Anda di halaman 1dari 24

RESUME

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Ekonomi Makro Islam

Dosen : Pak Yayat Rahmat Hidayat., S.Pd., M.E.Sy.

Disusun oleh:
Fatma Dwi Aini

(10010322040)

POGRAM STUDI PERBANGKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

TAHUN AJARAN 2022-2023


BAB 1
KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM

1.1 Pengertian Ekonomi Islam

Dalam membahas perspektif ekonomi Islam, ada satu titik awal


yang benar-benar harus kita perhatikan, yaitu: ekonomi dalam Islam
itu sesungguhnya bermuara kepada akidah Islam, yang bersumber
dari syariatnya.

Beberapa pengertian tentang ekonomi Islam yang dikemukakan oleh


para ahli ekonomi Islam.

1. M. Akram Kan
Islamic economics aims the study of the human falah (well-
being) achieved by organizing the resources of the earth on the
basic of cooperation and participation. Secara lepas dapat
diartikan bahwa ilmu ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan
kajian tentang kebahagiaan hidup manusia yang dicapai dengan
mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar bekerja sama
dan partisipasi.
2. Muhammad Abdul Manan
Islamic economics is a social science which studies the
economics problems of a people imbued with the values of
Islam. Jadi, menurut Manan ilmu ekonomi Islam adalah ilmu
pengetahuan sosial yang mempelajari masala masalah ekonomi
masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam
3. M. Umer Chapra
Islamic economics was defined as that branch of knowledge
which helps realize human well-being through an allocation and
distribution of scarce resources that is in confirmity with Islamic
teaching without unduly curbing individual freedom or creating
continued macro economic and ecological imbalances. Jadi,
menurut Chapra ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang
membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi
dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam
koridor yang mengacu pada pengajaran islam tanpa memberikan
kebebasan individu atau tanpa perilaku makro- ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan
4. Muhammad Nejatullah Ash-Sidiqy
Islamic economics is the muslim thinker's respone to the
economic challenges of their time. In this endeavour they were
aided by the qur'an and the sunnah as well as by reason and
experience. Menurut Ash-Sidiqy, ilmu ekonomi Islam adalah
respons pemikir muslim terhadap tantangan ekonomi pada masa
tertentu. Dalam usaha keras ini mereka dibantu oleh Al-Qur'an
dan Sunah, akal (jtihad), dan pengalaman
5. Kursyid Ahmad
Islamic economics is a systematic effort to thy to understand
the economic's problem and man's behaviour in relation to that
problem from an islamic perspective. Menurut Ahmad, ilmu
ekonomi Islam adalah sebuah usaha sistematis untuk memahami
masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara
relasional dalam persfektif Islam.

1.2 Prinsip-prinsip Dasar Ekonomi Islam


Islam sebagai agama Allah, mengatur kehidupan manusia baik
kehidupan di dunia maupun akhirat. Perekonomian adalah bagian
dari kehidupan manusia, maka tentulah hal ini ada dalam sumber
yang mutlak yaitu Al-Qur'an dan As-Sunah, yang menjadi panduan
dalam menjalani kehidupan.
Ada tiga asas filsafat ekonomi Islam, yaitu:

1. Semua yang ada di dalam alam semesta ini adalah milik Allah
SWT, manusia hanyalah khalifah yang memegang amanah dari
Allah untuk menggunakan miliknya.
2. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah,
manusia wajib tolong-menolong dan saling membantu dalam
melaksanakan kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk beribadah
kepada Allah
3. Beriman kepada hari kiamat, yang merupakan asas penting
dalam suatu sistem ekonomi Islam karena dengan keyakinan ini
tingkah laku ekonomi manusia akan dapat terkendali sebab ia
sadar bahwa semua perbuatannya akan dimintai
pertanggungjawaban kelak oleh Allah SWT

Selain dari asas filsafat tersebut di atas, ekonomi Islam juga memiliki
nilai-nilai tertentu, yaitu:

