Anda di halaman 1dari 8

Nama : Allo Saputra

NIM : 222350004

Kelas : Manajemen A

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata “ekonomi Islam” selalu diidentikan dan dikaitkan dengan Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) seperti, perbankan syariah, Bait al Maal wat Tamwiil (BMT) atau koperasi syariah,
pegadaian syariah (rahn), asuransi syariah (takaful), pasar syariah, mini market syariah, dan lain
sebagainya. Hal ini dikarenakan sistem ekonomi yang berbasis syariah sedang booming, dan memiliki
daya jual, marketable, yang cukup tinggi serta dapat menjanjikan pendapatan atau penghasilan
(profitable) baik duniawi maupun ukhrowi. Artinya, jika seseorang menjalankan sistem ekonomi
yang berbasisis syariah, hendaknya ia dapat memetik buah berupa keuntungan sebagai ma’isyah,
yang ia niatkan semata-mata untuk menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Sehingga ia menda-
patkan dua profit sekaligus dalam satu proses aktivitas, dengan cara yang insyaallah halal dan thoyyib.
(Fahmi, 2019)

Dalam ilmu ekonomi konvensional, pemikir awal yang melahirkan istilah “ekonomi” yaitu
Aristoteles yang merupakan seorang filosof menge-mukakan: kata “ekonomi” berasal dari bahasa
Yunani oikos nomos, oikos (keluarga atau rumah tangga), nomos (peraturan atau hukum). Sebelum
lahirnya ilmu ekonomi, timbul gejala ekonomi yang merupakan bagian dari diskursus filsafat. Jadi
pemikiran ekonomi konvensioanal seperti ekonomi kapitalis belum menjadi “teori ekonomi”, tetapi
saat itu dikenal dengan istilah ”filsafat ekonomi”. Contohnya karya Adam Smith (Bapak Ekonomi
Konvensional) yang berjudul The Theory of Moral Sentiment paling tidak menjelaskan ilmu
ekonomi sebagai moral sains serta terdapat pembahasan filosofis di dalamnya(Fahmi, 2019)
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ekonomi Islam?
2. Apa Landasan Hukum Ekonomi Islam?
3. Apa Saja Prinsip-Prinsip Dasar Ekonomi Islam?
4. Bagaimana Sistem Ekonomi Islam?
5. Apa Perbedaan Sistem Keuangan Islam dan Ekonomi Konvensional?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Islam

Dalam Bahasa Arab, kata ekonomi diistilahkan dengan kata “iqtisad” yang berasal dari akar
kata Qasd yang mempunyai makna dasar sederhana, hemat, sedang, lurus dan tengah-tengah.
Sedangkan kata “iqtisad” mempunyai magna sederhana, penghematan dan kelurusan. Istilah ini
kemudian mashur digunakan sebagai istilah ekonomi dalam Bahasa Indonesia. Selain itu ekonomi juga
dinamakan al-muamalah al madiyah yaitu aturan-aturan tentang pergaulan dan perhubungan manusia
mengenai kebutuhan hidupnya. Secara umum, pengertian ekonomi Islam adalah ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam(Danisa,
2022)

Menurut Abdul Manan ilmu ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. Menurut Chapra ekonomi
Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya relisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi
dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran
Islam tanpa memeberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.

B. Landasan Hukum Ekonomi Islam

Ada 4 yang menjadi landasan hukum ekonomi islam (Nuruddin Armanto, 2020) :

