 : 29, QS 11 : 61) manusia mengemban amanah dan hak untuk
memiliki dan menguasai sesuai syariat
3. Jaminan Sosial
Beberapa nilai jaminan sosial perspektif ekonomi Islam diantaranya :
Keuntungan dan beban sebanding dengan manfaat
Manfaat dari sumber-sumber harus dapat dinikmati oleh semua makhluk Allah
Negara harus menyediakan dana untuk menjamin kesejahteraan sosial dan pertumbuhan ekonomi
Prioritas untuk memenuhi tujuan bermanfaat dan penting bagi masyarakat
Kebijaksanaan yang konsisten dan tujuan pemerataan pendapatan dan kekayaan secara adil dalam rangka
stabilitas ekonomi dan pengalokasian dana
Memperhatikan pihak-pihak yang berhak terhadap jaminan sosial.
PERILAKU ISLAMI DALAM PEREKONOMIAN
(ATAP EKONOMI ISLAM)
Akhlak
Teori yang unggul dan system ekonomi yang sesuai syariah bukan jaminan bahwa perekonomian Islam akan berkembang.
Kinerja ekonomi sangat dipengaruhi juga pada siapa pelakunya yang akan menentukan maju atau tidaknya perekonomian.
Ekonomi Islam terikat dengan akidah, syariah dan akhlak. Akhlakul karimah merupakan ciri perilaku dalam ekonomi
Islam. Tanpa adanya akhlakul karimah maka implementasi ekonomi Islam belum sempurna. Pelaku ekonomi islam harus
berperilaku dan berakhlak professional (ihsan, itqan) dalam menjalankan aktifitas ekonominya. Perilaku tersebut juga
harus didasarkan pada akidah yang benar sehingga menghasilkan kegiatan muamalah yang berakhlak/bermoral dan
bernilai ibadah serta berkemajuan.