1. Nilai dasar kepemilikan, menurut sistem ekonomi Islam:


a. Kepemilikan bukanlah penguasaan mutlak atas sumber-sumber
ekonomi, tetapi setiap orang atau badan dituntut kemampuannya
untuk memanfaatkan sumber-sumber ekonomi tersebut.
b. Lamanya manusia tersebut hidup di dunia
c. Sumber daya yang menyangkut kepentingan umum atau yang
menjadi hajat hidup orang banyak harus menjadi milik umum
2. Keseimbangan
Keseimbangan yang terwujud dalam kesederhanaan, hemat, dan
menjauhi sikap pemborosan.
3. Keadilan
Keadilan di dalam Al-Qur'an, kata adil disebutkan lebih dari seribu
kali, setelah perkataan Allah dan ilmu pengetahuan. Nilai keadilan
sangat penting dalam ajaran Islam, terutama dalam kehidupan hukum
sosial, politik dan ekonomi.
1.3 Karakteristik Ekonomi Islam
Ada beberapa hal yang mendorong perlunya mempelajari
karakteristik ekonomi Islam (Yafie, 2003: 27):
1. Meluruskan kekeliruan pandangan yang menilai ekonomi
kapitalis (memberikan penghargaan terhadap prinsip hak milik)
dan sosialis (memberikan penghargaan terhadap persamaan dan
keadilan) tidak bertentangan dengan metode ekonomi Islam.
2. Membantu para ekonom muslim yang telah berkecimpung dalam
teori ekonomi konvensional dalam memahami ekonomi Islam
3. Membantu para peminat studi fikih muamalah dalam melakukan
studi perbandingan antara ekonomi Islam dengan ekonomi
konvensional

Sedangkan sumber karakteristik ekonomi Islam adalah Islam itu


sendiri yang meliputi tiga asas pokok. Ketiganya secara asasi dan
bersama mengatur teori ekonomi dalam Islam, yaitu asas akidah,
akhlak, dan asas hukum (muamalah).

Ada beberapa karakteristik ekonomi Islam sebagaimana disebutkan


dalam al-mawsu'ah al-ilmiyah wa al-amaliyah al-islamiyah yang dapat
diringkas sebagai berikut

1. Harta kepunyaan Allah dan manusia khalifah harta


2. Ekonomi terikat dengan akidah, syariah (hukum) dan moral.
3. Keseimbangan antara keruhanian dan kebendaan
4. Keadilan dan keseimbangan dalam melindungi kepentingan
individu dan masyarakat
5. Bimbingan konsumsi
6. Petunjuk investasi
7. Zakat
8. Larangan riba
Karakteristik ekonomi Islam dalam hal operasional yang berbeda dengan
sistem kapitalis dan sosialis menurut Marton (2004, 27-33):

1. .Dialektika nilai-nilai spiritualisme dan materialisme


2. Kebebasan berekonomi
3. Dualisme kepemilikan
4. Menjaga kemaslahatan individu dan bersama
1.4 Fikih Ekonomi Makro Islam
Dalam mengkaji fiqh ekonomi makro Islam dibatasi pada dua
hal, yaitu fiqh riba dan fiqh zakat. Kedua hal tersebut merupakan
indikator- indikator yang biasanya digunakan pada pembahasan
masalah-masalah ekonomi makro Islam.
a. Fiqh Riba
Kata riba diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan usur
yang mengandung dua dimensi pengertian, yaitu tindakan atau
praktik peminjaman uang dengan tingkat suku bunga yang
berlebihan dan tidak sesuai dengan hukum dan suku bunga tinggi.
Bila ditinjau dari sudut fiqh, menurut Qardhawi (2001), bunga bank
sama dengan riba yang hukumnya jelas-jelas haram. Atas pendapat
sebagian kalangan yang menghalalkan bunga komersial (bunga
dalam rangka usaha) dan mengharamkan bunga konsumtif (bunga
dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari).
b. Fiqh Zakat
Zakat secara etimologi (lughat) zakat memiliki beberapa
makna, diantaranya adalah suci, "Sesungguhnya beruntunglah orang
yang menyucikan jiwa itu" (asy-Syams: 9). Secara syar'i zakat
adalah sedekah tertentu yang diwajibkan dalam syariah terhadap
harta orang kaya dan diberikan kepada orang yang berhak
menerimanya.
Zakat pertama kali diwajibkan telah ditentukan kadar dan jumlah-
nya tetapi hanya diwajibkan untuk memenuhi kebutuhan fakir dan
miskin.Namun setelah Nabi hijrah ke Madinah, diberlakukanlah
beberapa ketentuan dengan syarat yang harus dipenuhi dalam zakat
(Marthon, 2004: 106-108):
1. Islam
Zakat hanya diwajibkan untuk umat islam dan merupakan
rukun islam. Hal tersebut berlandaskan pada hadis, ketika Muadz
bin Jabal diutus ke daerah Yaman (Al-Bukhari) Zakat tidak
diwajibkan kepada selain muslim, karena zakat merupakan taklif
maali (kewajiban harta) dalam islam yang diambil dari orang
kaya dan diberikan kepada fakir, miskin, ibnu sabil dan yang
membutuhkan lainnya (delapan asnad)
2. Sempurna Ahliyahnya
Sebagian ulama berpendapat, zakat diwajibkan atas harta
anak kecil dan orang gila.
3. Sempurnanya kepemilikan
Kepemilikan muzaki (orang yang wajib zakat) atas harta
yang mau dizakatkan merupakan kepemilikan yang sempurna,
dalam artian harta tersebut tidak terdapat kepemilikan dan hak
orang lain.
4. Berkembang
Harta yang merupakan objek zakat, harus berkembang,
artinya harta tersebut mendatangkan income atau tambahan
kepada pemiliknya, seperti hasil pertanian, pertambangan, dan
lain-lain.
5. Nisab
Harta yang wajib dizakati harus sampai pada kadar tertentu,
yang disebut dengan nisab. Hikmah dari penentuan nishab adalah
6. Haul
Harta zakat yang telah mencapai nishab harus ada dalam
kepemilikan ahlinya sampai waktu 12 bulan kamariah, kecuali
has pertanian, perkebunan, barang tambang, madu, dan
sejenisnya.
BAB 2
PENDAPATAN NASIONAL DALAM PENDEKATAN EKONOMI
ISLAM