1. Al-Qur’an
Al-Qur’an secara etimologi: qa-ra-a (bacaan). Sedangkan secara terminologi adalah wahyu
kalam Allah SWT yg dterima melalui Rasul SAW yg disampaikan kepada seluruh umat manusia
dengan tujuan menuntun kehidupan di dunia. Terdiri 30 juz, 114 surat, 6.236/6666 ayat. Semua ulama
sepakat bahwa al-qur’an merupakan sumber ajaran islam sekaligus sumber hukum islam yang
pertama dan paling utama.
2. Al-Hadist (as-Sunnah)
Al-Hadist (as-Sunnah) secara etimologi adalah cara, adat istiadat, perilaku hidup nabi.
Sedangkan al-Hadist (as-Sunnah) secara terminologi adalah tentang apa yang diriwayatkan
(disandarkan) dari bagindaa nabi SAW baik beruapa ucapan, perbuatan, ataupun pengakuan dan sifat
nabi SAW. Al- Hadits disebut juga as-Sunnah.
3. Ijma’
Ijma adalah usulul fiqh adalah perjanjian para imam Mujahidin di antara umat Islam pada saat
setelah kematian rasul pada hukum Syariah pada satu masalah. Ijma ‘adalah prinsip penentuan
hukum yang muncul dari pertimbangan suatu peristiwa yang berkembang pesat karena perubahan
fenomena masyarakat.
4. Qiyas
Qiyas secara etimologi adalah mengukur dan menyamakan sesuatu hal dengan hal lain yang
sudah ada. Secara terminologi adalah menyamakan hukum sesuatu hal yang tidak terdapat
ketentuannya dalam qurdits denganhal lain yang sudah ada ketentuan hukumnya dalam qurdits
karena adanya persamaan penyebab. Contoh al-qur’an tidak menyebutkan hukum narkoba, narkoba
haram karena disamakan dengan hukum khamr. Dasar hukum tentang qiyas terdapat dalam QS.
Al-Nisa, ayat 59.
C. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
1. Prinsip Umum
a. Tauhid (Keesaan Tuhan)
Dalam pandangan tauhid, manusia sebagai manusia sebagai agen Ekonomi hanyalah
sekedar trustee (pemegang amanah). Setiap sesuatu hal yang kita lakukan di dunia akan
bertanggung jawab terhadap Allah. Oleh karena itulah, setiap insan harus bisa mengikuti tujuan
Tuhan didalam semua kegiatannya, termasuk kegiatan ekonomi.
b. ‘Adl (Keadilan)
Adil tidak mendzalimi dan tidak di dzalimi, sehingga Orang tidak boleh menyakiti orang lain
atau merusak alam demi keuntungan pribadi mereka.
c. Nubuwwah (Kenabian)
Dimaksudkan untuk membatasi salah satu nilai mendasar yang terkait dengan ekonomi Islam
karena fungsi Nabi Muhammad adalah pusat sumber pengajaran Islam.Di dalam Nabi terdapat kualitas-
kualitas mulia yang layak menjadi teladan bagi semua umat Islam, termasuk aktivitas yang berkaitan
dengan ekonomi.
d. Khilafah (Pemerintahan)
Konsep kepemimpinan (khalifah) menjadi bertanggung jawab untuk mengelola sifat dunia dan
akan diuraikan nanti.Peran pemerintah adalah untuk memastikan bahwa pada suatu negara berjalan
dengan baik tanpa distorsi serta telah memenuhi syariah
e. Ma’ad (Hasil)
“Imam al-Ghazali” mengatakan bahwa motif dari para pelaku ekonomi adalah guna untuk
menghasilkan profit atau laba. Dalam agama islam, ada profit atau keuntungan baik di dunia dan di
akhirat.
2. Prinsip Derivatif
a. Multi type Ownership (kepemilikan multi jenis).
ini adalah turunan dari nilai-nilai monoteistik dan adil. Ekonomi Islam tetap mengakui
kepemilikan swasta atau pribadi. Kepemilikan merupakan hubungan dengan benda yang ditetapkan
syara’ yang menjadikan manusia itu mempunyain kekuasaan khusus terhadap benda tersebut.
b. Freedom to Act (kebebasan bertindak atau berusaha).
Ini adalah turunan dari nilai nubuwwah, adil, dan khilafah. Kebebasan untuk bertindak akan
menciptakan mekanisme pasar dalam ekonomi karena setiap individu bebas untuk melakukannya
kegiatan bermuamalah.
c. Social Justice (keadilan sosial).
Ini merupakan turunan dari nilai-nilai ke-khilafah dan ma’ad. Allah dzat yang maha kasih
sayang ini menganugrahkan kepada umat manusia fasilitas kehidupan termasuk harta kekayaan yang
ada di tanah ini.
D. Sistem Ekonomi Islam
Dalam sejarah peradaban manusia, ada bebe-rapa bentuk sistem ekonomi yang pernah
ditemukan. Sistem yang paling primitif adalah depotisme, yaitu sistem ekonomi yang diatur
oleh otoritas tunggal, baik seorang atau sekelom-pok orang yang menjadi pemimpin sistem