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Pendapatan Nasional

Secara sederhana pendapatan nasional dapat diartikan sebagai


jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode
tertentu biasanya satu tahun. Istilah yang terkait dengan pendapatan
nasional beragam antara lain: produk domestik bruto (gross domestic
product/GDP), produk nasional bruto (gross national product/GNP).
Perhitungan pendapatan nasional akan memberikan perkiraan GDP
secara teratur yang merupakan ukuran dasar dari performansi per-
ekonomian dalam memproduksi barang dan jasa.

Pendapatan nasional yang merupakan ukuran terhadap aliran


uang dan barang dalam perekonomian dapat dihitung dengan tiga
pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan produksi (production approach).


2. Pendekatan pendapatan (income approach).
3. Pendekatan pengeluaran (expenditure approach).

1.1 Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Produksi


Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi
diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added)
dari semua sektor produksi. Penggunaan konsep nilai tambah dilakukan
guna menghindari terjadinya perhitungan ganda (double-count). Sebagai
contoh kita tidak akan memasukkan seluruh harga sebuah pakaian ke
dalam perhitungan pendapatan nasional dan kemudian juga
memasukkan kain, benang, ataupun kapas sebagai bagian dari
perhitungan pendapatan nasional.
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi di
Indonesia dilakukan dengan menjumlahkan semua sektor industri yang
ada, sektor industri tersebut dikelompokkan menjadi 11 sektor atas dasar
ISIC yang meliputi :

1. Sektor produksi pertanian


2. Sektor produksi pertambangan dan penggalian.
3. Sektor industri manufaktur.
4. Sektor produksi listrik, gas, dan air minum
5. Sektor produksi bangunan
6. Sektor produksi perdagangan, hotel, dan restoran.
7. Sektor produksi transportasi dan komunikasi
8. Sektor produksi bank dan lembaga keuangan lainnya
9. Sektor produksi sewa rumah.
10. Sektor produksi pemerintahan dan pertahanan.
11. Sektor produksi jasa lainnya

1.2 Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pengeluaran (Gross


National Product/GNP)
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran
dilakukan dengan menjumlahkan permintaan akhir unit-unit ekonomi,
yaitu
1. Rumah tangga berupa konsumsi (consumption/C).
2. Perusahaan berupa investasi (investmnet/I).
3. Pengeluaran pemerintah (government/G).
4. Pengeluaran ekspor dan impor (export-import/X-M) Perhitungan
pendapatan nasional dengan pendekatan ini biasa dituliskan
dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

Y-C+Luntuk perekonomian tertutup tanpa peranan pemerintah


YC+I+G, untuk perekonomian tertutup dengan peranan pemerintah.
Y =C+I+G+X-M, untuk perekonomian terbuka
Ada 3 kondisi yang mungkin terjadi pada suatu negara.

1. Nilai GDP lebih besar dari GNP (GDP > GNP)


Hal ini berarti penghasilan penduduk suatu negara yang bekerja di
luar negeri akan lebih sedikit bila dibandingkan dengan penghasilan
orang asing di negara itu.
2. Nilai GDP lebih kecil dari GNP (GDP < GNP)
Hal ini berarti penghasilan penduduk suatu negara yang bekerja
diluar negeri akan lebih besar bila dibandingkan dengan penghasilan
orang asing dinegara itu.
3. Nilai GDP sama dengan GNP (GDP = GNP)
Hal ini berarti penghasilan penduduk suatu negara yang bekerja di
luar negeri akan sama besar bila dibandingkan dengan penghasilan
orang asing dinegara itu.

1.3 Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pendapatan (Net


National Product)

Berbeda dengan GNP, maka NNP merupakan GNP dikurangi


penyusutan dari stok modal yang ada selama periode tertentu.
Penyusutan merupakan ukuran dari bagian GNP yang harus disisihkan
untuk menjaga kapasitas produksi dari perekonomian.

1.3 Pendapatan Nasional dalam Perspektif Ekonomi Islam


Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP riil
dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi (measure of
economic welfare) atau kesejahteraan pada suatu negara. Pada waktu
GNP naik, maka diasumsikan bahwa rakyat secara materi bertambah
baik posisinya atau sebaliknya, tentunya setelah dibagi dengan jumlah
penduduk (GNP per kapita). Kritik terhadap GNP sebagai ukuran ke-
sejahteraan ekonomi muncul dan para pengkritik mengatakan bahwa
GNP/kapita merupakan ukuran kesejahteraan yang tidak sempurna.
Pada intinya, ekonomi Islam harus mampu menyediakan suatu cara
untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial ber-
dasarkan sistem moral dan sosial Islam (Mannan, 1984). Setidaknya ada
empat hal yang semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan
nasional berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahteraan
bisa dilihat secara lebih jernih dan tidak bias. Empat hal tersebut
(Nasution, dkk. 2006) adalah:
1. Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Penyebaran Pendapatan
Individu Rumah Tangga
2. Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Produksi di Sektor
Pedesan
3. Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Kesejahteraan Ekonomi
Islami
4. Penghitungan Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran dari Ke sejahteraan
Sosial Islami Melalui Pendugaan Nilai Santunan Antar saudara dan
Sedekah
BAB 3
PEREKONOMIAN TERTUTUP TANPA KEBIJAKAN
PEMERINTAH

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup Tanpa


Kebijakan Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Konvensional
Dalam membahas perhitungan pendapatan nasional dengan pen-
dekatan pengeluaran, perekonomian suatu negara dapat digolongkan atas
(1) perekonomian tertutup (closed economy) yang meliputi atas per-
ekonomian sederhana (perekonomian dua sektor) dan perekonomian tiga
sektor dan (2) perekonomian terbuka (opened economy)
Pada bagian ini akan dibahas perekonomian dua sektor, yaitu per-
ekonomian yang terdiri dari pengeluaran yang dilakukan rumah tangga
konsumen yang biasanya disebut dengan consumption (C) dan pe-
ngeluaran yang dilakukan rumah tangga produsen (firm) yang biasanya
disebut dengan investment(1)
2. Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi
Konvensional
Dalam perhitungan pendapatan nasional, pendapatan yang dihasil-
kan rumah tangga konsumen (household) merupakan sisi pendapatan
sedangkan pengeluaran konsumsi rumah tangga (household) merupakan
sisi pengeluaran.

Menurut Keynes, konsumsi merupakan fungsi pendapatan (C =


f(Y)) yang dalam bentuk persamaan dapat ditulis sebagai berikut: C = a
+ bY
Di mana:
C = besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga
a = besarnya konsumsi yang tidak tergantung pada jumlah pendapatan
atau konsumsi jika tidak ada pendapatan (autonomous consumption)
b= marginal propensity to consume (MPC=AC/AY) atau hasrat
marginal dari masyarakat untuk melakukan konsumsi

Y = pendapatan disposable (pendapatan yang siap digunakan untuk


mengonsumsi) a > 0 * dan * 0 < b < 1

Rasio perubahan pengeluaran konsumsi dengan perubahan pendapatan


(MPC) lebih besar nol mencerminkan pengeluaran konsumsi rumah
tangga akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat
pendapatan. Sedangkan perubahan pengeluaran konsumsi dengan
perubahan pendapatan (MPC) kurang dari satu mencerminkan kenaikan
pengeluaran konsumsi akan selalu lebih kecil dari kenaikan pendapatan.

3. Fungsi Konsumsi dan Tabungan dengan Pendekatan Ekonomi


Islam

Pembahasan fungsi konsumsi dalam pendekatan ekonomi Islam


banyak dilakukan para ahli ekonomi Islam, pada bagian ini akan dibahas
beberapa pandangan diantaranya yang terkait dengan fungsi konsumsi