ekonomi tersebut. Problematika dari depotisme yaitu tidak berkelanjutan dan tidak mampu untuk
mengatasi problem yang semakin kompleks dihadapi oleh umat Islam (Budiantoro et al., 2018)
Selanjutnya sistem ekonomi modern. Ketika membahas sistem ini terbagi menjadi dua
sistem ekonomi besar yaitu sistem ekonomi kapitalisme pasar dan sosialisme terpemimpin.
Pertama, sistem ekonomi kapitalisme, sistem yang dida-sarkan pada pertukaran sukarela
(voluntary exchanges) dalam mekanisme pasar (campur tangan pemerintah minimum), kebebasan
perseo-rangan diakui (liberalisme atau Laissez faire) dan menganut asumsi self-interest(individu
dianggap mengetahui apa yang terbaik baginya). Sebalik-nya sosialisme mencoba mengatasi
permasalahan ekonomi melalui perencanaan dan komando, seperti yang diajarkan oleh Karl Marx,
sistem ini muncul atas keprihatinan penderitaan masyarakat, segala bentuk kepimilikan dimiliki oleh
negara (kepemilikan individu tidak diakui).
Gagalnya sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme menciptakan kesejahteraan masya-
rakat mendorong negara muslim untuk mencari sistem yang lebih baik yang mampu berperan
dalam semua elemen untuk mencapai kebaha-giaan umat. Lahirnya sistem ekonomi Islam
didasarkan pada pemikiran bahwa sebagai agama yang lengkap dan sempurna, Islam tidak hanya
memberikan penganutnya aturan-aturan soal ketuhanan dan iman, namun juga menjawab
persoalan yang dihadapi manusia termasuk ekonomi.
E. Perbedaan Sistem Keuangan Islam dan Konvensional
Ada beberapa perbedaan system keuangan islam dan konvensional yang dikutip dari jurnal yang ditulis
oleh (Iip Syaripudin & Konkon Furkony, 2020)
1. Pengertian Sistem Keuangan Islam
Keuangan Islam adalah sebuah sistem yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah, serta dari
penafsiran para ulama terhadap sumber-sumber wahyu tersebut. Dalam berbagai bentuknya,
struktur keuangan Islam telah menjadi sebuah peradaban yang tidak berubah selama empat
belas abad. Selama tiga dasawarsa terakhir, struktur keuangan Islam telah tampil sebagai
salah satu implementasi moderndari sistem hukum Islam yang paling penting dan berhasil, dan
sebagai ujicoba bagi pembaruan dan perkembangan hukum Islam pada masa mendatang
Ciri-ciri sistem keuangan Islam adalah (Ibrahim, 2007):
a. Harta publik dalam sistem keuangan Negara Islam adalah harta Allah.
b. Rasul adalah orang pertama yang melakukan praktik keuangan Islam.
c. Al-Qur’an dan sunah merupakan sumber yang mendasar bagi keuangan Islam.
d. Sistem keuangan Islam adalah sistem keuangan yang universal
e. Keuangan khusus dalam Islam menopang sistem keuagan Negara Islam.
f. Sistem keuangan Islam mengambil prinsip alokasi terhadap layanan sebagai sumber sumber
pendapatan Negara.
g. Sistem keuangan Islam ditandai dengan transparansi.
h. Sistem keuangan Negara Islam merupakan gerakan kebaikan
i. Sistem keuangan Islam adalah modal toleransi umat Islam
Pengertian sistem keuangan Islam merupakan sistem keuangan yang menjembatani antara pihak
yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana melalui produk dan jasa
keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Prinsip-prinsip Islam dalam sistem keuangan yaitu (Ibrahim, 2007):
a. Kebebasan bertransaksi, namun harus didasari dengan prinsip suka sama suka dan tidak ada
yang dizalimi, dengan didasari dengan akad yang sah. Dan transaksi tidak boleh pada produk
yang haram. Asas sukasama suka untuk melakukan kegiatan bisnis atau perniagaan sangat
penting. Tidak ada unsur paksaan dalam hal ini yang dapat menimbulkan kerugian masing-
masing.
b. Bebas dari maghrib (maysir yaitu judi atau spekulatif yang berfungsi mengurangi konflik
dalam sistem keuangan, gharar yaitu penipuan atau ketidak jelasan, riba pengambilan
tambahan dengan cara batil).
c. Bebas dari upaya mengendalikan, merekayasa dan memanipulasi harga.
d. Semua orang berhak mendapatkan informasi yang berimbang, memadai, akurat agar
bebas dari ketidaktahuan bertransaksi.
e. Pihak-pihak yang bertransaksi harus mempertimbangkan kepentingan pihak ketiga yang
mungkin dapat terganggu, oleh karenanya pihak ketiga diberikan hak atau pilihan.