a. Pandangan Fahim Khan tentang Fungsi Konsumsi dan Tabungan


Mengacu pada pandangan Keynes yang menyatakan
konsumsi yang dilakukan rumah tanggga konsumen dipengaruhi
oleh tingkat pendapatan seperti terlihat pada persamaan (3.5), maka
Khan (1995) membagi tingkat pendapatan masyarakat tersebut atas
(1) pendapatan yang berada di atas nisab (angka minimal aset yang
terkena kewajiban zakat) yang dinotasikan dengan Y(upper
classes/golongan kaya) dan (2) pendapatan yang berada di bawah
nisab yang dinotasikan dengan Y.
Komponen pengeluaran konsumsi yang dilakukan rumah
tangga konsumen menurut Khan (1995) juga dibagi atas dua bentuk
pengeluaran (1) konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga
tersebut untuk kebutuhan sendiri (for self) yang dilambangkan
dengan notasi E, dan (2) konsumsi yang dilakukan rumah tangga
untuk jalan menuju keridhaan Allah (cause of Allah) yang
dinotasikan.
b. Pandangan Metwally tentang Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Dalam mengembangkan fungsi konsumsi dalam perspektif Islam,
Metwally menggunakan beberapa pendekatan hipotesis teori, yang dapat
dijelaskan secara sederhana sebagai berikut:

Hipotesis Pendapatan Mutlak


Hipotesis ini menyatakan bahwa konsumsi dalam periode waktu
tergantung pada pendapatan siap konsumsi (disposable income) pada
periode tersebut. Naiknya pendapatan akan meningkatkan konsumsi,
tetapi peningkatan konsumsi lebih kecil dari peningkatan pendapatan.
Sehingga hasrat konsumsi rata-rata (Average Propensity to Consume =
APC) dan hasrat konsumsi marginal (Marginal Propensity to Consume=
MPC) menurun dengan meningkatnya pendapatan.

Metwally (1995) memasukkan peranan zakat terhadap fungsi


konsumsi, untuk menyederhanakan masalah dianggap besarnya zakat
ditunjukkan oleh fungsi:

Hipotesis Pendapatan Relatif (The Relative Income Hyphothesis)


Hipotesis pendapatan relatif menyatakan konsumsi sekarang saja
ditentukan pendapatan siap konsumsi pada masa sekarang (Ys) tetapi
juga pendapatan sebelumnya (pendapatan masa puncak atau Yp).
Sehingga menurut hipotesis ini konsumsi rata-rata (APC) dan hasrat
konsumsi marginal (MPC) konstan. Jika pendapatan sekarang lebih kecil
dari pendapatan puncak, maka MPC < APC

c. Pandangan Munawar Iqbal tentang Konsumsi


Iqbal dalam catatannya 'Zakat, Moderation, and Aggregate
Consumption in an Islamic Economy' (1985) mengulas beberapa tulisan
dalam wilayah yang tidak menyajikan teori konsumsi Islam. Iqbal
bergabung dengan penulis-penulis saat ini pada sudut pandang bahwa
pengaruh pada konsumsi yang dikeluarkan pada jalan Allah, termasuk
zakat, menjadi ketentuan Islam tentang hidup yang tidak berlebih-
lebihan. Iqbal membuat beberapa pemurnian yang dapat diterima dalam
mem- perkenalkan biaya pengumpulan zakat pada model ini.
4. Fungsi Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Konvensional
Investasi merupakan pengeluaran perusahaan untuk membeli barang-
barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa yang
tersedia dalam perekonomian.

Ada 3 bentuk pengeluaran investasi:


1. Investasi tetap bisnis (business fixed investment), yaitu pengeluaran
investasi untuk pembelian berbagai jenis barang modal yaitu mesin-
mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai
jenis industri dan perusahaan.
2. Investasi residensial (residential investment), yaitu pengeluaran
untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor,
bangunan pabrik, dan bangunan lainnya.
3. Investasi persediaan (inventory investment), yaitu berupa per-
tambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan
mentah, dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir
tahun perhitungan pendapatan nasional.
5. Fungsi Investasi dengan Pendekatan Ekonomi Islam
Fungsi investasi dengan pendekatan ekonomi islam tentu berbeda
dengan fungsi investasi dengan pendekatan ekonomi konvensional.
Perbedaannya karena fungsi investasi dalam ekonomi konvensional
dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak berlaku dalam
pendekatan ekonomi Islam

.
BAB 4
PEREKONOMIAN TERTUTUP DENGAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup dengan


Kebijakan Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Konvensional
Analisis pendapatan nasional pada perekonomian tertutup dengan
kebijakan pemerintah membagi aktivitas perekonomian ke dalam 3
pelaku utama, yaitu rumah tangga (household), perusahaan (firm), dan
pemerintah.
Adanya unsur pemerintah (government) merumbulkan dua
konsekuensi perhitungan pendapatan nasional, yaitu dari sudut
pengeluaran memunculkan pengeluaran pemerintah (government
expenditure) dan dari sudut penerimaan memunculkan komponen pajak
(tax). Tentunya hal ini menyebabkan berkembangnya perhitungan
keseimbangan pendapatan nasional dari sudut pengeluaran menjadi: Y
C+I+G.. (4.1)
Dimana:
C consumption (pengeluaran yang dilakukan rumah tangga)
I = investment (pengeluaran yang dilakukan perusahaan)

Sedangkan keseimbangan pendapatan nasional dari sudut penerimaan


menjadi
Y-C+S+T .....(4.2)
Dimana:
S= saving atau tabungan
T= tax atau pajak
a. Dampak Pajak Terhadap Konsumsi dan Tabungan
Pada perekonomian tertutup dengan dua sektor pendapatan nasional
(Y) sama dengan pendapatan disposable (Yd). Dengan adanya unsur
pajak (ter), maka pendapatan disposable (Yd) menjadi lebih kecil dari
pendapatan nasional (Y).
b. Dampak Pajak Tetap Terhadap Konsumsi dan Tabungan
Guna melihat dampak pajak tetap terhadap konsumsi dapat dibenkan
suatu ilustrasi perhitungan sederhana sebagai berikut
C = 100 +0,85Yd
T-10
Besarnya konsumsi sebelum ada pajak:
Y=C
Y = 100+0,85Y
Y = (1/0,15) 100
c. Dampak Pajak Proporsional Terhadap Konsumsi dan Tabungan
d. Dampak Pengeluaran Pemerintah dan Pajak Terhadap Ke-
seimbangan Perekonomian Serta Multiplier
e. Multiplier Perekonomian dengan Sistem Pajak Tetap Jika dikenakan
pajak tetap, maka besaran multiplier dapat diterangkan dengan
menggunakan asumsi-asumsi
f. Multiplier Perekonomian dengan Sistem Pajak Proporsional

2. Pengertian dan Ruang Lingkup Perekonomian Tertutup dengan


Kebijakan Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Islam

Dalam negara Islam, kebijaksanaan fiskal merupakan salah satu


perangkat untuk mencapai tujuan syariah yang dijelaskan Imam Al-
Ghazali termasuk meningkatkan kesejahteraan dengan tetap menjaga
keimanan, kehidupan, intelektualitas, kekayaan, dan kepemilikan.
Pada masa kenabian dan kekhalifahan setelahnya, kaum muslimin
cukup berpengalaman dalam menerapkan beberapa instrumen sebagai
kebijakan fiskal, yang diselenggarakan pada lembaga baitulmal
a. Pengumpulan Zakat
Dalam melakukan analisis yang terkait dengan pengumpulan zakat,
maka dapat dikelompokkan atas zakat yang dibayar atas pendapatan
perorangan, zakat kekayaan (aset), dan zakat keuntungan dan bisnis
perusahaan.
b. Pengumpulan Pajak
Pemerintah mengumpulkan pajak dari pendapatan upah dan gaji
individu, pendapatan dari pemilik properties, dan keuntungan
perusahaan.
c. Zakat, Pajak, Investasi, dan Pengeluaran Pemerintah dalam
Kaitannya dengan Multiplier dalam Perspektif Islam
Pada awal bab ini dinyatakan bahwa perekonomian tertutup dengan
adanya kebijakan pemerintah melibatkan tiga pelaku ekonomi, yaitu
rumah tangga konsume (house hold), rumah tangga produsen (firm), dan
pemerintah (government).
BAB 5
UANG DAN PERMINTAAN UANG

1. Sejarah Uang
Pada peradaban awal, manusia memenuhi kebutuhannya secara
mandiri. Mereka memperoleh makanan dari berburu atau memakan
berbagai buah-buahan Karena jenis kebutuhannya masih sederhana,
mereka belum membutuhkan orang lain. Masing-masing individu
memenuhi kebutuhan makannya secara mandiri. Dalam periode yang
dikenal sebagai periode prabarter ini, manusia belum mengenal transaksi
perdagangan atau kegiatan jual beli
Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya
semakin maju, kegiatan dan interaksi antarsesama manusia pun
meningkat tajam Jumlah dan jenis kebutuhan manusia, juga semakin
beragam. Ketika itulah, masing-masing individu mulai tidak mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri Bisa dipahami, karena ketika seseorang
menghabiskan waktunya seharian bercocok tanam, pada saat bersamaan
tentu ia tidak akan bisa memperoleh garam atau ikan, menenun pakaian
sendiri, atau kebutuhan lain.
Satu sama lain mulai saling membutuhkan, karena tidak ada individu
yang secara sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Sejak
saat itulah, manusia mulai mempergunakan berbagai cara dan alat untuk
melangsungkan pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan
mereka. Pada tahapan peradaban manusia yang masih sangat sederhana
mereka dapat menyelenggarakan tukar-menukar kebutuhan dengan cara
barter Maka periode itu disebut zaman barter.
1.1 Uang barang (commodity money)
Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas
atau bisa diperjualbelikan apabila barang tersebut digunakan bukan
sebagai uang Namun tidak semua barang bisa menjadi uang,
diperlukan tiga kondisi utama, agar suatu barang bisa dijadikan uang,
antara lain:
1. Kelangkaan (scarcity), yaitu persediaan barang itu harus terbatas.
2. Daya tahan (durability), barang tersebut harus tahan lama
3. Nilai tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang harus
bernilai tinggi, sehingga tidak memerlukan jumlah yang banyak
dalam melakukan transaksi