2. Sistem Keuangan Konvensional
Lembaga Keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang aset utamanya
berbentuk aset keuangan maupun tagihan-tagihan yang dapat berupa saham, obligasi, dan
pinjaman, daripada berbentuk aktiva riil seperti bangunan, perlengkapan dan bahan baku.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan, yang
dimaksud lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatan di bidang
keuangan menarik uang dari masyarakat dan menyalurkan uang tersebut kembali ke
masyarakat. Dari pengertian di atas diketahui bahwa lembaga keuangan adalah tempat
transformasi atau perpindahan dana dari pihak yang mengalami kelebihan dana (surplus of funds)
kepada pihak yang mengalami kekurangan dana (deficit of funds).
Bentuk Lembaga Keuangan pada garis besarnya dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank. Keduanya memiliki fungsi dan kelembagaan yang
berbeda.
a. Lembaga Keuangan Bank (depositori)
Pengertian bank menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Tata Perbankan di Indonesia:
1) Bank Sentral (Central Bank)
Adalah bank milik pemerintah yang bertugas mengatur, menjaga, dan memelihara
kestabilan nilai mata uang negaranya, membimbing pelaksanaan kebijakan moneter, serta
mengkoordinasi, membina, dan mengawasi semua perbankan.
2) Bank Umum (Comercial Bank)
Adalah lembaga yang menjalankan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Struktur perbankan di Indonesia terdiri atas BU (Bank
Umum) dan BPR(Bank Perkreditan Rakyat). Perbedaan antara keduanya adalahdalam hal
kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral dan memiliki jangkauan dan
kegiatan operasional yang terbatas.
2. Lembaga Keuangan Non-Bank (nondepositori)
Lembaga Keuangan Non-Bank adalah badan usaha yang melakukan kegiatan di
bidang keuangan, secara langsung ataupun tidak langsung, menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk kegiatan produktif. Kegiatan Lembaga
Keuangan Non-Bank difokuskan pada salah satu kegiatan keuangan saja.
Bentuk-bentuk Lembaga Keuangan Non-Bank di Indonesia:
a. Modal Ventura
b. Anjak piutang
c. Asuransi
d. Dana pensiun
e. Pegadaian
f. Pasar Modal
g. Pasar uang
h. Reksadana
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keuangan Islam adalah sebuah sistem yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah, serta dari
penafsiran para ulama terhadap sumber-sumber wahyu tersebut. Dalam berbagai bentuknya,
struktur keuangan Islam telah menjadi sebuah peradaban yang tidak berubah selama empat belas
abad.
Karakteristik keuangan Islam adalah nilai ketuhanan, nilai dasar kepemilikan (al-
milkiyah), keseimbangan, Nilai Dasar Persaudaraan dan Kebersamaan, nilai dasar kebebasan dan
Nilai Dasar Keadilan.
Instrument system keuangan Islam adalah zakat, larangan riba, kerjasama ekonomi,
jaminan sosial, Pelarangan terhadap praktek-praktek usaha yang kotor serta adanya peranan
negara dalam system ekonomi Untuk memberikan dampak yang lebih signifikan terhadap ekonomi,
sistem keuangan Islam perlu memiliki porsi yang lebih signifikan terhadap total asset
keuangan, yakni setidaknya 20 persen. Oleh karena itu, pemerintah, bank sentral, dan
agen-agen ekonomi yang peduli pada sistem keuangan Islam perlu bekerja lebih keras.

DAFTAR PUSTAKA
Budiantoro, R. A., Sasmita, R. N., & Widiastuti, T. (2018). Sistem Ekonomi (Islam) dan Pelarangan Riba dalam
Perspektif Historis. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 4(01), 1. https://doi.org/10.29040/jiei.v4i1.138

Danisa. (2022). Pengertian Ekonomi Islam Menurut Para Ahli. 01–02.

Fahmi, N. (2019). Norma dan Nilai dalam Ilmu Ekonomi Islam. TASAMUH: Jurnal Studi Islam, 11(1), 105–123.
https://doi.org/10.47945/tasamuh.v11i1.175

Iip Syaripudin, E., & Konkon Furkony, D. (2020). Perbedaan Antara Sistem Keuangan Islam Dan Konvensional.
EKSISBANK: Ekonomi Syariah Dan Bisnis Perbankan, 4(2), 255–273. https://doi.org/10.37726/ee.v4i2.139

Nuruddin Armanto. (2020). PRINSIP DAN LANDASAN HUKUM EKONOMI ISLAM. 6, 63–79.

Anda mungkin juga menyukai