Dalam sejarah, pemakaian uang barang juga pernah


disyaratkan barang yang digunakan sebagai barang kebutuhan
sehari-hari seperti garam. Namun kemudian uang komoditas atau
uang barang ini dianggap mempunyai banyak kelemahan
1.2 Uang tanda/kertas (token money)
Ketika uang logam masih digunakan sebagai uang resmi dunia,
ada beberapa pihak yang melihat peluang meraih keuntungan dari
kepemilikan mereka atas emas dan perak. Pihak-pihak ini adalah
bank, orang yang meminjamkan uang dan pandai emas (goldsmith)
atau toko-toko perhiasan. Mereka melihat bukti peminjaman,
penyimpanan atau peritipan emas dan perak di tempat mereka juga
bisa diterima di pasar
Berdasarkan hal ini, pandai emas dan bank mengeluarkan surat
(uang kertas) dengan nilai yang besar dari emas atau perak yang
dimilikinya. Karena kertas ini didukung oleh kepemilikan atas emas
dan perak, masyarakat umum menerima uang kertas ini sebagai alat
tukar. Jadiæ aspek penerimaan masyarakat secara luas dan umum
berlaku, sehingga menjadikan uang kertas sebagai alat tukar yang
sah.
1.3 Uang giral (deposit money)
Uang giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank-bank
komersial melalui pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya.
Uang giral ini merupakan simpanan nasabah di bank yang dapat
diambil setiap saat dan dapat dipindahkan kepada orang lain untuk
melakukan pembayaran. Artinya, cek dan giro yang dikeluarkan oleh
bank mana pun bisa di- gunakan sebagai alat pembayaran barang,
jasa, dan utang. Kelebihan uang giral sebagai alat pembayar adalah:
1. Kalau hilang dapat dilacak kembali sehingga tidak bisa diuangkan
oleh yang tidak berhak
2. Dapat dipindahtangankan dengan cepat dan ongkos yang renda
3. Tidak diperlukan uang kembali sebab cek dapat dengan nilai
transaksi

2. Fungsi Uang dalam Sistem Ekonomi


Dalam sistem perekonomian manapun, fungsi utama uang adalah
sebagai alat tukar (medium of exchange). Ini adalah fungsi utama uang
Dari fungsi utama ini, diturunkan fungsi-fungsi yang lain, seperti uang
sebagai standard of value (pembakuan nilai), store of value (penyimpan
kekayaan), unit of account (satuan penghitungan), dan standard of
defferred payment (pembakuan pembayaran tangguh). Mata uang
manapun niscaya akan berfungsi seperti ini
Namun ada satu hal yang sangat berbeda dalam memandang uang,
antara sistem kapitalis dengan sistem Islam. Dalam sistem
perekonomian kapitalis, uang tidak hanya sebagai alat tukar yang sah
(legal tender) melainkan juga sebagai komoditas. Menurut sistem
kapitalis, uang juga dapat diperjualbelikan dengan kelebihan baik on the
spot maupun secara tangguh. Lebih jauh, dengan cara pandang
demikian, maka uang juga dapat disewakan (leasing).

3. Teori Permintaan dan Penawaran Uang Pendekatan Ekonomi


Konvensional
Teori permintaan uang dalam ekonomi konvensional terbagi ke
dalam tiga kelompok, yaitu :
a. Teori Permintaan Uang sebelum Keynes
Teori permintaan uang sebelum Keynes sering disebut sebagai teori
permintaan uang klasik karena teori ini berdasarkan asumsi klasik,
yaitu perekonomian selalu dalam keadaan seimbang. Teori permintaan
uang sebelum Keynes diantaranya teori permintaan uang Irving Fisher
dan teori permintaan uang Cambridge.
Menurut Fisher seperti yang diuraikan dalam bukunya Transaction
Demand Theory of the Demand for Money, uang merupakan alat
pertukaran. Fisher merumuskan teori kuantitas uang dengan sederhana.
Teori ini didasarkan kepada falsafah hukum say, yaitu bahwa
perekonomian selalu
b. Teori Permintaan Uang Menurut Keynes
Dalam bukunya The General Theory of Employment, Interest and
Monry. Keynes menyatakan bahwa mekanisme pasar tidak dapat
secara otomatis menjamin adanya full employment dalam
perekonomian perlu adanya campur tangan pemerintah dalam hal ini.
Teori keuangan yang dikemukakan Keynes pada umumnya me-
nerangkan tiga hal utama, yaitu:
1. tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta (menggunakan uang);
2. faktor-faktor yang menentukan tingkat bunga, dan
3. efek perubahan penawaran uang terhadap kegiatan ekonomi negara.

Terkait dengan tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta


(memegang uang), maka dapat diklasifikasikan atas 3 motif utama,
yaitu:

a. Motif transaksi (transaction motive), motif ini timbul karena uang


digunakan untuk melakukan pembayaran secara reguler terhadap i
yang dilakukan. Besarnya permintaan uang untuk tujuan transaksi
yang transaksi ini ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan
(MD,=f (Y), artinya semakin besar tingkat pendapatan yang
dihasilkan maka jumlah uang diminta untuk transaksi juga
mengalami peningkatan demikian sebaliknya (vice versa).
b. Motif berjaga-jaga (precautionary motive), selain untuk membiayai
transaksi maka uang diminta pula oleh masyarakat untuk keperluan
di masa yang akan datang (berjaga-jaga).
c. Motif spekulasi (speculation motive), pada suatu sistem ekonomi
modem dimana lembaga keuangan sudah mengalami perkembangan
yang sangat pesat mendorong masyarakatnya untuk menggunaka
uangnya bagi kegiatan spekulasi yaitu disimpan atau digunakan
untuk membeli surat-surat berharga, seperti obligasi pemerintah,
saham, dan instrumen lainnya.
c. Teori Permintaan Uang Setelah Keynes
Terdapat tiga teori permintaan uang setelah masa Keynes, yaitu teon
permintaan uang untuk tujuan transaksi oleh Baumol, teori permintaan
uang untuk spekulası oleh Tobin, dan teori permintaan uang menurut
Friedman
Menurut Baumol, adanya lembaga keuangan yang memberikan
bunga menyebabkan orang yang memegang uang tunai mengalami
kerugian yang disebut opportunity cost dimana ia kehilangan
kesempatan memperoleh bunga dari pendapatannya. Semakin tinggi
tingkat bunga, maka akan semakin tinggi pula biaya yang harus
ditanggung seseorang dalam memegang uang tunai. Apabila ia
menyimpan semua pendapatannya di lembaga keuangan maka orang
tersebut akan memperoleh keuntungan dari bunga tetapi ia tidak dapat
melakukan transaksi atau melakukan konsumsi Oleh karena itu
seseorang akan menentukan jumlah uang yang akan dipakai untuk
tujuan transaksi yang dapat mengoptimalkan penghasilan.
4. Uang dalam Pandangan Islam
Dalam sejarah Islam, uang merupakan sesuatu yang diadopsi dari
peradaban Romawi dan Persia. Ini dimungkinkan karena penggunaan
dan konsep uang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dinar adalah
mata uang emas yang diambil dari Romawi dan dirham adalah mata
uang perak warisan peradaban Persia. Perihal dalam Al-Qur'an dan
Hadis dua logam mulia ini, emas dan perak, telah disebutkan baik dalam
fungsinya sebagai mata uang atau sebagai harta dan lambang kekayaan
yang disimpan.

Uang Kertas dalam Pandangan Islam

Uang kertas yang berlaku pada zaman sekarang disebut fiat money.
Dinamakan demikian karena kemampuan uang untuk berfungsi sebagai
alat tukar dan memiliki daya beli tidak disebabkan karena uang tersebut
dilatarbelakangi oleh emas. Dahulu ketika dunia masih mengikuti
standar

5. Permintaan dan Penawaran Uang dalam Pendekatan Ekonomi


Islam
Ada dua alasan utama memegang uang dalam ekonomi Islam, yaitu
motivasi transaksi dan berjaga-jaga. Spekulasi dalam pengertian Keynes,
tidak akan pernah ada dalam ekonomi islam, sehingga permintaan uang
untuk tujuan spekulasi menjadi nol dalam ekonomi islam.

Anda mungkin juga menyukai